Anda di halaman 1dari 7

Medicine Stuffs keep the faith in humanity MENU Home digestif gastroenterohepatologi infeksi

Apendisitis Akut Apendisitis Akut MACZ TAGS DIGESTIF GASTROENTEROHEPATOLOGI INFEKSI


Apendisitis adalah kegawatdaruratan abdomen yang paling umum terjadi. Risiko setiap orang
untuk mengalami apendisitis selama hidupnya adalah sekitar 7% dan biasanya memerlukan
penanganan bedah. Kejadian keseluruhan dari kondisi ini adalah sekitar 11 kasus per 10.000
penduduk per tahun. Apendisitis akut dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun relatif
jarang terjadi pada usia ekstrem. Ada peningkatan insiden pada pasien kulit putih yang berusia
antara 15 dan 30 tahun dimana kejadian meningkat menjadi 23 per 10.000 populasi per tahun.
Setelah itu, insidensi penyakit menurun seiring bertambahnya usia. Kondisi ini lebih sering
terjadi pada pria, dengan rasio pria terhadap wanita 1: 1 sampai 3: 1. Risiko seumur hidup
keseluruhan adalah 9% untuk pria dan 6% untuk wanita. Perbedaan tingkat kesalahan
diagnostik berkisar antara 12% sampai 23% untuk pria dan 24%-42% untuk wanita. Nilai ini
adalah rata-rata yang terjadi di seluruh dunia, termasuk di layanan medis yang kurang maju.
Sebagian besar pasien adalah ras kulit putih (74%) dan sangat jarang pada ras kulit hitam (5%).
Sementara diagnosis klinis mungkin mudah dilakukan pada pasien yang mengalami tanda dan
gejala klasik, namun presentasi yang tidak khas dapat menyebabkan kebingungan diagnostik
dan keterlambatan dalam penanganan. ASPEK KLINIS Nyeri abdomen adalah keluhan utama
yang menyertai pasien apendisitis akut. Urutan diagnostik nyeri kolik di sentral abdomen diikuti
oleh muntah dengan migrasi nyeri ke fosa iliaka kanan terjadi hanya pada 50% pasien. Biasanya,
pasien menggambarkan nyeri kolitis periumbilikal yang meningkat selama 24 jam pertama,
menjadi konstan dan tajam, dan bermigrasi ke fosa iliaka kanan. Nyeri awal merupakan gejala
alih akibat inervasi viseral pada midgut, dan nyeri lokal disebabkan oleh keterlibatan
peritoneum parietal setelah terjadinya proses inflamasi. Kehilangan nafsu makan seringkali
menjadi ciri utama. Konstipasi dan mual dengan muntah yang berlebihan dapat
mengindikasikan terjadinya peritonitis generalisata setelah perforasi, tetapi jarang menjadi ciri
utama pada apendisitis sederhana (Tabel 1). Tabel 1. Akurasi (rasio kemungkinan) temuan dari
anamenesis dan pemeriksaan fisik dalam mendiagnosis apendisitis pada orang dewasa dan
anak-anak Temuan Klinis Dewasa Anak-anak Nyeri kuadran kanan bawah Migrasi nyeri (dari
periumbilikus ke kuadran kanan bawah) Impresi klinis awal dari ahli bedah Tanda psoas Demam
Nyeri yang mendahului muntah Nyeri tekan lepas Nyeri tekan rektal 8,4 3,6 3,5 3,2 3,2 2,7 2,0 -
- 1,9-3,1 3,0-9,0 2,5 3,4 - 3,0 2,3 Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam
ringan. Perforasi harus dicurigai bila suhu melebihi 38,3°C. Jika terjadi perforasi, flegmon atau
abses periappendiks akan terbentuk jika ileum terminal, sekum, dan omentum dapat
"memadamkan" peradangan. Peritonitis biasanya terbentuk jika ada perforasi bebas ke rongga
perut (Tabel 1) PENEGAKAN DIAGNOSIS Diagnosis apendisitis bisa menjadi tantangan, bahkan di
tangan klinisi yang paling berpengalaman, dan sebagian besar bersifat klinis. Anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang akurat penting untuk mencegah pembedahan yang tidak perlu dan
menghindari komplikasi. Probabilitas apendisitis tergantung pada usia pasien, kondisi klinis, dan
gejala. Skor Alvarado, yang awalnya dijelaskan pada tahun 1986, adalah sistem penilaian yang
paling banyak dilaporkan untuk apendisitis akut. Namun, skor ini saja tidak cukup akurat untuk
mendiagnosis atau menyingkirkan apendisiitis (Tabel 2). Tabel 2. Skor Alvarado untuk
mendiagnosis apendisitis Temuan Klinis Poin Migrasi nyeri ke kuadran kanan bawah Anoreksia
Mual dan muntah Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah Nyeri tekan lepas Kenaikan suhu
(≥99.1oF =37.3oC) Leukositosis (sel darah putih ≥10.000/mm3) Pergeseran hitung sel darah
putih ke kiri (netrofil >75%) 1 1 1 2 1 1 2 1 Pasien dengan skor ≥7 poin memiliki risiko yang
tinggi untuk mengalami apendisitis. Pasien dengan skor < 5 memiliki risiko yang amat rendah
untuk mengalami apendisitis. Keakuratan keseluruhan untuk mendiagnosis apendisitis akut
kira-kira sebesar 80%, yang sesuai dengan tingkat appendektomi negatif negatif rata-rata , yaitu
20%. Akurasi diagnostik bervariasi menurut jenis kelamin, dengan kisaran 78% - 92% pada pria
dan 58% -85% pada pasien wanita.(tabel 3) Tabel 3. Sensibilitas dan spesifisitas gejala dan
tanda pada diagnosis apendisitis akut Gejala dan Tanda Sensibilitas Spesifisitas Hiporeksia Mual
dan muntah Diare Demam Nyeri tekan lepas Leukositosis Protein C-reaktif 58%-91% 40%-72%
9%-24% 27%-74% 80%-87% 42%-96% 41%-48% 37%-40% 45%-69% 58%-65% 50%-84% 69%-
78% 53%-76% 49%-57% ANAMNESIS Bagi sebagian besar pasien yang mendatangi unit gawat
darurat dengan apendisitis akut, nyeri abdomen akan menjadi keluhan utama mereka. Mereka
yang datang dalam onset beberapa jam pertama sering menggambarkan nyeri konstan yang
didefinisikan dengan buruk yang dirujuk pada daerah periumbilikus atau epigastrik. Mual,
muntah, dan anoreksia terjadi dalam berbagai tingkat, meskipun biasanya terdapat di lebih dari
50% kasus pada semua penelitian. Dengan penyakit yang berkembang seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, nyeri menjadi sangat jelas dan terjadi di daerah kuadran kanan bawah
di dekat titik McBurney. Oleh karena itu, dokter sebaiknya tidak menganggapnya sebagai sine
qua non untuk diagnosis apendisitis akut. Kegagalan untuk mengenali presentasi apendisitis
akut lainnya akan menyebabkan penundaan diagnosis dan peningkatan morbiditas pasien.
Pasien dengan apendiks retrosekal atau yang datang pada bulan-bulan kehamilan selanjutnya
mungkin memiliki rasa sakit yang terbatas pada sebelah kanan atau sudut kostovertebral.
Pasien laki-laki dengan apendiks retrosekal mungkin mengeluhkan nyeri testis kanan. Lokasi
apendiks yang mengalami inflamasi di panggul atau retroileal yang akan menjalar ke pelvis,
rektum, adneksa, atau jarang ke kuadran kiri bawah. Nyeri suprapubik subsekal dan pelvis serta
peningkatan frekuensi kencing bisa menjadi keluhan yang mendominasi. PEMERIKSAAN FISIK
Sejauh ini, temuan fisik yang paling mungkin adalah nyeri abdomen, yang terjadi pada lebih dari
95% pasien apendisitis akut. Pasien sering menemukan posisi dekubitus lateral yang tepat
dengan sedikit fleksi pada panggul sebagai posisi yang paling nyaman. Perut umumnya lunak
dengan nyeri tekan lokal pada atau sekitar titik McBurney. Wajah pasien sering memerah,
dengan lidah kering dan disertai faetor oris (bau mulut). Perbedaan antara suhu aksila dan
rektum yang melebihi 1° C mengindikasikan adanya radang panggul yang mungkin disebabkan
oleh apendisitis atau radang panggul lainnya. Pemeriksaan abdomen menunjukkan adanya
nyeri tekan hebat dan kekakuan muskular pada fosa iliaka kanan. Dapat ditemukan nyeri tekan
lepas, namun sebaiknya tidak ditimbulkan untuk menghindari distres pada pasien. Pasien sering
menemukan bahwa gerakan akan memperburuk rasa nyeri dan jika mereka diminta untuk
batuk, nyeri seringkali akan terbatas pada fosa iliaka kanan. Nyeri tekan perkusi, tahanan, dan
nyeri tekan lepas adalah temuan klinis yang paling andal yang menunjukkan diagnosis
apendisitis akut. Tahanan otot secara volunter di kuadran kanan bawah biasa terjadi dan
biasanya mendahului nyeri tekan. Tanda-tanda apendisitis berikut adalah yang banyak
dijelaskan, namun semuanya terjadi pada kurang dari 40% pasien apendisitis akut, dan bahkan
ketidakhadiran tanda tersebut seharusnya tidak mencegah pemeriksa untuk menegakkan
diagnosis yang akurat. Nyeri tekan lepas Blumberg (gambar 1A) Tanda Rovsing, nyeri alih ke
daerah nyeri tekan saat perkusi atau palpasi di kuadran kiri bawah (gambar 1B) Tanda psoas
positif (nyeri kuadran kanan bawah saat ekstensi panggul kanan) (gambar 1C) Tanda obturator
(nyeri kuadran kanan bawah saat fleksi dan rotasi internal pada panggul kanan) tergantung
pada lokasi apendiksm yang berhubungan dengan otot-otot ini dan derajat inflamasi apendiks
(gambar 1D) Gambar 1. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan nyeri abdomen kanan. A. Tanda
Blumberg, B. Tanda Rovsing, C. Tanda psoas, D. Tanda obturator Pemeriksaan rektal
menawarkan sedikit akurasi diagnostik yang lebih lanjut. Pemeriksaan rektal harus dilakukan
pada pasien yang dicurigai dengan patologi pada pelvis atau uterus, atau gejala atipikal yang
menunjukkan adanya apendisitis pelvis atau retrosekal. TEMUAN LABORATORIUM Data
laboratorium pada saat presentasi biasanya mengungkapkan peningkatan leukositosis dengan
pergeseran kiri (left shift). Neutrofilia lebih dari 75% akan terjadi pada sebagian besar kasus. Hal
ini tidak berlaku untuk pasien lanjut usia, penderita immunokompromais, dengan kondisi
seperti keganasan atau AIDS. Leukositosis diamati pada kurang dari 15% pasien tersebut.
Pengukuran kadar protein C-reaktif (CRP) sangat mungkin mengalami peningkatan pada
apendisitis jika gejala timbul lebih dari 12 jam. Menariknya, kombinasi peningkatan CRP,
peningkatan sel darah putih, atau neutrophilia lebih dari 75% dapat meningkatkan sensitivitas
hingga 97% - 100% untuk diagnosis apendisitis akut. Jadi, untuk pasien dengan nilai normal
untuk ketiga pemeriksaan ini, kemungkinan untuk adanya apendistis akut akan rendah.
Urinalisis menunjukkan abnormalitas pada 19% - 40% pasien apendisitis akut. Abnormalitas
tersebut meliputi piuria, bakteriuria, dan hematuria. PEMERIKSAAN RADIOLOGI Pemeriksaan
pencitraan harus dilakukan hanya pada pasien dengan diagnosis apendisitis yang tidak dapat
ditegakkan secara klinis dan laboratorium (Tabel 4). Tabel 4. Akurasi pencitraan untuk diagnosis
apendisitis akut Pemeriksaan Sensibilitas Spesifisitas Nilai Prediktif Positif Negatif Foto
abdomen USG CT-scan Skintigrafi 97,05% 44% - 90% 72% - 97% 91% - 98% 85,33% 47% - 95%
91% - 99% 91% - 99% 78,94% 89% - 94% 92% - 98% 98,08% 89% - 97% 95% - 100% a. Radiografi
Polos Abdomen Foto polos abdomen menunjukkan abnormalitas pada 95% pasien apendisitis.
Tanda-tanda radiografi yang menunjukkan apendisitis meliputi fekalith di appendiks, udara di
apendiks, level cairan-udara (air fluid level) atau distensi ileum terminal, sekum, atau kolon
asenden (tanda ileus paralitik lokal), hilangnya bayangan sekum, pengaburan atau obliterasi
otot psoas kanan, skoliosis vertebra lumbalis ke kanan, pemadatan di sendi sakroiliaka kanan,
dan udara atau cairan bebas intraperitoneal. Appendicolith yang mengalami kalsifikasi
divisualisasikan pada foto abdomen dari 13% -22% pasien apendisitis akut (Tabel 5). Tabel 5.
Sensibilitas (persentase) temuan radiografi pada diagnosis apendisitis akut Tanda Radiografi
Sensibilitas (%) Gambaran feses di sekum Ileus adinamik / paralitik lokal Gambaran peningkatan
densitas jaringan lunak Gambaran udara di dalam apendiks Apendikolith Skoliosis lumbal
Menghilangnya gambar sekum Deformitas sekum 97,05 15-55 12-33 < 2 7-22 1-14 1-8 4-5 Sejak
tahun 1999, telah dipelajari tanda radiologis baru, yang ditandai dengan gambar dengan
adanya feses di dalam sekum. Dari sebuah penelitian dengan 460 pasien yang dikonfirmasi
mengalami apendisitis, kami memverifikasi bahwa tanda radiologis ini memiliki sensitivitas
sebesar 97% dan spesifisitas 85% bila dibandingkan dengan kondisi peradangan lain pada perut
kanan, seperti kolesistitis, penyakit radang panggul, dan nefrolitiasis. Temuan penting lainnya
adalah nilai prediksi negatif yaitu sebesar 98%. Jadi, dengan tidak adanya gambar pemuatan
feses di dalam sekum, kemungkinan apendisitis akut adalah 2%. Tanda ini hilang pada hari
pertama setelah appendektomi pada 94% pasien (Gambar 2A). Tanda ini nampaknya
disebabkan oleh ileum sekum, dipicu oleh proses inflamasi. Isi sekum tetap tersimpan dan tidak
dapat dipindahkan ke usus besar kanan karena terjadi gerakan yang kecil di dalam sekum.
Kondisi ini menyebabkan pembesaran sekum dan adanya pemuatan feses yang diidentifikasi
pada foto polos abdomen (Gambar 2A). Gambar 2. Gambaran abdomen pada apendisitis. A.
Foto polos abdomen menunjukkan distensi sekum dengan gambaran feses di dalamnya, B. USG
abdomen menunjukkan pembesaran apendiks dengan dinding yang tebal, C. USG Doppler
menunjukkan apendiks yang mengalami inflamasi. Amati feses yang tertampung di dalam
sekum. b. Ultrasonografi (USG) USG merupakan pemeriksaan yang cepat, tidak invasif, murah,
dan tidak memerlukan persiapan pasien atau administrasi bahan kontras. Meskipun
keterampilan operator merupakan faktor penting dalam semua pemeriksaan USG, namun
sangat penting dalam pemeriksaan pasien dengan nyeri kuadran kanan-bawah. Di tangan yang
berpengalaman, USG telah melaporkan sensitivitas sebesar 75%-90%, spesifisitas 86% -95%,
akurasi 87% -96%, nilai prediksi positif 91% -94%, dan nilai prediksi negatif 89% -97 % untuk
mendiagnosis apendisitis akut. Apendiks terlihat pada USG sebagai struktur yang berlapis,
memanjang, dan tepi yang samar. Tidak seperti usus halus, apendiks yang meradang terfiksir,
tidak kompresibel, dan tampak bulat pada gambar melintang. Pengukuran apendiks dilakukan
dengan kompresi penuh. Secara tradisional, diagnosis apendisitis dibuat saat diameter apendiks
yang dikompresi melebihi 6 mm. Sebaliknya, apendiks yang berdinding tebal dan tidak bisa
dikompres, dipertahankan pada posisi tetap oleh transduser yang mengkompresi, akan
menunjukkan warna melingkar saat meradang. Perforasi appendiks dapat didiagnosis saat
apendiks menunjukkan kontur yang tidak teratur atau bila diidentifikasi adanya kumpulan
cairan periappendiks (Gambar 2B). Pemeriksaan USG Doppler biasanya menunjukkan
peningkatan vaskularitas di dalam dan sekitar apendiks yang mengalami peradangan akut.
Pemeriksaan ini berguna sebagai tanda tambahan apendisitis bila pengukuran appendiceal
tidak jelas, dimana tidak pasti apakah apendiks yang dicitrakan normal atau meradang (Gambar
2C). c. Computed tomography (CT) CT merupakan alternatif diagnostik yang sangat baik untuk
semua pasien yang lain. CT merupakan tambahan untuk USG dan direkomendasikan setiap kali
hasil USG tidak optimal, tidak pasti, atau normal pada pasien dengan nyeri abdomen akut. USG
juga melengkapi CT dan mungkin sangat berguna pada pasien kurus di mana hasil CT awal, tidak
peduli bagaimana kinerjanya, menunjukkan hasil yang tidak jelas. Analisis data untuk CT dan
USG menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi (96% vs 76%), akurasi (94% vs 83%), dan nilai
prediksi negatif (95% vs 76%) untuk CT. CT Helical telah melaporkan sensitivitas sebesar 90% -
98%, spesifisitas 91% -98%, akurasi 94% -98%, nilai prediksi positif 92% -98%, dan nilai prediksi
negatif 95% -98% untuk mendiagnosis apendisitis akut. Apendiks yang meradang terlihat
sebagai struktur tubular bertepi samar yang membesar, sering dikaitkan dengan striktur
inflamasi di lemak sekitarnya. Secara tradisional, diameter ambang 6 mm digunakan untuk
diagnosis apendisitis. Namun, studi pada orang dewasa sehat mengungkapkan bahwa kisaran
normal ukuran appendiks pada pasien dewasa adalah 3-10 mm. Dengan demikian, dengan
menggunakan ukuran ambang apendiks sebesar 9 mm, nilai tersebut menjadi lebih akurat
untuk diagnosis apendiks. Gambaran radiografi yang sama dari pemuatan feses di dalam sekum
yang melebar dapat divisualisasikan pada CT dengan adanya apendisitis akut (Gambar 2D). d.
Magnetic resonance imaging (MRI) Pencitraan MRI muncul sebagai alternatif untuk CT pada
pasien hamil dan pada pasien yang memiliki alergi terhadap bahan kontras iodium. Pencitraan
MRI memiliki peran yang terbatas dalam pemeriksaan kecurigaan apendisitis. Meskipun
penggunaan pencitraan MRI menghindari radiasi pengion, namun memiliki beberapa
kelemahan, termasuk biaya tinggi, durasi pemeriksaan yang lama, dan ketersediaan yang
terbatas di UGD. Menurut beberapa penulis, penggunaan pencitraan MRI terbatas pada pasien
hamil yang hasil USG-nya tidak meyakinkan. Pada pencitraan MRI, apendiks diidentifikasi
sebagai struktur tubular dengan perpanjangan T1 dan T2 intraluminal. Apendisitis didiagnosis
dengan menggunakan ambang ukuran yang digunakan untuk CT. Perubahan inflamasi
divisualisasikan sebagai hiperintensitas T2 pada lemak periappendiceal. Tidak ada efek
merugikan yang diketahui dari pencitraan MRI pada kehamilan di manusia, namun keamanan
pencitraan MRI belum terbukti dengan pasti. Meskipun pemanasan jaringan akibat gelombang
frekuensi radio, stimulasi akustik berpotensi membahayakan janin. Kondisi ini tetap ada selama
waktu yang tidak terbatas, diekskresikan oleh ginjal janin dan kemudian ditelan oleh janin
dengan cairan ketuban. Meskipun tidak ada bukti efek mutagenik atau teratogenik gadolinium
pada manusia, efek mutagenik terlihat pada penelitian hewan. Oleh karena itu pendekatan
konservatif menghindari penggunaan gadolinium bila memungkinkan pada trimester pertama.
e. Skintigrafi Usus yang mengalami inflamasi memiliki sifat kemotaktik yang kuat dan leukosit
secara aktif menginvasi apendiks pada apendisitis akut. Migrasi dan akumulasi leukosit
radioaktif di apendiks adalah dasar untuk penmeriksaan ini pada pasien yang diyakini
mengalami apendisitis akut. Pemindah Indium-111 yang dilabel leukosit memiliki sensitivitas
sebesar 86% dan spesifisitas 93% dalam mendiagnosis apendisitis akut. Meskipun sebagian
besar pemindaian ini dilakukan pada 2 jam setelah injeksi, sesekali penundaan gambar hingga
17-24 jam diperlukan. Pemindaian leukosit berlabel koloid m-albumin Technetium-99 (TAC-
WBC) tampak lebih unggul daripada Indium-111 karena lebih murah, membutuhkan waktu
persiapan yang lebih singkat, memerlukan sedikit waktu untuk memindai positif (dalam 2 jam),
dan memiliki dosis penyerapan radiasi yang lebih rendah, dibandingkan dengan indium-111.
Sensitivitas keseluruhan metode ini adalah 89% dan spesifisitasnya 92%. Pemeriksaan ini tidak
dapat diandalkan dalam mendiagnosis apendisitis pada wanita, dengan hanya sensitivitas
sebesar 75% dan 43% nilai prediktif positif pada subkelompok ini. Keterbatasan pemindai
leukosit berlabel radionuklida meliputi biaya, keterlambatan diagnosis, paparan radiasi,
persentase pemindaian yang relatif sangat inderterminan dan penurunan sensitivitas dan
spesifisitas pada wanita. KESIMPULAN Terlepas dari gangguan yang berhubungan dengan nyeri
pada sisi kanan abdomen yang telah dijelaskan sejak berabad-abad yang lalu dengan berbagai
nama dan dugaan patofisiologi, apendisitis masih merupakan penyakit yang penuh dengan
misteri. Ribuan penelitian telah dikembangkan di semua bidang yang terkait dengan apendiks,
namun masih belum diketahui peran organ ini dan patofisiologi apendisitis yang tepat. Semua
teori masih kontroversial dan tidak ada gejala atau tanda yang dapat dianggap patognomonik
pada apendisitis akut. Dengan demikian, diagnosis penyakit inflamasi apendiks ini terus menjadi
sebuah tantangan medis. Google Facebook Twitter Artikel Terkait Sekilas Varicella (cacar air)
OBSTRUKSI BILIARIS : PENYEBAB, PEMERIKSAAN FISIS DAN DIFERENTIAL DIAGNOSIS Sekilas
Pitiriasis Versikolor OBSTRUKSI BILIARIS : TERAPI DAN TATALAKSANA Apendisitis Akut
Kolesistitis (cholecystitis) - Pemeriksaan penunjang dan Terapi halfian Luka Terapi Diabetes dan
Resistensi Insulin dengan menghilangkan protein Gal3 Facebook Twitter Youtube Google+
Artikel Pilihan Bishop Score - Nilai Bishop N ilai b ishop adalah suatu standarisasi objektif dalam
memilih pasien yang lebih cocok untuk dilakukan induksi persalinan letak verteks. ... Tetesan
oksitosin pada persalinan Tetesan oksitosin pada persalinan adalah pemberian Oksitosin secara
tetes melalui infus dengan tujuan untuk menimbulkan atau memperkuat HIS ... Kolesistitis
(cholecystitis) - Pemeriksaan penunjang dan Terapi Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis kolesistitis meliputi pemeriksaan laboratorium (meski
kurang akurat... BLEFARITIS B lefaritis adalah radang pada kelopak mata. Blefaritis ditandai
dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mat... Kategori
Artikel Terbaru Poliarteritis Nodosa Proses Penyembuhan Luka Luka Apendisitis Akut Terapi
Diabetes dan Resistensi Insulin dengan menghilangkan protein Gal3 MedStuffs Kumpulan
Artikel Kesehatan, Informasi Penyakit dan Ilmu Medis. Senarai About Sitemap Newsletter
Berlangganan artikel via email. Copyright © 2018 Medicine Stuffs All Right Reserved Powered
by DaengGoogle
Read more at: http://www.medicinestuffs.com/2017/01/apendisitis-akut.html?m=1

Copyright © MedStuffs

Anda mungkin juga menyukai