Anda di halaman 1dari 23

TUMOR MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS

I. PENDAHULUAN

Pada umumnya tumor THT-KL ditemukan pada rongga mulut, orofaring,


nasofaring, hidung dan sinus paranasal, hipofaring, laring dan telinga. Tumor pada
telinga dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor dapat terjadi di daun telinga, saluran
telinga luar ( meatus akustikus externus ), telinga tengah dan telinga dalam. Tumor di
daerah yang berbeda dari telinga berperilaku berbeda juga. Jadi, perlu untuk
menggambarkan tumor berdasarkan kejadian, gejala dan pengobatannya.1

Saluran telinga eksternal dimulai pada pembukaan dari bagian berbentuk


cangkir (konka) dari telinga dan memanjang ke bawah ke gendang telinga. Tumor jinak
pada saluran telinga luar seperti dalam cholesteotoma atau ganas seperti pada
karsinoma sel skuamosa. Kedua tumor ini tumbuh lambat dan memberikan waktu yang
cukup untuk dapat didiagnosis pada awal perjalanan penyakit. Karsinoma sel skuamosa
merupakan jenis yang paling umum dari kanker telinga yang didapatkan. Tumor-tumor
ganas pada saluran telinga eksternal bersifat sangat serius, Biopsi langsung dari setiap
lesi yang mencurigakn di saluran telinga eksternal harus dilakukan segera. 1

National Cancer Institute di Amerika Serikat melaporkan bahwa pada tahun


1991 terdapat 6 juta penderita tumor ganas. Tercatat jumlah penderita tumor ganas
leher dan kepala sebanyak 78.000 orang lebih dari 75% adalah karsinoma sel
skuamosa. Dari seluruh penderita tumor ganas yang tercatat pada tahun 1991 tersebut,
10% penderita meninggal dunia pada tahun pertama, di antaranya 3-4% adalah
penderita keganasan pada kepala dan leher. 3

Pada awal januari 1997 dilaporkan bahwa kira-kira 33% penderita tumor ganas
kepala dan leher telah meninggal dunia. Secara keseluruhan angka rata-rata bertahan

1
hidup 5 tahun untuk tumor ganas leher dan kepala berkisar sebanyak 50-60% untuk
tumor primer saja dan 30% pada penderita tumor primer yang bermetastasis. 1

Tumor ganas pada saluran telinga luar (MAE) lebih jarang terjadi. Hanya 1
pasien di antara 10.000 pasien yang dating berobat dengan keluhan telinga, yang
terbukti menderita tumor pada saluran telinga luar. Tumor pada saluran telinga luar,
baik ganas atau jinak, umumnya mirip satu sama lain. 5

Meskipun relatif jarang, insiden kanker telinga sering terjadi pada individu
yang berusia lebih dari 60 tahun, namun dapat juga terjadi pada setiap kelompok usia.
Hal ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. 2

II. ETIOLOGI

Penyebab pasti dari kanker telinga belum diketahui secara jelas .Namun
Keganasan pada daun telinga dan liang telinga terjadi diduga karena faktor anatominya
yang berada di permukaan tubuh dan radiasi ultraviolet. Banyak penelitian yang
menyebutkan bahwa keganasan yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel
basal dan karsinoma sel skuamosa. Kedua keganasan ini sering dihubungkan dengan
radiasi ultraviolet (walaupun tidak selalu faktor radiasi ultraviolet yang menjadi faktor
utama pencetus keganasan). Karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa bisa
tumbuh dalam liang telinga atau menyebar dari aurikula ke dalam liang telinga.21
Karsinoma daun telinga sering timbul pada decade 6 atau ke 7 dan 80% terjadi
pada laki-laki. Hal ini dihubungkan dengan udara terbuka dalam waktu yang lama,
ekstrim kronis, atau radiasi teliga sebelumnya. Didapatkan 75% dari karsinoma liang
telinga dan telinga tengah berhubungan dengan otore kronis. 12
Studi lain menjelaskan bahwa prevalensi peselancar , terutama mereka yang
berselancar di perairan dingin meningkatkan resiko untuk terjadinya exostoses/ tumor
jinak saluran telinga luar. 9

2
Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi yang sering ditemukaan
pada tomor ganas THT-KL. Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali lebih tinggi
mengalami tumor ganas dibandigkan bukan perokok. Efek lagsung dari nikotin dan
hidrokarbon polisiklik aromatic dipertimbangkan bersifat karsinogenik. Merokok dan
minum alcohol juga menyebabkan mutasi dari gen suspensor tumor p53. 4
Human papilloma Virus (HPV) dan Epstein barr virus (EBV) adalah virus yang
erat hubugannya dengan kejadian tumr ganas THT-KL, EBV HPV berkaitan dengan
karinoa sel squmosa kepala,leher dan telinga 4
Dari penelitian yang pernah dilakukan, keganasan di bidang telinga hidung dan
tenggorok ini sangat erat hubungannya dengan penderita sosioekonomi yang rendah,
malnutrisi, penderita-penderita perokok berat dan peminum alkohol.4

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA.

Gambar 1 Anatomi telinga


Di kutip dari kepustakaan 21
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal
suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga
terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam

3
3.1 Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga
memiliki beberapa bagian, antara lain: concha, helix, antihelix, lobulus, trogus
dan antitragus. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari
tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½- 3 cm. 21
Meatus auditus eksternus merupakan saluran yang agak gepeng dari
permukaan sampai ke dalam tulang temporalis. Batas dalamnya adalah
membrane timpani. Suatu epitel berlapis skuamosa yang berlanjut dari kulit,
melapisi saluran ini. Terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
seruminosa (sejenis modifikasi kelenjar keringat) di dalam submukosa. Kelenjar
seruminosa adalah kelenjar tubular bergelung yang menghasilkan serumen-atau
“lilin” telinga campuran lemak dan lilin yang semisolid dan berwarna kecoklatan.
Rambut dan serumen memiliki fungsi protektif. 12
Membran timpani telinga adalah membran semitransparan yang tipis,
oval, berdiameter ± 1cm dan terletak di bagian paling dalam dari telinga luar.
Membran timpani dilapisi oleh kulit tipis pada bagian luar dan membran mukosa
pada bagian dalam. 21
Gendang telinga atau membran timpani adalah perbatasan dengan
telinga tengah, yang berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan
eksternal dan membrane mukosa pada permukaan internal. 11

3.2 Telinga tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan: 21

- Batas luar : membran timpani

4
- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap
bundar (round window) dan promontorium.

Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus


tulang temporal, Telinga tengah terdiri dari, tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring yang berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani. Tulang
pendengaran atau Ossikula auditiva yang terdiri dari (martil atau malleus,
landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). 10,11
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke
tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan
getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil
di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput. 10

3.3 Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari labirin ossea (labirin tulang), sebuah


rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan
perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan
endolimfe. 10

5
Gambar 2
Potongan melintang koklea. Endolimfe terdapat di skala media - daerah hijau
terang pada tengah diagram.
Dikutip dari kepustakan 10

Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang


koklea terdiri atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala
timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi
melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani
berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. 10
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau
membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas
membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara
menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas
sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur,
sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf
vestibulokoklearis. 10

3.4 Fisiologi Sistem Pendengaran

6
Fungsi utama dari telinga luar dan tengah adalah menyalurkan energi
suara dari luar ke telinga dalam. Fungsi ini dimulai dengan peran aurikula sebagai
penangkap getaran dari luar yang diteruskan ke meatus akustikus eksternus.
Dikarenakan bentuk dan ukurannya, meatus akustikus eksternus mampu
menambah intensitas bunyi pada gelombang 2-4 KHz hingga 10-15 dB. Getaran
yang ditangkap diteruskan ke membran timpani dan menyebabkan
membran timpani bergetar kemudian menyebabkan maleus bergetar. Maleus
berartikulasi dengan inkus dan inkus berartikulasi dengan stapes. 21
Artikulasi antara inkus dan stapes menyebabkan stapes terdorong ke
depan dan ke belakang setiap membran timpani dan maleus bergetar, sehingga
menyebabkan gerakan ke luar dan ke dalam pada oval window dan menggetarkan
cairan endolifatik pada duktus koklearis. 21
Perpindahan tekanan suara dari medium gas ke medium cair
menyebabkan hilangnya energi dalam jumlah besar. Jumlah energi yang hilang
mencapai 99.9% atau sekitar 30 dB dan hanya 0.1% yang ditransmisikan. Untuk
mengatasi kehilangan itu telinga tengah memiliki fungsi yang mengubah energi
suara yang ditransmisikan dari lingkungan luar telinga, dimana gas sebagai
medium, ke telinga dalam yang mengandung cairan. Fungsi tersebut adalah: 21
1) The Lever System
Karena manubrium pada maleus lebih panjang daripada lengan panjang
inkus, telinga memperoleh keuntungan secara mekanik yaitu dapat menutupi 2
hingga 3 dB dari total energy suara yang hilang akibat perpindahan medium
sebesar 30 dB. 21
2) Tympanic Membrane-Footplate Ratio
Fungsi ini didasari oleh perbedaan luas permukaan dari membran
timpani dengan footplate dari stapes. Luas permukaan dari membran timpani
adalah 55 mm2 dan luas permukaan footplate dari stapes adalah 3,2 mm2. Rasio
aktual keduanya adalah 21:1 namun rasio efektif adalah 14:1, hal ini disebabkan

7
tidak semua permukaan membran timpani yang bergetar. Rasio efektif tersebut
dapat mengatasi kehilangan energi suara sebesar 23 dB. 21
Dari kedua mekanisme tersebut, telinga tengah dapat menutupi 25-27
dB dari total 30 dB energi suara yang dilang. Sisa 3-5 dB hilang selamanya.
Mekanisme ini dinamakan “impedance-matching mechanism”. Selain itu, telinga
tengah juga memiliki mekanisme protektif yaitu dengan kontraksi otot stapedius
dan otot tensor timpani. Otot stapedius berfungsi menahan gerakan berlebih dari
stapes, dan otot tensor tympani. 21
Selanjutnya, getaran yang disampaikan dari stapes ke tingkap oval
menyebabkan cairan endolimfatik di sepanjang duktus koklearis bergetar.
Getaran itu menimbulkan getaran pada membran basilar. 21
Organ Corti, yang terletak pada permukaan membran basilar,
mencetuskan impuls sebagai respon terhadap getaran pada membran basilar.
Organ Corti memiliki dua tipe sel rambut, sel rambut luar dan dalam, dimana sel
rambut luar lebih banyak daripada sel rambut dalam. Sel-sel rambut memiliki
stereosilia. Sterosilia tertanam dalam membran tektorial yang memiliki struktur
seperti gelatin dan ukutannya semakin panjang pada sisi yang menjauhi
modiolus. Setiap stereosilia berikatan dengan stereosilia disampingnya yang
lebih panjang oleh filamen-filamen tipis. Pada saat terjadi pembengkokan
stereosilia ke arah stereosilia yang lebih panjang, maka stereosilia yang lebih
pendek akan tertarik dan membuka 200 sampai 300 saluran penghantar kation
dan menimbulkan gerakan cepat dari ion kalium yang bermuatan positif untuk
memasuki stereosilia dan menyebabkan hiperpolarisasi. Jika yang terjadi
sebaliknya makan akan menyebabkan depolarisasi dari sel-sel rambut. Secara
umum,jika membran basilar berbelok ke arah scala vestibuli akan menyebabkan
sel-sel rambut untuk berdepolarisasi, dan jika membran basilar berbelok ke arah
skala timpani akan menyebabkan sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi. 21

8
Perubahan potensial sel-sel rambut ini akan mengeksitasi serabut-
serabut saraf yang bersinaps pada dasar sel-sel rambut dan menghantarkannya ke
sepanjang saraf-saraf pendengaran. 21
VI. KLASIFIKASI TUMOR MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS

BENIGNA

 EXOTOSIS
 ADENOMA
 OSTEOMA

TUMOR TELINGA
BAGIAN LUAR
MALIGNA

 SKUAMOUS SEL
CARSINOMA
 BASAL SEL KARSINOMA
 ADENOMA KISTIK
EPITELIOMA
 SARKOMA
 MELANOMA MALIGNA

Dikutip dari kepustakaan 14

6.1. Tumor Jinak


a. Exostoses
Exostoses adalah kelainan tulang yang paling umum dari MAE(Meatus
Akustikus Eksternus), prevalensinya sekitar 1 dari setiap 150 pasien diperiksa untuk
masalah otolaryngologic. Manifestasinya berupa suatu penyempitan bertahap dari
kanal tulang dengan luas gundukan tulang yang timbul dari dinding kanal anterior dan
posterior. Exostoses paling sering terjadi pada orang dengan riwayat paparan air dingin
(seperti perenang atau peselancar). Pengendapan tulang untuk exostosis dianggap
sekunder ke periostitis kronis karena paparan suhu dingin. Gundukan tulang biasanya

9
terjadi bilateral dan biasanya tanpa gejala. Gejala seperti gangguan pendengaran
konduktif dan otitis eksterna dapat timbul jika saluran menjadi tersumbat. 3,13,14
Eksostosis adalah tumor yang paling sering pada saluran telinga luar.
Pertumbuhan jinak dari tulang ini tidak mempunyai gejala, kecuali bila disertai
penumpukan debris kearah membran timpani yang mengakibatkan terjadinya infeksi
atau sumbatan. Eksostosis biasanya tampak seperti dua atau tiga penonjolan licin, tak
bertangkai pada permukaan yang berhadapan liang telinga bagian tulang, dekat anulus.
Pada hampir setiap kasus didapatkan riwayat sering berenang, terutama dalam air
dingin. Fakta ini mungkin mempunyai arti penting sebagai penyebab. 13

10
Gambar Exostoses
Dikutip dari kepustakaan 9
b. Adenoma

11
Bermacam-macam jenis adenoma dapat timbul dalam liang telinga. Mungkin
berasal dari jaringan kelenjar keringat (epitelioma adenoid kistik atau seruminoma),
kelenjar sebasea atau kelenjar liur aberans. Silindroma yang telah dikeluarkan
sebelumnya dapat tumbuh dalam liang telinga luar. Membedakan tumor-tumor ini
harus dengan pemeriksaan mikroskopik karena setiap tumor tampak seperti massa
polipoid, licin dan tertutup kulit yang muncul dari dinding liang telinga. Hampir tanpa
gejala kecuali bila tumor menutupi seluruh liang telinga. Rasa nyeri merupakan tanda
keganasan dan perlu dicurigai bila terjadi nyeri pada tumor dalam liang telinga.13

c. Osteoma
Osteoma bermanifestasi sebagai massa, diskrit tulang pedunkulata yang muncul
dari garis jahitan tympanosquamous berdekatan dengan persimpangan tulang-tulang
rawan. Massa soliter, sepihak, dan lambat berkembang. Ini adalah neoplasma tulang
yang paling umum dari tulang temporal. Insiden pembentukan osteoma atau puncak
presentasi dalam dekade keempat kehidupan. Osteoma biasanya tanpa gejala, namun,
gejala dapat timbul jika obstruksi saluran terjadi. Osteoma lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan pada wanita. Ada hubungan yang pasti diketahui air dingin paparan
radiasi atau telah dibuktikan. Osteoma tumbuh dalam liang telinga sebagai massa
tunggal yang besar, dekat ujung lateral bagian tulang. Tumor ini sering bertangkai. 3,9,13

6.2. Tumor Ganas


Tumor ganas liang telinga ini mungkin ditemukan dalam tiga jenis, Karsinoma
sel skuamos (75%), Karsinoma sel basal (15%) dan adenokarsinoma (10%). Ketika
tumor ini ditemukan pertama kali, biasanya sudah dapat metastasis pada kurang 20%,
yang dapat mengenai kelenjar getah bening aurikularis posterior, kelenjar getah bening
aurikularis posterior, kelenjar getah bening servikalis superior profunda, parotis atau
kumpulan kelenjar getah bening submaksila. Metastasis secara hematogen jarang
terjadi. 13

12
a. Karsinoma sel skuamosa
Tumor kulit yang paling banyak adalah karsinoma sel skuamosa; 90% kasus ini
timbul pada muka dan leher dan 6% pada daun telinga. 85% dari karsinoma telinga,
tumbuh di daun telinga, 10% di liang telinga luar, dan 5% di telinga tengah. Untunglah
dalam praktek pribadi ditemukan sedikit sekali sedangkan pada institusi yang lebih
besar hanya ditemukan beberapa kasus. “king’s Hospital” di london melaporkan hanya
13 kasus dalam waktu 10 tahun antara 1952-1961. Jadi kejadiaannya adalah 4 atau 5
karsinoma dari 20.000 pasien.13
Karsinoma sel skuamosa atau karsinoma epidermoid terdiri dari massa epitel
yang membesar dan tumbuh ke dalam dengan berbagai variasi sel serta ukurannya.
Terlihat banyak mitosis atipik. Adanya sarang-sarang sel keratin membentuk “mutiara’
keratin merupakan gambaran khas tumor ini dan karsinoma sel skuamosa ini sering
mengalami metastasis dibandingkan dengan tipe karsinoma lainnya. 13

Gambar karsinoma sel skuamosa


Dikutip dari kepustakaan 21

13
Gambar karsinoma sel skuamosa
Dikutip dari kepustakaan 13

b. Karsinoma sel basal


Perbedaan utama dengan karsinoma sel basal dengan karsinoma sel skuamosa
adalah adanya sel-sel keratin yang membentuk mutiara dan sel-sel tajam (prickle cells),
karsinoma sel basal (ulkus rodent) terdiri dari batang dan massa dengan inti yang sangat
basofilik. Tidak sering ditemukan mitosis dan demikian pula “mutiara” epitel. 9,13,16,18
Perkembangan karsinoma sel basal biasanya lambat, sehingga lesi sudah ada
selama beberapa bulan sebelum terjadinya perubahan yang membawa penderita datang
ke dokter. Pada saat penderita berobat, lesi biasanya telah berubah menjadi suatu tumor
sel skuamosa, tumbuh lebih cepat dan terjadi ulserasi dan karsinoma sel basal lebih
bersifat invasif lokal jarang mengalami metastasis berbeda dengan karsinoma sel
skuamos. 9,13,16,18

14
Gambar karsinoma sel basal
Dikutip dari kepustakaan 21

c. Epitolema Adeno Kistik (Tumor Brooke)


Tumor ini merupakan bentuk khusus karsinoma, yang jenis selnya diduga
berasal dari epitel germinal folikel rambut dan/atau kelenjar keringat. Lesi ini sangat
jarang, tetapi dapat mengenai daun telinga maupun liang telinga luar. 13
Secara histologi tampak sel epidermoid imatur yang tersusun seperti kumparan,
bergerombol, atau alveoli dengan kelompok epitel bertanduk yang berbentuk cincin
mengelilingi materi homogen. Sel ini berasal dari lapisannya basal kulit atau saluran
kelenjar, dan biasanya mempunyai daerah-daerah kistik yang berisi bahan amorf. 13
Secara klinis tumor ini muncul setelah masa pubertas dan lebih sering pada
wanita. Tumornya berbentuk nodul kecil, tidak nyeri, tumbuh lambat, dan tidak
berulserasi. Metastasis jarang terjadi, tetapi prognosisnya buruk karena sifatnya yang
progresif dan kambuhan, walaupun pengobatannya sudah adekuat. Reseksi yang
adekuat serta radiasi pascaoperasi merupakan terapi terbaik saat ini. Cara seperti ini
mengikuti metode yang telah diulas pada bahasan mengenai karsinoma. 13

d. Sarkoma
Sarkoma lebih sering timbul pada usia yang jauh lebih muda daripada
karsinoma, dan merupakan tumor ganas telinga yang paling sering pada anak-anak.
Sebagian besar tumor ini jenis rabdomiosarkoma, tetapi sarkoma sel spindel,
fibrosarkoma, limfosarkoma dan kondrosarkoma pernah dilaporkan juga. 13
Pada beberapa kasus telinga terkena akibat invasi melalui tuba Eustachius atau
metastasis, tetapi yang lebih sering tumor primernya tumbuh ditelingah tengah atau di
liang telinga luar. Progonisis buruk karena tumor tumbuh cepat. Seringkali tumor sudah
dilluar batas yang dapat dieksisi sebelum diagnosis ditegakkan. Radiasi dipersulit oleh

15
tulang disekitarnya yang sering hilang akibat radionekrosis pasca terapi. Pada kasus-
kasus yang dicoba diterapi, reseksi tulang temporal diikuti terapi radiasi agaknya
memberi prognosis terbaik. 13

e. Melanoma Malignum
Melanoma dapat timbul di daun telinga maupun liang telinga, tetapi lebih sering
di daun telinga. Bila ada lesi berpigmen yang mulai membesar dan berubah warna,
harus dipikirkan kemungkinan kelainan ini. Karena lesi ini cenderung untuk menyebar
setelah trauma bedah, maka biopsi harus dihindarkan. Bila lesi ini belum lama, maka
harus dilakukan eksisi lengkap dengan batas jaringan sehat yang cukup besar.
Prognosis tumor ini tak dapat dilamarkan karena dapat terjadi metastasi limfatik yang
tidak terduga dan seringkali terjadi fase dini. Diperlukan pemeriksaan secara berkala
untuk menemukan penyebaran sedini mungkin. Jika ditemukan penyebaran limfatik,
maka diseksi leher radikal merupakan suatu cara yang dapat memberi harapan
penyembuhan pada beberapa kasus. 13

VII. GEJALA KLINIK


Gejala tumor pada telinga berbeda untuk tiap jenisnya. Berikut ini adalah
beberapa tanda-tanda gejala kanker telinga biasa terjadi pada tahap awal tumor :

- Munculnya ulkus tumor


- Pembengkakan atau benjolan di leher
- Nyeri telinga (Otalgia)
- Gangguan pendengaran
- Otore dari telinga sering bercampur darah
Tinitus

Membedakan tumor-tumor ini harus dengan pemeriksaan mikroskopik karena


setiap tumor hampir tanpa gejala kecuali bila tumor menutupi seluruh liang telinga dan

16
menyebabkan gangguan pendengaran konduktif. Rasa nyeri merupakan tanda
keganasan dan perlu dicurigai bila terjadi nyeri pada tumor dalam liang telinga. 13
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harus
diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau bentuk
jinak yang lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya berupa
karsinoma sel skuamosa. Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh sekret
menahun dari telinga. Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila dengan
pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan. 13
Karsinoma liang telinga atau telinga tengah lebih sukar didiagnosis pada
keadaan dini. Biasanya berhubungan dengan infeksi kronis. Tumor ini mempunyai
permukaan yang kasar dan berwarna merah sehingga sering diduga granuloma atau
polip. Oleh karena itu setiap kasus infeksi telinga yang tdak mudah sembuh, harus
dicurigai. Bila didapatkan permukaan kulit yang tidak rata, granuloma atau polip harus
dilakukan biopsi. Rasa nyeri dan perdarahan adalah dua gejala yang paling sering pada
keganasan liang telinga atau telinga tengah. Karena infeksi kronis biasanya tidak
menimbulkan gejala seperti ini, maka kedua gejala tersebut dapat merupakan tanda
suatu keganasan. Bila penyakit ini berlanjut, sering dapat mengenai saraf fasial yang
menimbulkan paralisis. Selanjutnya penyebaran mungkin ke kelenjar getah bening
atau ke dasar tengkorak, dengan melibatkan saraf kranial bagian bawah. 13

VIII. DIAGNOSIS
Sebuah karsinoma yang timbul dari kanalis auditorius eksternal sering sulit
dibedakan dengan otitis supuratif. Karena tingginya insiden otitis eksterna dan media
dan karena patologi sering kronis, diagnosis karsinoma meatus akustikus ekstesnus
hampir selalu terlambat. 7
Adapun pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk menegakkan diagnosis dari
tumor tersebut : 7

a. Anamnesis : 19

17
 Daun telinga / liang telinga tumbuh benjolan
 Nodul tumbuh pelan ( jinak)
 Benjolan cepat membesar, ulkus + ganas
 Liang telinga terasa nyeri, rasa buntu, sekret ada darah atau perdarahan
telinga
 Otore kronis, tinitus, pendengaran menurun
 Rasa nyeri di telinga luar, tengah atau sebelah dalam
 Telinga bag. belakang membengkak
 Benjolan di leher (kel. GB) = metastasis

b. Pemeriksaan Klinis :
Setiap massa yang tumbuh dalam liang telinga luar, bila menetap harus
diangkat untuk pemeriksaan. Lesi yang diduga sebagai polip, granuloma, atau bentuk
jinak yang lain, ternyata kadang-kadang dapat terbukti ganas biasanya berupa
karsinoma sel skuamosa. Karena penyakit ini sering sekali ditandai oleh sekret
menahun dari telinga. Maka pasien seperti itu harus dicurigai terutama bila dengan
pengobatan adekuat tidak terjadi perbaikan. 13,17
Curiga ganas, bila
 Sekret ada darah, perdarahan telinga
 Liang telinga permukaan kasar, merah, granuloma atau polip _ perlu
biopsi
 Nyeri tekan, tampak kesakitan
 Paresis N. VII 19

c. Tes pendengaran : 19
1) Tes Berbisik
2) Tes garpu tala (tes Rinne, tes weber, tes swabach, tes bing)
3) Tes Audiometri

18
Bila tumor menutupi seluruh liang telinga maka akan menyebabkan gangguan
pendengaran konduktif.

d. Pemeriksaan Penunjang
1) pemeriksaan Radiologi
Sebuah resolusi tinggi CT Scan dan MRI diperlukan untuk evaluasi yang tepat.
Sebuah resolusi tinggi CT Scan menentukan erosi osseus disebabkan oleh tumor,
sedagkan MRI lebih unggul untuk evaluasi jaringan lunak. MRI menunjukkan adanya
dural invasi, perluasan intrakranial, serta keterlibatan jaringan lunak ekstrakranial. 16

2) pemeriksaan Histopatologi
Diagnosis yang tepat harus dibuat dengan biopsi. Keseluruhan risiko metastasis
untuk karsinoma sel skuamosa kulit dari telinga eksternal dan sekitarnya. 16

IX. PENATALAKSANAAN
Ketika tumor ditemukan di liang telinga, lokasi, ukuran dan luasnya tumor
harus dievaluasi secara menyeluruh di bawah mikroskop operasi. Pengobatan terdiri
dari eksisi bedah luas dan pasca operasi terapi radiasi.

9.1 Pembedahan

Bila tumor melibatkan bagian posterior saluran telinga luar dan belum sampai
ke gendang telinga maka dilakukan sebuah mastoidektomi radikal. dilanjutkan
dengan mengeluarkan seluruh tulang rawan & tulang liang telinga serta massa tumor

19
di meatus eksternus. Defek op. di tutup skin graft Jika tumor ganas sangat luas dan
melibatkan telinga tengah maka dilakukan reseksi tulang mastoid subtotal atau total.
(startme). 9
Untuk tumor ganas prosedur yang digunakan adalah total "enbloc" dari saluran
telinga dan seluruh kulit sekitarnya, termasuk tulang, gendang telinga dan tulang
pendengaran.1
Walaupun ada kontroversi mengenai penatalaksanaan bagi tumor liang telinga,
banyak data yang berkembang mengatakan bahwa bedah ekstensif/luas (seperti dalam
pembedahan en bloc) harus dilakukan dibandingkan bila hanya dilakukan sedikit demi
sedikit. Pembedahan en bloc temporal subtotal dikembangkan untuk meningkatkan
hasil pengobatan yang lebih baik pada keganasan liang telinga dan tulang temporal. 21
Sembilan puluh lima persen dari karsinoma sel basal <2 cm dapat diatasi
dengan eksisi lokal dengan margin bedah minimal 4 mm. Aurikularis rekonstruksi
mungkin diperlukan untuk cacat besar, sedangkan Kanker sel skuamosa diketahui
bermetastasis secara lokal ke dalam kulit dan kelenjar getah bening. Pencangkokan
kulit dari telinga dilakukan untuk membangun kembali saluran telinga sebuah graft
jenis fasia digunakan untuk membangun kembali gendang telinga. 1

9.1 Radioterapi
Terapi radiasi sendiri belum dibuktikan merupakan metode efektif dalam
mengobati keganasan pada liang telinga. Pada kenyataannya, banyak tumor yang
timbul lagi jika diberi radioterapi saja. Tetapi walaupun begitu banyak pengarang yang
tetap menyarankan radioterapi sebagai satu-satunya modalitas bagi stage III dan IV . 21
Pada stadium tumor dimana sudah terjadi perluasan tumor pada saraf, wajah
dan vascular.Disarankan untuk dilakukan pembedahan juga terapi radiasi terutama
pada stage III dan IV. 21
Jika tumor ganas, terapi radiasi harus dipertimbangkan setelah operasi,
terutama pada kanker sel skuamosa. Reseksi bedah dari saluran telinga tanpa terapi

20
radiasi adalah cukup untuk kanker sel basal dan keganasan kelenjar. Hal ini
membutuhkan operasi lebih radikal, kecuali pada fase awal kasus. 1,15,18

X. PROGNOSIS
Angka kesembuhan karsinoma liang telinga luar buruk, kurang dari 35%. Eksisi
luas dari lesi berarti mengangkat seluruh tulang rawan dan tulang liang telinga melalui
pendekatan mastoid, sehingga liang telinga dapat terangkat secara keseluruhan tanpa
mengganggu jaringan yang terkena. 3
Selain usia pasien dan status kekebalan secara keseluruhan, prognosis untuk
karsinoma sel skuamosa tergantung pada subtipe histologis, ukuran, dan lokasi tumor.
Sebuah prognosis yang lebih baik dikaitkan dengan histologi baik dibedakan. Sistem
5-tahun angka kesembuhan untuk karsinoma sel skuamosa berkisar dari 75% menjadi
92%.9,15

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Lobo David, Liorente J, Suarez C. Squamous cell carcinoma of the


externalauditory canal. 2007. Available from
:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2459330. Accessed :
2018,April 20.
2. Chee G, Mok P, Sim R. Squamous cell carcinoma of the temporal bone
:diagnosis, treatment and prognosis. Singapore Med J 2000 Vol 41 (9):441-
446,451.
3. Myers EN, Suen JY. Cancer of the Head and Neck. Third Edition. Philadelphia:
W.B Saunders Company. 1996
4. Moore KL, Dalley II AF, Agur AMR. Clinically Oriented Anatomy. Sixth
Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2010.
5. Damayanti S, Retno W. Sumbatan Hidung. Soepardi EA, Iskandar N. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 10-13.
6. May JS, Fisch U. Neoplasm of The Ear and Lateral Skull Base In: Byron J.
Bailey editor. Head & Neck Surgery-Otolaryngology. 2nd Ed. Lippincott-
Raven. Philadelphia.1998
7. Kinney SE. Clinical Evaluation and Treatment of The Ear Tumor in: Batsakis
JG, Liberg RD eds. Comprehensive Management of The Head & Neck Tumors.
Philadelphia: WB Saunders Company, 1987.
8. Michaels L, Hellquist HB. Ear, Nose and Throat Histopathology. 2nd Ed.
Springer-Verlag. Singapore. 2001.
9. Ear anatomy. Available at:
http://www.enchantedlearning.com/subjects/anatomy/ear/. Accessed on April
20, 2018

22
10. Bloom W, Fawcett DW. A Textbook of Histology. 9th Ed. Saunders. 1968.
11. Neuroanatomy of the Auditory System. Available at:
https://courses.stu.qmul.ac.uk/smd/kb/microanatomy/brain/CAL3/BaBy1CAL
3.htm. Accessed on April 20, 2018.
12. Merkel cell Carcinoma. Available at:
http://www.merkelcell.org/clinicalPhotos/index.php. accessed on April 21,
2018.
13. Sciene Photo Library. Available at:
http://www.sciencephoto.com/media/253641/enlarge. Accessed on April 21,
2018

23

Anda mungkin juga menyukai