A. DEFINISI
http://hikmahliabasuni.blogspot.com/2013/06/primary-angioplasti-pada-
stemi.html
B. PATOFISIOLOGI
1
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark
terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan
mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya
laktat dan ion hydrogen sehingga menyebabkan asidosis. Proses yang terjadi
terbagi dalam tiga fase yaitu, fase iskemia, dimana masih terdapat
anaerob pun semakin berkurang, fase ini dinamakan fase injury (Kristen
2
maka, akan masuk kefase berikutnya yaitu fase nekrosis sel miokardium
pada daerah nekrosis akan mengurangi cardiac output, perfusi ke organ dan
semakin luas. Efek lain adalah ketika penurunan perfusi berlanjut maka
Jika oklusi < 6 jam, maka daerah nekrose masih pada subendokardium,
dapat reversible karena daerah nekrose masih kecil, namun jika melebihi 6
jam maka daerah nekrose telah mencapai dinding ventrikel dan dalam 12
3
minggu pertama resiko berulangnya insiden dapat terjadi kapan saja dan
biasanya fatal (10% mortalitas). Setelah 2-3 bulan maka terjadi remodeling
C. ETIOLOGI
1. Faktor pencetus
2. Faktor presdiposisi
psiklogi.
4
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa
nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas,
4. Bisa atipik:
E. KOMPLIKASI
a. Disfungsi ventrikuler
infark dan non infark. Proses ini disebut remodeling ventikuler dan
5
hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel
kiri mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark
ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar pasca infark pada
yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi
ejeksi < 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE
harus diberikan.
b. Gangguan hemodinamik
klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi
paru.
6
c. Gagal jantung
d. Syok kardiogenik
e. Perluasan IM
f. Emboli sitemik/pulmonal
g. Perikarditis
i. Disfungsi katup
j. Aneurisma ventrikel
F. Data penunjang
1. Laboratorium
a. CKMB
b. LDH
7
Enzim ini akan Meningkat setelah 2 jam bila ada infak miokard
dan akan memuncak dalam 10-24 jam dan untuk CTn T masih
2. Ecg
dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI, dalam waktu 10
keputusan terapi reperfusi. Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal
adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terjadi fase segmen
ventrikel kanan.
3. Elektrolit.
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
5. Kecepatan sedimen
8
6. Kimia
atau kronis
7. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
9. Foto thorak
aneurisma ventrikuler.
10.Ekokardiogram
missal lokasi
13.Angiografi koroner
9
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi) Prosedur tidak selalu dilakukan pad
bekuan darah.
G. PENATALAKSANAAN
10
Tujuan utama tatalaksana pada pasien IMA adalah mendiagnosis secara
Pedoman dalam pemberian terapi mengacu pada ACC/AHA tahun 2009 dan
ESC tahun 2008, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisisarana dan fasilitas
gejala dan lebih separuhnya terjadi pada jam pertama sehingga elemen
antara lain:
resusitasi.
11
Keterlambatan terbanyak pada penanganan pasien disebabkan oleh
lamanya waktu mulai onset nyeri dada sampai keputusan paien untuk
meminta pertolongan.
Hal ini dapat diatasi dengan cara edukasi kepada masyarakan oleh
dini.
dengan saturasi oksigen kurang dari 90%. Pada semua pasien STEMI
b) Pemberian obat-obatan
12
Morfin : sangat efektif dalam mengurangi nyerii dada dan merupakan
dengan dosis 2-4mg dan dapat diulang 5-15 menit samapi dosis total
20mg.
STEMI dan efektif pda spectrum syndrome coroner akut dengan dosis
b) Diet : pasien harus puasa atau hanya minum cair dengan mulut dalam
4-12 jam karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infak
miokard.
4. Penatalaksanaa komplikasi
a. Syok kardiogenetik
13
Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda
Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok
Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat tanda
LBBB yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan ideal untuk
kardiogenik yang tak ideal dengan trapi invasif dan tidak mempuyai
kontraindikasi trombolisis.
14
hepatomegali) atau tanda hipotensi. Penatalaksana infark ventrikel
kanan:
cmH20).
loading volume.
kiri.
Penghambat ACE
Reporfusi
Obat trombolitik
15
Coronary arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu dengan
penyakit multivesel).
jika gagal harus diberikan shock kedua 200-300 J;, dan jika perlu
16
Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit, dilanjutkan dosis
pemeliharaan 1 mg/kg/jam.
sebelumnya).
berhasil harus diberikan shock kedua 200 sampai 300 J dan jika
17
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Nama:
b. Umur:
c. Alamat:
d. Pendidikan
e. Perkerjaan:
f. Tanggal masuk:
g. Status:
h. Diagnose medis :
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam
18
1. Sesak
2. odema
3. Nyeri dada
1. Darah tinggi
2. Diabetes
3. Penyakit jantung
mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau
1. Riwayat asma
2. Diabetes
3. Stroke
4. Gastritis
5. Alergi
3. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum:
b. Kesadaran:
4. Pemeriksaan penunjang:
19
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Elektrokardiografi:
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
Kriteria hasil:
20
Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan mudah bergerak dalam
waktu 3 hari.
Intervensi:
menurun.
diukur.
21
Intervensi:
menurun, FJ meningkat.
Auskultasi lapang paru setiap dua jam terhadap krekels, yang dapat
Selama periode akut dari curah jantung menurun dan sesuai program,
Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak pasif atau dibantu seperti
22
dengan dokter tentang tipe dan jumlah latihan di tempat tidur yang dapat
Intervensi:
program medis.
Mempertahankan kepercayaan.
Hindari konfrontasi.
23
semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten; ulangi
sesuai indikasi.
untuk penyelesaian.
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
24
d. Ansietas berkurang atau hilang
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn M.H
Umur : 42 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Bahasa : Indonesia
25
Alamat : Ds. Sidogiri RT 4 RW 1 Kraton, Pasuruan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri dada sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dada tembus
punggung. saat istirahat masih teraswa nyeri dada. Skala nyeri 5. Lama
selama 5 hari dan nyeri msih tidak berkurang. Akhirnya pasien dirujuk ke
RSSA
5. Genogram
26
Keterangan :
Laki – laki
hidup
Laki meninggal
wanita hidup
Wanita
meninggal
Klien.
--- serumah
NO AKTIFITAS TEMPAT
1 Pola Nutrisi Makan 3 kali sehari, porsi satu Pasien baru makan 1 kali
27
dan sawi, kadang snack, pasien putih.
makanan tertentu,
jam
4 Pola Personal Mandi 2 kali sehari dikamar Mandi baru 1 kali sehari
28
Gosok gigi 2 kali sehari. Gosok gigi 1 kali sehari dan
bersama kelaurga
6. Ketergantungan Pasien tidak punya riwayat Rokok (+), obat bebas (-),
(beralkohol),
D. DATA PSIKOLOGI
1. Status emosi
2. Konsep Diri
29
1) Body Image
2) Self Ideal
kesembuhannya.
3) Self esteem
menghadapi sakitnya.
4) Role
5) Identitas
3. Data Sosial
30
2) Sumber penghasilan : pasien bekerja sebagai pedagang buah
4. Pola Interaksi
Pasien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya. Pasien
5. Data Spiritual
ajaran agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah
yang lain
3) Di Rumah sakit pasien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas
yang dideritanya
E. PEMERIKSAAN FISIK
X.menit. Sp O2 100%. Paru kanan kiri vesikuler, whezing -/-, dada simetris,
31
retraksi dada (-), batuk (-), sekret (-), epistaksis(-), vocal fremittus normal,
perkusi sonor.
patologis (-).
B4 = BAK lancar warna jenih, urin 80 cc/ jam, Tidak terdapat distensi
B5 = perut lunak, suara dulness, bising usus (+) , tympani (+), bibir tidak
pucat, tidak ada nyeri perut atau asites. TB: 165 cm, BB: 60 Kg.
kebutuhan dibantu. Kelembaban cukup. Kulit, rambut dan kuku bersih. Kulit
teraba hangat, turgor cukup, kulit kepala bersih. Rambut bersih warna hitam,
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah
32
Tanggal Pemeriksaan Hasil Normal
BGA :
pH 7,41 7,35-7,45
Hb 13,8 gr/dL
Suhu 37,0 0C
33
2. Radiologi tanggal 02-07-2014
COR= Membesar
Irama : Teratur
HR : 97x/menit
G. PENATALAKSANAAN
Tanggal 22-07-2014
34
Inj. Lovenox 2 x 0,6 cc
Oral :
ASA 1 x 80 mg
CPG 1 x 75 mg
Captopril 3 x 12,5 mg
Bisoprolol 1 x 1,25
Simvastatin 1 x 20 mg
Diazepam 1 x 5 mg
Laxadin syr 3 x 1 CI
35
ANALISA KEPERAWATAN
1. DS :
axis.
Nyeri akut
Aterosklerosis
DS :
Intoleransi
Pasien mengatakan nyeri saat Intoleransi aktivitas
aktivitas
makan atau aktivitas.
DO :
37
kebutuhan px dibantu oleh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
38
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
39
40
INTERVENSI KEPERAWATAN
41
NO DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC
1 Nyeri dada berhubungan Nyeri dada Kriteria Hasil 1. Kaji lokasi, karakter, durasi, dan
dengan iskemia dan berkurang/tidak nyeri Nyeri dada berkurang intensitas, nyeri, dengan
infark miokard selama dilakukan tindakan (skala nyeri 1-3) menggunakan skala nyeri 0 (tidak
reguler menurun.
42
FP lambat, sulit miksi.
2 Intoleransi aktivitas Pasien dapat melakukan Kriteria hasil 1. Catat frekuensi jantung, irama, dan
berhubungan dengan aktivitas tanpa adanya nyeri Pasien dapat perubahan TD sebelum, selamam,
suplai dan kebutuhan peningkatan toleransi 2. Batasi istirahat saat nyeri dada
43
dan kulit hangat dari tingkat aktivitas
beraktivitas aktivitas
44
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
seperti mual.
jantung menurun.
45
CPG 75 mg, ASA 80 mg, ISDN 5 mg,
Bisoprolol 1,25 mg
nosokomial
seperti mual.
46
jantung menurun.
Bisoprolol 1,25 mg
nosokomial
47
berhubungan dengan intensitas, nyeri, dengan menggunakan
seperti mual.
jantung menurun.
Bisoprolol 1,25 mg
48
antara suplai dan dan keluarga agar membatasi
nosokomial
49
EVALUASI KEPERAWATAN
3 menit
O:
- Tampak gelisah
axis
50
A: Masalah belum teratasi
1-6
O:
tidur
- Kebutuhan px dibantu
perawat.
1-3
51
Nyeri dada berhubungan dengan S : Pasien mengatakan nyeri
O:
- Tampak nyaman
takipnea(-), hipotensi(-)
23/07/2014 axis
1-6
O:
52
- Pasien istirahat di tempat tidur
tidur
- Kebutuhan px dibantu
perawat.
1-3
O:
- Tampak nyaman
53
takipnea(-), hipotensi(-)
axis
A: Masalah teratasi
1-4
tidur
- Kebutuhan px dibantu
perawat.
54
P : Lanjutkan Intervensi nomer
1-3
55