Anda di halaman 1dari 3

3 Fakta Tersembunyi Jeruk Nipis

Ulfah Dwi K. dan Mardia Mardiatia R.

Sumber: spicersretreats.com

Halo, Teman Sehat! Tahukah kamu jika susu ditambahkan air jeruk nipis dan enzim protease
akan terbentuk keju loh! Jeruk nipis juga memiliki senyawa yang dapat membunuh bakteri
penyebab diare serta menangkap radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Namun, jeruk nipis
belum banyak dimanfaatkan pada produk pangan. Penggunaannya hanya sebagai penghilang bau
amis pada makanan laut serta penambah rasa asam pada makanan tradisional, seperti soto dan
gado-gado. Hal ini sungguh disayangkan, karena Indonesia sebagai produsen jeruk nipis
seharusnya dapat memanfaatkannya dengan lebih baik untuk meningkatkan nilai tambah bahan
pangan tersebut.
Penasaran apa saja fakta-fakta tersembunyi dari jeruk nipis? Yuk disimak!
Pengasam alami dalam produk pangan
Sebagian besar masyarakat pasti menginginkan makanan yang tidak hanya memiliki komposisi
gizi yang lengkap, tetapi juga memiliki penampakan dan cita rasa yang menarik. Untuk
menghasilkan makanan yang menarik dan lezat, serta tahan lama, dibutuhkan penambahan bahan
tambahan pangan (BTP), seperti pewarna, pemanis dan pengawet. BTP identik dengan bahan
kimia sintetik yang berbahaya, tetapi ada juga loh BTP yang alami, salah satunya jeruk nipis.
Jeruk nipis dapat digunakan sebagai pengasam alami karena mengandung asam sitrat 6.15%,
asam laktat 0.09% serta sejumlah kecil asam tartarat (Berlian et al. 2016). Tidak hanya untuk
penabah rasa asam dalam makanan tradisional saja, menurut Purwadi (2010), jeruk nipis dapat
digunakan untuk pembuatan keju Mozzarella. Pada pembuatan keju, jeruk nipis berperan dalam
meningkatkan keasaman susu sehingga terbentuk padatan keju setelah susu ditambahkan jeruk
nipis dan enzim protease. Kualitas keju dengan pengasam jeruk nipis tidak berbeda nyata dengan
keju yang dibuat dengan pengasam sintetik. Oleh karena itu, jeruk nipis dapat dijadikan
pengasam alami pengganti pengasam sintetik tanpa mengubah kualitas suatu produk pangan.
Jeruk nipis sebagai pengasam alami memiliki keunggulan dibandingkan dengan pengasam
sintetik, yaitu mudah didapatkan karena tersedia di alam serta lebih tidak berbahaya (Anonim
2006).
Memiliki senyawa-senyawa antimikroba
Aktivitas antibakteri dari buah jeruk nipis disebabkan oleh kandungan sejumlah asam organik
seperti asam sitrat yang merupakan komponen utama, kemudian asam malat, asam laktat dan
asam tartarat. Menurut Berlian et al. (2016), asam-asam tersebut akan meningkatkan keasaman
makanan sehingga mikroba tidak dapat tumbuh. Selain itu, minyak atsiri dalam jeruk nipis,
diantaranya fenol, saponin, dan flavonoid yang bersifat bakterisidal atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, seperti Eschericia coli (Saprian 2014) dan Staphylococcus aureus
(Lauma et al. 2015). Senyawa-senyawa tersebut mengakibatkan sel mikroba rusak dan akhirnya
mati. Rendahnya jumlah mikroba dalam makanan membuat makanan menjadi lebih awet tanpa
harus ditambahkan pengawet sintetik. Senyawa antimikroba dalam jeruk nipis juga dapat
mencegah penyakit karena infeksi mikroba ke dalam tubuh, seperti diare (Razak et al. 2013).
Memberikan efek antioksidan dalam tubuh
Jeruk nipis merupakan salah satu buah yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi karena
mengandung vitamin C dan senyawa fenolik (Anggraini 2014), serta flavonoid dan saponin
(Berlian et al. 2016). Senyawa-senyawa antioksidan tersebut dalam makanan dapat berperan
sebagai pengawet karena mencegah rusaknya lemak karena oksigen yang dapat menyebabkan
timbulnya bau tidak sedap. Di dalam tubuh, antioksidan berperan menangkap radikal bebas agar
tidak merusak sel-sel tubuh (Lolaen et al. 2013).

Jeruk nipis memiliki manfaat lain yang tidak dimiliki pengasam sintetik yaitu memberikan efek
antimikroba dan antioksidan di dalam tubuh. Oleh karena itu, diharapkan jeruk nipis dapat
dijadikan sebagai bahan pengasam alami pada produk pangan sehingga tidak hanya memberikan
rasa asam, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan.

Sumber:
Anggraini FN. 2014. Aktivitas antioksidan dan mutu sensori formulasi minuman fungsional
sawo (Achras sapota L.) dan kayu manis (Cinnamomum burmannii) [skripsi]. Jakarta
(ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Anonim. 2006. Bahan tambahan pangan [internet]. (diakses pada 2018 Jan 2). Tersedia:
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/BAHAN-TAMBAHAN-
PANGAN.pdf.

Berlian Z, Fatiqin A, Agustina E.2016. Penggunaan perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
dalam menghambat bakteri E. coli pada bahan pangan. Jurnal Bioilmi 2(1): 51-58.

Lauma SW, Pangemanan DHC, Hutagalung BSP. 2015. Uji efektivitas perasan air jeruk nipis
(Citrus aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus secara in vitro.
Jurnal Ilmiah Farmasi PHARMACON. 4(4): 9-15.
Lolaen LAC, Fatmawati, Citraningtyas G. 2013. Uji aktivitas antioksidan kandungan fitokimia
jus buah gandaria (Bouea macrophylla G.). Jurnal Ilmiah Farmasi PHARMACON. 2(2):
1-7.
Purwadi. 2010. Kualitas fisik keju mozzarella dengan bahan pengasam jeruk nipis. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Hasil Ternak. 5(2): 33-40.
Razak A, Djamal A, Revilla G. 2013. Uji daya hambat air perasan buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia S.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2(1): 5-8.
Saprian, Juliany A, Nurmiyanto A. 2014. Uji efektivitas jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam
mempercepat laju disinfeksi bakteri Eschericia coli pada proses solar water disinfection.
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan 6(1): 14-25.

Anda mungkin juga menyukai