Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KIMIA DASAR II

DOSEN : MEIRY FRID DWIYANSI, ST., MT

DISUSU OLEH :

HENDRA FEBRIADI SAPUTRA


DBD 113 155

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan
kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup
yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kimia Dasar II di
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik pada Universitas Palangkaraya.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Meiry Frid Dwiyansi, ST., MT selaku dosen pembimbing mata kuliah Kimia
Dasar II dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mampu memperluas
pengetahuan tentang model asam basa, asam basa kualitatif, asam basa kuantitatif
dan asam basa lemah, makalah yang saya sajikan berdasarkan dari referensi
maupun blog.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang baru kepada
pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu kepada Bapak/Ibu maupun pembaca, saya meminta
masukannya demi perbaikan makalah ini.

Palangkaraya, Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................1
1.3 Tujuan .........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

2.1 Model Asam Basa ........................................................................


2.2 Kekuatan Asam Basa Kualitatif ..................................................
2.3 Kekuatan Asam Basa Kuantitatif .................................................
2.4 Asam Basa Lemah ........................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

3.1 Kesimpulan ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Senyawa asam dan basa sering ditemukan dan berperan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh bahan yang bersifat asam yaitu pada
buahan-buahan misalnya lemon dan jeruk. Sedangkan contoh bahan yang
bersifat basa yaitu sabun dan deterjen. Untuk menjelaskan mengenai
senyawa asam dan basa, terdapat beberapa teori asam basa, diantaranya
yaitu teori Arrhenius, teori Bronsted-Lowry, teori asam basa Lewis, dan
teori Lux-Flood.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membedakan antara
senyawa asam dan basa, misalnya dengan menggunakan indikator lakmus.
Senyawa asam dapat mengubah lakmus biru menjadi berwarna merah,
sebaliknya senyawa basa dapat mengubah lakmus merah menjadi
berwarna biru. Selain itu, untuk membedakan apakah suatu senyawa
bersifat asam atau basa dapat juga menggunakan indikator
phenolphthalein. Jika setelah penambahan phenolphthalein warna larutan
berubah menjadi merah muda atau pink, maka larutan tersebut bersifat
basa. Senyawa asam dan basa masing-masing memiliki sifat spesifik yang
dapat membedakannya satu sama lain, misalnya dengan rasanya. Senyawa
asam cenderung memiliki rasa masam, sedangkan senyawa basa memiliki
rasa agak pahit. Perbedaan lain yang dapat membedakan kedua senyawa
ini yaitu kemampuannya melarutkan zat lain. Senyawa asam bersifat
korosif sehingga dapat melarutkan beberapa logam aktif, sedangkan
senyawa basa dapat melarutkan lemak. Oleh karena itu, abu gosok yang
bersifat basa dapat digunakan untuk mencuci sisa lemak yang ada di
piring.
Senyawa asam dan basa juga dapat digolongkan lebih lanjut berdasarkan
sifat keras dan lunaknya. Penggolongan ini didasarkan pada ligan dan ion
logamnya. Ligan (anion) keras dan lunak digolongkan berdasarkan
polarisabilitas anion, yaitu kemampuan suatu anion untuk mengalami
polarisasi akibat medan listrik yang berasal dari ion logam (kation).
Sedangkan ion logam (kation) keras dan lunak digolongkan berdasarkan
polarisabilitas kation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi
suatu anion dalam suatu ikatan. Penggolongan ini penting dilakukan untuk
memudahkan pemahaman mengenai pengertian dari suatu asam atau basa
yang keras dan lunak. Pemahaman sifat asam basa yang keras dan lunak
juga dibutuhkan untuk mengetahui interaksi yang terjadi diantara asam
basa tersebut, apakah interaksi yang bersifat ionik atau interaksi yang
bersifat kovalen. Oleh karena itu maka dibuat makalah ini sebagai tugas
dalam mata kuliah Kimia Dasar II agar mahasiswa lebih mampu
memahami segala aspek yang berkaitan dengan teori asam basa.

2.1 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana model dari asam basa ?
2. Apa yang dimaksud dengan kekuatan asam basa kualitatif ?
3. Apa yang dimaksud dengan kekuatan asam basa kuantitatif ?
4. Apa saja yang termasuk dalam asam basa lemah ?

3.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui model dari asam basa
2. Untuk mengetahui kekuatan asam basa kualitatif
3. Untuk mengetahui kekuatan asam basa kuantitatif
4. Untuk mengetahui asam basa lemah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Asam Basa


Pertama kali konsep asam dan basa dikenal dari rasanya, yaitu
asam mempunyai rasa masam dan basapahit. Pada tahun 1777, Lavoisier
menemukan bahwa oksigen merupakan unsur di dalam asam (oksigen dari
bahasa Yunani, artinya pembentuk asam). Pada tahun 1808, Humphry
Davy menunjukan fakta lain bahwa HCl yang terlarut dalam air dapat
bersifat asam hanya mengandung hidrogen dan klorin tanpa oksigen.
Arehenius, orang pertama yang mengembangkan konsep asam-
basa mendifinisikan asam-basa berdasarkan pengaruhnya dalam pelarut
air. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat meningkatkan
konsentrasi ion H+ dalam larutan air, sedangkan basa dapat meningkatkan
konsentrasi ion OH- dalam pelarut air.
1. Model Asam Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dapat meningkatkan
konsentrasi ion H+ dalam larutan air, sedangkan basa dapat
meningkatkan konsentrasi ion OH- dalam pelarut air. Ion H+ tidak
berupa proton bebas, tetapi terikat secara kimia pada molekul air,
membentuk H3O+. Spesi ini dinamakan ion hidronium yang terasosiasi
dengan sejumlah molekul air
Adanya ion hidronium dan ion hidroksida dalam larutan air akibat
dari reaksi swaionisasi air.
H2O (l) + H2O (l) H3O+ (aq) + OH- (aq)
Dengan demikian, pelarutan asam atau basa ke dalam air akan
menggeser kesetimbangan reaksi swaionisasi air.
Menurtu teori Arrhenius, asam kuat adalah zat yang terionisasi
sempurna dalam larutan air membentuk ion H3O+ dan anion sisa asam.
Contoh asam perklorat, HClO4
HClO4 (aq) + H2O (l) H3O+ (aq) + ClO4- (aq)
Contoh asam-asam kuat yang lain adalah H2SO4, HI, HBr, HCl, dan
HNO3.
Suatu basa kuat terionisasi sempurna di dalam larutan air
membentuk ion OH- dan kation sisa basa. Natrium hidroksida adalah
contoh basa kuat.
Secara umum, senyawa yang tergolong basa kuat adalah hidroksida
dari unsur-unsur golongan IA dan IIA pada tabel periodek, kecuali
berilium.
Asam dan basa lain dipandang sebagai asam dan basa lemah. Zat-
zat tersebut tidak terionisasi sempurna didalam larutan air, sebab
sebagian besar tetap berada dalam bentuk molekul yang
berkesetimbangan dengan ion-ionnya seperti asam asetat, CH3COOH,
amonia dan NH3.
Bukti teori Arrhenius dapat dipelajari dari kalor reaksi, ∆Ho
netralisasi asam kuat oleh basa buat. Pada dasarnya, reaksi netralisasi
merupakan reaksi antara H3O+ dan OH- , maka dari itu harus
menghasilkan ∆Ho per mol air yang dibentuk.
Walaupun teori Arrhenius berhasil mengungkapkan beberapa
kasus, tetapi memiliki keterbatasan. Selain hanya memandang aspek
reaksi asam-basa di dalam pelarut air, juga pembentukan ion OH- atau
ion H+ merupakan kekhasan teori asam-basa Arrhenius. Artinya, jika
suatu reaksi tidak membentuk ion OH- atau H+ tidak dapat dikatakan
sebagai asam atau basa.
2. Model Asam Basa Bronsted-Lowry
Pada tahun 1923, Johannes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry
secara terpisah mengemukakan bahwa, reaksi asam-basa dapat
dipandang sebagai reaksi transfer proton, dan asam-basa dapat
didefinisikan dalam bentuk transfer proton, H+. Menurut Bronsted-
Lowry, asam adalah spesi donor proton dan basa adalah spesi akseptor
proton dalam suatu reaksi transfer proton.
Model Bronsted-Lowry dapat diterapkan terhadap reaksi HCl dan
NH3 dalam pelarut benzena. Dalam pelarut benzena, HCl dan NH3
tidak terionisasi dan persamaan reaksinya:
HCl (benzena) + NH3 (benzena) NH4Cl (s)
Asam Basa
Model Bronsted-Lowry mendefinisikan suatu spesi sebagai asam
atau basa menurut fungsinya di dalam reaksi asam-basa atau transfer
proton. Oleh sebab itu, beberapa spesi dalam reaksi asam-basa dapat
berperan sebagai asam atau basa. Suatu spesi yang dapat bereaksi
sebagai asam atau basa dapat bergantung pada jenis pereaksinya
dinamakan anfiprotik. Contoh reaksi antara ion HCO3- dan HF dalam
larutan air serta reaksi antara ion HCO3- dan ion OH- dalam larutan
air, persamaanya:
HCO3-(aq) + HF (aq) H2O (l) + CO2 (aq) + F- (aq)
HCO3-(aq) + OH- (aq) CO32- (aq) + H2O (aq)
Pada reaksi pertama, ion HCO3- menerima proton dari molekul HF,
karena itu ion HCO3- adalah basa, sedangkan pada reaksi kedua ion
HCO3- memberikan proton kepada OH-, oleh karena itu ion HCO3-
bereaksi dengan asam. Dengan demikian ion HCO3- dapat berperan
sebagai asam dengan adanya ion OH-, juga dapat berperan sebagai
basa jika bereaksi dengan asam misalnya HF. Anion-anion yang dapat
mengionisasi hidrogen, seperti HCO3- dalam pelarut seperti air
bersifat amfiprotik.
Sekarang dapat diungkapkan beberapa cara yang menunjukan
bahwa model asam-basa menurut Bronsted-Lowry lebih luas
cakupannya dibandingkan model dari Arrhenius. Menurut model
Bronsted-Lowry:
a. Basa adalah spesi akseptor proton, misalnya ion OH-.
b. Asam dan basa dapat berupa ion atau molekul.
c. Reaksi asam-basa tidak terbatas pada larutan air.
d. Beberapa spesi dapat bereaksi sebagai asam atau basa bergantung
pada pereaksi lain.
3. Model Asam Basa Lewis
Beberapa reaksi kimia tertentu memiliki sifat reaksi asam-basa,
tetapi tidak sesuai dengan model Bronsted-Lowry maupun model
Arrhenius. Contohnya adalah reaksi antara oksida basa, Na2O dan
oksida asam SO3 membentuk garam Na2SO4, persamaan reaksinya:
Na2O (s) + SO3 (g) Na2SO4 (s)
Menurut G.N. Lewis, konsep asam dan basa secara umum
mencakup reaksi oksida asam dan oksida basa serta sejumlah reaksi
lainnya termasuk reaksi transfer proton. Menurut model Lewis, asam
adalah spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan akseptor
pasangan elektron bebas dari spesi yang lain, sedangkan basa adalah
spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen melalui donor pasangan
elektron bebas kepada spesi yang lain. Konsep asam-basa Lewsi dan
Bronsted-Lowry berbeda menurut cara pandangnya terhadap reaksi
kimia tertentu. Perbedaan pandangan seperti itu sering membantu
dalam menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang baru.
Proton adalah suatu akseptor pasangan elektron bebas yang menurut
Lewis adalah asam. Amonia yang memiliki pasangan elektron bebas
merupakan donor pasangan elektron bebas, karen aitu amonia adalah
basa Lewis.

