Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam rongga mulut pada

waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

yang tumbuh pada semua ras dan bererupsi lambat sehingga dapat mengalami

impaksi apabila kekurangan ruang pada lengkung gigi. Kekurangan ruang antara

molar kedua dan ramus merupakan penyebab utama impaksi gigi molar ketiga

mandibula (Abu Alhaija, 2010).

Penyebab kekurangan ruang menurut teori Mendel adalah faktor keturunan

yang mempengaruhi pertumbuhan rahang dan gigi. Jika salah satu orang tua

memiliki rahang yang kecil, dan pasangannya memiliki gigi yang besar, maka ada

kemungkinan anaknya akan berahang kecil dan bergigi besar. Hal tersebut dapat

mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang untuk erupsi molar ketiga dan

impaksi (Malik, 2008). Menurut Sadeta dkk (2013), kekurangan ruang pada

trigonum retromolare disebabkan oleh kekurangan dimensi anteroposterior atau

jarak transversal processus alveolaris. Alveolar shelf yang lebar berhubungan

dengan lebar intermolar yang luas menentukan erupsi gigi molar ketiga yang

sempurna.
2

Erupsi gigi molar ketiga dan perubahan posisi setelah erupsi dapat

dipengaruhi oleh ras, pola makan, intensitas penggunaan otot mastikasi, dan

genetik. Impaksi gigi molar ketiga lebih sering terjadi pada negara yang sedang

berkembang dibanding dengan negara maju akibat adaanya pengaruh pola diet.

Beberapa penelitian menemukan bahwa perubahan pola makanan yang kasar dan

fibrous ke halus, lunak, dan non-fibrous dapat mengakibatkan peningkatan

insidensi impaksi gigi molar ketiga. Penelitian Olosoji dan Odusanya (2000)

menemukan bahwa penggunaan otot mastikasi yang banyak menyebabkan atrisi

gigi dan memicu pertumbuhan rahang. Pertumbuhan rahang akan kurang

sempurna apabila tidak terdapat aktivitas pengunyahan yang konstan.

Manusia terbagi menjadi golongan ras yang tersebar luas di berbagai

belahan dunia, diantaranya Kaukasoid, Negroid, Mongoloid, dan Australoid.

Setiap ras yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan badan,

kecepatan pertambahan tinggi maupun berat badan, pertumbuhan wajah, ukuran

gigi dan rahang, waktu maturasi, pembentukan tulang, klasifikasi gigi, dan waktu

erupsi gigi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan kelompok etnis yang

menunjukkan ciri-ciri kraniofasial yang berbeda, karena setiap etnis memiliki

ukuran dan bentuk lengkung rahang yang lain berbeda satu sama lain sehingga

mempengaruhi pola impaksi gigi molar ketiga (Yaacob, 1996).

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa insidensi impaksi

gigi molar ketiga yang relatif banyak pada suku Cina dan suku India. Orang Cina

yang berasal dari subras Mongoloid dan orang India yang berasal dari subras
3

kaukausoid merupakan kelompok etnis utama di Asia. Kelompok mongoloid

terdapat ciri-ciri antara lain warna kulit kuning hingga coklat muda, bibir tipis dan

sempit, sayap hidung lebar, rambut kaku berwarna coklat tua sampai hitam, muka

lebih sempit, kepala lebih lonjong dan sempit dengan dahi tegak, dan sedikit

melengkung, sedangkan kelompok suku kaukasoid memiliki cirri-ciri diantaranya

apertura hidung tipis, mulut kecil, sudut wajah sekitar 90°-100°, orthognathism

dan warna kulit berkisar dari pucat sampai coklat gelap (Calder dkk., 2011). Orang

Cina di Singapura dan Malaysia berpindah dari Cina selatan terutama dari

provinsi Fujian dan Guangdong, sedangkan orang India di Malaysia dan

Singapura berpindah dari India Selatan dan Sri Lanka (S.M. Saw dkk., 2006).

Perkembangan ekonomi mampu mengubah gaya hidup dan diet yang

menyebabkan adanya perbedaan karakteristik kelompok etnis Cina dan India di

Malaysia. Penelitian berkaitan dengan evaluasi dan perbandingan beberapa

parameter mengenai impaksi molar ketiga antara kelompok etnis utama tersebut

dapat membantu memahami mekanisme dasar erupsi gigi molar ketiga.

