Bab I-3
Bab I-3
PENDAHULUAN
lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan
manusia, apabila faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar bakteri
atau virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula,
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita dan kematian yang
besar, terutama diare akut yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan
Setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar kejadian diare pada anak balita,
dan hampir tidak ada perubahan dalam dua dekade terakhir. Anak-anak adalah
kelompok usia rentan terhadap diare, insiden diare tertinggi pada kelompok
anak usia dibawah dua tahun, dan menurun dengan bertambahnya usia anak.
Sampai saat ini diare masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit
untuk ditanggulangi, dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu
penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada anak. Kejadian
diare pada anak tersebut dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian
makan, dimana anak sudah diberi makan selain ASI (Air Susu Ibu) sebelum
berusia 6 bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena
diare karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI,
dapat diperoleh dari ASI serta adanya kemungkinan makanan yang diberikan
bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk
Pada bayi dan balita cairan total tubuh adalah 80% berat badan, dan
pada usia 3 tahun cairan total tubuh adalah 65% berat badan. Cairan total
kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler. Namun masih ada ibu yang
Biasanya jika ibu membawa anaknya ke tenaga kesehatan maka ibu akan
dikeluarkan pasien. Padahal rehidrasi awal pada pasien diare sangat penting
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu masih rendah dalam penanganan penyakit
diare (Verawati, 2009). Persepsi yang salah tentang pemenuhan cairan pada
anak diare dapat memperparah kondisi diare, anak dapat mengalami dehidrasi
(WHO), diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun. Diare hingga
kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan
anak-anak. Menurut data WHO pada tahun 2013, diare merupakan penyakit
kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak balita (bawah lima tahun).
Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi atau sistem imun yang kurang
baik seperti pada orang dengan HIV sangat rentan terserang penyakit diare.
Diare sudah membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar orang
terutama pada usia <1 th (7%) dan 1-4 tahun (6,7). (Endang, 2013).
Pariaman terhadap kasus diare, dimana jumlah anak yang di rawat dengan
kasus diare sebanyak 157 orang. Angka ini menjadikan kasus diare pada
bangsal anak menduduki urutan pertama dari 10 penyakit rawatan yang ada di
bangsal IKA.
petugas yang ada di bangsal IKA mengatakan bahwa kasus gastroenteritis atau
diare pada anak adalah terbanyak di rawatan. Hal ini dikarenakan anak-anak
biasanya memiliki anti bodi yang masih lemah dibandingkan dengan orang
hygienis, pencucian tabung susu yang kurang bersih, susu yang tidak cocok
badannya tampak lemas dan malas makan, anaknya menjadi rewel dan
Dari masalah diatas penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah
tentang asuhan keperawatan pada anak dengan diare di ruang rawat inap IKA
Pada studi kasus ini maka peneliti melakukan studi kasus terhadap
pada anak dengan diare di ruang rawat inap IKA RSUD Pariaman tahun 2017.
1.3 Rumusan Masalah
keperawatan pada anak dengan diare di ruang rawat inap IKA RSUD
anak dengan diare di ruang rawat inap IKA RSUD Pariaman tahun 2017.
dengan diare di ruang rawat inap IKA RSUD Pariaman tahun 2017.
1. Bagi keluarga
kesehatan di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Patofisiologi
Menurut wijoyo (2013) Patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam
juga cukup penting dalam diare ialah empedu. Ada empat macam
garam empedu yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari
pada jejunitis.
diarrhea).
pencernaan dan berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Selain itu,
waktu sentuhan yang kuat antara khim dan permukaan mukosa usus
otot polos usus, gerakan isi lumen usus, dan absorpsi mukosa usus,
laktosa yang terjadi karena defisiensi enzim laktase. Dalam hal ini
atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon.
osmotic dalam lumen usus karena asam ini tidak larut dalam air.
b. Mata cekung
b. Mata cekung
asidosis.
2.1.5 Penatalaksanaan
1. Penanganan diare dirumah yang tepat
menit lalu lanjutkan sedikit demi sedikit. Usia < 1 tahun berikan
kali berak.
c. Berikan cairan rumah tangga seperti kuah sayur atau air matang
sebagai tambahan.
usia. Usia <1 tahun 300ml, 1-4 tahun 600ml, >5 tahun 1200ml,
untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapat asi berikan juga 100-
200ml air masak selama masa ini, untuk usia >6 bulan tunda
pemberian makan selama 3 jam kecuali asi dan oralit. Beri obat
zinc selama 10 hari berturut-turut, usia <6 bulan ½ tablet per hari,
b. Dehidrasi berat
Beri cairan intravena segera ringer laktat atau NaCl 0,9%. Usia <1
5ml/kg/jam jika bisa minum biasanya 3-4 jam untuk bayi dan 1-2
jam untuk anak serta berikan obat zinc selama 10 hari berturut-
turut.
3. Demam
terapeutik maksimum 60 mg/kg per hari pada anak usia <3 bulan dan
80 mg/kg per hari pada anak usia >3 bulan (maksimum, 3 gr/hari), dan
30 mg/kg per hari (maksimum, 1,2 gr/hari), dan dosis toksik >100
mg/kg per hari. Pada jam ke-4 dan ke-6 setelah pemberian antipiretik
WOC DIARE
Kehilangan
cairan dan Pengeluaran Na+ me
elektrolit MK :
di vaskuler -Defisit volume cairan Na HCO3 plasma me Iritasi Anus
-Resiko syok hipo
volemik
Metabolisme anaerob MK :
Kulit di Sal cerna terakumulasi Ggn. Rasa nyaman
perianal toksin Asam laktat Ggn. Integritas kulit
Lama kontak Terjadi anoreksia,
dg cairan mual, muntah
dan bakteri Asidosis
MK:
Kulit Lembab Ggn Pemenuhan nutrisi
Ggn Tumbang Asam lambung
Pertumbuhan
bakteri
meningkat MK : Ggn. nutrisi
Nafsu makan me
MK:
Kecemasan o
Iritasi kulit Resiko kerusakan
integritas kulit
2.2 Pengkajian Fokus
1. Identitas Klien
Berisikan nama, alamat, pekerjaan orang tua, umur, dan nomor MR.
2. Riwayat Kesehatan
yang tidak sehat seperti makanan yang sudah basi dan pernah
hebat.
3. Kebutuhan dasar
a. Pola Eliminasi
Mengalami perubahan yaitu buang air besar lebih dari 4x sehari
b. Pola Nutrisi
d. Pola Aktifitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
Akan merasakan nyeri tekan pada abdomen dan nyeri kram pada
4. Pengkajian fisik
menjadi 3 kriteria :
1) Belum ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri dan
c. Tanda-tanda vital
37,5oC.
d. Keadaan
anameris.
bernafas dalam.
8) Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Feses
tenesmi.
b. Elektrolit
6. Data Fokus
a. Subyektif
1) kelemahan
b. Obyektif
1) Lemah, gelisah
6) Hipertermi
normal.
2.1.1 Diagnosa Keperawatan Yang Berkemungkinan Muncul
penyakitnya.
(Nanda, 2014).
Tabel. 2.1
Intervensi Keperawatan
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan
ourput cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat
Hb dan
hematokrit
Monitor tanda
vital
Monitor
responpasien
terhadap
penambahan
cairan
Monitor berat
badan
Dorong pasien
untuk
menambah
intake oral
Pemberian
cairan Iv
monitor adanya
tanda dan
gejala
kelebihanvolum
e cairan
Monitor adanya
tanda gagal
ginjal
Nutrition
Monitoring
BB pasien
dalam batas
normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
Monitor
lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan da
n tindakan tidak
selama jam
makan
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor
kulit
Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
Monitor mual
dan muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb,
dan kadar Ht
Monitor
makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor kalori
dan intake
nuntrisi
Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
Catat jika lidah
berwarna
magenta,
scarlet
3 Risiko infeksi NOC: NIC:
b/d penurunan Bowel elimination Kontrol infeksi
imunitas Fluid balance Batasi
tubuh, Hydration pengunjung.
prosedur Electrolyte acid base belance Bersihkan
invasive, lingkungan
penyakitnya Kriteria hasil : pasien secara
Bebas dari tanda dangejala infeksi. benar setiap
Keluarga tahu tanda-tanda infeksi. setelah
Angka leukosit normal. digunakan
pasien.
Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
merawat pasien
, dan ajari cuci
tangan yang
benar.
Lakukan
dresing infus
tiap hari
Anjurkan pada
keluarga untuk
selalu menjaga
kebersihan
klien dan
menjaga pantat
selalu kering u/
hindari iritasi.
Tingkatkan
masukkan gizi
yang cukup.
Tingkatkan
masukan cairan
yang cukup.
Anjurkan
istirahat.
Berikan therapi
antibiotik yang
sesuai, dan
anjurkan untuk
minum sesuai
aturan.
Ajari keluarga
cara
menghindari inf
eksi serta
tentang tanda
dan
gejala infeksi
dan segera
untuk
melaporkan
keperawat
kesehatan.
Pastikan
penanganan
aseptic semua
daerah IV (intra
vena).
Proteksi infeksi
Monitor tanda
dan gejala
infeksi.
Monitor WBC.
Anjurkan
istirahat.
Ajari anggota
keluarga cara-
cara
menghindari
infeksi dan
tanda-tanda
dan gejala
infeksi.
Batasi jumlah
pengunjung.
Tingkatkan
masukan gizi
dan cairan yang
cukup
Syok Management
Monitor
tekanan nadi
Monitor status
cairan,input
outpu
Monitor fungsi
neurologis
Monitor fungsi
renal
Memonitor
gejala gagal
pernafasan
(misaknya,
rendah PaO2
peningkatan
PaO2 tingkat,
kelelahan otot
pernafasan)
BAB III
METODE PENELITIAN
kasus. Penelitian studi kasus adalah studi untuk meneksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada anak dengan diare di ruang rawat inap IKA RSUD
Rencana penelitian ini akan dilaksanakan diruang rawat inap IKA RSUD
Pariaman pada bulan April 2017. Penelitian ini dilakukan paling minimal
selama 3 hari.
dengan kasus diare diruang rawat inap IKA RSUD Pariaman dengan
dokumentasi.
3.4.1 Wawancara
(Moleong, 2010)
menyangkut penelitian.
3.4.2 Observasi
instrument atau alat dalam penelitian sehingga peneliti harus mencari data
pasien serta melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien. Hal ini agar
fisik pasien.
3.4.3 Dokumentasi
Uji keabsahan data dilakukan untuk menguji kualitas data / informasi yang
ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data yang
dapat dilaksanakan.
sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.
3. Triangulasi
(Sugoyono, 2007)
apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian
oleh peneliti dan dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk
bentuk transkip.
Data hasil wawancara dijadikan satu dalam bentuk transkip. Data yang
terkumpul lalu dibuat koding yang dibuat oleh peneliti dan memiliki arti
3.6.4 Kesimpulan
pengkajian) yang diisi, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode yaitu
responden 1, 2, dst.
oleh penulis, hanya hasil yang berkaitan dengan bidang tertentu saja yang