A. Definisi
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu,
yang disertai perilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat
cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak
berharga, dan mengantisipasi kegagalan (Videbeck, 2008, hal 388).
Menurut Purwaningsih (2009, hal. 130) depresi adalah suatu gangguan alam perasaan
yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu
penderitaan dan dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah
yang dalam (Nugroho, 2008).
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam
perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatic yang terjadi akibat
kesedihan yang berkepanjangan.
B. Etiologi
Menurut Sadock (2010) faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi
faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psiko sosial.
a. Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5
HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid) , HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-
hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan
mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin.
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien
memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin
berperan dalam patofisiologi depresi. Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah
menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin
seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson,
1
adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin,
amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi.
b. Faktor Genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota
keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2
sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Pengaruh genetik terhadap depresi tidak
disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan
kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan
kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.
c. Faktor Psikososial
Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada
lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut
adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara,
penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi
kognitif meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim,
penurunan interaksi sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit. Faktor
psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor
lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan
dukungan sosial.
2
Faktor kepribadian, beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu,
seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang
memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah. Faktor
psikodinamika, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan
depresi. Faktor kognitif, adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan
distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif,
pesimisme dan keputusasaan serta pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan
depresi.
C. Faktor Resiko
Faktor resiko menurut Sadock (2010) beberapa faktor resiko terjadinya depresi yaitu :
1. Jenis Kelamin
Secara umum dikatakan bahwa gangguan depresi lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Pendapat-pendapat yang berkembang mengatakan bahwa
perbedaan dari kadar hormonal wanita dan pria, perbedaan faktor psikososial berperan
penting dalam gangguan depresi.
2. Umur
Depresi umumnya berkembang pada masa dewasa muda, dengan usia rata-rata
onsetnya adalah pertengahan. Namun gangguan tersebut dapat dialami bahkan oleh anak
kecil, meski hingga usia 14 tahun resikonya sangat rendah.
3
D. Klasifikasi
1. Depresi Ringan
Suasana perasaan yang depresif kehilangan minat kesenangan dan mudah lelah
konsentrasi dan perhatian kurang harga diri dan kepercayaan diri kurang perasaan
salah dan tidak berguna pandangan masa depan yang suram gagasan dan perbuatan
yang membahayakan diri tidak terganggu dan nafsu makan kurang.
2. Depresi Sedang
3. Depresi Berat
Biasanya gelisah, kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna, keinginan bunuh
diri.
4
Emosional Ketidakpatuhan Keadaan yang sulit Tiada harapan
Spiritual Ragu-ragu akan tuhan Menolak akan Acuh tak acuh akan
5
E. Pathway Depresi
Faktor Genetik Faktor Usia Faktor Gender Stress Harga diri Pola pikir
Sistem
dopaminergik Dopamin
terganggu menurun
Mudah stress
6
Gejala Depresi Lansia
Fisiologik Kognitif
pusing Kurang
percaya diri
Pusing dirasakan
lama MK: Resiko Merasa
mencederai diri bersalah
7
F. Tanda Dan Gejala
Menurut Hawari (2008) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :
1. Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat,
merasa tidak berdaya;
2. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;
3. Nafsu makan menurun;
4. Berat badan menurun;
5. Konsentrasi dan daya ingat menurun;
6. Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia
(terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi – mimpi yang
tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal;
7. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya);
8. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi,
kreativitas menurun, produktivitas juga menurun;
9. Gangguan seksual (libido menurun);
10. Pikiran – pikiran tentang kematian, bunuh diri.
G. Diagnosa Penunjang
Menurut Nugroho (2008) diagnosa gangguan kognitif seperti depresi ditetapkan dengan
melakukan skrining yang cermat meliputi:
8
H. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Depresi
1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala karakteristik
yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi.
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric
depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur dan mondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afektif
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atau apatis?
4) lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
9
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingkat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja atau yang
sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi
pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga yang
lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas (catat
hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberiasuhan tentang
dirinya sendiri.
10
6) Bersikap empati dengan cara:
a) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan
perhatian
b) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
c) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
d) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.
3. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada, anoreksia,
sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa
putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
11
b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu,
tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien
suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak
suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan
keterbelakangan psikomotor.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola tidur b/d perasaan pusing
b. Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d pemasukan yang tidak adekuat akibat penurunan
nafsu makan
c. Resiko mencederai diri b/d perasaan bersalah
d. Resiko bunuh diri b/d depresi
12
pola dan kualitas tidur
rutinits tidur
jumlah waktu tidur yang terobsesi
terjaga pada waktu tepat
2. pasien akan mampu mengidentifikasi tindakan yang akan menigkatkan istirahat atau tidur
3. menunjukan kesejahtraan fisik atau psikologis
4. melaporkan tidur yang cukup di malam hari
Intervensi Rasional
1. Manajemen energi 1. mengatur penggunaan energy
untuk mengatasi atau
mencegah keletihan dan
mengoptimalkan fungsi.
2. Manajemen lingkungan 2. Memanipulasi lingkungan
pasien untuk manfaat
teraupetik, pertimbangan
sensori, dan kesejahtraan
psikologis.
3. Manajemen medikasi 3. Memfasilitasi penggunaan
obat resep dan obat bebas
secara aman dan efektif.
13
2) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk memfasilitasi
agar pasien dapat tidur.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat
akibat penurunan nafsu makan
Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat.
Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam,
diharapkan klien mampu menghabiskan ½ porsi makanan yang disediakan dan
mengalami peningkatan nafsu makan.
Kritteria Hasil :
1. Memperlihatkan status nutrisis, yang di buktikan dengan indikator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: ganguaan ektrem, berat ,sedang, ringan, atau tidak ada penyimpangan
dari rentang normal) : asupan gisi, asupan makanan, asupan cairan, energy.
2. Pasien akan mampu mempertahankan berat badan
3. Menjelaskan kompenen diet bergizi adekuat
4. Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
5. Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal (mis., transferin, albumin dan
elektrolit)
Intervensi Rasional
1. Manajemen gangguan makan 1. Mencegah dan menagani
pembatasan diet yang sangat
ketat dan aktifitas berlebihan
atau memasukan makanan dan
minuman dalam jumlah yang
banyak kemudian berusaha
mengeluarkannya
2. Manajemen nutrisi 2. Membantu atau menyediakan
asupan makanan dan cairan
diet seimbang
14
3. Terapi Nutrisi 3. Pemberian makanan dan
cairan untuk mendukung
proses metabolic pasien
malnutrisi atau beresiko tinggi
terhadap nutrisi
4. Pemantauan Nutrisi 4. Mengumpulkan dan
menganalisa data pasien untuk
mencegah dan meminimalkan
kurang gizi
5. Bantuan Menaikkan berat badan 5. memfasilitasi pencapaiian
kenaikan berat badan.
15
Intervensi Rasional
16
Kriteria hasil :
1. Resiko bunuh diiri berkurang , yang di buktikan oleh keseimbangan alam perasaan,
pengendalian terhdap bunuh diri, dan keinginan melanjutkan hidup
2. Pasien mengatakan keinginan untuk hidup
3. Pasien mengatakan perasaan mara
4. menghubungi orang yang telah di tunjuk jika gagasan bunuh diri muncul
Intervensi Rasional
1. Manajemen Perilaku : 1. Membantu pasien menurunkan
membahayakan diri sendiri atau menghilangkan perilaku
mutilasi diri atau mencederai diri.
18
DATAR PUSTAKA
19
B. Analisa Data
20
Fisiologik Nutrisi Kurang dari
2 DS : kebutuhan tubuh
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan tidak dapat menghabiskan Menurunnya nafsu makan
makanannya (anoreksia)
DO :
Berat badan menurun
Klien tampak kurus Nutrisi kurang dari kebutuhan
21
menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri Kurang percaya diri
sendiri/orang lain
Pasien terlihat marah ketika membicarakan
sesorang, pandangan tajam Merasa bersalah
Pasien merusak dan melempar barang-barang
Resiko cedera
22
Merasa Bersalah
23
C. Ringkasan Diagnose Keperawatan
Subjektif
24
- kaji adanya gejala depricasi tidur dan
insomnia, seperti konfusi akut, agitasi,
ansietas, gangguan perceptual, reaksi
lambat, dan iritabilitas
- identifikasi factor lingkungan 9mis.,
Pengakajian bising, cahaya) yang dapat
mengganggu tidur
- peningkatan tidur (NIC) :
tentukan efek medikasi pasien pada
pola tidur
tentukan pola tidur/aktifitas pasien
pantau/catat pola tidur pasien dan
jumlah waktu tidur
- kelembapan lingkungan
- suhhu lingkungan
- tanggungjawab pemberi asuhan
- perubahan pajanan di siang hari-malam
hari
Factor yang berhubungan - gangguan (mis, untuk teraupetik,
pemantauaan, pemeriksa lab)
- kurang kendali tidur
- kurang privasi tidur
- lampu
- bising
- bau menyengat
- restrain fisik
- pasangan tidur
- furniture tidur yang tidak familiar
25
- keletihan
Alternatif Dx (saran penggunaan) - insomnia
- derpivasi tidur
Tupan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam, diharapkan gangguan
pola tidur klien teratasi.
Kriteria hasil :
5. menunjukan tidur, yang di buktikan
oleh indikator berikut ( sebutkan 1-5
gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak mengalami
gangguan)
perasaan segar setelah tidur
pola dan kualitas tidur
rutinits tidur
jumlah waktu tidur yang terobsesi
terjaga pada waktu tepat
6. pasien akan mampu mengidentifikasi
tindakan yang akan menigkatkan
istirahat atau tidur
7. menunjukan kesejahtraan fisik atau
psikologis
8. melaporkan tidur yang cukup di malam
hari
26
Wilkinson J., M., 2014 diagnosis
keperawatan Hal 404-405
Manajemen energi :
- mengatur penggunaan energy untuk
mengatasi atau mencegah keletihan dan
mengoptimalkan fungsi
Intervensi ( NIC ) Manajemen lingkungan :
- memanipulasi lingkungan pasien untuk
manfaat teraupetik, pertimbangan
sensori, dan kesejahtraan psikologis.
Manajemen medikasi :
- memfasilitasi penggunaan obat resep
dan obat bebas secara aman dan efektif
peningkatan tidur :
- memfasilitasi siklus tidur-bangun yang
teratur
Subjektif
- kram abdomen
- nyeri abdomen (dengan atau tanpa
penyakit)
- menolak makanan
- indigesti (non-NANDA
27
international)
- persepsi ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
- melaporkan perubahan sensasi rasa
- (melaporkan) kurangnya makanan
- Merasa cepat kenyang mengosumsi
makanan
Batasan karakteristik Objektif
- Pembuluh kapiler rapuh
- Diare atau steatore
- (adanya bukti) kekurangan
makanan
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi , informasi salah
- Kurangnya minat terhadap
makanan
- Salah paham
- Membrane mukosa pucat
- Tonus otot buruk
- Menolak untuk makan (non-
NANDA international)
- Rongga mulut terluka (inflamasi)
- Kelemahan otot yang berfungsi
untuk menelan atau mengunyah
- Tentukan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan
- Tentukan kemampuan pasien untuk
Pengkajian memenuhi kebutuhann nutrisi
- Pantau nilai laboratorium,
khususnya transferin, albumin,dan
28
eletrolit
- Manajemen nutrisi (NIC) :
Ketahui makanan kesukaan pasien
Pantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang
tepat
29
- Gigi, kerusakan
- Kegagalan untuk tumbuh kembang,
Alternative Dx(saran penggunaan) orang dewasa
- Pola menyusu, ketidakefektifan
- Mual
- Deficit perawatan diri, makan
- Menelan, gangguan
Kritteria Hasil :
6. Memperlihatkan status nutrisis,
yang di buktikan dengan indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5:
ganguaan ektrem, berat ,sedang,
ringan, atau tidak ada
penyimpangan dari rentang normal)
: asupan gisi, asupan makanan,
asupan cairan, energy.
7. Pasien akan mampu
mempertahankan berat badan
8. Menjelaskan kompenen diet bergizi
30
adekuat
9. Mempertahankan masa tubuh dan
berat badan dalam batas normal
10. Memiliki nilai laboratorium dalam
batas normal (mis., transferin,
albumin dan elektrolit).
Wilkinson J., M., 2014 diagnosis
keperawatan
Hal 282-286
Manajemen gangguan makan :
- mencegah dan menagani
pembatasan diet yang sangat ketat
dan aktifitas berlebihan atau
memasukan makanan dan minuman
Intervensi ( NIC ) dalam jumlah yang banyak
kemudian berusaha
mengeluarkannya
Manejemen nutrisi :
- Membantu atau menyediakan
asupan makanan dan cairan diet
seimbang
Terapi nutrisi :
- pemberian makanan dan cairan
untuk mendukung proses metabolic
pasien malnutrisi atau beresiko
tinggi terhadap nutrisi
Pemantauan nutrisi :
- mengumpulkan dan menganalisa
data pasien untuk mencegah dan
meminimalkan kurang gizi
Bantuan menaikan berat badan :
31
- memfasilitasi pencapaiian kenaikan
berat badan
32
dapat mempengaruhi induksi, seperti
usia kehamilan dan lama persalinan
sebelumnya, dan kontraindikasi, seperti
plasenta previa komplet, insisi uterus
klasik, dan deformitas struktur panggul.
Factor yang berhubungan (factor risiko)
Internal
- Profil darah yang tidak normal
- Disfungsi biokimiawi (mis., disfunngsi
sensori)
- Usia perkembangan (fisiologis,
psikososial)
- Disfungsi efektor
- Penyakit imun atau autoimun
- Disfungsi integrative
- Malnutrisi
- Disfungsi sensori
- Hipoksia jaringan
Eksternal
- Biologis (mis., tingkat imunisasi
komunitas, mikroorganisme)
- Kimia (mis., racun, polutan, obat,
kosmetik, pewarna)
- Manusia (mis., agens nosokomial, pola
staf., faktpr kognitif., afektif,
psikomotor)
- Nutrisi (mis., vitamin, jenis makanan)
- Fifik (mis., bangunan, rancangan,
struktur dan penataan komunitas atau
peralatan)
33
- Aspirasi, risiko
- Perdarahan , risiko
- Jatuh, risiko
- Pemeliharaan rumah, gangguan
- Infeksi, risiko
- Respos alergi terhadap lateks
Alternative Dx (saran penggunaan) - Keracunan, risiko
- Perlindungan diri
- Asfikisia,risiko
- Trauma, risiko
- Perilaku kekerasan, terhadap diri
sendiri, risiko
Kriteria hasil :
6. Resiko cedera akan menurun yang di
buktikan oleh perilaku keamanan
personal, pengendalian resiko, dan
34
lingkungan rumah yang aman.
7. Pengendalian resiko akan di
perlihatkan, yang di buktikan oleh
indikator (mis, sebutkan 1-5 : tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering,
selalu)
8. Pasien dan keluarga akan mampu
mempersiapkan lingkungan yang aman
9. Mengidentifikasi risiko yang
meningkatkan kerentanan terhadap
cedera.
10. Menghindari cedera fisik
Manajemen lingkungan :
Keamanan :
- memantau dan memanipulasi
Intervensi (NIC) lingkungan fisik untuk memfasilitasi
keamanan
Pencegahan jatuh :
- mempraktikan tindakan kewaspadaan
khusus bersama pasien yang berisiko
terhadap cedera akibat terjatuh.
Identifikasi risiko :
- menganalisis faktor risiko potensial,
menentukan risiko kesehatan, dan
memprioritaskan strategi penurunan
risiko untuk individu atau kelompok.
35
Dx Keperawatan 4. Resiko Bunuh Diri
36
dan barang milik pribadi pasien apakah
terdapat senjata atau senjata potensial
selama prosedur rawat inap,jika perlu.
Identifikasi lingkungan secara rutin dan
singkirkan benda berbahaya untuk
mempertahankan lingkungan bebas
bahaya
Pantau pasien selama penggunaan senjata
potensial (mis., pisau cukur)
observasi, catat, dan laporkan semua
perubahan alam perasaan dan perilaku
yang dapat menandakan peningkatan
resiko bunuh diri dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan surveilans teratur
Perilaku
- membeli senjata api
- membagikan barang berharga
- riwayat upaya bunuh diri sebelumnya
- membuat ataumengubah wasiat
demografis
Factor yang berhubungan (factor risiko ) - usia (lansia, dewasa muda, remaja)
- bercerai
- jenis kelamin
Fisik
- nyeri kronis
- penyakit fisik
- penyakit terminal
psikologis
- penganiyaan pada masa anak-anak
37
- riwayat bunuh diri dalam keluarga
- rasa bersalah
- penyalahgunaan zat
situasional
- ketidakstabilan ekonomi
- hidup sendiri
- kehilangan otonomi dan kemandirian
- pension
social
- gangguan kehidupan keluarga
- disiplin
- dukacita
- kesepian
- isolasi social
Verbal
- menyatakan ingin mati
- mengancam bunuh diri
38
mengekspresikan perasaannya.
Kriteria hasil :
39
D.Rencana Asuhan Keperawatan
40
terobsesi
terjaga pada waktu tepat
2. pasien akan mampu
mengidentifikasi tindakan
yang akan menigkatkan
istirahat atau tidur.
3. menunjukan kesejahtraan
fisik atau psikologis.
4. melaporkan tidur yang cukup
di malam hari
2. Ketidakseimbangan Tupan: Setelah dilakukan 1. Manajemen gangguan 1. Mencegah dan menagani
Nutrisi Kurang Dari tindakan keperawatan 3x24 jam, makan pembatasan diet yang sangat
Kebutuhan Tubuh diharapkan kebutuhan nutrisi klien ketat dan aktifitas berlebihan
terpenuhi secara adekuat. atau memasukan makanan dan
Tupen: Setelah dilakukan minuman dalam jumlah yang
tindakan keperawatan selama 1x8 banyak kemudian berusaha
jam, diharapkan klien mampu mengeluarkannya.
menghabiskan ½ porsi makanan 2. Manajemen nutrisi 2. Membantu atau menyediakan
yang disediakan dan mengalami asupan makanan dan cairan
peningkatan nafsu makan. diet seimbang.
Kritteria Hasil : 3. Terapi Nutrisi 3. Pemberian makanan dan cairan
1. Memperlihatkan status untuk mendukung proses
41
nutrisis, yang di buktikan metabolic pasien malnutrisi
dengan indikator sebagai atau beresiko tinggi terhadap
berikut (sebutkan 1-5: nutrisi.
ganguaan ektrem, berat 4. Pemantauan Nutrisi 4. Mengumpulkan dan
,sedang, ringan, atau tidak menganalisa data pasien untuk
ada penyimpangan dari mencegah dan meminimalkan
rentang normal) : asupan gisi, kurang gizi
asupan makanan, asupan 5. Bantuan Menaikkan 5. Memfasilitasi pencapaiian
cairan, energy. berat badan kenaikan berat badan.
2. Pasien akan mampu
mempertahankan berat badan
3. Menjelaskan kompenen diet
bergizi adekuat.
4. Mempertahankan masa tubuh
dan berat badan dalam batas
normal.
5. Memiliki nilai laboratorium
dalam batas normal (mis.,
transferin, albumin dan
elektrolit).
42
3. Resiko Cedera Tupan: Setelah dilakukan 1. Manajemen lingkungan 1. Memantau dan memanipulasi
tindakan keperawatan selama (Keamanan) lingkungan fisik untuk
3x24 jam, diharapkan klien tidak memfasilitasi keamanan
melakukan tindakan kekerasan
baik pada diri sendiri, orang lain 2. Pencegahan jatuh 2. Mempraktikan tindakan
dan lingkungan. kewaspadaan khusus bersama
Tupen: Setelah dilakukan pasien yang berisiko terhadap
tindakan keperawatan selama 1x8 cedera akibat terjatuh.
jam, diharapkan klien dapat
mengenal lebih awal tanda-tanda 3. Identifikasi risiko 3. Menganalisis faktor risiko
akan terjadi perilaku kekerasan, potensial, menentukan risiko
klien dapat mengendalikan kesehatan, dan
perilaku agresi/amuk, klien dapat memprioritaskan strategi
menentukan cara adaptif penurunan risiko untuk
menyalurkan energi marah, klien individu atau kelompok.
mendapat dukungan dari 4. Dukungan 4. Mengidentifikasi hubungan
keluarganya. perlindungan terhadap saling bergantung yang
Kriteria hasil : kekerasan beresiko tinggi dan tindakan
1. Resiko cedera akan menurun untuk mencegah penderita
yang di buktikan oleh lebih lanjut terhadap bahaya
perilaku keamanan personal, fisik atau emosi.
pengendalian resiko, dan 5. Manajemen tekanan 5. Meminimalkan tekanan pada
43
lingkungan rumah yang bagian tubuh.
aman.
2. Pengendalian resiko akan di
perlihatkan, yang di buktikan
oleh indikator (mis, sebutkan
1-5 : tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering,
selalu).
3. Pasien dan keluarga akan
mampu mempersiapkan
lingkungan yang aman.
4. Mengidentifikasi risiko yang
meningkatkan kerentanan
terhadap cedera.
5. Menghindari cedera fisik
4. Resiko Bunuh Diri Tupan : Setelah dilakukan 1. Manajemen Perilaku : 1. Membantu pasien menurunkan
tindakan keperawatan selama membahayakan diri atau menghilangkan perilaku
3x24 jam diharapkan klien tidak sendiri mutilasi diri atau mencederai
mencederai diri. diri.
Tupen : Setelah dilakukan 2. Penumbuhan Harapan 2. Memfasilitasi perkembangan
tindakan keperawatan 1x8 jam sikap pada situasi tertentu.
44
diharapkan klien dapat membina 3. Pencegahan Bunuh Diri 3. Menurunkan resiko bahaya
hubungan saling percaya, klien yang sengaja di timbulkan
dapat terlindungi dari perilaku sendiri dengan tujuan
bunuh diri dan klien dapat mengakhiri hidup.
mengekspresikan perasaannya. 4. Peningkatan Sistem 4. Memfasilitasi dukungan
Kriteria hasil : Pendukung kepada pasien oleh keluarga ,
1. Resiko bunuh diiri berkurang teman, komunitas.
, yang di buktikan oleh
keseimbangan alam perasaan,
pengendalian terhdap bunuh
diri, dan keinginan
melanjutkan hidup.
2. Pasien mengatakan keinginan
untuk hidup.
3. Pasien mengatakan perasaan
mara.
4. Menghubungi orang yang
telah di tunjuk jika gagasan
bunuh diri muncul.
45