Lapsus Nuni Fix NHS
Lapsus Nuni Fix NHS
OLEH :
SITI WAHYUNI MAHARANI, S.Ked
10542 0547 14
PEMBIMBING:
dr. H. Abdul Hamid, Sp.S
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542054714
Pembimbing
2
A. PENDAHULUAN
3
B. LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny.N
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Anamnesis terpimpin :
keluhan lemah separuh badan sebelah kanan yang sudah dirasakan kurang
lebih 6 jam sebelum sebelum masuk Rumah Sakit. Lemah bagian kanan
yang di rasakan pasien secara tiba-tiba pada saat pasien duduk duduk. Pada
saat terjadi serangan, pasien sempat merasakan pusing serta mual, tetapi
tidak sampai muntah dan demam tidak ada, penurunan kesadaran tidak ada,
riwayat keluhan yang sama tidak ada, riwayat keluarga yang menderita
dengan keluhan yang sama tidak ada, cara bicara pasien pelo setelah
4
riwayat tekanan darah tinggi tapi tidak berobat dengan teratur , Tidak ada
riwayat jatuh sebelumnya. Buang Air Besar dan Buang Air kecil pasien
lancar.
Anamnesis sistem
5
Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Resume Anamnesis
keluhan lemah separuh badan sebelah kanan yang sudah dirasakan kurang
lebih 6 jam sebelum sebelum masuk Rumah Sakit. Lemah bagian kanan
yang di rasakan pasien secara tiba-tiba pada saat pasien duduk duduk. Pada
saat terjadi serangan, pasien sempat merasakan pusing, mual, tapi tidak
sampai muntah dan demam tidak ada, penurunan kesadaran tidak ada,
riwayat keluhan yang sama tidak ada, riwayat keluarga yang menderita
dengan keluhan yang sama tidak ada, cara bicara pasien pelo setelah
riwayat tekanan darah tinggi tapi tidak berobat dengan teratur , Tidak ada
darah 190/100 mmHg dan suhu 36,2 derajat celcius. Pada pemeriksaan fisis
kekuatan otot menurun [(tungkai atas kanan (2) dan pada tungkai bawah
6
kanan (2)] Reflex fisiologis pada sisi sebelah kanan mengalami hiperrefleks,
DIAGNOSA KERJA
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Nadi = 90 x/mnt
Pernafasan = 23 x/mnt
Temperatur = 36,8 o C
7
Nervus cranialis : Pupil bulat isokor diameter 2,5 mm ODS
Nervus cranialis lain : Parese N.VII dextra dan N. XII dextra tipe sentral
Motorik :
N 2 5 N
N 2 5 N
N - -
N - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
b. Ureum = 24 mg/dl
8
d. Asam urat = 6.4 mg/dl
e. Trigliserida = 99 mg/dl
2. Ct-Scan Kepala
9
PENATALAKSANAAN
1. IVFD : RL 20 tetes/menit
DATA FOLLOWUP
10
tidak sampai muntah dan demam
09/7/2018 S: Gelisah (+), lemah separuh badan (D), - IVFD Asering 18 tpm
TD:160/100 mual (-), muntah(-) susah tidur (+), lemas - Citicolin 250 mg /
mmHg O: GCS : E4M6V5 12jam / IV
N: 88 x/menit FKL : DBN - Neurobion amp /
P: 20 x/menit Rangsang menings: kaku kuduk (-) 24jam / drips
S: 36,5 0C NnCr: pupil bulat isokor diameter 2,5 mm - Ranitidin amp / 12jam
RCL +/+ RCTL +/+ / IV
Day 2 Motorik: - Amlodipin 10 mg 1x 1
P K T - Clopidogrel 75mg 1x1
11
↓ N 2 5 ↑ N
↓ N 2 5 ↑ N
RF RP
↑ N + -
↑ N + -
Sensorik: Hemihipestesi Kanan
Otonom: BAB belum 2 hari & BAK (DBN)
A: Hemiparese dextra ec Susp NHS
10/7/2018 S: Nyeri kepala (+), lemah separuh badan - IVFD Asering 18 tpm
TD:140/90 (D), mual (-), muntah(-) susah tidur (+), - Citicolin 250 mg /
mmHg lemas 12jam / IV
N:80 x/menit O: GCS : E4M6V5 - Neurobion amp /
P: 20 x/menit FKL : DBN 24jam / drips
S: 36 0C Rangsang menings: kaku kuduk (-) - Ranitidin amp / 12jam
NnCr: pupil bulat isokor diameter 2,5 mm / IV
Day 3 RCL +/+ RCTL +/+ - Amlodipin 10 mg 1x 1
Motorik: - Clopidogrel 75mg 1x1
P K T
12
Sensorik: Hemihipestesi Kanan
Otonom: BAB belum 3 hari & BAK (DBN)
A: Hemiparese dextra ec Susp NHS
RF RP
↑ N + -
↑ N + -
13
12-7-2018 S: lemah separuh badan (D), mual (-), - IVFD Asering 18 tpm
TD:140/90 muntah(-) susah tidur (-), lemas - Citicolin 250 mg /
mmHg O: GCS : E4M6V5 12jam / IV
N: 78 x/menit FKL : DBN - Neurobion amp /
P: 22 x/menit Rangsang menings: kaku kuduk (-) 24jam / drips
S: 36,5 0C NnCr: pupil bulat isokor diameter 2,5 mm - Ranitidin amp / 12jam
RCL +/+ RCTL +/+ / IV
Day 5 Motorik: - Amlodipin 10 mg 1x 1
P K T - Clopidogrel 75mg 1x1
↓ N 2 4+ N N
↓ N 2 5 N N
RF RP
↑ N + -
↑ N + -
C. DISKUSI
anggota gerak kanan dengan onset akut. Pasien mengalami tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial (sakit kepala disertai mual), namun tidak adanya defisit
14
neurologis yang progresif seperti penglihatan ganda, strabismus, gangguan
keseimbangan, kejang, dan penurunan fungsi kognitif sehingga diagnosis tumor otak
dapat disingkirkan.10
Selain itu, pasien tidak mengalami riwayat jatuh dan trauma kepala sebelum
serangan terjadi, dan tidak memiliki riwayat demam karena infeksi sebelumnya
sehingga keluhan utama akibat trauma dan abses serebri juga dapat disingkirkan.
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor
pencetus yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu
lesi vaskuler karena onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah
pada diagnosis stroke. Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO). Stroke
terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan pembuluh darah otak
dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak.
Otak yang seharusnya mendapatkan pasokan oksigen dan zat makanan jadi
kematian sel. Gangguan fungsi otak ini bisa menimbulkan gejala stroke.11
hipertensi ketiga faktor tersebut adalah faktor resiko terkena stroke. US National
15
Stroke Association menyatakan bahwa pada usia 55 tahun anda makin rentan terkena
serangan stroke. Begitupun juga dengan jenis kelamin. Pria lebih banyak terkena
stroke dibanding wanita. Orang-orang Afrika, Hispanik, dan Asia juga di anggap
lebih rentan disbanding orang-orang kulit putih. Demikian juga seseorang memiliki
minuman keras. Maka, pasien ini memiliki faktor resiko untuk terkena serangan
stroke. 12
Ada beberapa sistem skoring yang dapat dipakai untuk membantu dokter
membedakan antara stroke non hemoragik atau stroke hemoragik, salah satunya
SKOR HASANUDDIN
1. Tekanan Darah
Sistole≥200:Diastole≥110 7,5
Sistole<200:Diastole<110 1
2. Waktu Serangan
3. Sakit Kepala
Sangat hebat 10
16
Hebat 7,5
Ringan 1
Tidak 0
4. Kesadaran Menurun
onset 7,5
Tidak ada
5. Muntah Proyektil
onset
Tidak ada 0
yaitu skornya 3 sehingga diagnosis mengacu pada stroke non hemoragik. Namun, hal
ini tidak lantas dijadikan acuan karena penentuan diagnosis baku emas (gold
standard) pasien dengan strok adalah dengan menggunakan CT Scan. CT Scan dapat
17
superfisial atau dalam, kecil atau luas.13 Namun pada hasil CT-Scan kepala pasien
pasien. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna jika digunakan terapi trombolitik dan
antikoagulan. Biomarker jantung juga penting karena eratnya hubungan antara stroke
hubungan anatara peningkatan enzim jantung dengan masih yang buruk dari stroke.12
mencegah stroke ulangan. Terapi yang diberikan tergantung pada jenis stroke yang
18
dialami (iskemik atau hemoragik) dan berdasarkan pada rentang waktu terapi (terapi
stroke iskemik secara umum ada dua terapi farmakologi yang direkomendasikan
dengan grade A yaitu t-PA dengan onset 3 jam dan aspirin dengan onset 48 jam.
Obat ini dapat melarutkan gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah, melalui
enzim plasmin yang mencerna fibrin (komponen pembekuan darah). Akan tetapi,
obat ini mempunyai risiko, yaitu perdarahan. Hal ini disebabkan kandungan terlarut
tidak hanya fibrin yang menyumbat pembuluh darah, tetapi juga fibrin cadangan yang
ada dalam pembuluh darah. Selain itu, tPA hanya bermanfaat jika diberikan sebelum
3 jam dimulainya gejala stroke. Pasien juga harus menjalani pemeriksaan lain, seperti
CT scan, MRI, jumlah trombosit, dan tidak sedang minum obat pembekuan darah.
b. Antiplatelet
dipiridamol, tiklopidin, dan klopidogrel telah dicoba untuk mencegah stroke iskemik.
Agen ini umumnya bekerja baik dengan mencegah pembentukan tromboksan A2 atau
19
meningkatkan konsetrasi prostasiklin. Proses ini dapat membangun kembali
keseimbangan yang tepat antara dua zat, sehingga mencegah adesi dan agregasi
antiplatelet selain dari aspirin. Aspirin merupakan antiplatelet yang lebih murah,
sehingga akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan jangka panjang. Bagi pasien yang
tidak tahan terhadap aspirin karena alergi atau efek samping pada saluran cerna yaitu
resiko perdarahan dan tidak menunjukkan hasil yang signifikan dengan pemberian
tunggal klopidogrel.
c. Pemberian Neuroprotektan
Pada stroke iskemik akut, dalam batas–batas waktu tertentu sebagian besar jaringan
neuron dapat dipulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa
yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Cara kerja metode ini adalah
menurunkan aktivitas metabolisme dan tentu saja kebutuhan oksigen sel–sel neuron.
Dengan demikian neuron terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat hipoksia
berkepanjangan atau eksitotoksisitas yang dapat terjadi akibat jenjang glutamat yang
biasanya timbul setelah cedera sel neuron. Suatu obat neuroprotektif yang
20
penghambat kanal kalsium (nimodipin, flunarisin), antagonis reseptor glutamat
d. Pemberian Antikoagulan
Warfarin merupakan pengobatan yang paling efektif untuk pencegahan stroke pada
pasien dengan fibrilasi atrial. Pada pasien dengan fibrilasi atrial dan sejarah stroke
atau TIA, resiko kekambuhan pasien merupakan salah satu resiko tertinggi yang
diketahui. Pada percobaan yang dilakukan Eropa Atrial Fibrilasi Trial (EAFT),
dengan sampel sebanyak 669 pasien yang mengalami fibrilasi atrial nonvalvular dan
sebelumnya pernah mengalami stroke atau TIA. Pasien pada kelompok plasebo,
mengalami stroke, infark miokardium atau kematian vaskular sebesar 17% per tahun,
8% per tahun pada kelompok warfarin dan 15% per tahun pada kelompok asetosal.
Secara umum pemberian heparin, LMWH atau Heparinoid setelah stroke iskemik
sekunder pada pasien dengan atrial fibrilasi. Penggunaan warfarin harus hati-hati
21
pasien stroke iskemik akut dengan tujuan untuk memperbaiki outcome neurologic
A. Definisi
B. Etiologi
1. Emboli
22
a) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan
bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel;
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang
meninggalkan gangguan pada katup mitralis;
Fibralisi atrium;
Infark kordis akut;
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial,
jantung miksomatosus sistemik;
b) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
Embolia septik, misalnya dari abses paru atau
bronkiektasis.
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit
“caisson”).
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun
dari right-sided circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya
emboli kardiogenik adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis,
endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark miokard, atrial
fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% di
antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.2
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh
darah besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil
(termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya
trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral
23
utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya
stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah
(sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain terjadinya
trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, displasia fibromuskular
dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat
gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral
juga dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma,
diseksi aorta thorasik, arteritis).2
C. Faktor Resiko
24
D. Klasifikasi
25
Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur, saat pasien relative
mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Gejala dan tanda
akibat stroke iskemik ini bergantung pada lokasi sumbatan dan tingkat
aliran kolateral di jaringan yang terkena. Stroke ini sering berkaitan
dengan lesi aterosklerotik.
c. Stroke embolik
Asal stroke embolik dapat dari suatu arteri distal atau jantung. Stroke yang
terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan defisit neurologik
mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya
serangan terjadi saat pasien beraktivitas. Pasien dengan stroke
kardioembolik memiliki risiko besar menderita stroke hemoragik di
kemudian hari.
d. Stroke kriptogenik
Biasanya berupa oklusi mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa
penyebab yang jelas walaupun telah dilakukan pemeriksaan diagnostik
dan evaluasi klinis yang ekstensif.
E. Patofisiologis
26
3. Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma
yang kemudian dapat robek.
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan
menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga. Bila
anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel penyangganya
yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel sampai nekrosis beberapa
jam kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas vaskular disekitarnya dan
masuknya cairan serta sel-sel radang.
27
F. DIAGNOSIS8
1. Anamnesis
neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik
dan non hemoragik meskipun gejala seperti mual, muntah, sakit kepala dan
2. Pemeriksaan Fisik
fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk mencari tanda
28
perifer (palpasi arteri karotis, radial, dan femoralis). Pasien dengan gangguan
3. Pemeriksaan Neurologi
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejala seperti stroke,
motorik dan sensorik, fungsi serebral, dan refleks tendon profunda. Tengkorak
dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun
harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
29
menunjukkan penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes, gangguan
ginjal).
pasien. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna jika digunakan terapi
2. Pencitraan Radiologi
stroke akut yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk
neoplasma, abses).
Kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT Scan biasanya
intrakranial akut dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi untuk
30
H. PENATALAKSANAAN
hidup lainnya.
dan studi Nurses Health, setiap peningkatan konsumsi per kali per hari
mengurangi risiko stroke iskemik sebesar 6%. Diet rendah lemak trans dan
alkohol ringan-sedang (1 kali per minggu hingga 1 kali per hari) dapat
tahun, namun konsumsi alkohol berat (> 5 kali/ hari) meningkatkan risiko
stroke.
b. Aktivitas fisik
dengan merokok, dan lebih dari 70% orang dewasa hanya melakukan
31
sedikit latihan fisik atau bahkan tidak sama sekali, semua pasien harus
2. Terapi Farmakologi
Outcome/ goal penatalaksanaan terapi stroke akut, antara lain: (1) mengurangi
pada jenis stroke yang dialami (iskemik atau hemoragik) dan berdasarkan
pada rentang waktu terapi (terapi pada fase akut dan terapi pencegahan
sekunder atau rehabilitasi). Strategi pengobatan stroke iskemik ada dua, yang
kerusakan otak agar tidak berkembang lebih berat akibat adanya area iskemik.
pengurangan stroke iskemik secara umum ada dua terapi farmakologi yang
32
direkomendasikan dengan grade A yaitu t-PA dengan onset 3 jam dan aspirin
darah). Akan tetapi, obat ini mempunyai risiko, yaitu perdarahan. Hal ini
pembuluh darah, tetapi juga fibrin cadangan yang ada dalam pembuluh
darah. Selain itu, tPA hanya bermanfaat jika diberikan sebelum 3 jam
seperti CT scan, MRI, jumlah trombosit, dan tidak sedang minum obat
pembekuan darah.
b. Antiplatelet
dicoba untuk mencegah stroke iskemik. Agen ini umumnya bekerja baik
33
keseimbangan yang tepat antara dua zat, sehingga mencegah adesi dan
kepatuhan jangka panjang. Bagi pasien yang tidak tahan terhadap aspirin
karena alergi atau efek samping pada saluran cerna yaitu mengiritasi
c. Pemberian Neuroprotektan
Pada stroke iskemik akut, dalam batas–batas waktu tertentu sebagian besar
tujuan dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Cara kerja
34
kalsium neuron dan juga memperlihatkan efek neurotrofik. Beberapa
d. Pemberian Antikoagulan
stroke pada pasien dengan fibrilasi atrial. Pada pasien dengan fibrilasi atrial
dan sejarah stroke atau TIA, resiko kekambuhan pasien merupakan salah
satu resiko tertinggi yang diketahui. Pada percobaan yang dilakukan Eropa
Atrial Fibrilasi Trial (EAFT), dengan sampel sebanyak 669 pasien yang
stroke atau TIA. Pasien pada kelompok plasebo, mengalami stroke, infark
miokardium atau kematian vaskular sebesar 17% per tahun, 8% per tahun
pada kelompok warfarin dan 15% per tahun pada kelompok asetosal. Ini
antikoagulan.
35
perdarahan yang serius. Penggunaan warfarin direkomendasikan baik untuk
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Brust, John. Current Diagnosis and Treatment Neurology 2nd Edition. North
Diponegoro. 2014
3. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama.
2010
Rakyat; 2008.
Gejala.Edisi 4. 2012.
10. Arisanti, Yuliana. Dachlan, Eri Gumilar. Tindakan Bedah Saraf. Fakultas
37
11. Pinzon, Rizaldy; Asanti, Laksmi. AWAS STROK! Pengertian, Gejala,
2010
12. M.P, Budhi. 100 Q&A : Stroke. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2009
13. Utami, Prapti. Solusi Sehat Mengatasi Strok. Jakarta: Agromedia Pustaka.
2009
38