Anda di halaman 1dari 13

SISTEM REPRODUKSI WANITA

Sistem reproduksi wanita terdiri atas sepasang ovarium dan tuba falopii,
uterus, serviks, dan vagina..

1. Ovarium

Ovarium merupakan suatu badan berbentuk almond dengan ukuran


kurang lebih panjang 3 cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 1 cm. Ovarium memiliki
bagian-bagian yang terdiri dari medulla dan korteks. Bagian medulla
mengandung jalinan vaskular sedangkan korteks merupakan tempat folikel
ovarium yang mengandung oosit ditemukan. Tidak ada batasan yang jelas
antara korteks dan medulla, namun sebagian besar ovarium terdiri dari
korteks.

Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni
epitel germinal. Di bawah lapis epitel germinal terdapat sebuah lapisan
jaringan ikat padat yang tidak berbatas jelas membentuk tunika albuginea.
Jaringan korteks ovarium berada dibawah tunika albuginea. Di sini terdapat
sejumlah besar folikel ovarium sedang berkembang pada fase yang berbeda-
beda.

Folikel dibagi ke dalam tiga fase perkembangan, yaitu folikel primordial,


folikel berkembang, dan folikel de Graaf atau matang.

a. Folikel primordial

Paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran. Terdiri atas sebuah oosit
primer dengan inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis sel
folikel gepeng.

b. Folikel berkembang

Stroma ovarium yang mengelilingi folikel akan berdeferensiasi menjadi


teka interna dan teka eksterna. Teka interna kaya akan vaskular dan teka
eksterna terutama terdiri atas jaringan ikat. Tidak ada pembuluh darah
dalam lapisan granulosa. Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk
ruang-ruang kecil di antara sel folikel yang berisi cairan folikel. Folikel ini
disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-ruang ini menyatu dan akhirnya
hanya membentuk satu ruang besar yang disebut antrum. Sel-sel dari lapisan
granulosa berkumpul pada satu bagian dinding folikel, membentuk bukit kecil
sel-sel, yaitu kumulus ooforus, yang mengandung oosit. Kumulus ooforus ini
menonjol kedalam antrum.

c. Folikel de graaf

Oosit tidak akan bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang
disebut korona radiata ini disebut folikel de graaf atau filike matang. Proses
ovulasi terjadi karena pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum. Ovum
bersama zona pelusida, sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum
meninggalkan ovarium dan masuk ke dalam tuba falopii. Setelah ovulasi, sel
granulosa dan sel-sel dari teka interna yang menetap dalam ovarium
membentuk kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus luteum yang
mensekresikan progesteron dan estrogen.

2. Tuba Falopii

Tuba falopii menggantung pada ligamen dan mesenterium yang


memungkinkan mobilitas yang besar, masing-masing berukuran sekitar 10 hingga
12 cm. Tuba falopii terbagi menjadi :

a. Infundibulum; berbentuk corong yang dibatasi dengan ekstensi seperti jari


yang disebut fimbriae di sebelah ovarium.

b. Ampulla, wilayah terpanjang dan diperluas di mana pemupukan terjadi.

c. Isthmus, bagian yang lebih sempit lebih dekat rahim; Bagian uterus atau
intramural, yang melewatinya dinding rahim dan membuka ke bagian dalam ini
organ.

Dinding saluran telur terdiri dari mukosa yang terlipat, sebuah muskularis
yang tebal dan terdefinisi dengan baik dengan jalinan melingkar (atau spiral) dan
lapisan longitudinal otot polos, dan serosa tipis yang ditutupi oleh peritoneum
viseral dengan mesothelium.

3. Uterus
Uterus manusia adalah organ yang berbentuk buah pir dengan dinding
tebal. Bagian korpus adalah bagian utama uterus. Bagian atas uterus yang
membulat dan menonjol di atas tempat masuk tuba falopii adalah fundus.
Bagian bawah yang lebih sempit dan merupakan bagian akhir uterus di bawah
korpus adalah serviks. Serviks menonjol dan bermuara ke dalam vagina.

