Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang
tua dan orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan dan
pertumbuhan bayi atau anak mereka, terutama pada fase awal pertumbuhan,
bila terdapat kelainan dan penanganannya di tunda maka dapat memperburuk
prognosis anak kedepannya. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan besar, jumlah, ukuran, banyak sel dan organ. Sedangkan
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diperhitungkan, sebagai hasil dari proses pertumbuh kembangan
(Soetjiningsih, 2005).
Salah satu permasalahan pada tumbuh kembang anak adalah cerebral
palsy. Istilah cerebral ditujukan pada kedua belahan otak atau hemisphere, dan
palsy mendeskrispsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat
pengendalian pergerakan tubuh. Penyakit tersebut tidak disebabkan oleh
masalah pada otot atau jaringan saraf tepi, melainkan karena terjadi kerusakan
pada area motorik otak yang akan mengganggu kemampuan otak untuk
mengontrol pergerakan dan postur secara adekuat. Sebagian besar penderita
tersebut lahir premature atau mengalami komplikasi saat persalinan dan
beberapa menyatakan kondisi tersebut merupakan hasil dari kekurangan
oksigen selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut merusak jaringan otak
yang mengendalikan fungsi pergerakan (Saharso, 2006).
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai
usia tujuh hari setelah dilahirkan, merupakan masa rawan dalam proses
petumbuhan dan perkembangan khususnya perkembangan otak, trauma
kepala akibat persalinan dapat menimbulkan cacat permanen sehingga
persalinan memegang peranan penting yang dapat mempengaruhi kualitas
tumbuh kembang anak. Komplikasi prenatal sekitar 75%-80% dengan kurang
dari 10% disebabkan oleh trauma kelahiran yang signifikan dan prenatal tipe

1
2

holistik meliputi infark otak dimana bayi yang prematur rentan terkena
penyakit ini. Penyebab postnatal seperti infeksi, meningoensaflitis,
meningitis, trauma kepala, dan toxin yang berasal dari lingkungan yang dapat
menyebabkan terjadinya cerebral palsy, ada juga karena disebabkan oleh
faktor genetik, inflamasi, anoksik, traumatic dan metabolic (Indian j pediatri,
2005).
Angka prevalensi kejadian cerebral palsy di seluruh dunia adalah 2-2,5
per 1000 kelahiran. Data populasi cerebral palsy di Indonesia sendiri belum
dapat dikaji secara pasti. Data laporan jumlah anak dengan kondisi cerebral
palsy di YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) Surakarta adalah sebagai
berikut:

Grafik data (wahyudi, 2008)


Pada umumnya permasalahan pada kondisi cerebral palsy tipe spastik
adalah terjadi peningkatan tonus postur karna adanya spatisitas yang
kemudian akan mempengaruhi kontrol gerak. Adanya spastisitas akan
berakibat pada gangguan postural, kontrol gerak, keseimbangan dan
koordinasi yang pada akhirnya akan mengganggu aktifitas fungsional anak
penderita cerebral palsy apabila keadaan tersebut tidak segera memperoleh
penanganan yang tepat maka akan berpotensi terjadinya masalah baru
sehingga akan semakin memperburuk postural tubuh dan pola jalan yang
benar (Soetjiningsih, 2012).
Fisioterapis sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab
terhadap kesehatan gerak dan fungsi mempunyai beragam teknik terapi
latihan untuk mengupayakan pemulihan gerak dan fungsi pada penderita
3

cerebral palsy. Dalam menangani spastisitas pada kondisi cerebral palsy tipe
spastik ini dapat menggunakan terapi latihan dengan metode Neuro
Development Treatment (NDT). Metode NDT adalah model praktek klinis
yang holistik dan interdisipliner yang menekankan terapi individual dalam
penanganan berdasarkan analisis gerak untuk rehabilitasi dan dapat
bermanfaat menurunkan spastisitas pada kondisi cerebral palsy tipe spastik
(Journal of ndt bobath, 2012).
Pada kasus cerebral palsy tipe spastik ini akan menggunakan metode
terapi latihan NDT pada penderita cerebral palsy tipe spastik, alasannya
karena penulis ingin memahami dan mengetahui cara mengatasi atau
mengurangi gangguan cerebral palsy tipe spastik dengan terapi latihan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dikemukakan dalam karya tulis ilmiah ini
adalah bagaimana penatalaksanaan Neuro Development Treatment (NDT)
terhadap gangguan spastik dan gangguan fungsional gerak pada penderita
cerebral palsy ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penatalaksaan terapi latihan dengan
menggunakan metode Neuro Development Treatment (NDT) dalam
mengatasi gangguan spastisitas dan gangguan gerak fungsional pada
penderita cerebral palsy tipe spastik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui manfaat teknik Neuro Development Treatment
(NDT) dalam menurunkan spastisitas pada anak cerebral palsy.
2. Untuk mengetahui manfaat teknik terapi latihan dengan metode
Neuro Development Treatment (NDT) dalam peningkatan gerak
fungsional pada anak cerebral palsy tipe spastik
3. Untuk mengidentifikasi penderita terhadap penurunan spastisitas
pada penderita cerebral palsy.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
4

Manfaat bagi penulis untuk menambah wawasan serta


pemahaman tentang pengaruh pemberian Neuro Development
Treatment ( NDT) pada anak cerebral palsy tipe spastik
1.4.2 Bagi Fisioterapis
Manfaat bagi fisioterapis adalah untuk memberikan informasi
atau masukan untuk meningkatkan profesionalisme bagi fisioterapis
terkait penanganan cerebral palsy tipe spastik .
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
ilmiah kepada institusi mengenai pengaruh pemberian Neuro
Development Treatment (NDT) pada anak cerebral palsy tipe spastik
1.4.4 Bagi Rumah Sakit
Manfaat untuk fasilitas kesehatan rumah sakit adalah untuk
memberikan masukan pada tenaga kesehatan di rumah sakit tentang
kondisi cerebral palsy tipe spastik .

Anda mungkin juga menyukai