Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 24 Oktober 2017
Jam : 16.30 WIB
B. ANAMNESA
1. Identitas pasien dan keluarga
a) Identitas Klien
Nama : Ny. U
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jamban Sari, Ds. Suka karya, Kec. Tarogong kidul
kab.Garut
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Tanggal Masuk RS : 24 Oktober 2017 (R. Agate Atas)
NO CM : 01055931
Diagnosa Medis : CHF
2. Genogram
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= meninggal
=meninggal
= klien
= Serumah
= menikah
= keturunan
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri dada.
menyatakan nyeri pada saat berjalan, duduk kekamar mandi, dan melakukan
aktifitas yang lain, serta saat digerakkan.
Pasien mengatakan sehat itu penting maka dari itu selalu menjaga kesehatan,
dan jika ada anggota keluarga yang sakit, langsung dibawa ke puskesmas atau
rumah sakit.
2) Aktifitas Sehari-hari
No Kegitatan Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Pola Makan
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Jenis Nasi dan lauk pauk Bubur
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu Makan Baik Menurun
Rendah garam, rendah
Diet Khusus Tidak ada
lemak
Kesulitan Menelan Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan
2 Pola Minum
Frekuensi 7-8 gelas/ hari 3-4 gelas /hari
Jenis Air putih Air putih
Jumlah ± 2 liter ± 1 liter
Pantangan Tidak ada Kopi
30
4) Pemeriksaan fisik
Kesadaran
□ Compos Mentis
GCS : E=3 V=5. M=6. Jumlah : 14
Tanda vital
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Suhu : 36,7 ºC
Nadi : 76 X/menit
Pernafasan : RR 28 X/menit,
Pola Pernafasan : Takipneu
Sistem Integumen
Tekstur kulit lembut, warna kulit putih, turgor kulit kembali < 2 detik, akral
teraba hangat, kulit kepala bersih, warna rambut beruban.
Sistem Respirasi
Pasien mengatakan sesak jika banyak bicara atau habis dari kamar mandi.
Respirasi 28x/ menit, lubang hidung simetris, fungsi penciuman normal,
pergerakan dada simetris dan tidak ada nyeri tekan, bunyi nafas vesikuler.
Sistem Pencernaan
Bentuk perut cembung, ada bekas luka operasi, bising usus lemah dengan
frekuensi 5x/menit, ada nyeri tekan, saat diperkusi bunyi timpani, pasien
mengeluh belum BAB 1 minggu SMRS dan 2 hari sesudah MRS.
Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung S1 S2, nadi teraba kuat 76x/ menit, TD : 140/100
33
Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan dan tiroid dan
paratiroid, bentuk wajah normal.
Sistem perkemihan
Pasien mengatakan tidak ada masalah/ gangguan kencing, tidak terpasang
kateter, frekuensi BAK 4x sehari dengan warna kuning khas urin.
Sistem Muskuloskeletal
Bagian ekstremitas simetris antara kanan dan kiri, tidak adanya edeme pada
bagian ekstremitas.
Kekuatan otot
5) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
No Lab : 171023405
Tanggal : 23-10-17
No Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 Darah rutin
Hemoglobin 12,2 12.0-16,0
Hematokrit 38 33-47
Lekosit 6,740 3,800-10,000
Trombosit 193,000 150,000-440,000
Eritrosit 4,55 3,6-5,8
2 AST (SGOT) 19 s/d 31
ALT (SGPT) 15 s/d 31
Ureum 35 15-50
Kreaitin 0,8 0,5-1,3
34
6) Therapy
Frekuensi pemberian
No Nama obat Cara pemberian Waktu (jam) Dosis obat
08 16 22
1 Asering IV 18 TPM
2 Ranitidin IV v v 2x1 amp
3 Metil predison IV v v 2x62,5 mg
4 Ambroxol ORAL v v v 3x1 tab
5 Miozidin ORAL v v 2x1 tab
6 Nebu Pulmocit Inhalasi v v v 3x1 amp
C. ANALISA DATA
No Tanggal Symptom Etiologi Problem
1 24/10/17 DS: Arterio sclerosis g.g rasa nyaman
Pukul Pasien mengeluh ↓ nyeri
13.30 nyeri dada sebelah Aliran darah menurun
wib kiri. ↓
DO: O2 & nutrisi menurun
TD : 140/100 ↓
35
N : 76x/ mnt ↓
S : 36o C fatigue
R : 28x/mnt ↓
Tampak lelah saat Intoleransi aktifitas
berbicara
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gejala terkait penyakit.
2. Konstipasi b.d pola defekasi tidak teratasi.
3. Intoleransi aktifitas b.d immobilisasi.
di butuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi
24-10-2017 3 Setelah di lakukan 1. Monitoring TTV
Jam 17.00 perawatan selama 3 x 24 di 2. Berikan lingkungan
harapkan aktifitas minimal yang tenang
bisa meningkat dengan 3. Batasi pengunjung dan
kriteria hasil : kurangi suara bising
1. Keadaan umum baik 4. Anjurkan pasien
2. Akral hangat istirahat bila kelelahan
3. TTV normal dan anjurkan pasien
melakukan aktifitas
semampunya.
F. IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam No IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
DP
24-10-2017 1 1. melakukan S : pasien mengeluh
Jam 17.15 pengkajian nyeri dada sebelah
komprehensif yang kiri, di rasakan
meliputi lokasi, secara tiba-tiba
kriteria, durasi dan seperti di tusuk-
frekuensi tusuk dengan
2. Melatih teknik penyebaran ke
nafas dalam bagian punggung
3. Kolaborasi dan bahu sebelah
pemberian kiri dengan skala
analgetik. nyeri 5.
O : pasien tampak
meringis
A : gangguan rasa
nyaman nyeri belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi nomer 1,
2, 3
38
3. Kolaborasi P : lanjutkan
pemberian intervensi nomer 1,
analgetik. 2, 3
2 1. Monitoring bising S : pasien
usus mengatakan sudah
2. Mengidentifikasi BAB
faktor-faktor (diet O : Bising usus
dan tirah baring) 8x/menit, bentuk
yang menyebabkan perut masih
konstipasi cembung, nyeri
3. Menentukan jumlah tekan tidak ada.
kalori dan jenis A : konstipasi sudah
nutrisi yang di teratasi
butuhkan untuk P : pertahankan
memenuhi intervensi no 4
persyaratan gizi
4. Menganjurkan
pasien banyak
makan serat dan
buah papaya dan
juga banyak minum
air putih.
3 1. Monitoring TTV S : pasien
2. Memberikan mengatakan rasa
lingkungan yang lelah berkurang
tenang, membatasi O : TD 130/90
pengunjung dan mmHg, suhu 35,70
mengurangi suara C, nadi 68x/menit,
bising respirasi 24x/menit
3. Anjurkan pasien A : intoleransi
istirahat bila aktifitas belum
kelelahan dan teratasi
anjurkan pasien P : lanjutkan
melakukan aktifitas intervensi 1, 2, 3.
semampunya.
26-10-2017 1 1. Melakukan S : pasien
Jam 20.00 pengkajian mengatakan nyeri
44
3. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
3 1. Monitoring TTV S : pasien
2. Memberikan mengatakan rasa
lingkungan yang lelah minimal
tenang, membatasi O : TD 130/80
pengunjung dan mmHg, suhu 36,40
mengurangi suara C, nadi 80x/menit,
bising respirasi 22x/menit
3. Anjurkan pasien A : intoleransi
istirahat bila aktifitas teratasi
kelelahan dan P:-
anjurkan pasien
melakukan aktifitas
semampunya.
G. EVALUASI
Tanggal/Jam EVALUASI PARAF
25-10-2017 S:
Jam 06.00 pasien mengatakan nyeri dada sedikit berkurang
pasien mengatakan belum BAB
pasien mengatakan masih lelah jika ke kamar
mandi
O:
pasien masih tampak sedikit meringis
Bising usus 5x/menit terdengar lemah, bentuk
perut masih cembung, masih ada nyeri tekan dan
teraba keras.
TD 130/90 mmHg, suhu 35,80 C, nadi 72x/menit,
respirasi 24x/menit
Pasien masih tampak kelelahan saat di ajak
berbicara
A:
gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi
46
lanjutkan intervensi 1, 2, 3
I:
melakukan implementasigangguan rasa nyaman
nyeri nomer 1, 2, 3
pertahankan implementasikonstipasi no 4
lanjutkan implementasi 1, 2, 3
E : gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi,
intoleransi aktifitas belum teratasi sedangkan konstipasi
sudah teratasi
27-10-2017 S:
Jam 08.00 pasien mengatakan rasa nyeri sudah hilang
pasien mengatakan rasa lelah minimal
O:
pasien masih tampak tenang
TD 130/80 mmHg, suhu 36,40 C, nadi 80x/menit,
respirasi 22x/menit
A:
gangguan rasa nyaman nyeri sudah teratasi
intoleransi aktifitas teratasi
P:-
I :-
E : gangguan rasa nyaman nyeri dan intoleransi aktifitas
sudah teratasi
48
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nyeri dada
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan pada
penyakit jantung. Diagnosa yang tepat sangat tergantung dari pemeriksaan fisik yang
cermat, pemeriksaan khusus lainnya serta anamnesa dari sifat nyeri dada mengenai
lokasi, penyebaran, lama nyeri serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri
dada.
Pada kasus ini pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri dengan yang menjalar
ke punggung dan ke bahu serta tangan sebelah kiri, pasien juga memiliki riwayat
penyakit jantung, menurut penuturan pasien sebelum dirawat pasien dianjurkan untuk
pemasangan stent, namun pasien tidak mau. Adanya nyeri dada yang dirasakan pasien
kasus ini karena adanya penyempitan di pembuluh darah koroner. Sehingga aliran
darah ke jantung menurun, maka terjadi iskemik mookard akibat suplai darah dan
oksigen yang berkurang yang mengakibatkan terjadinya metabolisme anaerob yang
menghasilkan peningkatan produksi asam laktat sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Intervensi yang dilakukan pada kasus ini yaitu dengan mengajarkan teknik
nafas dalam, dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik sesuai dengan
dosis yang diperlukan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nyeri
yang dirasakan pasien berkurang dengan skala nyeri 2, pasien masih dilakukan
observasi dan dilakukan tindakan intervensi keperawatan yang sama dan setelah 3 x 24
jam masa perawatan di RS gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien sudah teratasi.
49
B. Konstipasi
Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses yang padat
dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 hari sekali yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien (Van den Berg dkk., 2007). Proses defekasi normal
memerlukan keadaan anatomi dan inervasi normal dari rektum, otot puborektal dan
sfingter ani. Rektum adalah organ sensitif yang mengawali proses defekasi, tekanan
pada dinding rektum akan merangsang sistam saraf intrinsik rektum dan menyebabkan
relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan sebagai keinginan untuk defekasi.
Sfingter anal eksterna kemudian menjadi relaksasi dan feses dikeluarkan mengikuti
peristaltik kolon melalui anus. Relaksasi sfingter tidak cukup kuat, maka sfingter ani
eksterna dibantu otot puborektal akan berkontraksi secara refleks dan refleks sfingter
interna akan menghilang, sehingga keinginan defekasi juga menghilang (Van Der Plas
dkk., 2000; Degen dkk., 2005; Bu LN dkk., 2007).
Pada kasus ini, selama di RS pasien tidak pernah makan makanan yang
mengandung tinggi serat, selain itu pada pasien jantung adanya immobilitas, sehingga
terjadi obstruksi saluran cerna yang mengakibatkan pergerakan peristaltik usus
menurun yang ditandai dengan bising usus 5x permenit terdengar lemah, yang dapat
mengakibatkan proses defekasi yang tidak lancar sehingga terjadinya penumpukan
feses dan menyebabkan feses mengeras yang kemudian berakibat pada spasme sfingter
ani. Feses yang terkumpul di rektum dapat menyebabkan dilatasi rektum. Peningkatan
volume feses pada rektum menyebabkan kemampuan sensorik rektum berkurang
sehingga retensi feses makin mudah terjadi.
Salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan konstipasi yaitu
ketidakcukupan asupan serat dan cairan harian dan riwayat penyakit kronis. Asupan
serat merupakan faktor penting penyebab konstipasi. Pada kasus ini intervensi yang
dilakukan adalah menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi
serat untur memperlancar proses BAB. Jumlah cairan yang dibutuhkan agar feses
bertambah lunak diperkirakan 6-8 gelas per hari. Jumlah cairan yang dikonsumsi
50
mempengaruhi konsistensi tinja. Penambahan cairan pada kolon dan masa tinja
membuat pergerakan usus menjadi lebih lembut dan mudah dilalui. namun pada kasus
ini pemasukan cairan harus seimbang dan perlu perhatian khusus karena pasien
memiliki penyakit jantung, yang apabila asupan cairan kedalam tubuh berlebih maka
bisa terjadi penumpukan cairan di tubuh yang dapat mengekibatkan edema. Pada saat
di lakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam pasien mengatakan sudah BAB,
dengan bising usus 8x/menit dan tidak ada nyeri tekan, sehingga konstipasi pada pasien
sudah teratasi.
C. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih mentikberatkan
respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak
mampu memproduksi energi yang cukup. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa,
untuk bergerak, kita membutuhkan sejumlah energi. Pembentukan energi dilakukan di
sel, tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses tertantu. Untuk membentuk
energi, tubuh memerlukan nutrisi dan CO2.
Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, tubuh
akhirnya tidak dapat memproduksi energi yang banyak. Jadi, apapun penyakit yang
membuat terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dapat mengakibatkan
respon tubuh berupa intoleransi aktifitas.
Perbedaan orang sehat dengan yang mengalami intoleransi aktivitas adalah
ketika mereka melakukan suatu gerakan. Bagi orang normal, berjalan dua tiga meter
tidak merasa lelah, akan tetapi bagi pasien yang mengalami intoleransi, bergerak atau
berjalan sedikit saja nafasnya sudah terengah-engah. Sudah kelelahan. Karena
tubuhnya tidak mampu memproduksi energi yang cukup untuk bergerak. Jadi, apapun
penyakit yang membuat terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dengan
kata lain mengganggu pembentukan energi dalam tubuh, dapat menimbulkan respon
tubuh berupa intoleransi aktifitas.
51