Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat di

dunia dan semakin lama, permasalahan tersebut semakin meningkat. Menurut data

WHO (World Health Organization) pada tahun 2012 jumlah kasus hipertensi ada 839

juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah

1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk dunia.

Jumlah perokok di dunia kini mencapai 1.2 miliar orang dan 800 juta di antaranya

berada di negara berkembang. Merokok merupakan masalah yang terus berkembang

dan belum dapat ditemukan solusinya di Indonesia sampai saat ini. Menurut data WHO

tahun 2011, dari data Rikesdas perokok di indonesia memperlihatkan bahwa pravalensi

perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24 - 64 tahun dengan rentang

pravalensi antara 30,7% - 32,2% kelompok umur 25 – 34 tahun (31,1%), umur 35 – 44

(30,7%), umur 45 – 54 (32,2%), dan pada umur (55 – 64 (31,0%).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan “Rokok dan Ancaman

Pembangunan Pasalnya, kini jumlah perokok di Indonesia menempati rating ketiga

terbesar di dunia, setelah China dan India. Jumlah perokok di Indonesia mencapai 35

persen dari total populasi, atau sekitar 75 juta jiwa. Belum lagi pertumbuhan prevalensi

perokok pada anak-anak dan remaja yang tercepat di dunia, 19,4 %. Bahkan menurut

data Atlas Pengendalian Tembakau di ASEAN, sebanyak 30% anak-anak di Indonesia

yang berusia dibawah 10 tahun, adalah perokok. Atau sekitar 20 juta anak hal tersebut
2

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain meniru orang lain, agar terlihat dewasa,

respon terhadap keingintahuan, efek adiktif nikotin, merasa hebat, agar terlihat bergaya

dengan memegang sebatang rokok.

Di Amerika Serikat. Perokok lebih banyak pada pria (21,5%) dari pada wanita

(17,3%). Merokok adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah di Amerika

Serikat, diperkirakan sekitar 443.000 kematian, atau 1 dari setiap 5 kematian di

Amerika Serikat setiap tahun. Hasil laporan WHO tahun 2008 dengan statistik jumlah

perokok 1,35 miliar orang, Indonesia menempati peringkat ke-3 dalam daftar 10 negara

perokok terbesar di dunia dengan jumlah 65 juta perokok atau 28% per penduduk, di

bawah Cina (390 juta perokok atau 29% per penduduk) dan India (144 juta perokok

atau 12,5% per penduduk).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur

≥18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan

Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi

hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan

sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5

%. Jadi ada 0,1 % yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan

darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 %. Jadi prevalensi

hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 % (25,8% + 0,7 %). Prevalensi rangking tertinggi

di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), Papua yang terendah (16,8)% dan Sulawasi

Utara menduduki rangking ke 8 dari 33 Provinsi di Indonesia (Rikesdas 2013)


3

Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tak terkecuali

jumlah perokok usia muda. Berdasarkan data terakhir Riset Kesehatan Dasar 2013,

perokok aktif mulai dari usia 10 tahun ke atas berjumlah 58.750.592 orang. "Ini

jumlahnya lebih dari sepuluh kali lipat seluruh penduduk Singapura," ujar Kepala

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Jumlah

tersebut terdiri dari 56.860.457 perokok laki-laki dan 1.890.135 perokok perempuan.

Hasil penelitian pun menunjukkan, setiap hari ada 616.881.205 batang di Indonesia

atau 225.161.640.007 batang rokok dibakar setiap tahunnya. Jika harga 1 batang rokok

Rp 1.000, maka uang yang dikeluarkan lebih dari 225 trilyun Rupiah. ( Kemetrian

kesehatan 2015)

Hasil survei rikesdas 2013 penderita hipertensi di Sulawesi utara mencapai 27.1

%. Prevalensi nasional perilaku merokok saat ini dan rerata jumlah batang rokok yang

dihisap menurut provinsi. Perokok saat ini adalah perokok setiap hari dan perokok

kadang-kadang. Secara nasional prevalensi perokok saat ini 29,2% dengan rerata

jumlah rokok yang dihisap 12 batang per hari. Prevalensi perokok saat ini tertinggi di

Provinsi Lampung (34,3%), disusul Bengkulu (34,1%) dan Gorontalo (32,6%).

Provinsi-provinsi yang prevalensinya di bawah angka nasional adalah Provinsi

Kalimantan Selatan (24,2%), Bali (24,9%), Sulawesi Barat (25,3%), Sulawesi Selatan

(25,5%) dan Maluku (25,8%). Sedangkan prevalensi perokok di Sulawesi Utara cukup

tinggi karena hampir mencapai prevalensi Nasional yaitu 28,47%, dan Sulawesi Utara

menduduki peringkat ke 4 Dari 33 Provinsi(Riskesdas 2013).


4

Pemasukan keungan untuk negara ini sangatlah tinggi karena pada Tahun 2016,

negara mendapatkan keuntungan dari industri rokok mendekati Rp140 trilyun hanya

dari pemasukan penjualan dari rokok saja. Belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan Pajak dan Retribusi Daerah (PDRD).Dari semua pemasukan itu,

sangatlah banyak keuntungan dari penjualan rokok tersebut karena dari tiap bungkus

rokok (berisi 16 batang) Sigaret Kretek Mesin (SKM) seharga Rp18.000, rokok yang

dibebankan tiap batangnya sebesar Rp530 (47% sesuai dengan peraturan negara).

Maka untuk 16 batang rokok dalam tiap bungkusnya, sebesar Rp8.480 langsung

masuk ke kas negara.Selanjutnya tiap batang rokok dikenakan Pajak Pertambahan

Nilai sebesar 9,1%, Rp102 per batang dan Rp1.632 per bungkus. Yang terakhir,

Pajak dan Retribusi Daerah sebesar 10% dari harga rokok tiap batangnya atau Rp848

per bungkus. Total penerimaan negara dari sebungkus rokok seharga Rp18.000

adalah Rp10.960 komite Nasioanl Pelestarian Kretek (KNPK) 2016

Data yang diperoleh pada tahun 2016 – 2017 di wilayah kerja Puskemas Touluaan

Selatan tepatnya di Desa Bunag dari jumlah penduduk 171 Keluarga di dapati 113

penderita hipertensi dan sudah termasuk Pria dan wanita dan juga lansia. Hasil

pengukuran Tekanan Darah pada Beberapa Pria perokok di dapat 40 perokok aktif yang

mengalami hipertensi dan mereka juga tidak mengetahui kerugian pada rokok dan

bahaya dari rokok. Hal ini merupakan masalah yang perlu diteliti lebih lanjut.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik meneliti tentang “Hubungan perilaku


5

merokok dengan kejadian hipertensi pada Masyarakat di desa Bunag Kecamatan

Touluaan selatan kabupaten Minahasa Tenggara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, “

Apakah ada hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi pada pria di Desa

Bunang kecamatan Touluaan selatan kabupaten Minahasa Tenggara ? “.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengtahui hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi pada

masyarakat di Desa Bunag kecamatan Touluaan selatan kabupaten Minahasa

Tenggara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi perilaku merokok pada masyarakat di desa Bunag kecamatan

Touluaan selatan kabupaten Minahasa Tenggara.

b. Mengidentifikasi kejadian Hipertensi Pada masyarakat di desa Bunag Kecamatan

Touluaan Selatan kabupaten Minahasa Tenggara.

c. Menganalisis perilaku merokok dengan kejadian hipertensi pada pria di desa

Bunag Kecamtan Touluaan kabupaten Minahasa Tenggara.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoriti

Menambah wawasan bagi para pembaca dan sebagai referensi dalam memahami

Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Tempat Penelitian

Dapat menambah wawasan masyarakat Desa Bunag tentang bahaya Perilaku

Merokok terhadap Hipertensi.

b. Institusi Pendidikan

Untuk menambah pustaka Poltekkes Kemenkes Manado yaitu KTI tentang

Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat di

Desa Bunag kecamatan touluaan Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara.

c. Peneliti selanjutnya

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi

bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku Merokok dan

Hipertensi.
7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PERILAKU

1 Pengertian Perilaku Manusia

Menururt Notoatmodjo yang dikutip dari zan Pieter. H. 2010. Perilaku

adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang mempengaruhi perhatian,

pengamatan, pikiran, daya ingat, fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah

totalitas respon, namun semua respon juga sangat tergantung pada karakteristik

seseorang.

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,

sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada

dalam diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berperilaku

dalam segalah aktivitas, banyak hal yang mengharuskan berperilaku. Perilaku

mempunyai arti konkrit dari pada jiwa, karena lebih konkrit, perilaku lebih

mudah dipelajari dibandingkan jiwa dan melalui perilaku dapat dikenal jiwa

seseorang. Karakteristik perilaku ada yang terbuka dan ada yang tertutup.

purwanto, 2012).

a. Perilaku Tertutup

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk

terhubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulasi ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap


8

yag terjadi pada orang yang menerima stimulasi tersebut, dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku Terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk tindakan nyata

terbuka. Respon terhadap stimulasi tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain.

2 Perubahan Perilaku manusia

Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo, perubahan perilaku

dikelompokkan manjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Perubahan Alamiah (Natural Change), ialah perubahan yang dikarenakan

perubahan pada lingkungan fisik, social, budaya ataupun ekonomi dimana

dia hidup dan beraktifitas.

b. Perubahan Terencana (planned Change), ialah perubahan ini terjadi karena

memang direncanakan sendiri oleh subjek.

c. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah

perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program

baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan

perilaku dan sebagian lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai

kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.


9

3 Penyebab perilaku manusia

Menurut WHO (2007) yang dikutip oleh Purwanto (2012), menganalisa

bahwa yang menyebabkan perilaku ada empat alasan pokok, yaitu:

a. Pemikiran dan perasaan

Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan ,

sikap dan lain-lain

b. Orang penting sebagai referensi

Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan

lakukan cenderung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap

kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.

c. Sumber-sumber Daya

Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya: waktu, uang, tenaga

kerja, ketrampilan dan pelayanan . Pengaruh sumber daya terhadap

perilaku dapat bersifat positif maupun negativ.

d. Kebudayaan

Perilaku norma, kebiasaan, niai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut

kebudayaan. Perilaku normal adalah suatu aspek dari kebudayaan dan

selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap

perilaku.
10

4 Macam-macam perilaku manusia

Ada beberapa jenis perilaku mansia yang dapat ditinjau dari sudut pandang

yang berbeda, antara lain :

a. Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak dapat di tangkap melalui indera,

melainan harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti psikotes.

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sifat yang

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah perilaku yang langsung bisa dapat diobservasi melalui

alat indera manusia, perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus

tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek.

c. Perilaku Refektif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan

terhadap stimulus yang mengenai organisme. Perilaku refektif ini terjadi

dengan sendirinya secara otomatis tanpa perintah atau kehendak

d. Perilaku Non Reflektif perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat

kesadaran atau otak, yang terarah kepada objektif, faktual, dan logis

e. Perilaku Afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau emosi

manusia yang biasanya bersifat subjektif

f. Perilaku motorik yaitu perilaku yang melibatkan gerak fisik.


11

5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tau, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan mengambil

tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

1. Faktor internal: faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensial, minat,

kondisi fisik.

2. Faktor eksternal: faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.

3. Faktor pendekatan belajar: faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode

dalam pembelajaran.

Ada 6 tingkatan domain pengetahuan:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.


12

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada

kaitannya dengan yang lain

5) Sintesa

Sintesa menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan

bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau

penilaian suatu materi/objek.

a. Sikap (attitute)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (send to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memerhatikan stimulasi

yang diberikan (objek)


13

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang palig tinggi

b. Praktik Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara

lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai

beberapa tingkatan:

1. Persepsi (perseption)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktik pertama

2. Respons (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupkan indikator praktik tingkat kedua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktik tingkat tiga.


14

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku didalam diri orang

tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulasi (objek)

2. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulasi

3. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responsen sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.


15

5. Menerima (adaption)

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

6. Usaha memperbaiki Perilaku Manusia

Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi perilaku negative

seseorang terutama bagi yang masih belum dewasa dapat dilakukan dengan :

a. Peningkatan peran keluarga terhadap perkembangan dari kecil hingga dewasa

b. Peningkatan status social ekonomi keluarga

c. Menjaga keutuhan keluarga

d. Mempertahankan sikap dan kebiasaan orang tua sesuai dengan norma yang

disepakati.

B. KONSEP DASAR MEROKOK

a. Definisi Merokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang 70 hingga 120 mm

(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu

ujungnya dan di biarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada

ujung lain. Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter

pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintesis yang berfungsi menyaring

nikotin. Rokok biasanya dijual dalam bentuk kotak atau kemasan kertas yang

dimasukan ke dalam kantong (depkes 2008). Asap rokok mengandung sekitar

4000 bahan kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen. Pengaruh asap rokok


16

dapat mengakibatkan infeksi pada paru dan telinga serta kanker paru. (Aditama

2006)

Perokok adalah seseorang yang suka merokok, disebut perokok aktif bila

orang tersebut yang merokok secara aktif, dan disebut perokok pasif bila orang

tersebut hanya menerima asap rokok saja, bukan melakukan aktivitas merokok

sendiri (KBBI, 2012).

1. Kandungan Rokok

Menurut Muhibah (2011) racun rokok yang paling utama adalah sebagai

berikut:

a. Nikotin

Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang membuat jantung berdebar

lebih cepat dan bekerja lebih keras, frekuensi jantung meningkat dan

kontraksi jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah

meningkat (Tawbariahet al., 2014).

b. Tar

Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel

pada paru-paru, mengandung bahan-bahan karsinogen (Mardjun,2012).

c. Karbon monoksida (CO)

Merupakan gas berbahaya yang terkandung dalam asap pembuangan

kendaraan. CO menggantikan 15% oksigen yang seharusnya dibawa

oleh sel-sel darah merah. CO juga dapat merusak lapisan dalam


17

pembuluh darah dan meninggikan endapan lemak pada dinding

pembuluh darah, menyebabkan pembuluh darah tersumbat.

2. Klasifikasi Perokok

Bustan (2007), membagi perokok dibagi atas tiga kategori, yaitu ringan

(10 batang perhari), sedang (11-20 batang perhari) dan berat (lebih dari 20

batang perhari). Klasifikasi perokok juga dapat ditentukan oleh Indeks

Brinkman (IB) dengan rumus: jumlah rata-rata konsumsi rokok perhari (batang)

x lama merokok (tahun), dengan hasil ringan (0-199), sedang (200-599) dan

berat (>600)

3. Kategori Perokok

a. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak

merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut biasa menjadi polutan bagi

manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh orang-orang

bukan perokok karena berada disekitar perokok biasa menimbulkan secone

handsmoke

b. Perokok aktif

Perokok aktif adalah orang yang suka merokok (Hasan alwi, 2003:960)

Kemudian menurut M.N.Burstan (1997:86) rokok aktif adalah asap rokok yang

berasal dari isapan perokok (mainstream). Dari perokok aktif ini dapat

digolongkan menjadi tiga bagian:


18

1) Perokok ringan yaitu perokok yang merokok kurang dari sepuluh

batang per hari.

2) Perokok sedang Perokok sedang adalah orang yang menghisap rokok

sepuluh sampai dua puluh batang perhari.

3) Perokok berat adalah orang yang merokok lebih dari dua puluh batang

perhari. (M.N.Bustan, 1997).

c. Dampak Rokok Bagi Kesehatan

Menurut Center of Desease Control (CDC) dalam Octafrida (2011)

merokok membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok menyebabkan

penyakit dan memperburuk kesehatan, seperti :

1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

PPOK sudah terjadi pada 15% perokok. Individu yang merokok mengalami

penurunan pada Forced Expiratory Volume in second (FEV1), dimana kira-

kira hampir 90% perokok berisiko menderita PPOK (Saleh, 2011).

2. Pengaruh Rokok terhadap Gigi

Hubungan antara merokok dengan kejadian karies, berkaitan dengan

penurunan fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi. Risiko

terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi dibanding

pada bukan perokok (Andina, 2012).

3. Pengaruh Rokok Terhadap Mata

Rokok merupakan penyebab penyakit katarak nuklear, yang terjadi

dibagian tengah lensa. Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui,


19

banyak logam dan bahan kimia lainnya yang terdapat dalam asap rokok

dapat merusak protein lensa (Muhibah,2011).

4. Pengaruh Terhadap Sistem Reproduksi

Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria maupun

wanita. Pada wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan

mengalami penuruan berat badan, lahir prematur, bahkan kematian janin.

5. Jantung Koroner

Merokok terbukti merupakan factor resiko terbesar untuk mati mendadak.

Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada

perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini meningkat

dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian

menunjukkan bahwa factor resiko merokok bekerja sinergis dengan factor

faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak, gula darah yang tinggi, terhadap

tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa resiko kematian akibat penyakit

jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah

rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran

(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak

pembuluh darah perifer. Pembentukan aterosklerosis pada pembuluh darah

koroner jantung jauh lebih banyak bagi perokok dibandingkan dengan yang

non perokok. Kondisi ini akibat mendorong vosokonstriksi pembuluh darah

koroner. Sebagai pendorong factor resiko PJK yang lain tentu perokok akan

meningkatkan kadar kolesterol didalam darah yang akan memberikan


20

resiko tinggi terhadap PJK. Demikian juga merokok mempercepat

pembekuan darah sehingga agregasi trombosit lebih cepat terjadi, yang

merupakan salah satu factor pembentukan aterosklerosis sebagai penyebab

PJK.

C. KONSEP DASAR HIPERTENSI

A. Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan di ukur

paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, seseorang dapat

mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.

Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan di mana tekanan darah

sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg.

(muhamad Ardiansyah 2012)

Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan

tekanan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan

tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan sistole lebih sering terdapat

pada dewasa muda. Hipertesi dapat pula digolongkan sebagai esensial atau

idiopatik, tanpa etiologi spesifik, yang paling sering dijumpai. Bila ada

penyebabnya disebut hipertensi sekunder. (dr. Jan Tambayong 2000)


21

B. Etiologi

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90%

tidak diketahui penyebabnya beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :

a. Genetik, individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,

beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang

mereka yang tidak .

b. Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca

menopause beresiko tinggi mengalami hipertensi

c. Diet, konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak , secara

langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.

d. Berat badan/obesitas (25% lebih berat di atas berat badan ideal) juga

sering berkaitan dengan berkembangnya hipertensi

e. Gaya hidup merokok dan komsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetep

diterapkan).

2. Hipertensi Sekunder (5-10%)

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya

diketahui. Beberapa gejala atau penyakitnya yang menyebabkan hipertensi

jenis ini antara lain:


22

a. Penyakit parenkim dan vascular ginjal. Penyakit ini merupakan

penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler

berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arter besar, yang

secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal

pada pasie hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous

dysplasia (pertumbuhan abnormal fibrous) penyakit parenkim ginjal

terkait dengan infeksi, inflamasi, serta pertumbuhan struktur serta

fungsi ginjal.

b. Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas

berolahraga)

c. Stres, yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk

sementara waktu. Jika stres telah berlalu maka tekanan darah biasanya

akan kembali normal.

d. Merokok. Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan

katekolamin. Peningkatan katekolamin ini mengakibatkan iritabilitas

miokardial, peningkatan denyut jantung, seta menyebabkan

vasokontriksi yang kemudian meningkatkan tekanan darah.


23

3. Klasifikasi Hipertensi

American Heart Association dan College Of Cardiology 2017

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Pre Hipertensi 130 80

Hipertensi derajat I 140-159 90-99

Hipertensi Derajat II ≥160 >100

Tabel 1 : Klasifikasi Hipertensi ( ACC/AHA 2017)

C. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output dengan

total tekanan perifer. cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian

antara stroke volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung)

dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan

oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang

berperan dalam mempertahankan tekanan darah, antara lain barorepseptor

arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin, dan

autoregulasi vaskuler.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi sering

dijumpai dengan aorta dan dindiing ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor

derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan

arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi

parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis.


24

Oleh karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik

bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila

tekanan baroreseptor meningkat. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti

mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi. Hal ini ditunjukan untuk menaikan

re-setting sensivitas baroreseptor, sehingga tekanan meningkat secara tidak

adekuat, sekalipun tidak ada penurunan tekanan.

Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila

tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah dapat meningkat

melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke

jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi

secara adekuat, peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan dieres dan

penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan

pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air ini akan meningkatkan

tekanan arteri sistemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam mengatur tekanan darah.

Ginjal memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrak

protein plasma untuk memisakan angiotensin I, yang kemudian di ubah oleh

enzim pengubah (converting enzyme) dalam paru menjadi bentuk angiotensin

II, dan kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai

aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan

mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron.


25

Aldosteron sendiri memiliki peran vital dalam hipertensi terutama pada

aldosteron primer. Selain membantu meningkatkan aktivitas sistem saraf

simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau

penghambat pada ekskresi garam (natrium) yang mengakibatkan peningkatan

tekanan darah.

Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya

tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi,

kadar renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal

mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang

dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.

Peningkatan tekanan darah secara terus menerus pada pasien hipertensi

esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ

vital. Hipertensi esensial juga mengakibatkan hiperplasia medial (penebalan

arteriola-arteriola). Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan

menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan

infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam

hipertensi. Autoregulasi vascular ini adalah suatu proses uuntuk

mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh yang relatif konstan. Jika aliran

berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular akan

meningkat sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular


26

tampaknya menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan gejala hipertensi

berkaitan dengan kelebihan asupan garam dalam air

D. Manifestasi klinis

Sebagai menifestasi klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi

selama bertahun-tahun. Gejalanya berupa:

1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat

peningkatan tekanan darah interaknium;

2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak

dari hipertensi;

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf

pusat;

4. Nokturia (sering berkemih dimalam hari) karena adanya peningkatan aliran

darah ginjal filtrasi glomerulus; dan

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain sakit

kepala ( rasa berat ditengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, muntah-

muntah, kegugupan, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada,

epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinitus (telinga mendenging), serta

kesulitan tidur.
27

E. Komplikasi

1. Stroke

Stoke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi diotak

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke dapat terjadi

pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah

yang diperdarahinya menjadi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma.

2. Infark miokardium

Dapat juga terjadi infark miokardium apabila arteri koroner mengalami

aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui

pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel,

maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat

terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,

hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu

hantaran listrik saat melintasi ventrikel, sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan darah.

3. Gagal Ginjal

Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah


28

akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu, dan

dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran

glomerulus, protein akan keluar melalui urine, sehingga tekanan osmotic

koloid plasma berkurang. Hal ini menyebabkan edema yang sering

dijumpai pada hipertensi kronik.


29

D. Kerangka Konsep Penelitian

Periaku merokok Kejadian Hipertensi

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Perilaku merokok Dengan


kejadian Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Bunag Kecamatan Touluaan
Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara

E. Hipotesis Penelitian

Ha: Ada hubungan antara Perilaku Merokok Dengan kejadian


Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Bunag Kecamatan Touluaan
Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara

Ho: Tidak ada hubungan antara Perilaku Merokok Dengan kejadian


Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Bunag KecamatanTouluaan
Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara
30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Analitik ialah survey yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, dengan rancangan cross

sectional (potong lintang) Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antar

fenomena.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2018

2. Lokasi

Lokasi penelitian akan dilakukan di Desa Bunag Kecamatan Touluaan Selatan

Kabupaten Minahasa Tenggara

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel Independen (bebas) dalam penelitian ini adalah Perilaku Merokok

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah Kejadian Hipertensi


31

D. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Hubungan Perilaku Merokok

Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Bunag

Kecamatan Touluaan Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Skor

Operaional

Independen: Perilaku adalah Kuesioner Ordinal 1. Berat

Perilaku tindakan dari Skor ≥73

Merokok seseorang 2.Sedang

untuk merokok Skor 36-

72

3.Ringan

≤ 36

Dependen: Tekanan darah Lembar Ordinal 1. (Berat)

Kejadian ≥ 130/80 Observasi 2. (Sedang)

Hipertensi mmHg 3. (Ringan)


32

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suyanto, 2011). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pria Perokok di Desa Bunag Kecamatan

Touluaan Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara yang berjumlah 113 pria

perokok aktif.

2. Sampel/sampling

Jumlah sampel 40 orang dengan rumus :


𝑁
n = 1+𝑁𝑒 2

113
n = 1+113𝑥0,052

113
= 114𝑥0,025

113
= 2.85

= 40

Keterangan :
n = Besarnya sampel yang di inginkan
N = Populasi
e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
(Nursalam, 2008)
Kriteria Inklusi :

1) Seluruh pria perokok yang bersedia Menjadi Responden


33

2) Pria perokok yang berusia > 40 Tahun

3) Pria yang hipertensi

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebanyak 20 nomor dan

lembar observasi, dimana pada pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara

ordinal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis dengan

menggunakan skala liker (Nursalam, 2011).

Kuesioner ini menggunakan skala ordinal dimana setiap pertanyaan di jawab


dengan jawaban:

No Jawaban Skor
1 Selalu 4
2 Sering 3
3 Kadang-kadang 2
4 Tidak pernah 1
Tabel 3 : Instrumen penelitian

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

kuesioner serta lembar observasi. Adapun sumber data di klasifikasikan menjadi dua,

yaitu :

1. Data Primer

Diperoleh langsung Kepada responden di Desa Bunag Kecamatan Touluaan

Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara


34

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Hukum Tua Desa Bunag kecamatan Touluaan Selatan

kabupaten Minahasa Tenggara

H. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah dilakukan berikutnya adalah pengolahan data

. proses pengumpulan data adalah :

1. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kousioner

yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah

telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila

terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

2. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kousioner terhadap tahap-tahap dari

jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

3. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kousioner

responden yang sudah di beri kode, kemudian dimasukkan ke tabel

4. Cleaning

Yaitu pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau

tidak.
35

I. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap:

1. Tahap persiapan

a. Kegiatan yang dilakukan meliputi : survei awal, pengajuan judul, pembuatan

proposal.

b. Dilakukan seminar proposal serta perbaikan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengajuan surat permohonan untuk bersedia menjadi subjek penelitian pada

calon responden.

b. Membagikan kuesioner pada responden yaitu seleruh pria perokok di Desa

Bunag Kecamatan Touluaan Selatan kabupaten Minahasa Tenggara

c. Pengumpulan data, setelah itu peneliti melakukan pengolahan data.

d. Pengolahan dan tabulasi data dilakukan dengan menggunakan persentase.

3. Tahap penyusunan laporan

Hasil pengumpulan data diolah dan disajikan dalam bentuk hasil distribusi

frekuensi disertai penjelasan dan pengambilan kesimpulan yang disusun didalam

Karya Tulis Ilmiah.

J. Analisa Data

1. Analisa Bivariat

Penelitian analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua

variabel. Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel terkait
36

dengan variabel lainnya. Analisa bivariat terdiri atas metode-metode statistik

inferensial yang digunakan untuk menganalisa data dua variabel penelitian.

Penelitian terhadap dua variabel biasanya mempunyai tujuan untuk

mendeskripsikan distribusi data, menguji perbedaan dan mengukur hubungan

antara dua variabel yang diteliti (Notoadmodjo, 2005). Penelitian ini analisis

bivariat yang digunakan adalah analisis hubungan dengan menggunakan uji

chi-square dengan tingkat kemaknaan jika α ≤ 0.05 artinya ada hubungan

Perilaku Merokok dengan Kejadian hipertensi pada Pria jika α ≥ 0.05 artinya

tidak ada hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian hipertensi Pada Pria.

Dengan rumus :

(𝑓0 − 𝑓𝑒)2
𝑥2 = ∑
𝑓𝑒

Keterangan :

x = Chi-Square

f0 = Frekuensi hasil observasi

fe = Frekuensi yang diharapkan

∑ = Jumlah

( Notoadmodjo, 2005)

K. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,

mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia maka segi etika

penelitian harus diperhatikan antara lain sebagai berikut :


37

1. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberi lembar peretujuan untuj menjadi responden.

Tujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengtahui

dampaknya. Jika responden bersedia ,maka mereka harus menandatangani

persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden dijamin oleh penelitian

hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil

penelitian

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Merupakan etika dalam pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian,

baik informasi masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti ,hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset


38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Bunag merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara

tepatnya di Kecamatan Touluaan Selatan. Adapun berbagai desa yang ada di

kecamatan Touluaan Selatan antara lain desa Kalait, Ranoako, Bunag, Tambelang,

Banga, Suhuyon, Lowatag dengan Jumlah desa sebanyak 7 desa. Desa Bunag

Merupaan Desa yang mempunyai kepalah Desa atau hukum Tua yaitu Ibu Helena

Kalangi, desa Bunag memiliki 171 KK, terdapat 2 jaga yaitu jaga 1 dan 2, terdapat 2

Gereja yaitu gereja GPdI dan GMIM. Desa Bunag memiliki mayoritas pekerjaan yaitu

Tani dan di desa Bunag juga tidak terdapat pelayanan kesehatan seperti puskesmas jadi

masyarakakat berobat harus pergi ke Desa Tambelang karena di desa tambelang yang

terdapat Puskesmas dan jarak dari desa Bunag Ke desa Tambelang tidak terlalu jauh

sekitaran < 2KM. Desa Bunag Merupakan mayoritas beragama kriten protestan

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bunag pada bulan Juni tahun 2018 dibagi

menjadi dua, yakni hasil penelitian univariat yaitu untuk mendeskripsikan karakteristik

variabel independen dan variabel dependen dan hasil penelitian bivariat yakni

menganalisis hubungan variabel independen dan variabel dependen yang dianalisa

menggunakan chi-square.
39

1. Hasil Analisis Univariat

Karakteristik Responden

a. Umur

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di Desa Bunag Kecamatan


Touluaan Selatan Kabupten Minahasa Tenggara
No Umur Jumlah Persentase (%)
1 40-59 Tahun 30 75
2 60-84 Tahun 10 25
3 Jumlah 40 100.0

Tabel 1, menunjukkan dari 40 responden dalam penelitian ini ditemukan jumlah


tertinggi perokok pada usia 40-59 tahun berjumlah 30 responden (75%).
b. Pendidikan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Di Desa Bunag


Kecamatan Touluaan Selatan Kabupten Minahasa Tenggara Tahun 2017
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SD 26 65
2 SMP 12 30
3 SMA 2 5
4 Jumlah 40 100.0

Tabel 2, menunjukkan dari 40 responden dalam penelitian ini di temukan sebagian

besar dengan pendidikan SD berjumlah 26 responden (65.0 %) dan sebagian kecil

dengan pendidikan SMA berjumlah 2 responden ( 5.0 %).


40

c. Pekerjaan

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Di Desa Bunag


Kecamatan Touluaan Selatan Kabupten Minahasa Tenggara Tahun 2017
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 Tani 40 100
2 Jumlah 40 100.0

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan dari 40 responden dalam penelitin ini di

temukan pekerjaan responden yaitu petani dengan presentase 100 %

d. Perilaku Merokok

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut perilaku Merokok Di Desa Bunag


Kecamatan Touluaan Selatan Kabupten Minahasa Tenggara Tahun 2017
No Perilaku Merokok Jumlah Persentase (%)
1 Berat 24 60.0
2 Sedang 16 40.0
3 Jumlah 40 100.0

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan dari 40 responden dalam penelitian ini

ditemukan sebagian besar responden dengan perilaku merokok yang berat sebanyak 24

responden (60.0 %)
41

e. Kejadian Hipertensi

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden perilaku Merokok Di Desa Bunag Kecamatan


Touluaan Selatan Kabupten Minahasa Tenggara Tahun 2017
No Kejadian Jumlah Persentase (%)
Hipertensi
1 Berat 27 67.5
2 Sedang 13 32.5
3 Jumlah 40 100.0

Berdasarkan tabel 5, menunjukkan dari 40 responden dalam penelitian ini

ditemukan sebagian besar responden mempunyai Hipertensi Berat sebanyak 27

responden (67,5 %).

2. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 6. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat

Di Desa Bunag Kecamatan Touluaan Selatan Kabupaten Minahasa Tenggara

Kejadian Hipertensi
Perilaku Total ρ
Berat Sedang
Merokok
N % N % n %
Berat 13 32,5 11 27,5 24 60,0
Sedang 14 35,0 2 5.0 16 40,0 .027
Total 27 67,5 13 32,5 40 100

Tabel 6 menunjukkan peran perilaku dari perokok yaitu perokok berat berjumlah

13 responden (32,5 %) dan perilaku sedang yaitu 11 responden (27,5 %). Kejadian
42

hipertensi yang tergolong berat yaitu 14 responden (35,0 %) dan kejadian hipertensi

yang tergolong sedang yaitu 2 responden (5,0 %). Menurut Harmoko (2012) bahwa

peran adalah seperangkat tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

Melalui uji chi-square diperoleh nilai α ≤ 0,05 yaitu 0,027. Ini menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara Perlaku Merokok Dengan kejadian Hipertensi Pada

Masyarakat Di Desa Bunag.


43

C. Pembahasan

Setelah dilakukan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi, dilakukan

pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variabel yang diteliti, dari hasil penelitian

diperoleh :

1. Perilaku Merokok

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 40 pria perokok yang aktif terdapat 24 orang (60

%). Pria perokok berat dan yang mempunyai perilaku sedang 16 orang (40 %) pria

perokok .

Hal tersebut juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur. Tabel 1 pria

perokok rata-rata berumur 40-59 Tahun yaitu pria (75 %). Beberapa pria lanjut usia

yang tergolong memiliki perilaku perokok aktif juga berumur (60-84) yaitu Tahun

(25%). Rentang usia ini kemungkinan pengetahuan dan pengalaman terhadap aplikasi

sehari-hari sudah terlampaui. (Mimatum & Lilis, 2015).

Pendidikan bila di tinjau sesuai dengan tabel 2 sebagian besar pria perokok

berpendidikan SD yaitu 26 pria (65.0 %). Sesuai dengan pendapat Freidman (2010)

bahwa perilaku dapat di pengaruhi oleh pengetahuan, dengan pendidikan yang baik

maka pengetahuan dan penerimaan informasi akan baik pula. Pendidikan merupakan

upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga dengan pria memiliki pendidikan yang

cukup dapat memberikan perilaku yang baik.

Pekerjaan bila di tinjau sesuai dengan tabel 3 sebagian besar dari pria perokok

mempunyai pekerjaannya adalah tani yaitu 40 orang (100 %) pria Perokok.


44

Berhubungan karena pendidikan dari responden sangat renda maka pengetahuan

mengenai perilaku yang baik kurang di mengerti dari para renponden sehingga perilaku

tersebut sangat tidak baik apalagi perilaku merokok di mana saja dan kapan saja mereka

merokok. Perilaku merokok juga disebabkan beberapa faktor seperti usia yang rata-rata

serta pendidikan yang kurang , dimana dalam penelitian ini perilaku setiap responden

sudah sangat buruk atau tergolong berat dengan faktor usia juga yang rata-rata pria di

atas 40 tahun

2. Kejadian Hipertensi

Tabel 5 menunjukan bahwa kejadian Hipertensi pada 40 responden terdapat 27

orang (67,5 %) pria yang tergolong hipertrensi berat sedangkan 13 orang (32,5 %) pria

yang hipertensi yang tergolong hipertensi sedang. Ditinjau dari pendidikan pria yang

sebagian besar berpendidikan SD sebanyak 26 orang (65.0 %) perilaku merokok.

Menururt notoatmodjo . S yang dikutip dari zan Pieter. H. 2010. Perilaku adalah

totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang mempengaruhi perhatian, pengamatan,

pikiran, daya ingat, fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah totalitas respon,

namun semua respon juga sangat tergantung pada karakteristik seseorang. Masih

terdapat hipertensi sedang dalam penelitian ini sebanyak 13 responden (32,5 %) yang

dimana di sebabkan oleh pekerjaan responden yang kebanyakan berprofesi sebagai

petani dimana responden sebagian besar menghabiskan waktu berkebun , faktor lain

juga seperti usia responden di atas 40 tahun dan pendidikan responden kebanyakan

berpendidikan SD sehingga pengetahuan mereka mengenai hipertensi sangat kurang.


45

3. Perilaku Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Msyarakat

Berdasarkan hasil penelitian Perilaku Merokok Di Desa Bunag 60 % pria perokok

aktif yang mempunyai perilaku perokok Berat dan 67,5 % pria yang mengalalmi

kejadian Hipertensi yang tergolong Berat. Dan uji lebih lanjut menggunakan chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95 % terbukti ada Hubungan yang bermakna antara

Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Bunag,

dengan nilai α ≤ 0,05 (0,027). Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari

setengah responden memiliki kejadian hipertensi atau tergolong hipertensi berat 24

responden (60 %), hal ini dipengaruhi oleh usia responden yang rata-rata di atas 40

tahun dan beberapa pria juga sudah lanjut usia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dwi Retnaningsih(2013)

program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang dengan besar sampel 50

responden dan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α

≤ 0,05 di dapatkan nilai ρ value 0,026 lebih kecil dari α 0,05 dan hipotesis yang

menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara umur Perilaku Merokok dengan

Kejadian Hipertensi terbukti.

Berdasarkan analisis univariat berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar

responden berumur 60-74 tahun dengan jumlah 50 orang (100,0%), responden yang

berumur 75-90 tahun dengan jumlah orang (0,0%) dan yang berumur >90 tahun

berjumlah 0 orang (0,0%). Pada kebanyakan lanjut usia biasanya sering menderita

penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan sistolik sama atau
46

lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg yang

terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua apabila penyakit

tersebut tidak ditangani bisa menyebabkan pada gangguan jantung, ginjal dan

pembuluh darah (Vina Dwi W Fitrah, 2010).

Merokok merupakan perilaku atau tindakan seseorang untuk menenangkan pikiran

saat menghisap rokok dan menghembuskan asap rokok . Dimana tindakan perokok

tersebut dipengaruhi oleh perilaku, bahwasannya perilaku adalah faktor yang sangat

penting untuk terbentuknya pengetahuan, sikap dan tindakan atau tindakan untuk

merubah perilaku seseorang yang di sengaja, kemudian muncul respon dalam bentuk

sikap terhadap objek yang telah di ketahui dan di sadari sepenuhnya. Perilaku merokok

merupakan hal yang saat tidak baik karna di dalam rokok mengandung 4000 bahan

kimia atau racun antara lain Nikotin, CO dan Tar. Kebiasaan merokok juga dapat

menyebabkan berbagai penyakit antara lain Hipertensi infark miokard, stroke, gagal

jantung, dan gagal ginjal. Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan di

mana tekanan darah sistolik lebih dari 120mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80

mmHg, Hipertensi merupakan penyakit mematikan atau penyakit silint kiler yang

dimana hipertensi merupakan penyakit yang dipengaruhi berbagai faktor antara lain

seperti Gen, Merokok, Obesitas, Jenis Kelamin. Peningkatan tekanan darah secara

terus menerus pada penderita hipertensi akan mengakibatkan kerusakan pembuluh

darah pada organ-organ vital. Hipertensi juga mengakibatkan hiperplasia medial

(penebalan arteriola-arteriola). Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan

menuurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark
47

miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal ( Ardiansya 2012 ) Penelitian ini

sebagian besar dari responden memiliki perilaku merokok yang berat karena ada

berbagai faktor seperti pekerjaan di mana responden mayoritas memiliki pekerjaan tani

dan sudah menjadi kebiasaan untuk tetap merokok beberapa responden masih

memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hipertensi karena kurangnya pengetahuan

mengenai hipertensi sehingga responden tidak menghiraukan tentang penyakitnya.

Sehingga dapat di simpulkan seorang perokok yang memiliki kebiasaan merokok juga

bisa mengalami penyakit hipertensi


48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perilaku Merokok Pria sebagian besar pada kategori Berat

2. Kejadian Hipertensi pada pria perokok pada kategori berats

3. Terdapat hubungan bermakna antara Perilaku Merokok dengan Kejadian

Hipertensi Pada Masyarakat di Desa Bunag Kecamatan Touluaan Selatan

Kabupaten Minahasa Tenggara

B. Saran

a. Tempat Penelitian

Dapat menambah wawasan Masyarakat Desa Bunag tentang bahaya

Perilaku Merokok terhadap Hipertensi.

b. Institusi Pendidikan

Untuk menambah pustaka Poltekkes Kemenkes Manado yaitu KTI

tentang Hubungan Perilaku Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada

Masyarakat di Desa Bunag kecamatan touluaan Selatan Kabupaten

Minahasa Tenggara.

c. Peneliti selanjutnya
49

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku

Merokok dan Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai