Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Menurut saudara adakah hubungan antara crossing over dengan humum Hardy-Weinberg?
Jelaskan!
Latar Belakang
Genetika populasi adalah bidang biologi yang mempelajari komposisi genetic populasi biologi,
dan perubahan dalam komposisi genetik yang dihasilkan dari pengaruh berbagai faktor, termasuk
seleksi alam. Genetika populasi mengejar tujuan mereka dengan mengembangkan model
matematis abstrak dinamika frekuensi gen, mencoba untuk mengambil kesimpulan dari model-
model tentang pola-pola kemungkinan variasi genetik dalam populasi yang sebenarnya, dan
menguji kesimpulan terhadap data empiris. Genetika populasi terikat erat dengan studi tentang
evolusi dan seleksi alam, dan sering dianggap sebagai landasan teori Darwinisme modern. Ini
karena seleksi alam merupakan salah satu faktor yang paling penting yang dapat mempengaruhi
komposisi genetik populasi.
Dengan mempelajari model formal perubahan frekuensi gen dalam genetika populasi diharapkan
dapat menjelaskan proses evolusi, dan untuk memungkinkan konsekuensi dari hipotesis evolusi
yang berbeda yang dapat dieksplorasi dengan cara yang tepat secara kuantitatif. Seiring dengan
pesatnya kemajuan teknologi di bidang biologi molekuler, aspek-aspek ilmu genetika juga
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Aspek yang dimaksud masuk ke dalam ranah ilmu
genetika yaitu clasical genetics, molecular genetics dan population genetics. Quantitative
genetics yang membahas secara mendalam berbagai macam sifat kuantitatif seperti tinggi badan,
berat badan, IQ, kepekaan terhadap penyakit, dan sebaginya masuk ke dalam ilmu genetika
populasi. Ilmu genetika populasi juga yang mendukung teori evolusi yang dikemukaan oleh
Charles Darwin 150 tahun lalu. Ilmu ini menggunakan berbagai macam pendekatan statistik
untuk membuktikan, menjelaskan atau mendeteksi adanya perubahan organisme dalam
lingkungan oleh sebab adanya dorongan evolusi (evolutionary force). Dari sinilah lahir istilah
Neo-Darwinism Dalam Neo-Darwinism, evolusi dideskripsikan sebagai perubahan frekuensi alel
yang ada dalam populasi di tempat dan waktu tertentu oleh sebab adanya evolutionary force.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Genetika Populasi
Populasi adalah suatu kelompok individu sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu. Genetik
populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan
menguraikannya secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Suatu populasi
dikatakan seimbang apabila frekuensi gen dan frekuensi genetik berada dalam keadaan tetap dari
setiap generasi (Suryo 1994: 344).
Dalam (Arisuryanti, 2007: 2) Genetika populasi adalah suatu ilmu yang mempelajari komposisi
dan variasi genetik individu-individu dalam suatu populasi dan faktor-faktor yang dapat
mengubah komposisi genetik tersebut.
Jadi genetika populasi adalah Ilmu yang mempelajari tentang Komposisi Genetik dalam suatu
populasi. Ruang lingkup genetika populasi secara garis besar oleh beberapa penulis dikatakan
terdiri atas dua bagian, yaitu:
Dengan demikian sebenarnya dalam perbaikan mutu genetic adalah memanipulasi kombinasi
gen-gen supaya sesuai dengan keinginan. Dalam perbaikan produktivitas selain dengan cara
memperbaiki mutu genetic juga perlu memperbaiki lingkungan, misalnya untuk produksi susu
sapi perah diperlukan perbaikan makanan, perkandangan, pemberantasan penyakit dll.
Sedangkan pada tanaman diperlukan pemupukan yang baik dari jenis pupuk maupun dosisnya.
Kesimpulannya adalah Sebagai Berikut:
Prinsip variasi yang artinya bahwa individu-individu dalam suatu populasi akan memiliki
variasi morfologi, fisiologi dan perilaku. Dalam hal ini, Darwin memandang bahwa variasi
tersebut dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
Prinsip Hereditas yang artinya bahwa setiap individu dalam suatu populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menghasilkan keturunan. Namun, ada individu-individu yang
berhasil menghasilkan keturunan dan ada yang tidak berhasil, sehingga densitas suatu populasi
umumnya konstan setiap saat. Selain itu individu-individu keturunan (filial) akan lebih
menyerupai induk atau parentalnya bila dibandingkan dengan individu-individu lain yang tidak
sekerabat.
Prinsip Seleksi yang artinya bahwa beberapa individu dalam suatu populasi lebih mampu
beradaptasi, bertahan hidup, dan bereproduksi bila dibandingkan dengan individu-individu
lainnya. Pada tahapan ini, gen-gen yang menentukan karakter-karakter yang baik pada
individu-individu tersebut akan dipertahankan keberadaannya dan selanjutnya diharapkan dapat
diwariskan kegenerasi berikutnya.
Secara garis besar hierarki populasi dalam genetika populasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
Organisme
POPULASI
Spesies
Genus
Famili
Ordo
Kelas
Filum
Kingdom
Hierarki tersebut sedikit berbeda dengan hierarki yang digambarkan dalam bidang ekologi,
yaitu:
Organisme
POPULASI
Spesies
Komunitas
Ekosistem
Bioma
Namun demikian, definisi populasi dalam kedua bidang tersebut sama, yaitu suatu group satu
spesies (single species) di suatu lingkungan tertentu yang jumlah individu-individunya tidak
terbatas dan dapat melakukan perkawinan serta keturunannya fertil. Populasi ini dapat diambil
cuplikan dan cuplikan tersebut dapat dianggap mewakili populasi tersebut. Populasi dapat dibagi
menjadi sub populasi-sub populasi yang secara geografis terpisah dan setiap populasi ini disebut
deme atau populasi lokal. Populasi bersifat dinamis, artinya dapat bertambah (dengan kelahiran),
berkurang (dengan kematian), dan meluas (migrasi), sehingga konsekuensinya suatu saat
keadaan tersebut akan mempengaruhi struktur genetik suatu populasi.
2.2 Sejarah dan Perkembangan Genetika Populasi
Secara garis besar genetika terdiri dari dari tiga cabang utama, yaitu Genetika Klasik, Genetika
Molekuler, dan Genetika Populasi (Tabel 1). Ketiga cabang genetika tersebut saling terkait
antara satu dengan lainnya.
d. Rangkai kelamin
e. Pemetaan kromosom
b. Sintesa protein
c. Kloning AND
d. Ekspresi gen
e. Mutasi AND
b. Hukum Hardy-Weinberg
c. Evolusi
d. Spesiasi
Pada saat Mendel (1822-1884) melakukan penelitian pada kacang kapri dan kemudian Hukum
Mendel I dan II diciptakan, beliau masih belum menggunakan istilah gen. Mendel hanya
menjelaskan bahwa ada faktor yang berperan dalam pewarisan. Selanjutnya dengan penemuan
struktur pita berpilin ganda atau yang dikenal dengan asam deoksiribonukleat (DNA) oleh
Watson dan Crick pada tahun 1953, Genetika Molekuler berkembang dengan pesat. Berdasarkan
pendekatan Genetika Molekuler inilah pewarisan Mendel dapat diterangkan dengan jelas.
Namun demikian, penelitian-penelitian yang dilakukan Mendel lebih menitik-beratkan pada
penyebaran genotip-genotip dan variasi genetik individu-individu yang dihasilkan dari
perkawinan tunggal. Hasil penelitian Mendel ini tidak membahas tentang penyebaran genotip-
genotip dan pola variasi genetik suatu group atau populasi. Oleh karena itu, Godfrey H. Hardy
(1877-1947) melakukan beberapa penelitian yang menggambarkan hubungan antara penyebaran
genotip-genotip dengan variasi fenotip individu-individu pada suatu populasi. Hasil penelitian ini
kemudian dipublikasikan oleh Wilhelm Weinberg dan selanjutnya menjadi dasar dalam
merumuskan prinsip-prinsip dasar Genetika Populasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah bahwa:
Genetika Populasi lebih menitik-beratkan pada suatu group atau populasi daripada individu-
individu, artinya lebih memfokuskan pada frekuensi alel dan frekuensi genotip dari satu generasi
ke generasi berikutnya dalam suatu populasi daripada membahas penyebaran genotip-genotip
dan variasi fenotip yang dihasilkan dari perkawinan tunggal.
Para ahli Genetika Populasi umumnya menggambarkan frekuensi alel dan frekuensi genotip
sebagai lengkang gen (gene pool) yaitu suatu set informasi genetik yang dibawa oleh individu-
individu suatu populasi yang dapat melakukan perkawinan (interbreeding) di dalamnya. Oleh
karena itu lengkang gen memiliki arti yang sangat penting dalam konservasi.
Pada awal perkembangannya, Genetika Populasi lebih menekankan pada teori dan
perkembangan model-model matematika untuk menggambarkan struktur genetik suatu populasi.
Selanjutnya ketika era komputer mulai berkembang, para ahli Genetika Populasi mulai membuat
program-program simulasi suatu populasi pada eksperimen yang dilakukan.
Para ahli yang mengembangkan model-model matematika tersebut antara lain: G. Udny Yule,
William Castle, Godfrey Hardy, dan Wilhelm Weinberg. Selanjutnya dengan berkembangnya
biologi molekuler, bidang ini juga menggunakan teknik-teknik biologi molekuler (antara lain :
teknik allozim elektroforesis, RAPD, RFLP, microsatellite) untuk mengamati variasi genetik
suatu populasi
Secara terpisah Hardy dan Weinberg menemukan suatu rumusan yang menyatakan bahwa
frekuensi suatu alel dalam populasi akan tetap berada dalam keseimbangan dan hal ini dijabarkan
dengan rumus:
P2+2pq+q2=1
P adalah frekuensi alel (A) dan q adalah frekuensi alel (a). Rumus ini berlaku apabila:
Mutasi tidak terjadi atau mutasi menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang
merugikan
Semua anggota populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk mengawini anggota
populasi (perkawinan acak atau panmiksi)
Tidak terjadi imigrasi atau jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan yang
berimigrasi
Semua alela mempunyai kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi, tidak ada yang
lebih unggul dari yang lain. Dengan perkataan lain, seleksi alam tidak terjadi.
Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu yang lahir
Populasi berjumlah besar sehingga factor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.
2.4 Ciri-Ciri Hukum Keseimbangan Hardy-Weinberg
Adapun ciri-ciri dalam hokum keseimbangan Hardy-Weinberg, antara lain:
Jumlah frekuensi genotype harus sama dengan 1, yaitu p2(CC) + 2pq(Cc) + q2(cc)=1
Hubungan p2 + 2pq + q2 tetap, tidak peduli besarnya frekuensi alel permulaan (p atau q) dapat
bernilai 0 sampai 1), yaitu frekuensi genotype pada saat keseimbangan hanya tergantung pada
frekuensi alel permulaan dan tidak tergantung dari frekuensi genotype dari populasi asal.
Keseimbangan dapat tercapai dalam satu generasi; kemudian frekuensi alel dan genotip tidak
berubah dari generasi ke generasi asal syarat-syarat keseimbangan Hardy-Weinberg terpenuhi.
Frekuensi alel dapat ditentukan dari frekuensi satu genotype yang diketahui.
Bila suatu populasi dalam keseimbangan, maka frekuensi alel dapat dihitung apabila diketahui
srekuensi satu genotip homozigot. Umpama saudara menangkap suatu contoh tikus dari
pertanaman padi dan diperoleh frekuensi no-agouti (aa) adalah 0,509 persen.
2.5 Frekuensi Alel dan Frekuensi Genotif Dalam Populasi
Untuk mempelajari komposisi dan variasi genetik suatu populasi, maka seorang peneliti
Genetika Populasi harus mampu menggambarkan lengkang gen populasi tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan menghitung frekuensi genotip dan frekuensi alel populasi tersebut. Jika gamet
yang dihasilkan oleh suatu populasi ditetapkan sebagai suatu campuran unit-unit genetik yang
akan menimbulkan generasi berikutnya, kita mempunyai konsep suatu lengkang gen. Misalnya
dalam lengkang gen:
Dengan demikian frekuensi genotip yang diharapkan pada generasi berikutnya adalah:
f(AA) = (p x p) = p2
f(Aa) = (p x q) + (p x q) = 2pq
f(aa) = (q x q) = q2
Sedangkan frekuensi alel adalah p(A) + q(a) = 1
Berdasarkan hal di atas, beberapa peneliti genetika populasi ada yang menganggap bahwa
frekuensi alel adalah frekuensi gen atau gamet, sedangkan frekuensi genotip adalah frekuensi
zigot. Penggunaan frekuensi alel memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan frekuensi
genotip. Sebagai contoh jika suatu lokus memiliki 3 alel (A1, A2, A3), maka frekuensi genotip
yang harus dihitung ada 6 yaitu genotip A1A1, A1A2, A1A3, A2A2, A2A3, A3A3, sedangkan
frekuensi alel yang harus dihitung hanya 3, yaitu frekuensi A1, A2, dan A3.
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Gen dan Keanekaragaman Genetik
dalam Populasi
Estimasi frekuensi gen yang sebenarnya didalam suatu populasi sering memerlukan penggunan
berbagai pendekatan matematik. Namun pada pembahasan kita, untuk sebagian besar akan kita
pusatkan pada prinsip-prinsip dan konsep-konsep saja, dan mengabaikan langkah-langkah
sebenarnyaa dalam kalkulasi, yang dapat dicari dalam buku-buku genetika yang terperinci.
Kalkulasi ini memperhitungkan sejumlah faktor yang diketahui mempengaruhi frekuensi gen
dalam atau variabbilitas genetik dari, populasi. Faktor-faktor itu diantaranya adalah mutasi,
reproduksi seksual dan rekombinasi, perkawinan keluarga, migrasi, arus genetik secara acak
(“rendom genetic drift”), seleksi, dan lingkungan.
Mutasi Akhirmya, gen-gen terdapat dalam berbagai bentuk sebagai alela yang berlainan karena
mereka mengalami mutasi. Sebab itu, frekuensi alela-alela pada lokus didalam suatu populasi di
pengaruhi oleh sifat dapat bermutasi dari lokus itu. Mutasi maju (“forward mutation”)
mengurangi frekuensi gen-gen tipe liar; mutasi surut (“back mutation”) meningkatkan frekuensi
gen-gen tipe liar.
Selain dari pada itu, gen-gen dapat mengalami mutasi maju menjadi banyak bentuk yang
berlainan, suatu penomena yang telah kita teliti terdahulu sebagai alelisma jamak. Adanya
banyak alela yang berlainan bagi gen yang sama dikenal sebagai polimorfism. Pada tahun–
tahun terakhir ini, genetika molekular telah meningkatkan pengetahuan kita mengenai
polimorfisma ekstensif melalui studi struktur molekular protein-protein (hemoglobin, misalnya)
dan deretan ADN.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI GEN
Seleksi
Seleksi merupakan suatau proses yang melibatkan kekuatan-kekuatan untuk menentukan ternaka
mana yang boleh berkembang biak pada generasi selanjutnya. Kekuaktan-kekuatan itu bisa di
kontrol sepenuhnya oleh alam yang disebut seleksi alam. Jika kekuatan itu di kontrol oleh
manusia maka prosesnya disebut seleksi buatan kedua macam seleksi itu akan merubah frekuensi
gen yang relatif terhadap alelnya. Laju perubahan frekuensi pada seleksi buatan jika
dibandingkan dengan seleksi alam. Untuk mendemonstrasikan peran seleksi dalam mengubah
frekuesni gen, diambil suatu contoh populasi yang terdiri dari beberapa ribu bertanduk dan yang
tidak bertanduk. Jika diasunsikan bahwa frekuensi gen yang bertanduk dan yang tidak bertandu
pada populasi tersebut masing – masing 0,5 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 75% dari total
sapi yang ada tidak bertanduk dan 25% bertanduk. Dari 75% sapi yang tidak bertanduk sebanyak
1/3 bergenotip hemozigot dan 2/3 bergenotip heterozigot.
Mutasi
Mutasi adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat berubahnya fungsigen. Jika gen
mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi gen akan sedikit menurun, sedangkan
frekuensi alel akan meningkat. Laju mutasi bervariasi dari suatu kejadian mutasi ke kejadian
mutasi lain. Namun, laju relative rendah (kira-kira satu dalam satu juta pengandaan gen) sebagai
gambaran, diambil contoh frekuensi gen merah pada sapi angus, yaitu antara 0.05-0.08. Jika
terjadi kawin acak maka akan dijumpai 25-64 ekor sapi merah dari setiap 10.000 kelahiran. Anak
sapi yang berwarna merah dan juga tetua yang heterozigot akan dikeluarkan dari peternakan.
Secara teoritis frekuensi gen merah akan menurun mendekati angkan nol, namun kenyataan
frekuensi gen merah tetap anata 0.05-0.08 dari suatu generasi ke generasi berikutnya hal itu bisa
dijalaskan dengan mengunakkan teori mutasi. Diduga bahwa laju mutasi gen hitam menjadi gen
merah sama dengan laju seleksi terhadaap gen merah sehingga tercapai suatu keseimbangan.
Pencampuran Populasi
Percampuran dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dapat mengubah frekuensi gen
tertentu. Frekuensi gen ini merupakan rataan dari frekuensi gen dari dua populasi yang
bercampur. Jika seorang peternak memiliki 150 ekor sapi dengan frekuensi bertanduk dengan =
0.95 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 90% dari sapi-sapinya akan bertanduk. Selanjutnya,
jika diasumsikan bahwa ada enam pejatan baru yang diamsukkan ke peternakan utnuk
memperbaiki mutu geneteik terna-ternak yang ada. Dari enam pejantan dimasukkan terdapat satu
ekor yang bertanduk, dua ekor yang tidak bertanduk heterozigot dan tiga ekor yang tidak
bertanduk homozigot. Frekuensi gen bertanduk pada kelompok pejantan = 1/6 = 0.033. dengan
asumsi bahwa tidak ada sapi lain yang masuk kedalam peternakan maka frekuensi gen bertanduk
pada populasi itu setelah terjadi kawin acak, selama satu generasi (0.950 + 0.333) / 2 = 0.064.
Genetic Drift
Genetic drift merupakan perubahan frekuensi gen yang mendadak. Perubahan frekuensi gen yang
mendadak biasanya terjadi pada kelompok kecil ternak yang di pindahkan untuk tujuan pemulian
ternak atau dibiakan. Jika kelompok ternak diisolasi dari kelompok ternak asalnya maka
frekuensi gen yang terbentuk pada populasi baru dapat berubah. Perubahan frekuensi gen yang
mendadak dapat pula disebabkan oleh bencana alam, misal matinya sebagian besar ternak yang
memiliki gen tertentu.
Berdasarkan frekuensi alel dan frekuensi genotip, hubungan kekerabatan antar populasi satu
spesies dapat dianalisis, sehingga hal ini akan memudahkan dalam menentukan kedudukan
taksonomi individu-individu populasi yang diteliti tersebut. Bahkan, data variasi genetik ini
sangat berguna dalam mengklarifikasi spesies-spesies kompleks maupuncryptic species, yaitu
individu-individu yang kenampakan morfologinya sama namun variasi genetiknya berbeda.
Sesungguhnya pada populasi alami banyak ditemukan spesies-spesies kompleks yang belum
banyak diteliti status taksonominya. Oleh karena itu para ahli sistematik perlu menggunakan
pendekatan-pendekatan genetika populasi dalam menentukan kedudukan taksonomi spesies-
spesies kompleks tersebut dan juga hubungan kekerabatannya.
Hubungan antara Genetika Populasi dengan Ekologi
Kajian ekologi pada populasi-populasi yang mengalami perubahan frekuensi alel dan
frekuensi genotip memiliki arti yang sangat penting terutama untuk mengetahui proses seleksi
dan adaptasi yang terjadi.
Genetika populasi merupakan salah satu cabang ilmu biologi populasi yang mempelajari tentang
faktor-faktor yang menentukan komposisi genetik suatu populasi dan bagaimana faktor-faktor
tersebut berperan dalam proses evolusi. Genetika populasi juga meliputi studi terhadap berbagai
faktor yang membentuk struktur genetik suatu populasi dan menyebabkan perubahan-perubahan
evolusioner suatu spesies sepanjang waktu. Terdapat beberapa faktor yang sangat berperan
dalam kejadian evolusi pada suatu populasi, yaitu mutasi, rekombinasi, seleksi alam, genetic
drift, gene flow, dan perkawinan yang tidak acak. Faktor-faktor tersebut akan memepengaruhi
keragaman genetik pada suatu populasi.
Prinsip utama dalam genetik populasi adalah prinsip Hardy-Weinberg. Prinsip Hardy-Weinberg
menduga bahwa, dalam kondisi tertentu, frekuensi alel dan
genotipe akan tetap konstan dalam suatu populasi, dan keduanya saling berhubungan satu sama
lain. Kondisi-kondisi tertentu yang dimaksud dalam prinsip Hardy-Weinberg ini meliputi : 1)
kawin secara seksual dan acak, 2) tidak ada seleksi alam, 3) kejadian mutasi diabaikan, 4) tidak
ada individu yang masuk atau keluar dari suatu populasi, dan 5) ukuran populasi yang cukup
besar. Jika kondisi-kondisi ini terpenuhi oleh suatu populasi, maka populasi tersebut disebut
sebagai populasi yang berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg (Hardy-
Weinberg Equilibrium). Penyimpangan dari keseimbangan Hardy-Weinberg ini merupakan dasar
untuk mendeteksi kejadian inbreeding, fragmentasi populasi, migrasi, dan seleksi.
Memahami dan mempertahankan keragaman genetik suatu populasi sangat penting dalam
konservasi karena keragaman genetik yang tinggi akan sangat membantu suatu populasi
beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, termasuk
mampu beradaptasi terhadap penyakit- penyakit yang ada di alam. Sebagai contoh, suatu
populasi dengan keragaman genetik yang rendah dapat kita umpamakan sebagai suatu kelompok
individu yang saling bersaudara satu sama lain. Sehingga dalam jangka panjang, perkawinan
yang terjadi di dalam kelompok tersebut akan merupakan perkawinan antar saudara (inbreeding).
Kejadian inbreeding ini akan menyebabkan penurunan kualitas reproduksi dan menyebabkan
suatu individu menjadi sensitif terhadap patogen.
Dengan mengetahui status genetik suatu populasi, kita dapat merancangprogram konservasi
untuk menghindari kepunahan suatu spesies. Misalnya dengan memasukkan individu baru yang
berasal dari populasi yang memiliki keragaman genetik yang tinggi ke dalam populasi dengan
keragaman genetik yang rendah (istilahnya: memasukkan darah baru atau darah segar ke dalam
suatu populasi) untuk menghindari kejadian inbreeding. Atau tindakan-tindakan konservasi
lainnya seperti menjadikan wilayah yang dihuni oleh populasi spesies dengan keragaman genetik
yang tinggi sebagai taman nasional? (Ahli manajemen konservasi tentu lebih paham tentang hal
ini). Segala usaha yang dilakukan tetap memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mempertahankan
keragaman genetik pada suatu populasi spesies untuk mempertahankan keberadaannya di alam di
masa yang akan datang.