Prevalensi erupsi gigi molar ketiga sangat bervariasi serta dipengaruhi oleh

usia, jenis kelamin dan etnis (Kanneppady dkk., 2013). Kan dkk. (2002)

menyatakan bahwa prevalensi impaksi gigi molar ketiga bervariasi antara setiap

ras, yaitu 1% pada African Negro dan Aborigin Australia, 10-25% pada orang

putih dan 30% pada orang jepang dan Cina (Hattab dkk., 1995). Hasil penelitian

Montelius (1932) juga menyatakan bahwa suku Cina mengalami impaksi molar

ketiga yang lebih banyak dibandingkan dengan suku Kaukasoid. Hal ini didukung

oleh penelitian Quek dkk. (2003) yang menyatakan bahwa 68,6% dari radiografi
4

OPG subjek menunjukkan setidaknya terdapat satu gigi molar ketiga yang

mengalami impaksi pada populasi Cina di Singapura.

Menurut Quek dkk (2003), prevalensi impaksi molar ketiga yang

bervariasi disebabkan oleh diskrepansi antara gigi dan rahang serta bentuk

lengkung gigi. Bentuk lengkung gigi dapat digambarkan secara kualitatif sebagai

oval, tapered, dan square. Perubahan lengkung gigi dapat dipengaruhi dari

genetik maupun kondisi lingkungan seperti kebiasaan oral, malnutrisi, dan fisik

(Cobourne& Diabiase, 2010). Genetik merupakan faktor yang penting dalam

menentukan ukuran dan bentuk rahang gigi. Cassidy dkk (1998) menunjukkan

bahwa faktor genetik berperan pada dimensi lebar dan panjang lengkung gigi.

Menurut Noroozi dkk (2001), bentuk lengkung gigi dapat ditentukan dengan

mengukur lebar interkaninus, lebar intermolar, tinggi kaninus, dan tinggi molar

kedua. Noorozi mengatakan bahwa rumus modelnya bersifat fleksibel untuk

anterior maupun regio posterior lengkung gigi. Berdasarkan keempat parameter

tersebut, rumus ini lebih kompatibel dengan lengkung gigi dan dapat mengambar

bentuk lengkung gigi ovoid, tapered dan square dengan akurasi yang tinggi.

Setiap ras mempunyai lengkung gigi yang berbeda dan perbedaan bentuk

dan ukuran lengkung gigi akan mempengaruhi ada tidaknya ketersediaan ruang.

Bentuk ciri lengkung gigi diantaranya Ras mongoloid memiliki lengkung gigi

yang berbentuk ellipsoid, Ras negroid memiliki lengkung rahang berbentuk U,

Ras kaukasoid memiliki lengkung gigi yang berbentuk paraboloid, dan Ras

australoid memiliki lengkung rahang yang berbentuk paraboloid yang lebar

dengan gigi insisivus yang besar (Lukman, 2006). Lestrel dkk. (2004)
5

menemukan perbedaan bentuk lengkung gigi secara signifikan antara kelompok

gigi berjejal dan kelompok kontrolnya. Pasien dengan gigi berjejal biasanaya juga

terdapat impaksi gigi molar ketiga (Lakhani, 2011). Menurut Quek dkk (2003),

prevalensi impaksi gigi molar ketiga lebih banyak pada orang Cina karena bentuk

lengkung yang meruncing dan lebar intermolar yang luas sehingga mengurangi

resorpsi ramus. Pertambahan ukuran ramus mandibula ditentukan oleh resorpsi

pada anteriornya dan deposisi pada permukaan posterior untuk menyedia ruang

untuk erupsi gigi molar ketiga. Oleh karena itu, gigi molar ketiga mengalami

impaksi karena kekurangan ruang yang memadai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, didapatkan rumusan

permasalahan yaitu apakah bentuk lengkung gigi berpengaruh pada impaksi gigi

molar ketiga rahang atas dan rahang bawah antara kelompok etnis Cina dan India.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola impaksi gigi

molar ketiga mandibula antara kelompok etnis Cina dan India berdasarkan bentuk

lengkung gigi.
6

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Mengetahui pengaruh bentuk lengkung terhadap impaksi gigi molar

ketiga rahang atas dan rahang bawah.

2. Sebagai salah satu prediktor untuk mengetahui apakah terjadi impaksi

gigi molar ketiga rahang atas dan rahang bawah.

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lanjutan mengenai impaksi gigi

molar ketiga rahang atas dan rahang bawah.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh bentuk lengkung gigi maksila dan

mandibula terhadap impaksi molar ketiga antara suku Cina dan kaukasoid belum

pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian yang serupa tentang impaksi gigi

molar ketiga antara ras adalah:

1. Impacted teeth: a comparative study of Chinese and Caucasian dentitions

(Montelius, 1932).

2. Pattern of third molar impaction in a Singapura Chinese population: a

retrospective radiographic survey (Quek, 2003).

3. A comparative study on radiographic analysis of impacted third molars

among three ethnic groups of patients attending AIMST Dental Institute,

Malaysia (Kanneppady, 2013).

Anda mungkin juga menyukai