2.2 Kekuatan Asam Basa Kualitatif


Kekuatan asam dan basa berguna untuk mempertimbangkan reaksi asam-
basa sebagai suatu kompetisi terhadap proton. Dari sudut pandang ini,
dapat disusun asam dan basa berdasarkan kekuatan relatifnya. Asam yang
lebih kuat adalah asam yang lebih mudah melepaskan protonnya daripada
asam lainnya. Hal serupa, basa yang lebih kuat adalah basa yang dapat
menarik proton lebih kuat daripada basa yang lain.
1. Kekuatan Relatif Asam Basa
Suatu asam dikatakan kuat jika terionisasi sempurna di dalam air. Pada
reaksi hidrogen klorida dan air, dinyatakan bahwa air bereaksi sebagai
basa, sebab menerima proton dari HCl. Persamaan kimianya:
HCl (aq) + H2O (l) Cl- (aq) + H3O+(aq)
Reaksi kebalikan terjadi hanya pada keadaan ekstrim. Sebab, reaksi
hampir berlangsung sempurna ke arah kanan dan dikatakan bahwa HCl
adalah asam kuat. Namun demikian, diandaikan untuk reaksi
kebalikannya terjadi, maka ion Cl- akan bereaksi sebagai basa, sebab
menerima proton dari asam H3O+. Tinjau reaksi tersebut dalam konteks
kekuatan relatif dua buah asam dalam satu persamaan kimia, yakni
HCl dan H3O+. Karena HCl asam kuat, maka pelepasan protonnya
lebih mudah dan lebih siap daripada ion H3O+. Jadi, dapat dikatakan
bahwa HCl adalah asam yang lebih kuat dari pada H3O+. Dengan kata
lain, H3O+ adalah asam lemah.
Umumnya suatu reaksi asam-basa berlangsung ke arah pembentukan
asam lemah. Fakta ini dapat digunakan untuk membandingkan
kekuatan relatif tiap dua jenis asam sebagaimana halnya
membandingkan kekuatan relatif antara HCl dan H3O+.
Prosedur penentuan kekuatan relatif asam melalui perbandingan
ionisasinya di dalam pelarut air tidak dapat digunakan untuk
menentukan kekuatan relatif asam-asam kuat seperti HCl dan HI, atau
asam kuat lainnya. Jika asam-asam tersebut dilarutkan kedalam air,
pada dasarnya keduanya terionisasi sempurna sehingga tidak dapat
dibedakan kekuatan relatif masing-masing. Namun demikian jika
kedua asam ini dilarutkan dalam pelarut lain yang kebasaannya lebih
rendah daripada air (misalnya alkohol atau asam asetat murni) pada
konsentrasi yang sama, makan akan tampak perbedaan kekuatan kedua
asam tersebut. Hasil pengukuran menunjukan bahwa fraksi HI dalam
bentuk molekul lebih sedikit daripada molekul HCl. Dengan demikian,
HI adalah asam yang lebih kuat daripada HCl.
Di dala pelarut air, kekuatan asam-asam kuat seperti HCl, HI, HNO3
muncul sama-sama kuat atau kekuatan asamnya tidak dapat dibedakan,
yakni asam-asam tersebut sama-sama berada pada peringkat asam
paling atas. Dalam hal ini, dikatan bahwa air menunjukan “leveling
efect” terhadap kekuatan semua asam-asam kuat, dan keasamannya
direduksi sampai ke tingkat ion hidronium. Hal yang sama terjadi pada
basa-basa yang relatif kuat. Di dalam air, basa-basa kuat seperti NaOH,
KOH dan lainnya tidak dapat dibedakan kekuatannya masing-masing.
Untuk membedakannaya ditentukan melalui reaksi di dalam pelarut
bukan air, biasanya menggunakan pelarut yang lebih basa daripada air,
seperti amonia cair.
2. Hubungan Struktur dan Kekuatan Asam
Kekuatan asam bergantung pada bagaimana proton H+ dilepaskan
secara mudah dari ikatan H-X dalam spesi asam. Melalui pemahaman
faktor-faktor yang menentukan pelepasan proton dapat diramalkan
kekuatan relatif asam-asam yang serupa.
a. Kekuatan Asam Biner
Kekuatan asam biner tergantung pada kekuatan ikatan antara atom
hidrogen dan sisa asam. Dua faktor penting yang mempengaruhi
kekuatan ikatan ini adalah jarrin-jari sisa asam dan
keeletronegatifan. Umumnya atom yang berukuran lebih besar
memiliki ikatan kovalen yang lebih lemah. Oleh karena itu, ikatan
X-H dengan X adalah atom nonlogan dalam asam biner akan lebih
lemah akibat ukuran atom X meningkat. Jadi, kekuatan asam
meningkat sejalan dengan bertambahnya radius X pada ikatan X-H.
b. Kekuatan Asam Okso
Kekuatan asam okso dapat beragam, bergantung pada ukuran,
keeletonegatifan, dan bilangan oksidasi dari M, juga jumlah atom
oksigen atau gugus OH yang terikat pada M. Dalam deret asam
okso dengan unsur M yang sama, kekuatan asam akan meningkat
dengan bertambahnya jumlah atom oksigen yang terikat pada M,
bukan pada atom hidrogen (notasi n dalam rumus umum).

2.3 Kekuatan Asam Basa Kuantitatif


Untuk mengetahui besarnya kekuatan asam dan basa dalam pelarut ais,
perlu mengetahui terlebih dahulu tentang kesetimbangan swaionisasi air
yang menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida, sebab besaran
kekuatan

3.1 Asam Basa Lemah


a. Asam Lemah
Asam lemah merupakan asam yang hanya sebagian kecil yang dapat
terionisasi. Oleh karena hanya sedikit terionisasi berarti dalam larutan asam
lemah terjadi kesetimbangan reaksi antara ion yang dihasilkan asam tersebut
dengan molekul asam yang terlarut dalam air.
Untuk asam monoprotik HA, akan terjadi reaksi setimbang :

Asam etanoat (asam asetat) adalah asam lemah yang khas. Asam etanoat
bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion hidroksonium dan ion etanoat,
tetapi reaksi kebalikannya lebih baik dibandingkan dengan reaksi ke arah
depan. Ion bereaksi dengan sangat mudah untuk membentuk kembali asam
dan air.

Tetapan kesetimbangan Ka adalah:

Pada setiap saat, hanya sekitar 1% molekul asam etanoat yang diubah
ke dalam bentuk ion. Sisanya tetap sebagai molekul asam etanoat
yang sederhana. Sebagaian besar asam organik adalah asam lemah.
Hidrogen fluorida (dilarutkan dalam air untuk menghasilkan asam
hidrofluorida) adalah asam anorganik lemah.
Daftar senyawa asam lemah:

Rumus Senyawa Nama Senyawa


HCOOH Asam Format
CH3COOH Asam Asetat
HF Asam Fluorida
H2CO3 Asam Karbonat
C6H8O7 Asam Sitrat
HCN Asam Sianida
HNO3 Asam Nitrat
H2BO3 Asam Bromit
H2SlO3 Asam Silikat
H2SbO3 Asam Antimonit
H2SbO4 Asam Antimonat
H2SnO2 Asam Stanit
H2SnO2 Asam Stanat
H2PbO3 Asam Plumbat
H2PbO4 Asam Plumbit
H2C2O4 Asam Oksanat
C6H5COOH Asam Benzonat
HClO Asam Hipoklorit
H2SO3 Asam Sulfit
H2S Asam Sulfida
H3PO3 Asam Fosfit
H3PO4 Asam Fosfat
H3AsO3 Asam Arsenit
H3AsO4 Asam Arsenat
H5CN Asam Flosianat
C6H5OH Fenol
C6H8O6 Asam Askorbat
C3H6O3 Asam Laktat

b. Basa Lemah
Seperti halnya dengan asam, zat‐zat basapun akan mengalami disosiasi jika
dilarutkan dalam air. Basa kuat, akan terdisosiasi langsung menjadi kation
dan anion hidroksida (OH‐), sedangkan basa lemah akan bereaksi dengan air
membentuk kation dengan mengambil proton dari molekul air (OH‐
dihasilkan dari molekul air yang kehilangan proton atau H+). Secara umum
reaksi basa lemah adalah sebagai berikut :

Kb adalah tetapan pengionan basa atau konstanta basa, makin besar nilai Kb
maka semakin kuat sifat kebasaannya dalam air. Sebagai contoh untuk basa
ammonia, NH3, reaksi disosiasinya dalam air adalah :

Kb Ketika basa lemah bereaksi dengan air, posisi kesetimbangan bervariasi


antara basa yang satu dengan basa yang lain. Selanjutnya bergeser ke kiri, ke
basa yang lebih lemah. Dapat diperoleh pengukuran posisi kesetimbangan
melalui penulisan tetapan kesetimbangan untuk reaksi. Harga tetapan yang
lebih rendah, kesetimbangan lebih bergeser ke arah kiri.
Amonia adalah basa lemah yang khas. Sudah sangat jelas amonia tidak
mengandung ion hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air untuk
menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida. Akan tetapi, reaksi
berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia tetap ada
sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion
hidroksida. Basa lemah adalah salah satu yang tidak berubah seluruhnya
menjadi ion hidroksida dalam larutan.
Daftar senyawa basa lemah:
Rumus Senyawa Nama Senyawa
NH4OH Amonium Hidroksida
Al(OH)3 Alumunium Hidroksida
Fe(OH)3 Besi (III) Hidroksida
NH3 Amoniak
Fe(OH)2 Besi (II) Hidroksida
CA(OH)3 Karbosium Hidroksida
Ni(OH)2 Nikel(II) Hidroksida
Zn(OH)2 Zink (II) Hidroksida
Cd(OH)2 Kadmium Hidroksida
Bi(OH)3 Bismut (III) Hidroksida
AgOH Perak (I) Hidroksida
AuOH Emas (I) Hidroksida
Au(OH)3 Emas (III) Hidroksida
Cu(OH)2 Kuprum(II) Hidroksida
CuOH Kuprum (I) Hidroksida
HgOH Raksa (I) Hidroksida
Hg(OH)2 Raksa (II) Hidroksida
Sn(OH)2 Timah (II) Hidroksida
Sn(OH)4 Timah (IV) Hidroksida
Pb(OH)2 Timbal(II) Hidroksida
Mn(OH)2 Mangan (II) Hidroksida
Co(OH)3 Kobalt (III) Hidroksida
Co(OH)2 Kobalt (II) Hidroksida
C6H5NH2 Anilina
C2H7N Dimetilamina
N2H4 Hidrazin
HONH2 Hidroksilamida
CH3NH2 Metil Amina
CO(NH2)2 Urea
C6H12O6 Glukosa
CH3OH Metanol

Anda mungkin juga menyukai