SANAH
SANAH
“Protraction disorder”
Definisi keadaan ini lebih sulit ditentukan.
WHO : dalam partograf dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “protraction” adalah
kecepatan dilatasi servik < 1 cm per jam untuk waktu minimum 4 jam.
Kriteria “active phase arrest” dan “protraction disorder” menurut American College of
Obstetricians and Gynecologist dapat dilihat pada tabel berikut :
Sebelum menegakkan diagnosa “arrest” selama persalinan kala maka kedua kriteria
berikut harus dipenuhi:
1) Dilatasi servik sudah lebih dari 4 cm.
2) His dengan kekuatan 200 Montevideo Unit selama 10 menit sudah berlangsung
selama 2 jam tanpa diikuti dengan perubahan pada servik.
DISTOSIA :
DISTOSIA CEPHALO PELVIC DISPROPORSI PARTUS TAK MAJU
“Cephalopelvic Disproportion”
Cephalopelvic Disproportion merupakan terminologi yang disampaikan awal abad
XX untuk menjelaskan adanya partus macet yang disebabkan oleh disparitas antara ukuran
kepala janin dengan panggul ibu sehingga persalinan pervaginam tidak bisa berlangsung.
Olah dan Neilson (1994) terminologi tersebut sebenarnya berasal dari indikasi utama
tindakan SC saat itu pada kasus kontraktur pelvik akibat penyakit rachitis [ saat ini sudah
sangat jarang ] dan saat ini sebagian besar disproporsi berasal dari malposisi kepala janin
dalam panggul (asinklitismus) atau akibat gangguan kontraksi uterus.
“Cephalopelvic Disproportion”
Cephalopelvic Disproportion CPD adalah diagnosa yang sangat tidak objektif oleh
karena lebih dari 2/3 pasien dengan diagnosa CPD dan menjalani SC, pada persalinan
selanjutnya ternyata dapat melahirkan janin spontan pervaginam yang tidak jarang lebih besar
dan lebih berat dari persalinan sebelumnya.
Tindakan SC dengan indikasi distosia sering menjadi hal yang bersifat kontroversial
oleh karena beberapa hal : Penegakkan diagnosa distosia yang tak tepat Efek pengunaan
analgesia epidural tak diperhitungkan Kecemasan medikolegal yang berlebihan Kenyamanan
klinis bagi dokter atau pasien ( dokter terburu-buru atau pasien menghendaki hal yang
“terbaik” bagi dirinya ) Stimulasi oksitosin tidak diberikan dengan metode yang tepat dan
benar.
A. Pengertian
Tali Pusat Menumbung adalah keadaan tali pusat ada di samping atau di bawah
bagian terbawah janin. Meskipun merupakan komplikasi yang jarang – kurang dari 1
persen (0.3 sampai 0.6 persen) – tetapi artinya besar sekali oleh karena angka kematian
janin yang tinggi dan bahaya untuk ibu bertambah besar akibat tindakan operatif yang
digunakan dalam penanganannya. Penekanan tali pusat antara bagian terbawah janin
dengan panggul ibu mengurangi atau menghentikan aliran darah ke janin dan bila tidak
dikoreksi akan menyebabkan kematian bayi.
Menurut Prof. Dr. Roestam Mochtar, MPH, 1998. Tali pusat menumbung
adalah bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ketuban sudah pecah.
B. Klasifikasi Tali Pusat Menumbung
Presentasi tali pusat. Ketuban utuh. Tali pusat menumbung. Ketuban pecah. Tali
pusat menempati salah satu dari tiga kedudukan:
Penumbungan yang tidak begitu nyata seperti ini lebih sering dari yang
umumnya diduga. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian bayi dalam
persalinan tanpa meninggalkan bukti-bukti sedikitpun pada persalinan per
vaginam.
ETIOLOGI Bila bagian terbawah janin tidak menutup dan mengisi PAP dengan
sempurna maka ada bahaya terjadinya tali pusat menumbung. Risikonya lebih
besar pada presentasi majemuk dan bila ketuban pecah.
a) Etiologi fetal
1) Presentasi abnormal
2) Prematuritas.
3) Kehamilan ganda.
4) Hydramnion.
Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali
pusat hanyut ke bawah.
1) Tali pusat yang panjang: Semakin panjang tali pusat maka semakin mudah
menumbung.
2) Placenta letak rendah: Jika plasenta terletak dekat cervix maka ia akan
menghalangi penurunan bagian terendah. Di samping itu insersi tali pusat lebih
dekat cervix.
d) Etiologi iatrogenik
Sepertiga kali pusat menumbung terjadi selama tindakan obstetrik.
1) Pemecahan ketuban secara artifisial. Bila kepala masih tinggi, atau bila ada
presentasi abnormal maka pemecahan ketuban dapat diikuti dengan tali pusat
menumbung.
2) Pembebasan kepala dari PAP. Kepala dinaikkan ke atas panggul untuk
mempermudah putaran paksi.
3) Fleksi kepala yang semula dalam keadaan ekstensi.
4) Versi ekstraksi.
5) Pemasangan kantong (sekarang jarang dilakukan).
Diagnosis tali pusat menumbung menurut Harry Oxon, 1996. Diagnosa tali pusat
menumbung dibuat dengan 2 cara :
E. Pemeriksaan Vaginal
Pemeriksaan vaginal harus dilakukan:
1) Jika terjadi gawat janin yang tidak diketahui sebabnya. dan terutama jika bagian
terbawah belum turun. Sayangnya mungkin gawat janin merupakan gejala yang
akhir.
2) Jika ketuban pecah dengan bagian terendah yang masih tinggi.
3) Pada semua kasus malpresentasi pada waktu ketuban pecah.
4) Jika bayinya jelas prematur.
5) Pada kasus-kasus kembar.
F. Prognosis
Persalinan Persalinan tidak terpengaruh oleh tali pusat menumbung. Ibu Bahaya
untuk ibu hanya apabila dilakukan tindakan traumatik untuk menyelamatkan bayi.
Janin Kematian perinatal tak dikoreksi sekitar 35 persen. Harapan untuk bayi
tergantung pada derajat dan lamanya kompresi tali pusat dan interval antara diagnosis
dan kelahiran bayi.
1) Semakin balk keadaan janin pada waktu diagnosis dibuat, semakin besar
harapan hidupnya. Tali pusat yang berdenyut keras merupakan gejala yang
balk dan sebaliknya tali pusat yang berdenyut lemah berarti tidak balk.
2) Semakin cepat bayi dilahirkan setelah tali pusat turun ke bawah, semakin baik
hasilnya. Penundaan lebih dari 30 menu memperbesar kematian janin empat
kali.
3) Janin yang lebih tua utnur kehamilannya lebih besar pula kemampuannya
bertahan terhadap proses-proses traumatik.
4) Semakin kurang trauma pada kelahiran bayi, semakin baik prognosis untuk
ibu dan anak.
5) Pembukaan cervix mungkin merupakan faktor yang terpenting. Jika
pembukaan -Judah lengkap pada waktu diagnosis dibuat maka akan banyak
bayi yang dapat diselamatkan. Semakin kecil pembukaan prognosisnya
semakin jelek. Perkecualian untuk ini adalah jika dapat dilakukan sectio
caesarea dengan segera. dalam hal mana prognosisnya sama baik atau lebih
balk pada pembukaan cervix yang masih kecil.
6) Kematian janin bertambah dengan semakin panjangnya interval antara
pecahnya ketuban dan kelahiran bayi.
1) Sectio caesarea merupakan pilihan utama selama bayinya cukup bulan dan dalam
keadaan baik. Nasib bayi pada sectio caesarea jauh lebih baik dibanding kelahiran
dengan cara lain. Bahaya untuk ibu juga sangat kurang dibanding dengan
melahirkan bayi secara paksa pada pembukaan yang belum lengkap. Sementara
dilakukan persiapan operasi. diadakan usaha-usaha untuk mengurangi kompresi
tali pusat seperti tersebut di atas.
2) Reposisi tali pusat dapat dicoba jika tidak dapat dikerjakan sectio caesarea. Tali
pusat dihawa ke atas ke dalam uterus. sedang bagian terendah janin didorong ke
bawah masuk panggul kemudian ditahan. Kadang-kadang reposisi tali pusat
berhasil tetapi umumnya kita kehilangan banyak waktu yang berharga pada
waktu melakukannya.
3) Jika usaha ini tidak berhasil. pasien dipertahankan dalam posisi Trendelenburg
dengan harpan tali pusat tidak tertekan sehingga bayi tetap dapat hidup sampai
pembukaan menjadi cukup lebar untuk memungkinkan lahirnya bayi.
4) Dilatasi cervix secara manual, insisi cervix, dan cara-cara lain untuk memaksakan
pembukaan cervix tidak akan pernah dapat diterima. Keberhasilannya kecil
sedang risiko untuk ibu besar. Profilaksis Manipulasi obstetrik yang
memungkinkan ketuban pecah prematur (seperti pemecahan ketuban secara
artifisial pada kepala yang belum turun atau pada adanya malpresentasi) dan yang
memperbesar insidensi tali pusat menumbung harus dihindari. Pasien-pasien
yang ketubannya pecah di rumah baik sebelum atau dalam persalinan harus
dikirim ke rumah sakit.
HYDRAMNION
A. Pengertian
Polihidramnion atau biasa disebut Hidramnion yaitu air ketuban yang
paling banyak pada minggu ke-38 ialah 1030 cc, pada akhir hanya kehamilan
tinggal 790 cc, dan terus berkurang sehingga pada minggu ke-43 hanya 240 cc.
pada akhir kehamilan seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam berhubung adanya
produksi dan pengaliran. Apabila melebihi 2000 cc, disebut polihidramnion atau
disingkat dengan hidramnion.
Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari
normal, biasanya lebih dari 2 liter (Amriewibowo, 2010).
B. Klasifikasi hidramnion
C. Etiologi
Etiologi hidramnion belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena:
Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban
juga bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion,
misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anensefal.
Air ketuban yang telah dibuat dilahirkan dan diganti dengan yang baru.
Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus
dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan
ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan, seperti pada atresia
esophagus, anensefal, atau tumor-tumor plasenta.
Faktor predisposisi