Dinding uterus memiliki tiga lapisan:

a. Perimetrium (serosa atau adventisia)

b. Miometrium (sebagai lapisan tengah yang tebal dan terdiri dari otot polos)

c. Endometrium (epitel, kslenjar-kalenjar uterina, lamina propia)

Endometrium biasanya terbagi atas dua lapisan, yaitu stratum fungsionale


didekat lumen dan stratum basale di bagian basal. Pada wanita tidak hamil,
stratum fungsionale dilepaskan setiap bulan selama menstruasi, menyisakan
stratum basale untuk regenerasi stratum fungsionale baru. Pasokan arteri ke
endometrium berperan penting selama fase menstruasi pada siklus haid.

Arteri uterina pada ligamentum latum mencabangkan arteri arkuata yang


memasuki miometrium serta berjalan melingkar. Pembuluh ini dibagi menjadi
arteri yang berjalan lurus dan yang berjalan berpilin yang memasok
endometrium.

A. Uterus: fase proliferasi (folikular)

Permukaan endometrium dilapisi epitel selapis silindris diatas lamina


propia tebal. Epitel permukaan menyusup ke dalam jaringan ikat lamina
propia untuk membentuk banyak kalenjar uterina tubular panjang.
Kalenjar uterina umumnya lurus di bagian superfisial endometrium,
namun dapat bercabang di bagian lebih dalam didekat miometrium.

Selama fase proliferasi, arteri yang terutama terlihat adalah potongan


melintang arteri spiralis yang terletak dibagian lebih dalam endometrium.
Pada fase ini,, arteri spiralis biasanya tidak meluas sampai sepertiga
bagian superfisial endometrium. Lamina propia endometrium ini seluler
dan mriip jaringan mesenkim. Fibroblas-fibrolas yang bercabang terlihat
di dalam anyaman retikular dan serat kolagen halus substansi dasar.
Jaringan ikat di lapisan basala terlihat lebih padat dan terlihat sedikit lebih
gelap.

B. Uterus: fase sekresi (Luteal)

Selama fse sekresi siklus menstrruasi, stratum fungsionale dan


stratum basale menebal karena bertambahnya sekresi kalenjar dan edema
didalam lamina propia. Epitel kalenjar uterina mengalami hipertrofi
karena menimbun banyak produk sekresi. Kalenjar uterina mejadi sangat
berkelok dan lumennya melebar dan terisi materi sekresi nutritif yang
kaya karbohidrat.

Perubahan pada epitel silindris permukaan, kalenjar uterina, dan


lamina propia merupakan ciri khas stratum fungsionale endimetrium
selama fase sekresi atau luteal siklus menstruasi. Stratum basale tidal
banyak berubah.

C. Uterus: fase menstruasi

Selama fase menstruasi, stratum fungsionale endometrium dilepaskan.


Endometrium yang di lepaskan mengandung fragmen-fragmen stroma
yang hancur, bekuan darah, dan kalenjar-kalenjar uterina. Sebagian
kalenjar uterina utuh terisi darah. Stratum basale, dasar kalenjar uterina
tetap utuh selama menstruasi.

4. Serviks

Serviks merupakan bagian bawah uterus yang menonjol ke dalam liang


vagina sebagai portio vaginalis (peralihan menjadi epitel berlapis gepeng
tidak bertanduk). Sebuah kanalis servikalis sempit melalui serviks. Kanalis
servikalsi yang bermuara ke dalam uterus adalah orifisium internum dan yang
bermuara ke dalam vagina adalah orifisium eksternum. Berbeda dengan
stratum fungsionale endometrium, mukosa servikal mengalami sedikit sekali
perubahan dan tidak dilepaskan selama menstruasi. Namun serviks
mengandung banyak kalenjar servikal bercabang dan kalenjar ini
menampakan perubahan aktivitas sekretoris selama fase-fase siklus
menstruasi yang berbeda.
5. Vagina

Vagina adalah saluran fibromuskular yang terdapat di antara serviks uteri


sampai vestibulum genitalia eksterna. Dindingnya sangat berlipat dan terdiri
atas:

a. Tunika mukosa (dalam)

b. Tunika muskularis (tengah)

c. Tunika adventisia (luar)

Mukosa vagina sangat tidak teratur dan memiliki banyak lipatan. Epitel
pelapis permukaan vagina adalah epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Papila jarimgan ikat di bawah epitel tampak mencolok dan tingginya
bervariasi.

Lamina propia lebar mengandung jaringan ikat tak teratur, kepadatan


sedang, kaya serat elastin. Serat-serat lamina propia meluas ke bawah, masuk
kedalam lapisan muskular sebagai serat-serat interstitial. Jaringan limfatik
difus, limfonoduli dan banyak pembuluh darah kecil biasanya terdapat di
dalam lamina propia.
SISTEM REPRODUKSI PRIA

Organ reproduksi utama adalah sepasang gonad atau testis. Testis


memproduksi spermatozoa dan memasuki epididimis untuk disimpan. Sperma
meninggalkan epididimis melalui duktus deferens dan di keluarkan melalui uretra.
Kalenjar tambahan adalah sepasang vesikula seminalis, sepasang kalenjar
bulbouretralis, dan kalenjar prostat serta penis yang berfungsi sebagai organ
kopulasi.

1. Organ genitalia interna

a. Testis

Testis dikelilingi oleh tunika albugenia. Di posterior, jaringan ikat


meluas kedalam setiap testis dan membentuk mediastinum testis. Septa
jaringan ikat tipis septa mediastinum testis membagi testis kedalam
sekitar 250 kompartemen atau lobuli testis yang masing-masing
mengandung satu sampai empat tubulus seminiferus. Setiap tubulus
seminiferus dilapisi oleh epitel germinal berlapis, megandung sel-sel
spermatogenik yang berproliferasi dan sel penyokong (sel sertoli) yang
tidak berproliferasi. Sel-sel spermatogenik menjadi matang dan diubha
menjadi sperma matang di tubulus seminiferus ini.

Tubulus seminiferus

Epitel tubulus seminiferus berada tepat di bawah membran basalis yang


dikelililngi oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut jaringan peritubular yang
mengandung serat-serat jaringan ikat, sel-sel fibroblast dan sel otot polos yang
disebut dengan sel mioid. Diduga kontraksi sel mioid ini dapat mengubah
diameter tubulus seminiferus dan membantu pergerakan spermatozoa. Setiap
tubulus ini dilapisi oleh epitel berlapis majemuk. Garis tengahnya lebih kurang
150-250 µm dan panjangnya 30 -70 cm. Panjang seluruh tubulus satu testis
mencapai 250 m.

Tubulus kontortus ini membentuk jalinan yang tempat masing-masing tubulus


berakhir buntu atau dapat bercabang. Pada ujung setiap lobulus, lumennya
menyempit dan berlanjut ke dalam ruas pendek yang dikenal sebagai tubulus
rektus, atau tubulus lurus, yang menghubungkan tubulus seminiferus dengan
labirin saluran-saluran berlapis epitel yang berkesinambungan yaitu rete testis.
Rete ini, terdapat dalam jaringan ikat mediastinum yang dihubungkan dengan
bagian kepala epididimis oleh 10-20 duktulus eferentes.

Tubulus seminiferus terdiri sel spermatogenik dan sel Sertoli yang mengatur
dan menyokong nutrisi spermatozoa yang berkembang, hal ini tidak dijumpai
pada sel tubuh lain. Sel-sel spermatogenik membentuk sebagian terbesar dari
lapisan epitel dan melalui proliferasi yang kompleks akan menghasilkan
spermatozoa. Diameter tubulus seminiferus adalah jarak antar dua titik yang
bersebrangan pada garis tenganya, titik tersebut berada pada membrana basalis
tubulus seminiferus.

Sel-sel Germinal

Spermatogonium adalah sel spermatif yang terletak di samping lamina basalis.


Sel spermatogonium relatif kecil, bergaris tengah sekitar 12 µm dan intinya
mengandung kromatin pucat. Pada keadaan kematangan kelamin, sel ini
mengalami sederetan mitosis lalu terbentuk sel induk atau spermatogonium
tipe A, dan mereka berdiferensiasi selama siklus mitotik yang progresif
menjadi spermatogonium tipe B. Spermatogonium tipe A adalah sel induk
untuk garis keturunan spermatogenik, sementara spermatogonium tipe B
merupakan sel progenitor yang berdiferensiasi menjadi spermatosit primer.
Spermatosit primer adalah sel terbesar dalam garis turunan spermatogenik ini
dan ditandai adanya kromosom dalam tahap proses penggelungan yang
berbeda di dalam intinya. Spermatosit primer memiliki 46 (44+XY) kromosom
dan 4N DNA. Spermatosit sekunder sulit diamati dalam sediaan testis karena
merupakan sel berumur pendek yang berada dalam fase interfase yang sangat
singkat dan dengan cepat memasuki pembelahan kedua. Spermatosit sekunder
memilki 23 kromosom (22+X atau 22+Y) dengan pengurangan DNA per sel
(dari 4N) menjadi 2N). Pembelahan spermatosit sekunder menghasilkan
spermatid. Spermatid memiliki ukuran yang kecil garis tengahnya 7-8 µm, inti
dengan daerah-daerah kromatin padat dan lokasi jukstaluminal di dalam
tubulus seminiferus. Spermatid mengandung 23 kromosom. Karena tidak ada
fase S (sintesis DNA) yang terjadi antara pembelahan meiosis pertama dan
kedua dari spermatosit, maka jumlah DNA per sel dikurangi setengahnya
selama pembelahan kedua ini menghasilkan sel-sel haploid (1N).

Sel Sertoli

Sel Sertoli adalah sel pyramid memanjang yang sebagian memeluk sel-sel dari
garis keturunan spermatogenik. Dasar sel Sertoli melekat pada lamina basalis,
sedangkan ujung apeksnya sering meluas ke dalam lumen tubulus seminiferus.
Dengan mikroskop cahaya, bentuk sel Sertoli tidak jelas terlihat karena
banyaknya juluran lateral yang mengelilingi sel spermatogenik. Kajian dengan
mikroskop elektron mengungkapkan bahwa sel ini mengandung banyak
retikulum endoplasma licin, sedikit retikulum endoplasma kasar, sebuah
kompleks Golgi yang berkembang baik, dan banyak mitokondria dan lisosom.
Inti yang memanjang yang sering berbentuk segitiga, memiliki banyak lipatan
dan sebuah anak inti yang mencolok, memiliki sedikit heterokromatin. Fungsi
utama sel Sertoli adalah untuk menunjang, melindungi dan mengatur nutrisi
spermatozoa. Selain itu, sel Sertoli juga berfungsi untuk fagositosis kelebihan
sitoplasma selama spermatogenesis, sekresi sebuah protein pengikat androgen
dan inhibin, dan produksi hormon anti-Mullerian.

Sel Leydig

Sel insterstisial Leydig merupakan sel yang memberikan gambaran mencolok


untuk jaringan tersebut. Sel-sel Leydig letaknya berkelompok memadat pada
daerah segitiga yang terbentuk oleh susunan-susunan tubulus seminiferus.
Sel-sel tersebut besar dengan sitoplasma sering bervakuol pada sajian
mikroskop cahaya. Inti selnya mengandung butir-butir kromatin kasar dan
anak inti yang jelas. Umumnya pula dijumpai sel yang memiliki dua inti.
Sitoplasma sel kaya dengan benda-benda inklusi seperti titik lipid, dan pada
manusia juga mengandung kristaloid berbentuk batang. Celah di antara tubulus
seminiferus dalam testis diisi kumpulan jaringan ikat, saraf, pembuluh darah
dan limfe.

b. Duktuli eferentes
Duktuli eferentes keluar dari mediastinum pada permukaan
posterior-posterior testis dan menghubungkan rete testis dengan duktus
epididimis. Duktuli eferentes terdapat di dalam jaringan ikat dan
membentuk sebagian kepala epididimis.

Lumen duktus terlihat khas tidak teratur. Epitel pelapisnya adalah


selapis kelompok sel-sel tinggi bersilia diselingi kelompok sel pendek
tanpa silia yang diduga berfungsi absorptif. Kadang-kadang terdapat sel
basal sehingga epitel ini tampak seperti bertingkat. Permukaan basal
tubulus ini memiliki kontur rata. Dibawah membran basal terdapat selipis
tipis jaringan ikat yang mengandung berkas serat otot polos yang tersusun
melingkar.

Ujung distal tubulus di dekat epididimis dilapisi sel-sel silindris dan


permukaan lumennya tampak rata. Saat duktuli eferentes berakhir pada
duktus epididimis, terjadi peralihan langsung epitel ini menjadi bertingkat
silindris tinggi epididimis.

c. Duktus epididmis

Duktus epididimis merupakan saluran yang sangat berkelok dan


dikelilingi jaringan ikat. Potongan melintang melalui epididimis
menampakkan tubulus kontortus dengan macam-macam bentuk. Setiap
tubulus di kelilingi serat otot polos dan jaringan ikat. Permukaan dalam
dan luar tubulus tampak rata.

Epitel pelapis duktus epididimis merupakan epitel bertingkat terdiri


atas sel prinsipal (silindris tinggi) dengan stereosilia panjang yang tidak
dapat bergerak dan sel-sel basal kecil. Fungsi utama sel ini adalah
absorpsi cairan tubular; fungsi sel basal belum diketahui. Stereosilia
adalah mikrovili panjang dan bercabang.

Membran basal yang mengelilingi setiap tubulus tampak jelas.


Lamina propia dengan serat otot polos yang tersusun melingkar tampak
tipis dan lebih banyak daripada yang terdapat di duktuli eferentes. Sperma
matang terlihat didalam lumen sejumlah tubuli.

d. Duktus deferens
Duktus deferens memiliki lumen sempit dan tidak teratur, mukosa
tipis, muskularis tebal, dan adventisia. Ketidakteraturan bentuk lumen
disebabkan oleh adanya lipatan-lipatan memanjang lamina propia yang
pada potongan melintang tampak sebagai krista atau papila. Lamina
propia tipis terdiri atas anyaman serat kolagen dan serat elastin halus.

Diktus deferen memiliki epitel bertingkat semu silindris namun


sedikt lebih rendah dibandingkan dengan epitel yang melapisi duktus
epididimis. Epitel ini terletak diatas membran basal tipis dan biasanya
terlihat stereosilia pada apeks sel,

Bagian muskularis terdiri atas lapisan longitudinal dalam yang tipis,


lapisan sirkular tengah yang tebal dan lapisan otot polos longitudinal luar
yang tipis. Muskularis dikelilingi oleh adventisia yang banyak pembuluh
darah dan saraf. Lapisan adventisia menyatu dengan jaringan ikat di
sekitar korda spermatika.

e. Duktus ejakulatorius

2. Organ genitalia eksterna

a. Scrotum

b. Penis

Potongan melintang penis (manusia) merupakan tiga badan


kavernosa : dua korpus kavernosum yang berdampingan dan satu korpus
spongiosum yang dilalui uretra. Sebuah simpai tebal jaringan ikat fibrosa
(tunika albuginea) mengelilingi korpus kavernosum penis; jaringan ikat
ini juga meluas di antara kedua badan kavernosa sebagai septum mediana.
Septum ini lebih berkembang pada ujung posterior penis daripada di
anterior. Tunika albuginea yang mengelilingi korpus spongiosum (korpus
kavernosum uretra) lebih tipis dibandingkan dengan yang mengelilingi
korpus kavernosa penis dan mengandung serat-serat otot polos dan serat
elastin.
Ketiga badan kavernosa dikelilingi jaringan ikat longgar, yaitu fasia
penis (Buck) yang kemudian dikelilingi jaringan ikat dermis yang terdpaat
tepat di bawah epidermis. Berkas otot polos, yaitu tunika dartos, dan
banyak pembuluh darah perifer terdapat di dalam dermis. Kelenjar
sebasea terdapat di dermis pada sisi ventral penis.

Bagian pusat setiap korpus kavernosum dipenuhi banyak trabekula


yang terdiri atas serat-serat kolagen, elastin, dan otot polos. Trabekula
mengelilingi rongga-rongga kavernosa atau sinus-sinus (vena) korpus
kavernosum. Saraf dan pembuluh darah terdapat trabekula. Rerongga atau
sinus kavernosa korpus kavernosum dilapisi endotel dan mendapat darah
dari arteri dorsalis dan profunda penis. Cabang-cabang lebih kecil arteri
profunda bermuara ke dalam rerongga kaverna korpus kavernosum.
Korpus spongiosum mendapatkan sebagian besar darahnya dari arteri
bulbouretralis, yaitu cabang arteri pudenda interna. Darah yang keluar
dari rerongga kavernosa sebagian besar akan melalui vena superfisial di
dalam dermis dan vena dorsalis profunda.

Uretra disebut sebagai uretra pars spongiosa atau kavernosa. Pada


pangkal penis, uretra dilapisi epitel bertingkat semu atau berlapis silindris;
namun pada orifisium uretrae eksternum, epitelnya berlapis gepeng.
Uretra juga memiliki banyak invaginasi sempit dan dalam di membran
mukosanya. Ini yang disebut lakuna uretra (Morgagni) dengan sel-sel
mukosa. Kelenjar uretra tubular bercabang (Littre) bermuara ke dalam
resesus ini. Lakuna dan kelenjar uretra tidak tampak dengan pembesaran
ini.

3. Glandula genitalis aksesoris

a. Glandula seminalis

Sepasang vesikula seminalis adalah badan atau kantong memanjang


dengan lumen sangat berkelok dan tidak teratur. Potongan melintang
melalui kelenjer menampakan kerumitan lipatan-lipatan/plika primer.
Lipatan-lipatan ini bercabang dan menghasilkan banyak plika sekunder
yang sering beranastomosis, primer yang lebih besar dan sedikit stroma
plika sekunder. Lipatan-lipatan ini terjulur masuk ke dalam lumen
vesikuler seminalis.

Epitel kelenjar vesikuler seminalis tampak bervariasi, namun biasanya


tipe bertingkat semu rendah dengan sel-sel basal dan sel sekretoris
silindris rendah atau kuboid. Muskularis terdiri atas tunika muskularis
polos longitudinal luar dan sirkularis dalam. Susunan otot ini sering sukar
diamati karena kerumitan lipatan mukosa. Adventisia mengelilingi
muskularis dan menyatu dengan jaringan ikat.

b. Glandula prostat

Pada kelenjar prostat, asini sekretorisnya merupakan bagian kelenjar


tubuloasinar dengan banyak cabang kecil yang tidak teratur; ukuran asini
ini bermacam-macam. Asini yang lebih besar memiliki lumen lebar yang
tidak teratur dan epitel yang bervariasi. Kelenjer itu terbenam di dalam
stroma fibromuskular khas dengan berkas-berkas otot polos, serat-serat
kolagen dan elastin yang terorientasi di berbagai arah.

Uretra prostatika adalah struktur berbentuk bulan sabit dengan


divertikula kecil di dalam lumennya; divertikula ini khususnya mencolok
di dalam resesus uretra. Epitel uretra prostatika umumnya transisional dan
terdapat stroma fibromuskular mengelilingi uretra; disini terdapat lamina
propria tipis.

Suatu rigi stroma fibromuskular padat tanpa kelenjar, yaitu kolikulus


seminalis, menonjol ke dalam lumen uretra, membentuk bulan sabit.
Utrikulus prostatikus terdapat di dalam massa kolikulus seminalis dan
ujung distalnya tampak melebar sebelum masuk ke dalam uretra.
Membran mukosanya yang tipis secara khas berlipat-lipat dan epitelnya
biasanya selapis silindris sekretoris atau bertingkat silindris.

c. Glandula bulbouretralis

Kelenjar ini adalah kelenjar tubuloasinar kompleks. Terlihat satu


lobulus dan bagian lobulus lain kelenjar pada gambar ini. Kelenjar
bulbouretralis dikelilingi otot rangka dan jaringan ikat. Otot rangka dan
sejumlah serat otot polos juga terdapat di dalam septum interlobular.
Satuan sekretoris mempunyai struktur dan ukuran yang bervariasi.
Kebanyakan satuan memiliki bentuk asinar dan lainnya berbentuk tubular
atau bentuk lain. Produk sekretoris utama adalah mukus. Sel-sel sekretoris
adalah kuboid, silindris rendah atau gepeng, dan terpulas lemah. Sel yang
terselip di antara sel sekretoris adalah sel asidofilik yang lebih gelap.

Duktus ekstretorius yang lebih kecil sering kali dilapisi sel-sel


sekretoris, sedangkan duktus ekskretorius yang lebih besar memiliki epitel
bertingkat semu atau epitel berlapis silindris.

Anda mungkin juga menyukai