Anda di halaman 1dari 41

BAB III

TUGAS KHUSUS
PENGENDALIAN PERSEDIAAN SOLAR MENGGUNAKAN METODE
EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA PT. SOCFIN INDONESIA
SEI LIPUT

3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini industri merupakan salah satu faktor penggerak roda perekonomian
suatu negara, baik itu negara berkembang maupun negara maju. Hal ini
dikarenakan industri mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam
perkembangan suatu negara. Negara dapat dikatakan berkembang atau maju
apabila sektor industri mereka telah mengalami kemajuan yang baik. Dengan
adanya persaingan pasar bebas sekarang sektor industri dituntut untuk dapat
meningkatkan efisiensi dalam menghasilkan produk-produk yang lebih baik.
PT. Socfin Indonesia Sei Liput merupakan salah satu anak perusahaan
PT. Socfin Indonesia yang terletak di kabupaten Aceh Tamiang. PT. Socfin
Indonesia memiliki beberapa lahan perkebunan kelapa sawit dan karet yang akan
diolah sendiri untuk menjaga mutu produksinya. PT. Socfin Indonesia Sei Liput
memiliki Areal Kebun Kelapa Sawit sebesar 3.681,49 Ha dan lahan pembibitan
sebesar 1,00 Ha yang tersebar di kecamatan Kejuruan Muda dan Karang Baru.
Dikarenakan kepemilikan lahan yang luas dan diperlukannya transportasi untuk
membawa hasil panen buah kelapa sawit setiap harinya, PT. Socfin Indonesia Sei
Liput memiliki beberapa alat berat dan truk pengangkut buah kelapa sawit segar
yang berkerja setiap hari untuk membantu proses pembibitan dan pengolahan
kelapa sawit menjadi CPO dan Kernel
Kantor utama PT. Socfin Indonesia yang berada di kota Medan mengatur
segala sesuatu yang berkenaan dengan proses pengolahan pada seluruh anak
perusahaan termasuk PT. Socfindo Sei Liput. Segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam proses penanaman bibit hingga proses pengolahan seperti pupuk tanaman,

29
30

bahan-bahan kimia, persediaan bahan bakar solar, dll disediakan dan dikirim ke
PT. Socfin Indonesia Sei Liput. Maka dari itu PT. Socfindo Sei Liput dilarang
untuk pembelian lokal. Kebijakan ini dibuat untuk menghindari harga barang
yang tinggi dan untuk memastikan kualitas barang yang akan digunakan untuk
proses produksi.
Seperti yang kita ketahui, bahan bakar diperlukan untuk mengoperasikan alat-
alat berat dan truk yang digunakan untuk membantu proses pengolahan kelapa
sawit. PT. Socfin Indonesia Sei Liput memiliki persediaan solar yang selalu
dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan. Semua bahan bakar
solar yang digunakan dapat diambil pada stasiun bahan bakar yang terdapat di
gudang. Pada saat panen puncak, penggunakan solar lebih besar dibandingkan
bulan-bulan sebelumnya. Akibat kurangnya pengawasan terhadap pengendalian
persediaan, PT. Socfindo Sei Liput sering kehabisan persediaan, terutama solar
dan membuat pihak gudang terpaksa melakukan pembelian lokal untuk memenuhi
kebutuhan solar tersebut.
Salah satu cara untuk menangani masalah ini adalah dengan dilakukannya
pengendalian persediaan untuk mengetahui berapakah jumlah optimal solar yang
harus dipenuhi untuk dapat memenuhi kebutuhan solar setiap bulannya. Dengan
dilakukannya pengendalian persediaan solar pada gudang PT. Socfindo Sei Liput,
maka pembelian lokal dapat dihindari. Dari uraian diatas, maka penulis memilih
judul: “Pengendalian Persediaan solar menggunakan metode EOQ
(Economic Order Quantity) pada PT. Socfin Indonesia Sel Liput”

3.1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan maka pokok
yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana
menerapkan pengendalian persediaan solar agar perusahaan dapat memenuhi
kebutuhan solar yang bersifat optimal dan ekonomis.
31

3.1.3 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
banyaknya solar optimal yang dimiliki gudang untuk memenuhi kebutuhan solar
setiap bulannya.

3.1.4 Batasan Masalah dan Asumsi


1. Batasan Masalah
Agar hasil yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan
maka penelitian diberi batasan sebagai berikut:

1. Penelitian atau pengamatan ini dilakukan di PT. Socfindo Sei Liput pada
persediaan solar yang terdapat di gudang.
2. Data yang di olah adalah data yang terdapat pada PT. Socfindo Sei Liput
3. Metode yang digunakan untuk melakukan pengendalian persediaan solar
adalah EOQ (Economic Order Quantity), safety stock, dan titik pemesanan
ulang (Reorder point)
4. Data yang digunakan untuk melakukan pengendalian persediaan adalah
data penggunaan solar pada Agustus 2016-Juli 2017.
2. Asumsi
Selama penelitian berlangsung diasumsikan kondisi perusahaan stabil dan
proses produksi berjalan lancar.

3.1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengaplikasikan teori
pengendalian persediaan dalam menyelesaikan masalah perusahaan yang kurang
optimum dalam mengendalikan masalah persediaan solar dalam upaya
mengembangkan produktivitas dan kinerja perusahaan.

3.2 LANDASAN TEORI


3.2.1 Persediaan
Persediaan merupakan stock yang dibutuhkan perusahaan untuk mengatasi
adannya fluktuasi permintaan. Persediaan dalam proses produksi dapat diartikan
32

sebagai sumber daya menganggur, hal ini dikarenakan sumber daya tersebut
masih menunggu dan belum digunakan pada proses kegiatan produksi. Persediaan
dalam suatu sistem memiliki suatu tujuan tertentu. Hal ini dikarenakan
sumberdaya yang dibutuhkan tidak bisa didatangkan atau kelebihan dalam
persediaan. Sehingga, untuk menjamin tersediannya sumber daya maka perlu
direncanakan adannya persediaan (Shopian, 2013).
Persediaan dalam perusahaan sangatlah penting guna kelancaran produksi.
Persediaan yang diungkapkan Handoko (2000) adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Persediaan menurut Haming dan Nurjamuddin (2007) diartikan sebagai
sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang
kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw material), produk jadi (finish
product), komponen rakitan (component), bahan baku (substance material), dan
barang sedang dalam proses pengerjaan (working in process inventory).
Menurut Slamet (2007) alasan yang dapat diuraikan secara umum untuk
memiliki persediaan adalah untuk:
1. Menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
2. Memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.
3. Menghindari penutupan fasilitas manufaktur seperti : kerusakan mesin,
kerusakan komponen, tidak tersediannya komponen, dan pengiriman yang
terlambat.
4. Menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5. Menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang.

1. Jenis – jenis Persediaan


Pada dasarnya jenis persediaan jika dilihat dari sifat operasi perusahaan
dapat dibedakan atas:
1. Persediaan pada perusahaan dagang
Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatannya membeli
barang untuk kemudian menjualnya kembali tanpa melakukan perubahan
33

yang principal terhadap barang itu, persediaan yang ada dalam perusahaan
dagang lazim dinamakan dengan persediaan barang dagangan atau
merchandise inventory. Marchhandise inventory adalah persediaan barang
yang selalu berputar, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami
proses lebih lanjut didalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan
bentuk dari barang yang bersangkutan.
2. Persediaan pada Perusahaan industri
Perusahaan industri merupakan perusahaan yang kegiatannya menambah
atau mengubah daya guna bahan baku menjadi bahan baku atau barang
jadi. Persediaan yang terdapat pada perusahaan industri terdiri dari:
a. Persediaan bahan mentah (raw material), merupakan persediaan yang
akan di proses menjadi barang jadi atau setengah jadi. Bahan mentah
merupakan pokok langsung dari kekayaan alam.
b. Persediaan komponen–komponen rakitan (components), merupakan
persediaan barang–barang dari perusahaan lain yang terdiri dari
beberapa agen secara terurai untuk kemudian dirakit menjadi suatu
produk.
c. Persediaan bahan pembantu (supplies), merupakan persediaan bahan
yang digunakan untuk membantu proses produksi dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari produk akhir perusahaan.
d. Persediaan bahan dalam proses (work in process), merupakan
persediaan barang yang telah selesai dalam suatu tahapan proses tetapi
masih memerlukan proses lanjutan sebelum menjadi produk akhir dari
perusahaan.
e. Persediaan barang jadi, merupakan barang yang sudah siap diproses
untuk siap di jual.
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam
operasi bisnis. Dalam pabrik jenis-jenis persediaan dapat berupa:
34

1. Persediaan bahan baku (raw materials)


Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli
dari para supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk
digunakan dalam produksi selanjutnya
2. Persediaan suku cadang (purchased/componenst parts)
Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen
yang diperoleh perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit
menjadi suatu produk
3. Bahan pembantu (supplies)
Yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses
produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi
4. Barang dalam proses (work in process)
Yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-
tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah menjadi suatu
bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi
5. Barang jadi (finished goods)
Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah
dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

2. Fungsi Persediaan
Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah
fleksibilitas dan operasi suatu perusahaan (Handoko, 1999) antara lain:
a. Untuk memberikan stock agar dapat memenuhi permintaan yang
diantisipasi akan terjadi
b. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi
c. Untuk memperoleh keuntungan dan potongan kuantitas, karena membeli
dalam jumlah banyak biasanya ada diskon
d. Untuk hedling terhadap inflasi dan perubahan harga
e. Untuk menghindari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman.
35

f. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam


proses

Berdasarkan uraian Slamet (2007), jika di lihat dari segi fungsinya


maka persediaan di bedakan atas:
1. Lot size inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli
atau membuat bahan–bahan dalam jumlah yang lebih besar dan jumlah
yang di butuhkan pada saat itu.
2. Fungsi decoupling yaitu persediaan yang memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier
3. Fungsi Economic Lot Sizing ini perlu mempertimbangkan
penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih
murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya–biaya
yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi,
risiko dan lain sebagainya).
4. Fungsi Antisipasi di mana perusahaan sering menghadapi fluktasi
permintaan yang dapat di perkirakan berdasarkan pengalaman atau
data–data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Disamping itu,
perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang–barang selama periode
pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra
yang di sebut safety stock.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi persediaan


Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan bahan baku yang di
miliki perusahaan manufaktur berdasarkan Nafirin (2004) adalah:
1. Anggaran produksi
Semakin besar produksi yang di anggarkan semakin besar bahan baku
yang disediakan. Sebaliknya semakin kecil produksi yang dianggarkan
semakin kecil juga bahan baku yang disediakan.
36

2. Harga beli bahan baku


Semakin tinggi harga beli bahan baku, semakin tinggi persediaan yang
direncanakan, sebaliknya semakin rendah harga bahan baku yang
dibeli, semakin rendah harga bahan baku yang direncanakan.
3. Biaya penyimpanan bahan baku di gudang (carrying cost) dalam
hubunganya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat
kehabisan persediaan. Apabila biaya peyimpanan bahan baku di
gudang lebih kecil dibanding dengan biaya ekstra yang dikeluarkan
sebagai akibat kehabisan persediaan, maka perlu persediaan bahan
baku yang besar. Sebaliknya bila biaya penyimpanan bahan baku di
gudang lebih besar dibanding biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai
akibat kehabisan persediaan, maka persediaan bahan baku yang
digunakan kecil.
4. Ketepatan pembuatan standar pemakaian bahan baku
Semakin tepat standar bahan baku pakai yang dibuat, semakin kecil
persediaan bahan baku yang direncanakan. Sebaliknya bila standar
persediaan bahan baku dipakai yang dibuat sulit untuk mendekati
ketepatan, maka persediaan bahan baku yang direncanakan akan besar.
5. Ketepatan pemasok (penjual bahan baku) dalam menyerahkan bahan
baku yang dipesan, maka persediaan bahan baku yang direncanakan
jumlahnya besar. Sebaliknya bila pemasok biasanya tepat dalam
menyerahkan bahan baku, maka bahan baku yang direncanakan
jumlahnya kecil.
6. Jumlah bahan baku setiap kali pesan
Bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya besar, maka persediaan
yang direncanakan juga besar. Sebaliknya bila bahan baku setiap kali
pesan jumlahnya kecil, maka persediaan yang direncanakan juga kecil.
Besarnya pembelian minimal dapat dibentuk dengan kuantitas
pemesanan ekonomis Economic Order Quantity dan saat pemesanan
kembali.
37

3.2.2 Pengendalian Persediaan


Menurut pendapat Indrajit dan Pranoto (2003) bahwa manajemen
persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan penentuan kebutuhan material sehingga kebutuhan operasi dapat
dipenuhi waktunya dan persediaan dapat di tekankan secara oPT.imal.
Handoko (2000) berpendapat bahwa pengendalian persediaan merupakan
fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik pada perusahaan
melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan
menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya
penyimpanan yang berlebih. Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai
persediaan yang cukup, dapat mengakibatkan biaya–biaya dari terjadinya
kekurangan bahan.
Dengan pemaparan tersebut, dapat dibuat kesimpulan bahwa pengendalian
persediaan merupakan kegiatan yang memiliki tujuan untuk mengawasi dan
mengendalikan persediaan yang ada di perusahaan, sehingga kelancaran produksi
tidak terganggu akibat terlalu banyaknya atau sedikitnya persediaan yang dimiliki.
Selain pengendalian pengawasan juga juga perlu digunakan untuk menentukan
tingkat dan komposisi dari pada persediaan bahan baku sehingga perusahaan
dapat melindunggi kelancaran proses produksi dan penjualan serta kebutuhan-
kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu
sasaran pengawasan persediaan adalah menciPT.akan dan memelihara
keseimbangan antara kelancaran operasi perusahaan dengan biaya pengadaan
persediaan tersebut.
Adapun tujuan dari pengawasan persediaan berdasarkan Slamet (2007)
adalah sebagai berikut:
1. Menjaga perusahaan agar tidak kehabisan persediaan, sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar, sehingga biaya–biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu
besar.
38

3. Menjaga agar pembelian yang terlalu besar dan kecil dapat dihindari
karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
Menurut Ginting (2007) Pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan
dan menjamin ketersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu
yang tepat. Menurut Kusuma (2011) Pengawasan persediaan bahan baku
bertujuan untuk:
1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang dapat
mengakibatkan terhentinya proses produksi
2. Menjaga agar persediaan tidak berlebihan sehingga biaya yang
ditimbulkan tidak lebih besar pula
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena
mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi

3.2.3 Peramalan
Peramalan adalah proses menduga sesuatu yang akan terjadi di massa yang
akan datang. Berdasarkan teori, peramalan (forecasting) adalah perkiraan sebuah
kejadian yang ada di masa lampau. Peramalan bertujuan memperoleh ramalan
yang dapat mengurangi kesalahan meramal yang biasanya diukur dengan
mengunakan metode Mean Square Error (MSE), dan lainnya (Subagyo, 1984).
Peramalan dapat di definisiskan sebagai suatu proses memperkirakan
secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan
berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang di miliki agar kesalahannya
dapat diperkecil. (Mulyono, 2000)
Ramalan memang tidak akan pernah tepat 100%, karena masa depan
mengandung masalah ketidakpastian. Namun demikian, dengan pemilihan metode
yang tepat, maka akan dapat membuat suatu peramalan dengan tingkat kesalahan
yang kecil atau memberikan perkiraan sebaik mungkin terhadap keadaan masa
yang akan datang.
Menurut Horison waktunya, peramalan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Peramalan jangka pendek yang memberikan hasil peramalan satu tahun
mendatang.atau kurang.
39

2. Peramalan jangka menengah untuk meramalkan keadaan satu hingga 5


tahun kedepan.
3. Peramalan jangka panjang digunakan untuk pengambilan keputusan
mengenai perencanaan produk , dan perencanaan pasar, pengeluaran biaya
perusahaan, studi kelayakan pabrik, anggaran, purchase order,
perencanaan tenaga kerja dan perencanaan kapasitas kerja serta
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kejadian lebih dari 5
tahun yang akan datang.

1. Metode Time Series


Adapun metode time series terbagi atas 3 (tiga) metode yaitu :
1. Metode Penghalusan (Smoothing)
Metode penghalusan merupakan metode yang digunakan untuk mengatur
data masa lalu sesuai dengan musiman data yang terjadi, dengan cara
merata–ratakan sederetan data hingga memiliki jarak dan jumlah data yang
cenderung/hampir seimbang.
2. Metode Proyeksi Kecenderungan dengan Regresi
Metode kecenderungan dengan regresi merupakan metode perhitungan
peramalan berdasarkan garis kecenderungan, sehingga dapat
diproyeksikan hal–hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang.
Untuk peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan
dengan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini
adalah tahunan, namun semakin banyak data yang dimiliki semakin baik
hasil peramalan yang diperoleh.
3. Metode regresi terbagi atas beberapa metode, antara lain :
a. Konstan, dengan fungsi peramalan :
Yt = a ..................................................................................... ...............(3.1)
a = YI / n .............................................................................. ...............(3.2)
Dimana :
Yt = nilai data aktual pada periode t
n = jumlah periode
40

b. Linier, dengan fungsi peramalan :


Yt = a + bt .............................................................................................(3.3)
Dimana :
t = periode peramalan
y= nilai data aktual

Y  bt
a= ............................................................................... ................(3.4)
n
n ty   (t ) ( y)
b= ......................................................................(3.5)
n   t 2   t 
2

c. Kuadratis, dengan fungsi peramalan :


Yt = a + bt + ct2 ................................................................... ................(3.6)
Dimana :
t = periode peramalan
y= nilai data aktual

 Y  b t  c  t
2

a .......................................................... ................(3.7)
n

  
b ......................................................................................(3.8)
   2

  b
c ...................................................................... ...............(3.9)

  ( t 2 ) 2  n t 4 ................................................................ .............(3.10)

   t  Y  n tY ..............................................................................(3.11)

   t 2  Y  n t 2Y ............................................................ ..............(3.12)
41

Pola data dalam bentuk kuadratis dapat digambarkan pada Gambar 3.1

Waktu

Gambar 3.1 Pola data Kuadratis


(Sumber: Shopian, 2013)

d. Eksponensial, dengan fungsi peramalan:


Yt = aebt
Dimana :

ln a 
 ln Y  b t .........................................................................(3.13)
n
n t ln Y   t  ln Y
b .....................................................................(3.14)
n t 2  ( t ) 2
t = periode peramalan
y= nilai data aktual

Pola data dalam bentuk Eksponensial dapat digambarkan pada Gambar 3.2

Waktu
Gambar 3.2. Pola data Eksponensial
(Sumber: Shopian, 2013)
42

e. Siklis, dengan fungsi peramalan :

Ŷt  a  b sin 2  c cos 2t .................................................................(3.15)


n n
Dimana :

2t 2t
 Y  na  b sin  c  cos ....................................... .............(3.16)
n n
2t 2t 2t 2t 2t
 Y sin  a  sin  b sin 2  c  sin cos ...............(317)
n n n n n
2t 2t 2t 2t 2t
 Y cos  a  cos  c  cos 2  b sin cos .................(3.18)
n n n n n

Pada metode siklis dapat ditandai dengan pola data peramalan, yaitu dapat
dilihat pada Gambar 3.3.
Y

Waktu

Gambar 3.3. Pola data Siklis


(Sumber: Shopian, 2013)

2. Kriteria Performance Peramalan


Seorang perancang tentu menginginkan hasil perkiraan peramalan yang
tepat atau paling tidak dapat memberikan gambaran yang paling mendekati
sehingga rencana yang dibuatnya merupakan rencana yang realistis. Ketepatan
yang kecil memberikan arti ketelitian peramalan tinggi, keakuratan hasil
peramalan tinggi, begitu pula sebaliknya. Besar kesalahan suatu peramalan dapat
dihitung dengan beberapa metode yaitu :
43

1. Mean Square Error (MSE)

 T  Y 't 
2
t
t 1
MSE  .............................................................. ...........(3.19)
n

Dimana: Tt = Data aktual periode t

Y’t = Nilai ramalan periode t

n = Banyaknya periode

2. Standard Error of Estimate (SEE)


m

 T  Y 't 
2
t
t 1
SEE  ..............................................................................(3.20)
n f

Dimana : f = Nilai derajat kebebasan

f = 1, untuk data Konstan

f = 2, untuk data Linier

f = 2, untuk data Eksponensial

f = 3, untuk data Kuadratis

f = 3, untuk data Siklis

3. Percentage Error (PE)


𝑇𝑡 −𝑌 ′ 𝑡
𝑃𝐸𝑡 = ( ) 𝑥100% .....................................................................(3.21)
𝑇𝑡

Dimana nilai dari PEt bisa positif atau pun negatif

4. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)


∑|𝑃𝐸𝑡 |
𝑃𝐸𝑡 = ......................................................................................(3.22)
𝑛
44

3.2.4 Economic Order Quantity (EOQ)


1. Pengertian Economic Order Quantity
Salah satu model untuk mengontrol model persediaan adalah dengan
Economic Order Quantity (EOQ). Heizer dan Render (2010) berpendapat bahwa
EOQ merupakan sebuah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya
total dari pemesanan dan penyimpanan, yang dapat di peroleh dengan biaya yang
minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang oPT.imal.
Menurut Gitosudarmo (2002) EOQ merupakan volume atau jumlah
pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian.
Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat di perhitungkan pemenuhan
kebutuhan (pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang
akan dapat diperoleh dengan pembelian mengunakan biaya yang minimal. Dengan
mengunkan metode EOQ perusahaan akan dapat menentukan jumlah bahan baku
yang ekonomis dalam periode waktu tertentu dan dapat menentukan total biaya
persediaan untuk satu periode, sehingga perusahaan akan dapat menentukan
kebijakan yang sesuai dengan kondisi yang terjadi.
Metode EOQ atau pembelian bahan baku yang oPT.imal sesuai dengan
yang diuraikan Slamet (2007) dapat diartikan sebagai kuantitas bahan baku yang
dapat diperoleh melalui jumlah pembelian dengan mengeluarkan biaya minimal
tetapi tidak berakibat pada kekuranggan dan kelebihan bahan baku.
Menurut Ahyari (1995) untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka
perusahaan harus memenuhi beberapa faktor tentang persediaan bahan baku.
Adapun faktor – faktor tersebut adalah:
1. Perkiraan pemakaian
Sebelum kegiatan pembelian bahan baku di laksanakan, maka
manajemen harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan
dipergunakan didalam proses produksi pada suatu periode. Perkiraan
bahan baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar jumlahnya
yang akan di pergunakan oleh perusahaan untuk keperluan produksi
45

pada periode yang akan datang. Perkiraan kebutuhan bahan baku


tersebut dapat diketahui dari perencanaan produksi perusahaaan yang
di kehendaki oleh manajemen.
2. Harga dari bahan
Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu
dalam kebijakan persediaan bahan baku. Harga bahan baku ini
merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana
perusahaan yang harus di sediakan untuk investasi dalam persediaan
bahan baku tersebut.
3. Biaya–biaya persediaan
Biaya–biaya untuk menyengarakan persediaan bahan baku ini sudah
selayaknya diperhitungkan di dalam penentuan besarnya persediaan
bahan baku. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini,
maka di gunakan data biaya persediaan yaitu:
a. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan yang dibutuhkan diperhitungkan dalam
bentuk presentase yaitu presentase dari nilai persediaan. Adapun
besar nilai persediaan adalah jumlah bahan baku yang dipesan
setiap pemesanan dan harga bahan baku merupakan variabel yang
besarnya tergantung dari jumlah bahan baku setiap kali pesan.
Besarnya persentase penyimpanan bahan baku ditetapkan oleh
perusahaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar
bila jumlah atau kuantitas bahan yang disimpan semakin tinggi.
Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan biaya
penyimpanan menurut Ahyari (1995) adalah:
Rumus:
Biaya penyimpanan = K x U .......................(3.23)
Dimana:
K : persentase biaya penyimpanan terhadap harga beli/unit
U : harga per unit bahan
46

b. Biaya pemesanan atau pembelian


Biaya persediaan akan semakin besar bila frekuensi pemesanan
bahan baku semakin besar. Seperti biaya administrasi, biaya
transportasi dan biaya bongkar muat.
c. Biaya tetap persediaan
Biaya yang jumlahnya tidak terpenuhi oleh jumlah unit yang
disimpan dalam perusahaan maupun frekuensi pemesanan bahan
baku yang dilakukan oleh perusahaan.
d. Kebijakan pembelian
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana
dari perusahaan akan tergantung pada kebijakan pembelanjaan
dalam perusahaan tersebut.
4. Pemakaian bahan baku
Pemakaian bahan baku yang diproses dari periode–periode yang lalu
(actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan karena untuk keperluan proses produksi akan
dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbanggan dalam
pengadaan bahan baku pada periode berikutnya. Seberapa besar
penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta
bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakai yang sudah
disusun harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian dapat disusun
perkiraan bahan baku mendekati pada kenyataann.
5. Waktu tunggu (lead time)
Waktu tunggu adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat
pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri.
Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya
dengan penentuan saat pemesanan kembali (reorder poin). Dengan
waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat memberi pada
saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau
kekuranggan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.
47

6. Model pembelian bahan


Manajemen perusahaan harus dapat menentukan model pembelian
yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi bahan baku yang di beli
yaitu model pembelian yang oPT.imal.
7. Persediaan Bahan Pengaman (safety stock)
Persediaan bahan pengaman adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan (stock out). Selain digunakan untuk menanggulangi
terjadinya keterlambatan datangnya bahan baku.
8. Pemesanan Kembali (reorder point)
Pemesanan kembali adalah saat waktu tertentu perusahaan harus
mengandalkan pemesanan bahan baku kembali, sehingga datangnya
pemesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan baku yang dibeli,
khususnya dengan metode EOQ. Ketepatan waktu tersebut harus
diperhitungkan kembali jika mundur dari waktu tersebut akan
menambah biaya pembelian bahan baku (stock out), bila terlalu awal
akan diperlukan biaya penyimpanan yang lebih (extra carrying cost).

2. Asumsi Economic Order Quantity


Beberapa asumsi yang ada di karenakan metode ini di sebut juga sebagai
ukuran lot atau size yang digunakan untuk pengolahan independent demand
inventory. asumsi dalam Economic Order Quantity sesuai paparan dari
Sumyang (2010) adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.
2. Jumlah permintaan diketahui, konstan, independen.
3. Waktu antara pemesanan sampai dengan pemesanan datang harus
tetap.
4. Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.
5. Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun
pembelian dalam jumlah volume besar.
6. Besar biaya pemesanan tetap untuk setiap kapasitas yang dipesan.
48

7. Item produk satu macam dan tidak ada hubungannya dengan produk
lain.

3. Perhitunggan Economic Order Quantity


Pengadaan persediaan oleh perusahaan sangat penting guna kelancaran
proses produksi. Untuk mendapatkan besarnya pembelian yang oPT.imal setiap
kali pesan dengan biaya minimal sesuai dengan paparan Slamet (2007) dapat
ditentukan dengan Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP).
Berdasarkan paparan Handoko (2000) Perhitunggan EOQ dapat dilakukan
dengan rumus sebagai berikut:
2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √ .................................................(3.24)
𝐻

Keterangan:
S = biaya pemesanan dalam sekali pesan
D = Pemakaian bahan periode waktu
H = biaya penyimpanan

4. Frekuensi Pembelian
Pada dasarnya metode EOQ mengacu pada pembelian dengan jumlah
yang sama dalam setiap kali melakukan pemesanan. Maka dari itu, jumlah
pembelian dapat diketahui dengan cara membagi kebutuhan dalam satu tahun
dengan jumlah pembelian setiap kali melakukan pemesanan. Frekuensi
pemesanan sesuai yang diutarakan Deanta dalam Rifqi (2012) dapat
diformulasikan sebagai berikut:
𝐷
𝐹 = 𝐸𝑂𝑄.......................................................(3.25)

Keterangan:
F = frekuensi pembelian dalam satu tahun
D = jumlah kebutuhan bahan baku selama satu tahun
EOQ = jumlah pembelian bahan sekali pesan
49

5. Persediaan Pengaman (Safety Stock)


Perusahaan dalam melakukan pemesanan suatu barang sampai barang
datang memerlukan jangka waktu yang bisa berbeda-beda setiap bulannya. Hal
ini sering disebut dengan lead time. Lead time yang diungkapkan Slamet
(2007) yaitu jangka waktu yang diperlukan sejak dilakukan pemesanan sampai
saat datangnya bahan baku yang dipesan. Untuk mengetahui seberapa lamanya
lead time biasanya diketahui dari lead time pada pemesanan-pemesanan
sebelumnya. Kebiasaan para levaransir menyerahkan bahan baku yang akan
dipesan apakah tepat waktu atau terlambat. Bila sering terlambat berarti perlu
safety stock yang besar, sebaliknya bila biasanya tepat waktu maka tidak perlu
safety stock yang besar.
Berdasarkan uraian Nafarin (2004) persediaan pengaman (safety stock)
adalah persediaan inti dari bahan yang harus dipertahankan untuk menjamin
kelangsungan usaha. Persediaan pengaman tidak boleh dipakai kecuali dalam
keadaan darurat, seperti keadaan bencana alam, alat pengangkut bahan
kecelakaan, bahan dipasaran dalam keadaan kosong karena huru hara, dan lain-
lain. Persediaan pengaman bersifat permanen, karena itu persediaan bahan
baku minimal (persediaan pengaman) termasuk kelompok aktiva. Faktor –
faktor yang mempengaruhi besar kecilnya safety stock bahan baku, antara lain
sebagai berikut:

1. Kebiasaan para leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan


apakah tepat waktu atau terlambat. Bila sering terlambat berarti perlu
safety stock yang besar, sebaliknya bila biasanya tepat waktu maka
tidak perlu safety stock yang besar.
2. Besar kecilnya bahan baku yang dibeli setiap saat. Bila bahan baku
yang dibeli setiap saat jumlahnya besar, maka tidak perlu safety
stock.
3. Kemudahan menduga bahan baku yang diperlukan. Semakin mudah
menduga bahan baku yang diperlukan maka semakin kecil safety
stock.
50

4. Hubungan biaya penyimpanan (carrying stock) dengan biaya ekstra


kekurangan persediaan (stockout cost). Stockout cost seperti biaya
pesanan darurat, kehilangan kesempatan mendapat keuntungan
karena tidak terpenuhinya pesanan, kemungkinan kerugian karena
adanya stagnasi produksi, dan lain-lain. Apabila stockout cost lebih
besar dari carrying cost, maka perlu safety stock yang besar.
Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahawa safety stock
adalah persediaan bahan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk
menjaga terjadinya keterlambatan agar tidak mengganggu kelancaran produksi.
Didalam paparan Slamet (2007) untuk menghitung besarnya safety stock dapat
menggunakan metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata. Dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Safety Stock = Zσ.................................................(3.26)
Dimana :
Z = nilai dari tabel z : 1,65
(∑ 𝑋−𝛾)2
σ = Standar Devisiasi : √ 12

6. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)


Reorder Point memperhatikan pada persediaan yang tersisa digudang baru
kemudian dilakukan pemesanan kembali. Hal ini dikarenakan adanya jangka
waktu tunggu diantara pemesanan dengan datangnya pesanan, oleh karena itu
pemakaian bahan selama pemesanan harus diperhitungkan. Pendapat dari
Slamet (2007) didasarkan pada besarnya penggunaan bahan selama bahan
dipakai dan besarnya safety stock. Besarnya penggunaan bahan selama waktu
pemesanan merupakan perkalian antara lamanya waktu pemesanan dan
penggunaan rata-rata. Pemesanan dapat dilakukan dengan cara menunggu
sampai persediaan mencapai jumlah tertentu. Dengan demikian jumlah barang
yang dipesan relatif tetapi interval waktu tidak sama. Atau pemesanan
dilakukan dengan waktu yang tetap tetapi jumlah pesanan berubah-ubah sesuai
dengan tingkat persediaan yang ada.
51

Reorder Point berdasarkan paparan Slamet (2007) diformulasikan sebagai


berikut:
ROP = d.L ..........................................................................(3.27)
Dimana:
𝐷
d = permintaan perhari ( d=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 )

D = permintaan per tahun


L = waktu tunggu pemesanan baru dalam hari
Adapun faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali yang telah di
ungkapkan Slamet (2007) adalah sebagai berikut:
1. Lead time cost, yaitu waktu yang diperlukan sejak dilakukan
pemesanan sampai saat datangnya bahan baku yang dipesan.
2. Stock out cost, yaitu biaya–biaya yang terpaksa dikeluarkan karena
keterlambaan datangnya bahan baku.
3. Extra carryng cost, yaitu biaya–biaya yang terpaksa dikeluarkan karena
bahan baku.

7. Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)


Dalam perhitungan biaya total persediaan, bertujuan untuk membuktikan
bahwa dengan terdapatnya jumlah pembelian bahan baku yang oPT.imal, yang
dihitung dengan metode EOQ akan dicapai biaya total persediaan baku yang
minimal. Total Inventory Cost (TIC) sesuai dengan yang telah dipaparkan oleh
Buffa (1991) dapat diformulasikan sebagai berikut:
𝐷 𝑄
TIC = [ 𝑆 𝑆] + [ 2 𝐻]............................................................................(3.28)

Keterangan:
D = jumlah kebutuhan barang dalam unit per tahunya
S = biaya pemesanan setiap kali pesan
H = biaya penyimpanan
52

3.3 Metodologi Penelitian


Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui
dalam menyelesaikan masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada flow chart
Gambar 3.4.

Mulai

Observasi Lapangan

Perumusan Masalah

Menentukan Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


 Wawancara  Referensi
 Observasi  Buku, Jurnal, Internet

Pengolahan Data

Analisa Hasil dan Evaluasi

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.4 Flow chart langkah-langkah penelitian


53

3.3.1. Data dan Sumber Data


1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan dan
wawancara dengan pihak PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput yang
hasil datanya aktual dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal perusahaan. Pengumpulan data
sekunder dilakukan di PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput. Data
tersebut berupa:
a. Profil umum perusahaan
b. Lokasi perusahaan
c. Struktur organisasi perusahaan
d. Data proses produksi
e. Jumlah penggunaan solar

3.3.2. Metode Analisis


1. Analisis Kebutuhan Bahan Baku
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan peramalan dengan metode time
series untuk menentukan jumlah persediaan solar yang akan diproses pada
bulan selanjutnya, dengan melakukan regresi linier untuk mencari metode
terbaik
2. Analisis Pembelian Solar
Untuk dapat menetukan jumlah pemesanan atau pembelian yang optimal
setiap kali pemesanan perlu ada perhitungan kuantitas pembelian optimal
yang ekonomis atau Economic Order Quantity (EOQ) (Persamaan 3.24)
3. Frekuensi Pemesanan
Dilakukan perhitungan frekuensi pemesanan menggunakan (persamaan
3.25)
54

4. Analisis Total Biaya Persediaan


Analisis ini untuk mengetahui berapa total persediaan yang terdiri dari
biaya pembelian bahan baku, biaya penyimpanan dan biaya pemesanan
menggunakan (persamaan 3.26)
5. Analisis Reorder Point (ROP)
Reorder point dapat diketahui dengan menetapkan penggunaan selama
lead time dan penggunaan perharinya dengan mengunakan (persamaan
3.27)

2.4 Pengumpulan Data


PT Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memiliki 5 afdeling yang terdapat
pada 2 kecamatan. Untuk memudahkan proses produksi, PT. Socfin Indonesia
memiliki beberapa mobil truk untuk mengangkut hasil buah setiap harinya dan
beberapa alat berat lainnya. Maka dari itu, PT. Socfin Indonesia Sei Liput
memiliki persediaan solar setiap bulannya yang didatangkan dari kantor pusat.
Namun sayangnya dikarenakan kurangnya kesadaran dalam melakukan
pengendalian persediaan solar, PT. Socfin Indonesia sering kehabisan solar
sebelum waktu yang ditentukan (terutama pada saat panen puncak) sehingga
terkadang harus melakukan pembelian lokal.
Data yang di peroleh dari perusahaan tersebut tentang kebutuhan solar
dapat dilihat pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1 Data Penggunaan Solar Bulan Agustus 2016-Juli 2017
Penggunaan Solar
Bulan
(Liter)
Agustus 15.244
September 17.366
Oktober 15.839
Nopember 19.465
Desember 17.241
Januari 18.980
Februari 19.551
Maret 21.374
April 21.386
Mei 28.628
55

Tabel 3.1 Data Penggunaan Solar Bulan Agustus 2016-Juli 2017 (Lanjutan)
Penggunaan Solar
Bulan
(Liter)
Mei 28.628
Juni 18.678
Juli 20.146
Jumlah 233.898
Rata-rata 19491,5
Sumber: Data bagian gudang PT. Socfindo Sei Liput

Berdasarkan data pada Tabel 3.1 untuk kebutuhan solar untuk produksi
minyak kelapa sawit pada periode tahun 2016-2017 per tahun adalah 233.898
Liter. Selain mengetahui jumlah penggunaan solar, juga dibutuhkan jumlah biaya
pemesanan dalam sekali pesan dan biaya simpan per liter. Biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan dapat di lihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Data Biaya Pemesanan dan Penyimpanan
Nama Bahan Harga pemesanan Harga penyimpanan/Ton
Solar Rp 350000,- Rp 15000,-
Sumber: Data bagian gudang PT. Socfindo Sei Liput

Berdasarkan Tabel 3.2 diatas bahwa harga yang diperlukan dalam sekali
pemesanan solar yaitu Rp 350000, harga tersebut juga sudah termasuk dalam
biaya administrasi dan struck pemesanan. Adapun besarnya biaya penyimpanan
adalah Rp 15000 per ton.

2.5 Pengolahan Data


Berdasarkan data yang telah ditentukan, maka dilakukan pengolahan data
dengan terlebih dahulu meramalkan data bahan baku yang akan di olah untuk
melihat berapa banyak persediaan yang akan di butuhkan setelahnya.

2.5.1 Peramalan (Forecasting)


Setelah diperoleh pengumpulan data, selanjutnya melakukan pengolahan
data. Adapun tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan peramalan
Tujuan peramalan adalah untuk menentukan jumlah penggunaan solar
bulan Agustus 2017─Juli 2018.
56

2. Pembuatan scatter diagram


Scatter diagram data penggunaan solar yang dapat dilihat pada Gambar
3.5.

35,000

30,000
jumlah penggunaan solar

25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

Gambar 3.5 Scatter Diagram Penggunaan Solar

3. Pemilihan metode peramalan


Metode peramalan yang digunakan adalah metode time series. Metode
time series yang dapat digunakan untuk meramalkan jumlah penggunaan
solar yaitu sebagai berikut:
a. Metode Linier
b. Metode Kuadratis
4. Menghitung parameter peramalan
Menghitung parameter peramalan metode linier, kuadratis akan dijelaskan
sebagai berikut.

1. Metode Linier
Fungsi peramalan yang digunakan pada metode linier adalah :
Y’ = a + bt
Hasil perhitungan parameter peramalan untuk metode linier jumlah
penggunaan solar tampak pada Tabel 3.3.
57

Tabel 3.3 Perhitungan parameter peramalan untuk metode Linier


Bulan t y t2 ty
Agustus 1 15.244 1 15244
September 2 17.366 4 34732
Oktober 3 15.839 9 47517
November 4 19.465 16 77860
Desember 5 17.241 25 86205
Januari 6 18.980 36 113880
Februari 7 19.551 49 136857
Maret 8 21.374 64 170992
April 9 21.386 81 192474
Mei 10 28.628 100 286280
Juni 11 18.678 121 205458
Juli 12 20.146 144 241752
Total 78 233.898 650 1609251

𝑛 ∑(𝑡𝑌(𝑡))−(𝑦)(∑ 𝑡)
b= 𝑛 ∑ 𝑡 2 −(∑ 𝑡)2

12 (1609251.(78))−((233898).(78)) (78)
b= 12(650)−(6084)

= 48498,5455

∑ 𝑌 (𝑡)− 𝑏 ∑ 𝑡
a= 𝑛
233898 (78)− 48498,5455(78)
= 12

= 1205096,45

Jadi persamaannya adalah :


Y’= a+bt
Y’ = 1205096,45 + 48498,5455t

2. Metode Kuadratis
Fungsi peramalan dari metode kuadratis adalah sebagai berikut:
Y’= a + bt +ct2
Hasil perhitungan parameter peramalan untuk metode kuadratis
penggunaan solar tampak pada Tabel 3.4.
58

Tabel 3.4 Perhitungan parameter peramalan untuk metode kuadratis


Bulan t y t2 t3 t4 ty t2y
Agustus 1 15.244 1 1 1 15244 15244
September 2 17.366 4 8 16 34732 69464
Oktober 3 15.839 9 27 81 47517 142551
Nopember 4 19.465 16 64 256 77860 311440
Desember 5 17.241 25 125 625 86205 431025
Januari 6 18.980 36 216 1296 113880 683280
Februari 7 19.551 49 343 2401 136857 957999
Maret 8 21.374 64 512 4096 170992 1367936
April 9 21.386 81 729 6561 192474 1732266
Mei 10 28.628 100 1000 10000 286280 2862800
Juni 11 18.678 121 1331 14641 205458 2260038
Juli 12 20.146 144 1728 20736 241752 2901024
Total 78 233.898 650 6084 60710 1609251 13735067

𝛼 = ∑ 𝑡 ∑ 𝑡2 − 𝑛 ∑ 𝑡3 = 22308,00
𝛽 = (∑ 𝑡)2 − 𝑛 ∑ 𝑡 2 = 1716,00
𝛾 = (∑ 𝑡 2 )2 − 𝑛 ∑ 𝑡 4 = 306020,00
𝛿 = ∑ 𝑡 ∑ 𝑌 − 𝑛 ∑ 𝑡𝑌 = -1066968
𝜃 = ∑ 𝑡2 ∑ 𝑌 − 𝑛 ∑ 𝑡2𝑌 = -12787104
𝛾. 𝛿 − 𝜃. 𝛼
𝑏= = −20,17192
𝛾. 𝛽 − 𝛼 2
𝜃 − 𝑏. 𝛼
𝑐= = 43,25567
𝛾
∑ 𝑌−𝑏 ∑ 𝑡−𝑐 ∑ 𝑡 2
𝑎= = -1716
𝑛

Fungsi peramalannya:
Y’= -1716-20,17192t+43,255667t2

5. Menghitung besarnya kesalahan


a. Metode Linier
Derajat kebebasan (f) = 2
Perhitungan SEE untuk metode linier dapat dilihat pada Tabel 3.5.
59

Tabel 3.5 Perhitungan SEE dengan Metode Liner


t y y’ e=y-y’ e2
1 15.244 1253594,996 -1.238.351 1.533.513.188.056
2 17.366 1302093,541 -1.284.728 1.650.524.854.604
3 15.839 1350592,087 -1.334.753 1.781.565.801.921
4 19.465 1399090,632 -1.379.626 1.903.366.884.471
5 17.241 1447589,178 -1.430.348 2.045.895.908.878
6 18.980 1496087,723 -1.477.108 2.181.847.225.346
7 19.551 1544586,269 -1.525.035 2.325.732.570.169
8 21.374 1593084,814 -1.571.711 2.470.274.882.845
9 21.386 1641583,36 -1.620.197 2.625.039.483.731
10 28.628 1690081,905 -1.661.454 2.760.429.078.440
11 18.678 1738580,451 -1.719.902 2.958.064.439.236
12 20.146 1787078,996 -1.766.933 3.122.052.212.354
Total 27.358.306.530.050

27.358.306.530.050
𝑆𝐸𝐸 = √
12 − 2

= 5695308

2. Metode Kuadratis
Derajat kebebasan (f) = 3
Persamaannya: Y’= -1716-20,17192t+43,255667t2
Perhitungan SEE untuk metode kuadratis dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Perhitungan SEE dengan Metode Kuadratis
t t2 y y’ e=y-y’ e2
1 1 15.244 -1692,92 16.937 286.859.132
2 4 17.366 -1583,32 18.949 359.076.773
3 9 15.839 -1387,21 17.226 296.742.475
4 16 19.465 -1104,6 20.570 423.108.321
5 25 17.241 -735,468 17.976 323.153.399
6 36 18.980 -279,828 19.260 370.940.956
7 49 19.551 262,3242 19.289 372.053.012
8 64 21.374 890,9873 20.483 419.553.808
9 81 21.386 1606,162 19.780 391.242.001
10 100 28.628 2407,848 26.220 687.496.397
11 121 18.678 3296,045 15.382 236.604.552
12 144 20.146 4270,753 15.875 252.023.467
Total 4.418.854.294
60

4.418.854.294
𝑆𝐸𝐸 = √
12 − 3

= 5613906
Adapun rekapitulasi perhitungan SEE (Standard Error of Estimation)
dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Perhitungan SEE
Metode Peramalan Hasil Perhitungan SEE
Linier 5695308
Kuadratis 5613906

3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan antaara SEE metode
linier dengan SEE metode kuadratis
H0 : SEE kuadratis ≤ SEE linier
H1 : SEE kuadratis ≥ SEE linier
α = 0,05
SEE kuadratis 2 5613906 2
Pengujian Statistik = Fhitung = ( ) = (5695308) = 0,97
SEE linier

Ftabel = F0,05; 9:11 = 2,896


Daerah penerimaan
hipotesis

daerah penolakan hipotesis

α = 0.05

Fhit = 0,97 Ftab = 2,89


Gambar 3.6 Grafik uji hipotesis dengan distribusi F
61

Fhitung ≤ Ftabel , maka Ho diterima


Kesimpulan :
Metode yang digunakan untuk meramalkan penggunaan solar adalah
metode kuadratis dengan fungsi peramalan :
Y’= a + bt +ct2
Y’= -1716-20,17192t+43,255667t2
3.2.4 Verifikasi peramalan
Proses verifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi peramalan
yang ditentukan cukup representatif untuk data yang akan diramalkan. Hasil
verifikasi peramalan data dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Perhitungan Hasil Verifikasi
T y y' e=y-y' MR
1 15.244 -1692,92 16.937 0
2 17.366 -1583,32 18.949 2012
3 15.839 -1387,21 17.226 1723
4 19.465 -1104,6 20.570 3344
5 17.241 -735,468 17.976 2594
6 18.980 -279,828 19.260 1284
7 19.551 262,3242 19.289 29
8 21.374 890,9873 20.483 1194
9 21.386 1606,162 19.780 703
10 28.628 2407,848 26.220 6440
11 18.678 3296,045 15.382 1838
12 20.146 4270,753 15.875 493
78 233.898 30654

∑ 𝑀𝑅 30654
̅̅̅̅̅ =
𝑀𝑅 =
𝑛−1 11
̅̅̅̅̅
𝑀𝑅 = 2786,727
̅̅̅̅̅ = 2,66 × 2786,727 = 7412,695
𝐵𝐾𝐴 = 2,66 × 𝑀𝑅
1/3 BKA = 1/3 × 2786,727= 928,9091
2/3 BKA = 2/3 × 2786,727 = 1857,818
̅̅̅̅̅ = −2,66 × 2786,727 = −7412,695
𝐵𝐾𝐵 = −2,66 × 𝑀𝑅
1/3 BKB = -1/3 × 2786,727= -928,9091
2/3 BKB = -2/3 × 2786,727 = -1857,818
62

Adapun Moving Range Chart jumlah penggunaan solar seperti tampak pada
Gambar 3.7.
10000
8000
BKA
6000
1/3BKA
4000
2/3 BKA
2000
MR
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MRT
-2000
BKB
-4000
1/3 BKB
-6000
2/3 BKB
-8000
-10000

Gambar 3.7 Moving Range Chart Jumlah Penggunaan Solar

Gambar 3.3 di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat data yang berada di
luar batas kontrol. Metode ini diasumsikan cukup representatif dikarenakan
seluruh data berada di dalam batas kontrol sehingga fungsi peramalan metode
kuadratis dapat digunakan. Adapun hasil peramalan jumlah penggunaan solar
untuk bulan Agustus 2017 (t=13) adalah:
Y’= -1716-20,17192t+43,255667t2
=-1716-20,17192(13)+43,255667(13)2
= 5331,972763

Jadi, dapat diramalkan bahwa pada bulan Agustus 2017 jumlah penggunaan
solar sebanyak 5331,972 liter. Hasil peramalan jumlah pengunaan solar untuk
September 2017 sampai dengan Juli 2018 dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Peramalan Jumlah Penggunaan Solar


63

Bulan Tahun Periode (t) Peramalan (Liter)


Agustus 2017 13 5331,972763
September 2017 14 6479,703852
Oktober 2017 15 7713,946275
November 2017 16 9034,700032
Desember 2017 17 10441,96512
Januari 2018 18 11935,74155
Februari 2018 19 13516,02931
Maret 2018 20 15182,8284
April 2018 21 16936,13883
Mei 2018 22 18775,96059
Juni 2018 23 20702,29368
Juli 2018 24 22715,13811
Total 158766,4185

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, walaupun metode


perhitungan menggunakan sembarangan metode (tanpa pada scatter diagram),
tetapi hasilnya tetap metode yang sesuai pola data memiliki SEE yang paling kecil
dan layak untuk dijadikan acuan perhitungan peramalan. Untuk itu sebaiknya
dalam melakukan perhitungan peramalan harus di perhatikan pola data untuk
mengetahui metode peramalan yang sesuai yaitu melalui scatter diagram agar
perhitungan dapat menghasilkan yang mendekati keadaan sebenarnya.

2.5.2 Kebijakan Perusahaan


1. Pembelian Rata – rata Solar
Untuk menentukan jumlah pembelian solar pada PT. Socfin Indonesia Sei
Liput dapat dihitung sebagai berikut:

233.898
𝑄=
12
= 19499,0833

2. Biaya Pemesanan
Untuk menghitung besarnya biaya pemesanan dalam sekali pesan maka
dapat dihitung sebagai berikut:

(233.898 ×350000)
𝑠= 320
64

81864300000
𝑠= = 𝑅𝑝 255.825.937,5
320

3. Total Biaya Persediaan (TIC)


Total biaya persediaan dapat di hitung dengan mengunakan data pada
Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Data rumusan TIC perusahaan
Jenis Data Jumlah
Total kebutuhan solar (D) 233.898 Liter
Biaya pemesanan sekali pesan (S) 𝑅𝑝 255.825.937,5
Biaya simpan per Ton (H) Rp 15.000
Pembelian rata – rata bahan baku (Q) 19.499,0833

Perhitungan total persediaan bahan baku adalah sebagai berikut:

233.898 19.499,0833
𝑇𝐼𝐶 = (19.499,0833 255.823.937,5) + ( 15.000
2

= Rp 3.214.936.479 ≈ 𝑅𝑝 3.215.000.000,-

Jadi Total Persediaan bahan baku pada PT. Socfin Indonesia Sei Liput
apabila menggunakan kebijakan perusahaan untuk solar adalah Rp
3.215.000.000,-

2.5.3 Pengolahan data dengan mengunakan Metode Economic Order


Quantity (EOQ)
1. Penentuan Kuantitas Pembelian Optimal
Pembelian bahan baku yang ekonomis ini di dasarkan pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Data Rumusan EOQ
Jenis Data Jumlah
Total kebutuhan bahan baku (D) 233.898 Liter
Biaya pemesanan sekali pesan (S) 𝑅𝑝 255.825.937,5
Biaya simpan per ton (H) Rp 15000,-
65

Maka setelah di ketahui data seperti yang tercantum pada tabel, besarnya
pembelian bahan baku yang ekonomis mengunakan metode EOQ adalah
sebagai berikut:

2 × 233.898 × 255.825.937,5
𝐸𝑂𝑄 = √
15000

=89.321,27416 liter

Jadi jumlah pembelian solar yang ekonomis dengan mengunakan metode


EOQ di tahun 2016-2017 adalah sebesar 89.321,27416 liter

2. Frekuensi Pemesanan
Dengan mengunakan metode EOQ dapat di hitung jumlah frekuensi
pemesanan dalam satu tahun atau sering disebut frekuensi pembelian dapat
di hitung sebagai berikut:
233.898
F = 89.321,27416 = 2

Dengan daur pemesanan ulang adalah:

320
= 160
2
Jadi pemesanan di tahun 2016-2017 di lakukan setiap 160 hari dimana per
pemesanannya di lakukan sebanyak 89.321,27416 liter selama sekali
pesan, dengan pengiriman barang perharinya sebanyak 558,258 liter.

3. Total Biaya Persediaan


Untuk memperoleh total biaya persediaan bahan baku yang minimal di
perlukan adanya perbandingan antara perhitungan biaya persediaan bahan
baku menurut EOQ dengan perhitungan biaya persediaan bahan baku yang
selama ini dilakukan oleh perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui berapa besar penghematan biaya persediaan total dalam
perusahaan. Agar dapat menghitung biaya persediaan maka terlebuh
dahulu diketahui data pada Tabel 3.12.
66

Tabel 3.12 Data Rumusan Total Biaya Persediaan


Jenis Data Jumlah
Total kebutuhan bahan baku (D) 233.898 liter
Biaya pemesanan sekali pesan (S) 𝑅𝑝 255.825.937,5
Biaya simpan per liter (H) Rp 15.000
Pembelian bahan baku yang ekonomis (EOQ) 89.321,27416

233.898 89.321,27416
TIC = [89.321,27416 255858937,5] + [ 15000]
2

= 669.909.556,2 + 669.909.556

= Rp 1.339.819.112,- ≈ 𝑅𝑝 1.340.000.000

Jadi Total Persediaan bahan baku pada PT. Socfin Indonesia Sei Liput
apabila menggunakan metode EOQ untuk solar adalah Rp 1.340.000.000,
sehingga jika di bandingkan dengan biaya persediaan solar perusahaan
yang nilai TICnya sebesar Rp 3.215.000.000,- maka perusahaan dapat
melakukan penghematan sebesar Rp 1.875.000.000,- atau dengan
persentase nilainya sebesar 40% dari hasil pembagian biaya penghematan
dengan biaya perusahaan yang di keluarkan.

4. Penentuan Persediaan Pengaman (Safety Stock)


Persediaan pengaman (Safety Stock) berguna untuk melindungi perusahaan
dari resiko kehabisan bahan baku dan keterlambatan penerimaan bahan
baku yang di pesan. Safety Stock diperlukan untuk mengurangi kerugian
yang di timbulkan karena terjadinya habisnya bahan baku, tetapi pada
tingkat persediaan dapat ditekan seminimal mungkin, oleh karena itu
perusahaan perlu mengadakan perhitungan untuk menentukan Safety Stock
yang oPT.imal untuk menentukan besarnya pengaman digunakan analisis
statistic. Dengan melihat dan mempertimbangkan penyimpangan–
penyimpangan yang terjadi antara perkiraan pemakai bahan baku dengan
pemakaian sesunguhnya untuk dapat diketahui besarnya penyimpangan
tersebut. Setelah diketahui berapa besarnya standar devisiasinya maka
67

akan di tetapkan besarnya analisis penyimpangan. Dalam analisis


penyimpangan ini managemen perusahaan menentukan seberapa jauh
bahan baku yang masih dapat di terima. Pada umumnya batas toleransi
yang digunakan adalah 5% di atas perkiraan dan 5% di bawah perkiraan
dengan nilai 1,65. Untuk perhitungan standar devisiasi dapat dilihat pada
Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Perhitungan Standar Devisiasi
Penggunaan Perkiraan Devisiasi Kuadrat
No Bulan
x Y (X -Y) (X-Y)2
1 Agustus 15.015 liter 15000 15 225
2 September 17.244 liter 15000 2244 5035536
3 Oktober 15.839 liter 15000 839 703921
4 November 19.465 liter 15000 4465 19936225
5 Desember 17.241 liter 15000 2241 5022081
6 Januari 18.980 liter 15000 3980 15840400
7 Februari 19.551 liter 15000 4551 20711601
8 Maret 21.374 liter 15000 6374 40627876
9 April 21.386 liter 15000 6386 40780996
10 Mei 28.628 liter 15000 13628 185722384
11 Juni 18.678 liter 15000 3678 13527684
12 Juli 20.146 liter 15000 5146 26481316
Jumlah 37439025

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan perhitungan deviasi berdasarkan


kebutuhan bahan baku perbulan, dari perhitungan tersebut di dapat jumlah adalah
682.609.838 liter untuk solar. Maka setelah didapatkan dari tabel maka dihitung
standar devisiasinya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
37439025
=√
12

= √31199187,1 = 5585,623 Liter


Dengan menggunakan perkiraan atau asumsi bahwa perusahaan memenuhi
permintaan sebanyak 95% dan persediaan cadangan 5%, maka diperoleh Z dengan
tabel normal sebesar 1,65. Adapun cara untuk menentukan jumlah persediaan
pengaman adalah sebagai berikut:
68

Safety Stock = 1,65 x 5585,623 Liter


= 9216,28 Liter
Jadi, persediaan pengaman yang harus dilakukan untuk solar pada PT.
Socfin Indonesia Sei Liput adalah sebanyak 9216,28 liter.

5. Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)


Saat pemesanan kembali atau Reorder Point (ROP) adalah saat dimana
perusahaan harus melakukan pemesanan kembali, sehingga penerimaan
solar yang dipesan dapat datang tepat waktu. Karena dalam melakukan
pemesanan solar dibutuhkan waktu untuk barang datang ke pabrik.
Besarnya sisa solar yang masih tersisa hingga perusahaan harus melakukan
pemesanan kembali adalah sebesar ROP yang telah di hitung. Yang
dimaksud dengan lead time dalam penelitian ini adalah tegang waktu yang
diperlukan antara saat pemesanan bahan baku di lakukan dengan
datangnya bahan baku yang di pesan. PT. Socfin Indonesia Sei Liput
memiliki lead time (L) 1 hari dan dengan rata – rata jumlah hari kerja
karyawan selama 320 hari dalam setahun.

233.898
𝑑= = 731
320

Maka titik pemesanan ulang (ROP) adalah sebagai berikut:


ROP = 9216,28 + (731 x 1)
= 9216,28 + 731 = 9947,28 Liter
Maka PT. Socfindo Sei Liput harus melakukan pemesanan bahan baku
kembali ketika mencapai jumlah 997,28 Liter

2.5.4 Analisis Perbandingan Perusahaan dan Penerapan Metode EOQ


Dari hasil analisis di atas maka dapat di ketahui perbedaan penerapan
dengan mengunakan kebijakan metode EOQ dan kebijakan perusahaan, untuk
lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 3.14:
69

Tabel 3.14 Data Kebijakan Perusahaan dan Penerapan Metode EOQ


Kebijakan
Keterangan Metode EOQ
Perusahaan
Pembelian rata – rata Solar 19.499,0833 Liter 89.321,2 Liter
Total Biaya Persediaan 𝑅𝑝 3.215.000.000,- 𝑅𝑝 1.340.000.000
Safety Stock - 9216,28 Liter
ROP - 997,28 Liter

Dari Tabel 3.13 dapat dilihat terdapat perbedaan yang cukup signifikan,
dimana jumlah pembelian rata–rata solar berdasarkan kebijakan perusahaan
sebesar 19.499,0833 Liter, sedangkan jika dihitung mengunakan metode EOQ
jumlah pembelian solar sebesar 89.321,2 Liter. Untuk total biaya penyimpanan
jika menggunakan kebijakan perusahaan maka memerlukan biaya sebesar 𝑅𝑝
3.215.000.000,-. Sementara jika menggunakan EOQ, maka biaya yang
dibutuhkan adalah Rp 1.340.000.000. PT. Socfindo Sei Liput sendiri belum
menerapkan kebijakan dalam menetapkan persediaan pengaman dan titik
pemesanan ulang dimana metode EOQ dapat membantu perusahaan untuk
memberikan hasil dalam keputusan tersebut yaitu dengan persediaan pengaman
(Safety Stock) sebesar 9216,28 liter dengan titik pemesanan ulang (ROP) pada
saat solar tersisa 997,28 liter lagi di gudang penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai