PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah eritroderma (Munyao dkk, 2007).
Insidens eritroderma kian meningkat. Salah satu kausanya yang paling sering ialah
psoriasis. Eritroderma yang kronis dapat menyebabkan gangguan alat dalam. Pada
penatalaksanaannya terdapat kesulitan karena sebagian kasus tidak diketahui
penyebabnya.
Eritroderma, disebut juga sebagai dermatitis eksfoliatif, diperkenalkan
pertama kali oleh Hebra pada 1868, merupakan kelainan kulit inflamasi yang ditandai
kulit eritem generalisata dan skuama yang luas melibatkan 90% luas permukaan kulit.
Eritroderma dan dermatitis eksfoliatif merupakan satu perjalanan klinis, yakni tahap
awal berupa kulit eritem generalisata yang kemudian diikuti dengan pengelupapasan
kulit (Yuan dkk, 2010).
Pada penelitian ini selanjutnya akan menggunakan terminologi eritroderma.
Eritroderma bukan merupakan kasus yang sering ditemukan, namun masalah yang
ditimbulkannya cukup parah (Mapar dkk, 2011). Eritroderma dapat berakibat fatal,
maka diperlukan penatalaksanaan yang baik karena dapat mengganggu metabolisme
tubuh dengan berbagai komplikasinya, oleh karena itu perlu mengidentifikasi
penyakit yang mendasari dan memberikan terapi kausatif secara adekuat (Pal dan
Haroon, 1998; Okoduwa dkk, 2009).
Eritroderma dapat disebabkan oleh berbagai penyakit kulit yang telah diderita
sebelumnya. Faktor penyebab dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu
perluasan penyakit kulit sebelumnya (dermatosis primer), reaksi obat,keganasan, dan
idiopatik. Pemeriksaan histopatologi dapat mengidentifikasi kausa eritroderma hingga
1
50% kasus, khususnya jika menggunakan biopsi multipel (Vasconcellos dkk, 1995;
Karakayli dkk, 1999).
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk memberikan gambaran
nyata tentang Dermatitis Eksfoliativa Generalisata.
2
BAB Il
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Eritroderma ialah kelaianan kulit yang ditandai dengan adanya eritema
universalis (90%-100%), biasanya disertai skuama. Bila eritemanya antara 50%-90%
dinamai pre-eritroderma. Pada definisi tersebut yang harus ada ialah eritema,
sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalanya pada eritroderma karena alergi
obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemuadian pada stadium
penyembuhan timbul skuama. Pada eritroderma yang kronik tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi.
2.2 Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70dari
100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namunpaling
sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usiarata-rata > 40
tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia.
3
2.3 Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,
perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.6 Penyakit kulit
yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%,
dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%.
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat
menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang),
penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan
masyarakat orang sering melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan
secara tradisional.2 Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul
penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah
eritema universal. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu yang masuk ke
dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering
menyebabkan alergi.
4
dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi dari pada
sekitarnya dan skuama ditempat itu lebih tebal. kuku juga perlu dilihat, dicari
apakah ada pitting nail berupa lekukan miliar, tanda ini hanya menyokong dan
tidak patognomonis untuk psoriasis.
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma
yang juga dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti.
Usia penderita berkisar 4-20 minggu. Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung
selama beberapa minggu dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang
dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik
dan liken planus.2,3
5
Mikosis fungoides Karsinoma paru Merkuri
Pemfigus foliaceus Karsinoma rektum Barbiturat
Pitiriasis rubra Karsinoma tuba falopii Aspirin
Psoriasis Dermatitis Kodein
Sindrom Reiter papuloskuamosa pada Difenilhidantoin
Dermatitis seboroik AIDS Yodium
Dermatitis statis Isoniazid
Kuinidin
Kaptopril
Sumber: Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
2.5 Patofisiologi
Dalam mempelajari patogenis dari eritroderma membutuhkan pengetahuan
biologi normal dari epidermis. Seperti pada jaringan lainnya, epidermis
melakukan regenerasi secara rutin yang terjadi pada membrana basalis, dan sel-sel
ini berubah menjadi struktur keratin yang utuh melalui proses selama 10-12 hari.
Pada umumnya, sel-sel ini membutuhkan tambahan sekitar 12-14 hari lagi di
stratum korneum sebelum sel ini dilepaskan.
6
nukleat dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam amino, dan
peningkatan jumlah protein bebas.6
Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran
pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi
pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat
sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan
menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi
hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin
meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan
panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas
menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme
basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme
basal.
Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku
berupa kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan
kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan – bulan dapat
terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.
7
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di
lapisan epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada
keluarga asma bronchial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi diantara
15-25% populasi, berkembang dari satu menjadi banyak kelainan dan
memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena alergi
inhalasi. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkin terjadi pada
usia berapapun, tetapi biasanya timbul sebelum usia 5 tahun. Biasanya, ada
tiga tahap: balita, anak-anak dan dewasa.
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada
orang dewasa dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-
existing, pruritus yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan
pada gambaran histologi terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel,
dermal eosinofil dan parakeratosis.
2. Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan
topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika
psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak
tampak lagi karena terdapat menghilang dimana plak-plak psoriasis menyatu,
eritema dan skuama tebal universal. Psoriasis mungkin menjadi eritroderma
dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak dapat dihambat atau sangat
cepat. Faktor genetik berperan. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis
resiko mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah seseorang orang tuanya
menderita psoriasis resikonya mencapai 34 – 39%.
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.
8
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai
dengan plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak
mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial,
belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis
seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan meningkat pada usia 40 tahun.
Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki daripada wanita dan lebih
sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan minum alkohol.
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman
Pityrosporum ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur.
Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit
tampak berminyak dan menghasilkan skuama putih yang berminyak pula.
Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat. DS dapat diakibatkan oleh
ploriferasi epidermis yang meningkat seperti pada psoriasis. Hal ini dapat
menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat memperbaikinya. Pada
orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya DS dapat
disebabkan oleh faktor kelelahan sterss emosional infeksi, atau defisiensi
imun.
2.7 Penatalaksanaan
a. Nonmedikamentosa
pada eritroderma golongan I, obat yang diduga sebagai penyebab
harus segera dihentikan.
b. Medikamentosa
Umumnya pengobatan eritroderma adalah kortikosteroid. Pada
golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis
prednisolon 4x10 mg.penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa
hari- beberapa minggu.
9
Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan
kortikosteroid. Dosis mula prednison 4x10-15 mg sehari. Jika tidak terdapat
perbaikan dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikkan dosis diturunkan
perlahan. Lama penyembuhan bervariasi beberapa minggu-beberapa bulan.
Pada pengobatan kortikosteroid jangaka lama, yakni melebihi 1 bulan
lebih baik digunakan metilprednisolon dari pada prednison dengan dosis
ekuivalen karena efeknya lebih sedikit.
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang
baik. Dosis prednison 3x1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatannya
terdiri atas kortikosteroid (prednison 30 mg sehari) atau metilprednisolon
ekuivalen dengan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6
mg sehari.
Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena
terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu
pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh
eritema, misalnya dengan salap lanolin 10% atau krim urea 10%.
2.8 Prognosis
Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang
mendasarinya. Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik setelah obat
dihentikan. Penyembuhan golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan dengan
golongan lain. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik seperti limfoma akan
tergantung pada keberhasilan pengobatan penyakitnya itu sendiri. Kasus idiopatik
adalah kasus yang sulit diramalkan, dapat bertahan dalam waktu yang lama, dan
seringkali disertai dengan keadaan umum yang lemah.
10
2.9 Sindrom Sezary
Penyakit ini termasuk limfoma, ada yang berpendapat merupakan stadium
dini mikosis fungoides. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungan dengan
infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan ke dalam CTCL (Cutaneous T-Cell
Lymphoma). Yang diserang ialah orang dewasa, mulainya penyakit pada laki-laki
rata-rata berumur 64 tahun, sedangkan pada perempuan 53 tahun.
Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang
universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat infiltrat pada kulit
dan edema. Pada sepertiga hingga setengah para pasien didapati
splenomegali,limfadenopati superfisial,alopesia,hiperpigmentasi, hiperkeratosis
palmaris dan plantaris, serta kuku yang distrofik.
Pada pemeriksaan laboratorium sebagian besar kasus menunjukkan
leukositosis (rata-rata 20.000/mm), 19% dengan eosinofilia dan limfositosis. Selain
itu, terdapat pula limfosit atipik yang disebut sel Sezary. Sel ini besarnya 10-20 µm,
mempunyai sifat yang khas, inti homogen, lobular dan tak teratur. Biopsi pada kulit
juga memberi kelainan yang agak khas, yakni terdapat infiltrat pada dermis bagian
atas dan terdapatnya sel Sezery.
11
BAB III
LAPORAN KASUS
12
obat anti tuberculosis selalu terdapat, misalanya pada
(OAT). Setelah 5 hari eritroderma karena alergi obat sistemik,
kemudian muncul pada mulanya tidak disertai skuama,
bercak merah-merah baru kemuadian pada stadium
pada kedua tangan penyembuhan timbul skuama.
disertai rasa gatal dan
panas, kemudian
digaruk yang lama
kelamaan menyebar ke
badan , punggung dan
kaki
Pemeriksaan Dijumpai : Teori :
Dermatologi : - Ruam Makula Lokalisasi : Seluruh Tubuh
eritem di regio Efloresensi :
suprascapularis 1. Eritroderma yang disebabkan
sinistra,regio oleh alergi obat secara sistemik.
deltoidea Gambaran klinisnya eritema
dextra-sinistra , universal dan skuama akan
regio timbul di stadium
antebrachii penyembuhan.
dextra-sinistra, 2. Eritroderma yang disebabkan
regio dorsum oleh perluasan penyakit kulit.
pedis dextra- kelainan kulit berupa skuama
sinistra yang kasar diatas kulit yang
- Makula eritematosa dan sirkumskrip.
hiperpigmentasi umumnya didapati eritema yang
di regio tidak merata.
suprascapularis 3. Eritroderma akibat penyakit
sinistra,regio sistemik. Ditandai dengan
13
deltoidea eritema berwarna merah
dextra-sinistra , membara yang universal
regio disertai skuama dan rasa sangat
antebrachii gatal. Selain itu terdapat infiltrat
dextra-sinistra, pada kulit dan edema. Pada
regio dorsum sepertiga hingga setengah para
pedis dextra- pasien didapati
sinistra splenomegali,limfadenopati
- Skuama di regio superfisial,alopesia,hiperpigmen
suprascapularis tasi, hiperkeratosis palmaris dan
sinistra,regio plantaris, serta kuku yang
deltoidea distrofik.
dextra-sinistra ,
regio
antebrachii
dextra-sinistra,
regio dorsum
pedis dextra-
sinistra
- Likenifikasi di
regio
antebrachii
dextra-sinistra
Berdasarkan Diagnosa : Hal ini disesuaikan dengan kepustakaan
anamnesa dan Dermatitis Eksfoliativa dan pemeriksaan dermatologi yang
status Generalisata didapat .
dermatologi Dengan diagnosa
maka diagnosis banding :
pada pasien ini Dermatitis
14
adalah Atopi,Psoriasis
Dermatitis
Eksfoliativa
Generalisata
Khusus Topikal :
• Emolien, misal : salap lanolin
10% atau krim urea 10%
• Kotikosteroid topikal ringan-
sedang 2 kali sehari dioleskan
pada lesi
Sistemik :
• Kortikosteroid :
- Golongan I : prednison 4x10 mg
tab sehari (beberapa hari-
minggu)
- Golongan II : Prednison 4x10
mg – 4x15 mg sehari (beberapa
minggu-bulan)
15
• Leiner : prednison 3x1-2mg
sehari
- Golongan III : Syndrom sezary :
prednison 30mg sehari
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dermatitis eksfoliativa generalisata (DEG) adalah suatu kelainan kulit
dengan gejala berupa eritema dan skuama generalisata yang melibatkan lebih dari
90% permukaan kulit penderita. Berdasarkan penyebabnya eritroderma dibagi
menjadi 3 golongan yaitu: eritroderma akibat alergi obat, perluasan penyakit kulit,
termasuk keganasan.
Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah
akibat suatu agent dalam tubuh. Gejala klinis eritroderma berupa mula-mula timbul
bercak eritema yang dapat meluas keseluruh tubuh dalam waktu 12-48 jam.
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan peradangan kulit yang eritematosa disertai
deskuamasi, yang meliputi daerah yang luas hingga mencapai 90% atau lebih.
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Prognosis yang paling baik
pada eritroderma terdapat pada golongan I yang disebabkan akibat alergi obat.
4.2 SARAN
Kepada mahasiswa atau pembaca disarankan agar mengambil pelajaran
laporan kasus ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit Dermatitis
Eksfoliativa Generalisata dalam mayarakat , maka kita dapat melakukan tindakan
yang tepat terhadap penyakit tersebut , agar tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk
17
18
19
DAFTAR PUSTAKA
20