Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes sudah merupakan suatu ancaman utama bagi kesehatan

pada abad ke-21. (WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah

penderita diabetes diatas usia 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam

kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun2025, jumlah itu akan bertambah

menjadi 300 juta orang.

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang

tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah penyakit

jantung, stroke, kanker, diabetes, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

(PPOK). PTM merupakan hampir 70% penyebab kematian di dunia, PTM

menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013,

tampak kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti diabetes,

hipertensi, stroke, dan penyakit sendi/rematik/encok. Fenomena ini diprediksi

akan terus berlanjut (profil kesehatan Indonesia tahun 2016).

Data profinsi lampung

Diabetes melitus (DM) merupakan sutu klompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikeia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya ( Purnamasari, dalam IPD

2014). DM sendiri dibagi dalam II tipe yaitu tipe I Insulin Dependen Diabetes

1
2

Melitus (IDDM) di sebabka oleh destruksi sel beta pulau Langerhans akibat

proses autoimun dan tipe II Non-Insulin Depeden Diabetes Mellitus (NIDDM)

disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan reaksi insulin (NANDA NIC

& NOC 2015).

Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan

dalam perawatan luka Diabetes Mellitus. Madu dapat digunakan untuk terapi

topikal sebagai dressing pada luka ulkus kaki, luka dekubitus, ulkus kaki

diabet, infeksi akibat trauma dan pasca operasi, serta luka bakar. Sebagai agen

pengobatan luka topikal, madu mudah diserap kulit, sehingga dapat

menciptakan kelembaban kulit dan memberi nutrisi yang dibutuhkan. Madu

terbukti mempunyai kemampuan membasmi sejumlah bakteri di antaranya

bakteri gram positif dan gram negatif. Madu menyebabkan peningkatan

tekanan osmosis di atas permukaan luka. Hal tersebut akan menghambat

tumbuhnya bakteri kemudian membunuhnya (e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.

2 (no. 3) September, 2014).

Luka diabetik sangat mudah menimbulkan komplikasi berupa

infeksi akibat invasi bakteri serta adanya hiperglikemia menjadi tempat yang

optimal untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi

pada luka diabetik adalah bakteri yang menghasilkan biofilm. Biofilm ini

dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeuroginosa.

Adanya biofilm pada dasar luka dapat menghambat aktivitas fagositosis

neutrophil polimorfonuklear dalam proses penyembuhan luka. Penanganan

luka pada pasien Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan terapi non
3

farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan

dalam perawatan luka Diabetes Mellitus. Sifat antibakteri dari madu

membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat

mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses

penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga

selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau

bekas luka pada kulit. (e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3) September,

2014).

Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan

asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah utama diabetes melitus yang

dilakukan oleh penulis sebagai bahan studi kasus yang merupakan suatu syarat

dalam menyelesaikan studi Ners pada pendidikan Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif

meliputi aspek biopsikososio dan spiritual pada klien dengan diabetes

mellitus.

1.2.2 Tujuan Khusus


4

a. Untuk melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan peminatan, yang

meliputi pengkajian, penegakan diagnosa, perumusan intervensi, dan

evaluasi.

b. Untuk melakukan analisis jurnal untuk menentukan salah satu

intervensi yang akan diberikan sesuai masalah keperawatan yang

diangkat.

c. Untuk melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan hasil telaan

jurnal.

d. Untuk melakukan evaluasi atau menganalisis hasil aplikasi intervensi

keperawatan sesuai jurnal pada pasien.

e. Untuk melakukan perbandingan hasil intervensi berdasarkan jurnal

pada beberapa pasien.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Teoritik

Dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes melitus.

2. Praktis
5

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai