TUGAS KHUSUS
PENGENDALIAN PERSEDIAAN SOLAR MENGGUNAKAN METODE
EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA PT. SOCFIN INDONESIA
SEI LIPUT
3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini industri merupakan salah satu faktor penggerak roda perekonomian
suatu negara, baik itu negara berkembang maupun negara maju. Hal ini
dikarenakan industri mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam
perkembangan suatu negara. Negara dapat dikatakan berkembang atau maju
apabila sektor industri mereka telah mengalami kemajuan yang baik. Dengan
adanya persaingan pasar bebas sekarang sektor industri dituntut untuk dapat
meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan produk-produk yang lebih baik.
PT. Socfin Indonesia Sei Liput merupakan salah satu anak perusahaan
PT. Socfin Indonesia yang terletak di kabupaten Aceh Tamiang. PT. Socfin
Indonesia memiliki beberapa lahan perkebunan kelapa sawit dan karet yang akan
diolah sendiri untuk menjaga mutu produksinya. PT. Socfin Indonesia Sei Liput
memiliki Areal Kebun Kelapa Sawit sebesar 3.681,49 Ha dan lahan pembibitan
sebesar 1,00 Ha yang tersebar di kecamatan Kejuruan Muda dan Karang Baru.
Dikarenakan kepemilikan lahan yang luas dan diperlukannya transportasi untuk
membawa hasil panen buah kelapa sawit setiap harinya, PT. Socfin Indonesia Sei
Liput memiliki beberapa alat berat dan truk pengangkut buah kelapa sawit segar
yang berkerja setiap hari untuk membantu proses pembibitan dan pengolahan
kelapa sawit menjadi CPO dan Kernel
Kantor utama PT. Socfin Indonesia yang berada di kota Medan mengatur
segala sesuatu yang berkenaan dengan proses pengolahan pada seluruh anak
perusahaan termasuk PT. Socfindo Sei Liput. Segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam proses penanaman bibit hingga proses pengolahan seperti pupuk tanaman,
29
30
bahan-bahan kimia, persediaan bahan bakar solar, dll disediakan dan dikirim ke
PT. Socfin Indonesia Sei Liput. Maka dari itu PT. Socfindo Sei Liput dilarang
untuk pembelian lokal. Kebijakan ini dibuat untuk menghindari harga barang
yang tinggi dan untuk memastikan kualitas barang yang akan digunakan untuk
proses produksi.
Seperti yang kita ketahui, bahan bakar diperlukan untuk mengoperasikan alat-
alat berat dan truk yang digunakan untuk membantu proses pengolahan kelapa
sawit. PT. Socfin Indonesia Sei Liput memiliki persediaan solar yang selalu
dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan. Semua bahan bakar
solar yang digunakan dapat diambil pada stasiun bahan bakar yang terdapat di
gudang. Pada saat panen puncak, penggunakan solar lebih besar dibandingkan
bulan-bulan sebelumnya. Akibat kurangnya pengawasan terhadap pengendalian
persediaan, PT. Socfindo Sei Liput sering kehabisan persediaan, terutama solar
dan membuat pihak gudang terpaksa melakukan pembelian lokal untuk memenuhi
kebutuhan solar tersebut.
Salah satu cara untuk menangani masalah ini adalah dengan dilakukannya
pengendalian persediaan untuk mengetahui berapakah jumlah optimal solar yang
harus dipenuhi untuk dapat memenuhi kebutuhan solar setiap bulannya. Dengan
dilakukannya pengendalian persediaan solar pada gudang PT. Socfindo Sei Liput,
maka pembelian lokal dapat dihindari. Dari uraian diatas, maka penulis memilih
judul: “Pengendalian Persediaan solar menggunakan metode EOQ
(Economic Order Quantity) pada PT. Socfin Indonesia Sel Liput”
1. Penelitian atau pengamatan ini dilakukan di PT. Socfindo Sei Liput pada
persediaan solar yang terdapat di gudang.
2. Data yang di olah adalah data yang terdapat pada PT. Socfindo Sei Liput
3. Metode yang digunakan untuk melakukan pengendalian persediaan solar
adalah EOQ (Economic Order Quantity), safety stock, dan titik pemesanan
ulang (Reorder point)
4. Data yang digunakan untuk melakukan pengendalian persediaan adalah
data penggunaan solar pada Agustus 2016-Juli 2017.
2. Asumsi
Selama penelitian berlangsung diasumsikan kondisi perusahaan stabil dan
proses produksi berjalan lancar.
sebagai sumber daya menganggur, hal ini dikarenakan sumber daya tersebut
masih menunggu dan belum digunakan pada proses kegiatan produksi. Persediaan
dalam suatu sistem memiliki suatu tujuan tertentu. Hal ini dikarenakan
sumberdaya yang dibutuhkan tidak bisa didatangkan atau kelebihan dalam
persediaan. Sehingga, untuk menjamin tersediannya sumber daya maka perlu
direncanakan adannya persediaan (Shopian, 2013).
Persediaan dalam perusahaan sangatlah penting guna kelancaran produksi.
Persediaan yang diungkapkan Handoko (2000) adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Persediaan menurut Haming dan Nurjamuddin (2007) diartikan sebagai
sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang
kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw material), produk jadi (finish
product), komponen rakitan (component), bahan baku (substance material), dan
barang sedang dalam proses pengerjaan (working in process inventory).
Menurut Slamet (2007) alasan yang dapat diuraikan secara umum untuk
memiliki persediaan adalah untuk:
1. Menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
2. Memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.
3. Menghindari penutupan fasilitas manufaktur seperti : kerusakan mesin,
kerusakan komponen, tidak tersediannya komponen, dan pengiriman yang
terlambat.
4. Menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5. Menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.
yang principal terhadap barang itu, persediaan yang ada dalam perusahaan
dagang lazim dinamakan dengan persediaan barang dagangan atau
merchandise inventory. Marchhandise inventory adalah persediaan barang
yang selalu berputar, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami
proses lebih lanjut didalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan
bentuk dari barang yang bersangkutan.
2. Persediaan pada Perusahaan industri
Perusahaan industri merupakan perusahaan yang kegiatannya menambah
atau mengubah daya guna bahan baku menjadi bahan baku atau barang
jadi. Persediaan yang terdapat pada perusahaan industri terdiri dari:
a. Persediaan bahan mentah (raw material), merupakan persediaan yang
akan di proses menjadi barang jadi atau setengah jadi. Bahan mentah
merupakan pokok langsung dari kekayaan alam.
b. Persediaan komponen–komponen rakitan (components), merupakan
persediaan barang–barang dari perusahaan lain yang terdiri dari
beberapa agen secara terurai untuk kemudian dirakit menjadi suatu
produk.
c. Persediaan bahan pembantu (supplies), merupakan persediaan bahan
yang digunakan untuk membantu proses produksi dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari produk akhir perusahaan.
d. Persediaan bahan dalam proses (work in process), merupakan
persediaan barang yang telah selesai dalam suatu tahapan proses tetapi
masih memerlukan proses lanjutan sebelum menjadi produk akhir dari
perusahaan.
e. Persediaan barang jadi, merupakan barang yang sudah siap diproses
untuk siap di jual.
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam
operasi bisnis. Dalam pabrik jenis-jenis persediaan dapat berupa:
34
2. Fungsi Persediaan
Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah
fleksibilitas dan operasi suatu perusahaan (Handoko, 1999) antara lain:
a. Untuk memberikan stock agar dapat memenuhi permintaan yang
diantisipasi akan terjadi
b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi
c. Untuk memperoleh keuntungan dan potongan kuantitas, karena membeli
dalam jumlah banyak biasanya ada diskon
d. Untuk hedling terhadap inflasi dan perubahan harga
e. Untuk menghindari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman.
35
3. Menjaga agar pembelian yang terlalu besar dan kecil dapat dihindari
karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
Menurut Ginting (2007) Pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan
dan menjamin ketersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu
yang tepat. Menurut Kusuma (2011) Pengawasan persediaan bahan baku
bertujuan untuk:
1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang dapat
mengakibatkan terhentinya proses produksi
2. Menjaga agar persediaan tidak berlebihan sehingga biaya yang
ditimbulkan tidak lebih besar pula
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena
mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi
3.2.3 Peramalan
Peramalan adalah proses menduga sesuatu yang akan terjadi di massa yang
akan datang. Berdasarkan teori, peramalan (forecasting) adalah perkiraan sebuah
kejadian yang ada di masa lampau. Peramalan bertujuan memperoleh ramalan
yang dapat mengurangi kesalahan meramal yang biasanya diukur dengan
mengunakan metode Mean Square Error (MSE), dan lainnya (Subagyo, 1984).
Peramalan dapat di definisiskan sebagai suatu proses memperkirakan
secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan
berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang di miliki agar kesalahannya
dapat diperkecil. (Mulyono, 2000)
Ramalan memang tidak akan pernah tepat 100%, karena masa depan
mengandung masalah ketidakpastian. Namun demikian, dengan pemilihan metode
yang tepat, maka akan dapat membuat suatu peramalan dengan tingkat kesalahan
yang kecil atau memberikan perkiraan sebaik mungkin terhadap keadaan masa
yang akan datang.
Menurut Horison waktunya, peramalan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Peramalan jangka pendek yang memberikan hasil peramalan satu tahun
mendatang.atau kurang.
39
Y bt
a= ............................................................................... ................(3.4)
n
n ty (t ) ( y)
b= ......................................................................(3.5)
n t 2 t
2
Y b t c t
2
a .......................................................... ................(3.7)
n
b ......................................................................................(3.8)
2
b
c ...................................................................... ...............(3.9)
( t 2 ) 2 n t 4 ................................................................ .............(3.10)
t Y n tY ..............................................................................(3.11)
t 2 Y n t 2Y ............................................................ ..............(3.12)
41
Pola data dalam bentuk kuadratis dapat digambarkan pada Gambar 3.1
Waktu
ln a
ln Y b t .........................................................................(3.13)
n
n t ln Y t ln Y
b .....................................................................(3.14)
n t 2 ( t ) 2
t = periode peramalan
y= nilai data aktual
Pola data dalam bentuk Eksponensial dapat digambarkan pada Gambar 3.2
Waktu
Gambar 3.2. Pola data Eksponensial
(Sumber: Shopian, 2013)
42
2t 2t
Y na b sin c cos ....................................... .............(3.16)
n n
2t 2t 2t 2t 2t
Y sin a sin b sin 2 c sin cos ...............(317)
n n n n n
2t 2t 2t 2t 2t
Y cos a cos c cos 2 b sin cos .................(3.18)
n n n n n
Pada metode siklis dapat ditandai dengan pola data peramalan, yaitu dapat
dilihat pada Gambar 3.3.
Y
Waktu
T Y 't
2
t
t 1
MSE .............................................................. ...........(3.19)
n
n = Banyaknya periode
T Y 't
2
t
t 1
SEE ..............................................................................(3.20)
n f
7. Item produk satu macam dan tidak ada hubungannya dengan produk
lain.
Keterangan:
S = biaya pemesanan dalam sekali pesan
D = Pemakaian bahan periode waktu
H = biaya penyimpanan
4. Frekuensi Pembelian
Pada dasarnya metode EOQ mengacu pada pembelian dengan jumlah
yang sama dalam setiap kali melakukan pemesanan. Maka dari itu, jumlah
pembelian dapat diketahui dengan cara membagi kebutuhan dalam satu tahun
dengan jumlah pembelian setiap kali melakukan pemesanan. Frekuensi
pemesanan sesuai yang diutarakan Deanta dalam Rifqi (2012) dapat
diformulasikan sebagai berikut:
𝐷
𝐹 = 𝐸𝑂𝑄.......................................................(3.25)
Keterangan:
F = frekuensi pembelian dalam satu tahun
D = jumlah kebutuhan bahan baku selama satu tahun
EOQ = jumlah pembelian bahan sekali pesan
49
Keterangan:
D = jumlah kebutuhan barang dalam unit per tahunya
S = biaya pemesanan setiap kali pesan
H = biaya penyimpanan
52
Mulai
Observasi Lapangan
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Selesai
Tabel 3.1 Data Penggunaan Solar Bulan Agustus 2016-Juli 2017 (Lanjutan)
Penggunaan Solar
Bulan
(Liter)
Mei 28.628
Juni 18.678
Juli 20.146
Jumlah 233.898
Rata-rata 19491,5
Sumber: Data bagian gudang PT. Socfindo Sei Liput
Berdasarkan data pada Tabel 3.1 untuk kebutuhan solar untuk produksi
minyak kelapa sawit pada periode tahun 2016-2017 per tahun adalah 233.898
Liter. Selain mengetahui jumlah penggunaan solar, juga dibutuhkan jumlah biaya
pemesanan dalam sekali pesan dan biaya simpan per liter. Biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan dapat di lihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Biaya Pemesanan dan Penyimpanan
Nama Bahan Harga pemesanan Harga penyimpanan/Ton
Solar Rp 350000,- Rp 15000,-
Sumber: Data bagian gudang PT. Socfindo Sei Liput
Berdasarkan Tabel 3.2 diatas bahwa harga yang diperlukan dalam sekali
pemesanan solar yaitu Rp 350000, harga tersebut juga sudah termasuk dalam
biaya administrasi dan struck pemesanan. Adapun besarnya biaya penyimpanan
adalah Rp 15000 per ton.
35,000
30,000
jumlah penggunaan solar
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
1. Metode Linier
Fungsi peramalan yang digunakan pada metode linier adalah :
Y’ = a + bt
Hasil perhitungan parameter peramalan untuk metode linier jumlah
penggunaan solar tampak pada Tabel 3.3.
57
𝑛 ∑(𝑡𝑌(𝑡))−(𝑦)(∑ 𝑡)
b= 𝑛 ∑ 𝑡 2 −(∑ 𝑡)2
12 (1609251.(78))−((233898).(78)) (78)
b= 12(650)−(6084)
= 48498,5455
∑ 𝑌 (𝑡)− 𝑏 ∑ 𝑡
a= 𝑛
233898 (78)− 48498,5455(78)
= 12
= 1205096,45
2. Metode Kuadratis
Fungsi peramalan dari metode kuadratis adalah sebagai berikut:
Y’= a + bt +ct2
Hasil perhitungan parameter peramalan untuk metode kuadratis
penggunaan solar tampak pada Tabel 3.4.
58
𝛼 = ∑ 𝑡 ∑ 𝑡2 − 𝑛 ∑ 𝑡3 = 22308,00
𝛽 = (∑ 𝑡)2 − 𝑛 ∑ 𝑡 2 = 1716,00
𝛾 = (∑ 𝑡 2 )2 − 𝑛 ∑ 𝑡 4 = 306020,00
𝛿 = ∑ 𝑡 ∑ 𝑌 − 𝑛 ∑ 𝑡𝑌 = -1066968
𝜃 = ∑ 𝑡2 ∑ 𝑌 − 𝑛 ∑ 𝑡2𝑌 = -12787104
𝛾. 𝛿 − 𝜃. 𝛼
𝑏= = −20,17192
𝛾. 𝛽 − 𝛼 2
𝜃 − 𝑏. 𝛼
𝑐= = 43,25567
𝛾
∑ 𝑌−𝑏 ∑ 𝑡−𝑐 ∑ 𝑡 2
𝑎= = -1716
𝑛
Fungsi peramalannya:
Y’= -1716-20,17192t+43,255667t2
27.358.306.530.050
𝑆𝐸𝐸 = √
12 − 2
= 5695308
2. Metode Kuadratis
Derajat kebebasan (f) = 3
Persamaannya: Y’= -1716-20,17192t+43,255667t2
Perhitungan SEE untuk metode kuadratis dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Perhitungan SEE dengan Metode Kuadratis
t t2 y y’ e=y-y’ e2
1 1 15.244 -1692,92 16.937 286.859.132
2 4 17.366 -1583,32 18.949 359.076.773
3 9 15.839 -1387,21 17.226 296.742.475
4 16 19.465 -1104,6 20.570 423.108.321
5 25 17.241 -735,468 17.976 323.153.399
6 36 18.980 -279,828 19.260 370.940.956
7 49 19.551 262,3242 19.289 372.053.012
8 64 21.374 890,9873 20.483 419.553.808
9 81 21.386 1606,162 19.780 391.242.001
10 100 28.628 2407,848 26.220 687.496.397
11 121 18.678 3296,045 15.382 236.604.552
12 144 20.146 4270,753 15.875 252.023.467
Total 4.418.854.294
60
4.418.854.294
𝑆𝐸𝐸 = √
12 − 3
= 5613906
Adapun rekapitulasi perhitungan SEE (Standard Error of Estimation)
dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Perhitungan SEE
Metode Peramalan Hasil Perhitungan SEE
Linier 5695308
Kuadratis 5613906
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan antaara SEE metode
linier dengan SEE metode kuadratis
H0 : SEE kuadratis ≤ SEE linier
H1 : SEE kuadratis ≥ SEE linier
α = 0,05
SEE kuadratis 2 5613906 2
Pengujian Statistik = Fhitung = ( ) = (5695308) = 0,97
SEE linier
α = 0.05
∑ 𝑀𝑅 30654
̅̅̅̅̅ =
𝑀𝑅 =
𝑛−1 11
̅̅̅̅̅
𝑀𝑅 = 2786,727
̅̅̅̅̅ = 2,66 × 2786,727 = 7412,695
𝐵𝐾𝐴 = 2,66 × 𝑀𝑅
1/3 BKA = 1/3 × 2786,727= 928,9091
2/3 BKA = 2/3 × 2786,727 = 1857,818
̅̅̅̅̅ = −2,66 × 2786,727 = −7412,695
𝐵𝐾𝐵 = −2,66 × 𝑀𝑅
1/3 BKB = -1/3 × 2786,727= -928,9091
2/3 BKB = -2/3 × 2786,727 = -1857,818
62
Adapun Moving Range Chart jumlah penggunaan solar seperti tampak pada
Gambar 3.7.
10000
8000
BKA
6000
1/3BKA
4000
2/3 BKA
2000
MR
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MRT
-2000
BKB
-4000
1/3 BKB
-6000
2/3 BKB
-8000
-10000
Gambar 3.3 di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang berada di
luar batas kontrol. Metode ini diasumsikan cukup representatif dikarenakan
seluruh data berada di dalam batas kontrol sehingga fungsi peramalan metode
kuadratis dapat digunakan. Adapun hasil peramalan jumlah penggunaan solar
untuk bulan Agustus 2017 (t=13) adalah:
Y’= -1716-20,17192t+43,255667t2
=-1716-20,17192(13)+43,255667(13)2
= 5331,972763
Jadi, dapat diramalkan bahwa pada bulan Agustus 2017 jumlah penggunaan
solar sebanyak 5331,972 liter. Hasil peramalan jumlah pengunaan solar untuk
September 2017 sampai dengan Juli 2018 dapat dilihat pada Tabel 3.9.
233.898
𝑄=
12
= 19499,0833
2. Biaya Pemesanan
Untuk menghitung besarnya biaya pemesanan dalam sekali pesan maka
dapat dihitung sebagai berikut:
(233.898 ×350000)
𝑠= 320
64
81864300000
𝑠= = 𝑅𝑝 255.825.937,5
320
233.898 19.499,0833
𝑇𝐼𝐶 = (19.499,0833 255.823.937,5) + ( 15.000
2
= Rp 3.214.936.479 ≈ 𝑅𝑝 3.215.000.000,-
Jadi Total Persediaan bahan baku pada PT. Socfin Indonesia Sei Liput
apabila menggunakan kebijakan perusahaan untuk solar adalah Rp
3.215.000.000,-
Maka setelah di ketahui data seperti yang tercantum pada tabel, besarnya
pembelian bahan baku yang ekonomis mengunakan metode EOQ adalah
sebagai berikut:
2 × 233.898 × 255.825.937,5
𝐸𝑂𝑄 = √
15000
=89.321,27416 liter
2. Frekuensi Pemesanan
Dengan mengunakan metode EOQ dapat di hitung jumlah frekuensi
pemesanan dalam satu tahun atau sering disebut frekuensi pembelian dapat
di hitung sebagai berikut:
233.898
F = 89.321,27416 = 2
320
= 160
2
Jadi pemesanan di tahun 2016-2017 di lakukan setiap 160 hari dimana per
pemesanannya di lakukan sebanyak 89.321,27416 liter selama sekali
pesan, dengan pengiriman barang perharinya sebanyak 558,258 liter.
233.898 89.321,27416
TIC = [89.321,27416 255858937,5] + [ 15000]
2
= 669.909.556,2 + 669.909.556
= Rp 1.339.819.112,- ≈ 𝑅𝑝 1.340.000.000
Jadi Total Persediaan bahan baku pada PT. Socfin Indonesia Sei Liput
apabila menggunakan metode EOQ untuk solar adalah Rp 1.340.000.000,
sehingga jika di bandingkan dengan biaya persediaan solar perusahaan
yang nilai TICnya sebesar Rp 3.215.000.000,- maka perusahaan dapat
melakukan penghematan sebesar Rp 1.875.000.000,- atau dengan
persentase nilainya sebesar 40% dari hasil pembagian biaya penghematan
dengan biaya perusahaan yang di keluarkan.
233.898
𝑑= = 731
320
Dari Tabel 3.13 dapat dilihat terdapat perbedaan yang cukup signifikan,
dimana jumlah pembelian rata–rata solar berdasarkan kebijakan perusahaan
sebesar 19.499,0833 Liter, sedangkan jika dihitung mengunakan metode EOQ
jumlah pembelian solar sebesar 89.321,2 Liter. Untuk total biaya penyimpanan
jika menggunakan kebijakan perusahaan maka memerlukan biaya sebesar 𝑅𝑝
3.215.000.000,-. Sementara jika menggunakan EOQ, maka biaya yang
dibutuhkan adalah Rp 1.340.000.000. PT. Socfindo Sei Liput sendiri belum
menerapkan kebijakan dalam menetapkan persediaan pengaman dan titik
pemesanan ulang dimana metode EOQ dapat membantu perusahaan untuk
memberikan hasil dalam keputusan tersebut yaitu dengan persediaan pengaman
(Safety Stock) sebesar 9216,28 liter dengan titik pemesanan ulang (ROP) pada
saat solar tersisa 997,28 liter lagi di gudang penyimpanan.