Anda di halaman 1dari 5

7.

2 LINGKUNGAN PENGENDAPAN DARAT

berupa endapan silisiklastik, yang diamkan langkanya fosil dan tidak adan a fosil laut, serta berupa
endapan nonsilisiklastik seperti batu gamping Zit WAL Dalam jumlah yang lebih sedikit endapan
evaporates juga dijumpai da lingkungan pengendapan darat. Beberapa endapan pada lingkungan dapan
darat dapat mempunyai nilai ekonomis, beberapa di antaranya dung gas dan minyak bumi, batu bara, oil
shale, uranium, dan endapan ekonomis lainnya.

7.2.1 Gurun

Gurun pasir umumnya terletak pada 10-30 derajat lintang utara dan selatan ekuator, di mana daerah
tersebut cenderung kering, tekanan udaranya rendah, dan berpengaruh terhadap sistem pergerakan
angin… Penyebaran gurun pasir modern di bumi ini sekitar 20% (Kocurek, 1996), meskipun beberapa
penulis lain menyebut sampai 30%. Ciri utama iklim di daerah gurun pasir ialah tingkat evaporasi
(penguapan) pasir lebih besar dibandingkan tingkaq presipitasi (pengendapan larutan). Pada lingkungan
gurun pasir tersebm terdapat sublingkungan berupa kipas aluvial, sungai ephemeral yang hanya mengalir
ketika musim penghujan saja, danau ephemeral atau dikenal jugs, sebagai playas lake atau “inland
sabkhas” (Boggs, 2006).

Media transportasi sedimen di daerah gurun yang utama ialah angin Meskipun air terkadang hadir di
sungai ephemeral dan playa, tetapi peran air relatif sangat kecil. Proses pengangkutan material sedimen
oleh angin sm halnya dengan yang disebabkan oleh air, yaitu melalui tiga cara: traksi, saltasi, dan
suspensi. Kecepatan pengangkutan material dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir, sortasi, dan
kekompakan material sedimen. Material sedimen dengan ukuran sekitar 0,05 mm akan tertranspor
secara suspensi, sedangkan Untuk butiran yang berukuran lebih kasar diangkut dengan cara traksi dan
saltasi di dekat permukaan. Partikel kasar yang mencapai 2 m atau yang lebih besar kemungkinan
tertranspor secara rolling dan merayap di permukaan bila angin bergerak dengan kecepatan tinggi.

Proses pengangkutan oleh angin menghasilkan struktur sedimen seperti gelembur (ripple), gumuk pasir,
dan silang siur. Bentukan perlapisan (bedform) yang terbentuk oleh proses pengangkutan oleh angin
memililn' ukuran mulai dari yang kecil, yaitu 0,01 111 sampai beberapa milimeter yang berupa gelembur,
dan gumuk pasir (dune) yang panjangnya 500-600 m dan tinggi 100 m. Bedform yang lebih besar dari
gumuk pasir dinamakan sebagai draas. Panjang gelombang bedform yang terangkut oleh angin
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kecepatan angin dan ukuran butir.

7.2.2 Glasial

Pada saat ini, hampir 10% permukaan bumi ditumpi oleh 98, berkurang dari sekitar 30% pada awal
zaman Kuarter (Leeder, 1982). Es paling banyak dijumpai di utara Benua Amerika dan Eropa di mana
proses erosi dan pengendapan bisa terjadi di tempat tersebut. Tubuh es yang bergerak karena berat
massanya sendiri disebut dengan glacier. Glacier bisa terbentuk bila akumulasi salju di satu titik melebihi
ablasinya (proses mencair dan menyublim). Gambar 7.2 secara sederhana menunjukkan bagaimana
glacier bisa terbentuk dan gambaran kondisi di alam.

Berdasarkan gambar tersebut, glacier dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu zona akumulasi, zona ablasi
yang keduanya dipisahkan oleh zona kesetimbangan, di mana penambahan dan kehilangan massa es
seimbang

(Gambar 7.23). Kondisi yang memungkinkan proses glacier tersebut dapat terjadi di dua daerah utama,
yaitu di pegunungan glacier dan es penutup kutub (Nichols, 2009). Pada kondisi iklim yang stabil,
akumulasi massa es terjadi di bagian atas (head) dan pencairan di bagian depan titik equilibrium
(keseimbangan). Jika terjadi iklim yang mendingin, pada laju pencairan akan terjadi glacial advance, yaitu
batas salju yang maju dan lebih turun ke arah

lembah, dan bila proses sebaliknya terjadi, di mana suhu menghangat dan pencairan melampaui laju
penambahan salju, akan terjadi glacial retreat, yaitu batas salju yang mundur ke arah puncak gunung
glacier (Gambar 7.2b),

Fasies hasil pengendapan glasial umumnya mempunyai ciri-ciri tersonasi buruk dan tersusun oleh
berbagai macam litologi, yang dikenal dengan istilah till, sedangkan bila sudah menjadi batu disebut
dengan tillite. Istilah tersebut lebih mengarah kepada genesa, sedangkan istilah yang bersifat objektif
ialah diamictite. Berdasarkan genesanya, till dapat digolongkan menjadi meltout till yang diendapkan
oleh mencairnya es yang berupa onggokan material di bagian glacier front. Lodgement till merupakan
debris yang terbentuk di bagian bawah suatu glacier yang bergerak, sedangkan flow till merupakan till
yang terbentuk karena reworked oleh aliran gravitasi (Nichols, 2009). Adapun proses transportasi oleh
glacier umumnya dipisahkan menjadi supraglacier debris, di mana material sedimen jatuh dari dinding
lembah dan terakumulasi di bagian atas glacier dan basal debris, yaitu proses transportasi material
sedimen hasil abrasi pada batuan dasar akibat pergerakan massa es. Modifikasi dari transportasi itu ialah
englacial debris, yaitu adanya air yang bergerak dalam saluran-saluran di tubuh glacier yang bisa
membawa endapan (Gambar 7.3).

7.2.3 Fluvial

Endapan fluvial meliputi endapan yang terbentuk akibat aktivitas sungai dan proses-proses aliran
gravitasi yang masih berhubungan. Walaupun ada banyak klasifikasi mengenai setting aluvial dan
sublingkungan dari sistem fluvial yang dikenal, kebanyakan endapan fluvial purba dapat dimasukkan ke
dalam satu atau dua setting lingkungan pengendapan, yaitu kipas aluvial dan sungai. Kedua lingkungan
ini dapat saling berhubungan dan saling penampalan (Boggs, 2006).

a Kipas Aluvial

Kipas aluvial merupakan suatu bentukan seperti corong (cones), mempunyai geometri cembung ke atas
pada profil sayatan vertikal, dan tersusun oleh endapan tembakan yang terbentuk pada tekuk lereng
pada suatu dataran aluvial (Gambar 7.4). Pada bagian paling hulu terdapat ngarai! jurang di mana
sedimen terkumpul dari ketinggian di sekitarnya dan siap untuk disebarkan ke lembah di bawahnya.
Karena sifatnya sebagai penyuplai sedimen tersebut, daerah ini dinamakan feeder canyon. Bagian paling
ujung berdekatan dengan feeder canyon di mana bentuk kipas mulai tersebar, disebut dengan fan apex
(puncak kipas). Di bawah puncak kipas ada lembah yang cukup dalam (fan head canyon/trench) karena
tertoreh oleh proses transportasi sedimen dari feeder canyon menuju bagian kipas aluvial. Sudut
pengendapan bisa sangat tajam di bagian proksimal dan semakin landai ke arah distal sampai adanya
break of slope yang jelas di fan toe (ujung kipas).

Endapan kipas aluvial umumnya didominasi butiran berukuran gravei yang bersortasi buruk, dengan
kandungan detritus sisa-sisa pohon yang cukup banyak Karena bentukan seperti corong juga terdapat di
daerah transisi (delta) dan juga di laut dalam, Blair dan McPherson (1994) membatasi definisi endapan
kipas aluvial sebagai endapan yang terjadi di daratan pada tekuk lereng, bukan sebagai endapan oleh
sistem penyaluran (fluvial) dengan sudut lereng lebih besar dari 1°. Peneliti yang lain (misalnya Harvey et
al., 2005) menyatakan sedimen pada bagian corong dengan sudut landai yang diendapkan oleh sistem
sungai pada tepian cekungan, secara umum juga dianggap sebagai bagian dari kipas aluvial. Pada
beberapa kasus di lingkungan yang basah (humid), kipas aluvial dapat berhubungan langsung dengan
dataran aluvial, dataran delta dan pantai, permukaan pasang surut, atau dapat juga menjadi bagian dari
danau atau lautan (Surjono, 2007). Kipas-kipas yang menjadi bagian dari suatu tubuh air disebut sebagai
kipas delta (fan delta). Berdasarkan proses pengendapannya, kipas aluvial dapat dibagi menjadi kipas
aluvial dominan aliran debris dan dominan aliran sungai (Boggs, 2006). Pada kipas aluvial yang dominan
alian debris, proses sedimentasi umumnya dikontrol oleh aliran gravitasi, baik berupa aliran debris
ataupun aliran lumpur (Surjono et al., 2006; Surjono, 2007). Model sedimentasi seperti ini banyak terjadi
pada aluvial fan di daerah dengan iklim kering ataupun basah. Ciri endapan hasil proses ini ialah
bersortasi buruk, ukuran butir sangat kasarbongkah, dengan struktur sedimen yang tidak jelas (Gambar
7.5), terkadang dijumpai gradasi terbalik pada bagian dasar. Jarak transportasi umumnya masih sangat
pendek, meskipun pada beberapa kasus bisa mencapai 20-an kilometer.

Mekanisme sedimentasi pada kipas aluvial yang dominan aliran sungai P,.msipnya mirip dengan proses
aliran fluida pada sungai. Blair dan McPherson (1994) mengidentiiikasinya sebagai sheetflood (aliran
tidak pada saluran) dan incised channel now (aliran pada saluran). Kedua proses ini umumnya ditandai
oleh aliran fluida yang pekat karena mengandung banyak sedimen (antara 20-45%). Endapan yang
dihasilkan oleh proses ini umumnya mulai menunjukkan struktur sedimen dan stratifikasi hasil yang
semakin jelas.

b.Sistem Sungai

Sistem sungai mempunyai variasi bentuk yang sangat banyak. Nichols (2009) mengidentifikasi variasi
tersebut dibedakan berdasarkan tingkat pembelokan saluran (sinousitiy channels), kehadiran endapan
(bar) pada saluran, dan jumlah percabangan penyaluran. Untuk klasifikasi yang lebih sederhana, sungai
dapat dikelompokkan ke dalam 3 tipe dasar berdasarkan bentuk salurannya, yaitu sungai berkelok
(meandering, saluran tunggal), sungai teranyam (braided, saluran banyak), dan anastomosing (Gambar
7.6). Nichols (2009) juga menyatakan bahwa saluran yang lurus tanpa adanya bar ialah bentuk saluran
yang paling sederhana, tetapi sangat jarang dijumpai keberadaannya.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat pembelokan saluran (meandering) dan keteranyaman
(braiding) ialah pasokan sungai (stream discharge), kemiringan saluran, ukuran butir, kekasaran dasar
aliran, jumlah dan jenis beban sedimen (bedload atau suspended load), dan stabilitas dari cabang-
cabang kanal (Boggs, 2006). Faktor-faktor tersebut sangat kompleks, saling berkaitan, dan tidak mudah
dipahami, bahkan penyebab dari meandering dan braiding sendiri masih menjadi sesuatu yang tidak
jelas. Salah satu penjelasan mengenai proses meandering dan braiding dengan faktor bengontrol seperti
di atas dapat dibaca di Bridge (2003).

Sungai yang mengangkut sedimen dalam jumlah besar secara menggelinding dan saltasi sepanjang
saluran akan cenderung menghasulkan endapan dalam saluran (bar) dan membagi saluran di antara bar
tersebut sehingga membentuk sungai teranyam (Gambar 7.7). Bentuk-bentuk bar dalam saluran bisa
berupa longitudinal (memanjang sepanjang saluran), transverse (lebar dan menyebar memotong
saluran), dan linguoid (melengkung dengan titik puncaknya mengarah di bagian hilir sungai). Menurut
Davis (1992), sungai teranyam ini umumnya berkembang pada daerah dengan suplai sedimen yang
sangat besar, biasa terjadi banjir singkat secara periodik di antara debit sungai yang kecil.

Dluida yang mengalir dalam saluran cenderung menjadi lambat karena gesekan dengan dasar saluran,
tanggul (bank), dan udara di atasnya. Pengaruh gesekan tersebut semakin berkurang berbanding dengan
jarak dari pusat aliran pada bagian terdalam di mana aliran paling cepat terjadi. Bagian yang paling
dalam pada suatu saluran ini disebut dengan thalweg. Adanya thalweg inilah yang menjadikan suatu
aliran cenderung mengerosi tanggul sungai pada satu sisi dan mengendapkan pada sisi lain dalam suatu
sistem saluran. Apabila proses ini terus berkembang, saluran akan membentuk pola sinus yang dikenal
sebagai meandering (Gambar 7.8a). Saluran bergeser ke samping oleh erosi pada bagian luar tanggul
(pada area cut bank) dan pengendapan terjadi pada bagian dalam tanggul (area point bar, Gambar 7.8b).
Pergeseran ini akan menghasilkan migrasi endapan secara lateral. Apabila meandering ini berlanjut, bisa
membentuk suatu ‘Ioupe’ berupa saluran yang melingkar sampai bagian ujungnya saling bertemu.
Apabila hal ini terjadi, saluran bisa saja membentuk saluran baru dan meninggalkan sisa loupe tersebut
sebagai Sungai bermeander umumnya membawa sedimen secara suspensi dan aliran beban. Butiran
yang terbesar din'anspor pada bagian terdalam pada suatu saluran. Kondisi ini menjadikan endapan
pada sungai berkelok dicirikan oleh profil vertikal yang menunjukkan menghalus ke atas dengan bagian
terkasar terdapat pada bagian dasar saluran. Kenampakan menghalus ke atas ini juga terlihat pada
endapan migrasi point bar, braided dan point bare Endapan fluvial umumnya ialah pasir dan gravel,
sedangkan lumpur dijumpai pada dataran banjir. Struktur sedimen yang khas pada endapan fluvial ialah
planar dan trough cross bedding, upper-flow-mgime planar bedding, dan permukaan ripple mark.
Semakin ke bagian muara, arah arus purba cenderung lebih variatif pada endapan sungai meander
daripada braided river. Endapan fluvial mungkin mengandung fosil, baik berupa trace fossil (fosil jejak)
maupun fosil binatang dan tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai