Anda di halaman 1dari 8

Haemo Dialysis

Ditulis pada Senin, 22 Februari 2016 02:11 WIB oleh fatima dalam katergori others tag hd,
Haemodialysis
http://localhost/dev/blog/haemo-dialysis.html

Adekuasi dialisis
Definisi
Adekuasi dialisis adalah
pengukuran kecukupan dosis
hemodialisis yang diberikan.
Adekuasi dialisis diukur
dengan menghitung Urea
Reduction Ratio dan (Kt/V).
Kt/V urea merupakan
pedoman yang akurat untuk
merencanakan peresepan HD
serta menilai AHD, dan Urea
reduction ratio = Rasio reduksi
ureum (RRU) merupakan
pedoman yang sederhana dan
praktis untuk menilai AHD.

National Cooperative Dialysis Study (NCDS), merupakan penelitian prospektif skala


luas pertama yang menilai AHD. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ureum
merupakan pertanda yang memadai untuk penilaian AHD, dan tingkat bersihan ureum
dapat dipakai untuk prediksi keluaran (outcome) dari penderita. Lowrie dkk dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa blood urea-nitrogen (BUN) yang tinggi
menyebabkan meningkatnya morbiditas.
Menghitung adekuasi
RRU dihitung dengan mencari rasio hasil pengurangan kadar ureum predialisis dibagi
kadar ureum pascadialisis. RRU adalah persentasi dari ureum yang dapat dibersihkan
dalam sekali tindakan HD. RRU merupakan cara paling sederhana dan praktis untuk
menilai AHD, tetapi tidak dapat dipakai untuk merencanakan dosis HD. Kt/V urea
adalah dimana Kt merupakan jumlah bersihan urea dari plasma persatuan waktu dan
V merupakan volume distribusi dari ureum V dalam satuan liter, K adalah klearensi
dalam satuan L/menit diperhitungkan dari KoA dializer, serta kecepatan aliran darah
dan kecepatan aliran dialisat, t adalah waktu tindakan HD dalam satuan menit. Kt/V
kurang dari 0,8 dihubungkan dengan meningkatnya morbiditas, sedangkan Kt/V
1,0-1,2 dihubungkan dengan mortalitas yang rendah.
Rumus Daugirdas
Kt/V=2,2 – 3,3 (R-0,03)-UF/W)

1. R adalah BUN setelah dialisis dibagi BUN sebelum dialisis


2. UF adalah volume ultrafiltrasi dalam liter.
3. W adalah berat pasien setelah dialisis dalam kg.
Re-evaluasi dari data NCDS menunjukkan bahwa Kt/V kurang dari 0,8 dihubungkan
dengan meningkatnya morbiditas, sedangkan Kt/V 1,0-1,2 dihubungkan dengan
mortalitas yang rendah, batasan minimal Kt/V=1,2 untuk penderita yang menjalani HD
3 kali seminggu. Sedangkan untuk kelompok penderita diabetes dimana risiko
kematian pada GGT lebih tinggi, Collins menganjurkan menaikkan Kt/V menjadi 1,4.
Hemodialisis 2 kali seminggu tidak dianjurkan oleh NKFDOQI. HD 2 kali seminggu
hanya dilakukan untuk sementara, dan hanya penderita yang masih mempunyai
klirens sisa >5 ml/menit. Dapat pula dipertimbangkan pada penderita dengan berat
badan ringan. Daugirdas menganjurkan jika masih melakukan HD 2 kali seminggu,
Kt/V adalah 1,8-2,0. Cara lain untuk mengukur AHD adalah dengan mengukur RRU.
Rumus yang dianjurkan oleh Lowrie adalah sebagai berikut :
RRU (%) = 100 x (1-Ct/Co)
Ct adalah BUN sesudah-HD dan Co adalah BUN sebelum-HD
Cara lain untuk menghitung adekuasi dialisis adalah total dialysate collection
yaitu pengumpulan dialisat total akan tetapi pengumpulan dialisat yang mencapai
90-150 liter sangat tidak praktis. Waktu tindakan HD dapat dipakai sebagai pengukur
AHD, independen dari Kt/V ataupun RRU. Semakin lama tindakan HD, klirens dari
molekul yang lebih besar dari ureum diperkirakan akan lebih baik. Juga akan terjadi
intravaskuler euvolemia yang lebih baik dimana hal ini akan mengurangi komplikasi
kardiovaskuler. Meskipun data penunjang secara klinis belum lengkap, lama HD yang
dianjurkan minimal adalah 2,5 jam. Urea removal indek yaitu indeks pembersihan dari
ureum merupakan cara baru untuk mengukur AHD, dan masih sangat sedikit
pengalaman klinis dalam penggunaannya.
Indikasi Hemodialisis
Absolut atau CITO

1. Asidosis metabolik yang sulit dikoreksi


2. Uremia > 200 mg/dl
3. Hiperkalemia > 7 mEq/L
4. Overload
5. Encephalopati uremikum
6. Perikarditis uremikum

Elektif

LFG < 15 ml/mnt


Secara ideal semua pasien dengan LFG < 15 ml/mnt dapat mulai menjalani
dialisis. Namun dalam pelaksanaan klinis pedoman yang dapat dipakai sebagai
berikut :

1. LFG < 10 ml/ mnt dengan gejala uremia / malnutrisi


2. LFG < 5 ml/mnt walaupun tanpa gejala
3. Indikasi Khusus :

Terdapat komplikasi akut (edema paru, hiperkalemia, asidosis metabolik


berulang)
Pada pasien nefropati diabetik dapat dilakukan lebih awal.
Komplikasi Hemodialisis

1. Komplikasi Intradialisis
2. First use syndrome

Patofisiologi:
Reaksi anafilaktik terhadap dialisat dari cuprophane karena adanya akivasi sistem
komplemen alternatif dan terpajan oleh elyline oxide. Reaksi anafilaktik terhadap
membran dialisis polyacrylonitrile pada pasien yang mendapat pengobatan ACE
inhibitor.
Terapi : epinefrin dan steroid

2. Hipotensi

Penyebab:

Terlalu banyak dalam sirkulasi mesia


Ultrafiltrasi berlebihan
Obat-obatan anti hipertensi

Gejala:

Lemas,berkeringat,pandangan kabur,berkunang-kunang
Kadang-kadang mual, muntah,sesak
Sakit dada

Penanganan:

Posisi tidur,kepala lebih rendah dari kaki


Kecepatan aliran darahdan UFR diturunkan
Berikan NaCl 0,9% 100ml atau sesuaikan dengan tensi pasien
Berikan O2 1-2liter
Kalau perlu dialisis sementara di istirehatkan dengan cara :

Darah pasien dikembalikan ke tubuh sambil menunggu KU pasien


membaik,selang darah diisi sengan NaCl 0,9% dan disirkulasikan
Heparin tetap dijalankan agar tidak ada sisa bekuaan darah dalam selang
Jika tensi sudah naik(kembali normal),dialisis dapat dimulai kembali
Catat semua tindakan yang telah dilakukan dalam catatan dialisis.

Pencegahan :

Anjurakan pasien membatasi penaikan berat badan intradialisis >1kg/hari


Anjurkan pasien untuk minum obat antihipertensi sesuai aturan dokter
Bila perlu gunakan dialisat bikarbonat
Observasi tanda-tanda vital selama dialisis berlangsung

3. Mual dan muntah

Penyebab:

Gangguan Gitract gastritis


Ketakutan
Reaksi obat
Hipertensi

Penangan:

Kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100RPM


Kecilkan UFR sampai 0,0
Berikan kantong plastik muntah
Bantu kebutuhan pasien (kalau perlu berikan minyak gosok pada daerah
epigastrik)
Observasi ketat tanda-tanda vital selama proses dialisis berlangsung
Jika tensi turun gurun NaCl 0,9% 100ml sesuai KU pasien
Jika keadaan sudah membaik,program dialisis diatur secara bertahap sesuai
kebutuhan pasien
Beritahu dokter jika pasien tidak ada perbaikan
Mencari timbulnya muntah:hipotensi,penarikan cairan terlalu cepat,atau
kenaikan berat badan >1kg/hari

Pencegahan:

Hindari hipotensi dengan menurunkan kecepatan aliran darah selama jam


pertama dioalisis,selanjutnya dinaikan secara bertahapsesuai kebutuhan pasien
Ganti cairan dialisat dengan cairan bikarbonat,atas persetujuan dokter nefrologi
Anjurkan pasien untuk membatasi jumlah cairan yang masuk dengan cairan
yang keluar
Observasi ketat tanda-tanda vital selama dialisis berlangsung

4. Sakit kepala

Penyebab:

Tekanan darah naik


Ketakutan

Penanganan:

Kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100RMP


Obserfasi tanda-tanda vital (tensi dan nadi)
Jika tensi tinggi beri tahu dokter
Kompres es di atas kepala, bila diperlukan
Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program diyalisis kembali seperti semula
secara bertahap
Mencari penyebab sakit kepala; cairan dialisat asetat, minum kopi atau ada
masalah

Pencegahan:

Mengganti cairan dialisat sesuai dengan persetujuan dokter


Anjurkan pasien untuk mengurangi kopi
Memberikan pendekatan pada pasien untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapi

5. Demam disertai menggigil

Penyebab:

Reaksi pirogen
Reaksi transfusi
Kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah

Penanganan:

Observasi tanda-tanda vital


Berikan selimut
Beri tahu dokter untuk pemberian terapi (panadol bila suhu meningkat)
Mencari penyebab demaqm karena: bahan pirogen dari set dialisis atu infeksi
pada pasien

6. Nyeri dada

Penyebab:

Minum obat jantung tidak teratur


Program HD yang terlalu cepat

Penanganan:

Kecikan kecepatan aliran darah


Pasang EKG monitor
Beri tahu dokter untuk pemberian terapi

Pencegahan:

Sirkulasi pada waktu preming agak lama antara 10-15 menit


Minum obat jantung secara teratur
Anjurkan pasien untuk kontrol ke dokter secara teratur

7. Gatal-gatal

Penyebab:

Jadwal diyalisis yang tidak teratur (toksik toksin uremia kurang terdialisis)
Sedang transfusi atau sesudah transfusi
Kulit kering

Penaganan:

Gosoklah dengan krim khusus gatal


Jika karena transfusi beri tahu dokter untuk pemberian avil 1 ml/IV

Pencegahan:

Anjurkan pasien makan sesui dengan diet


Anjurkan pasien taat dalam menjalani HD sesuai dengan program
Anjurkan pasien selalu menjaga kebersihan badan
Usahakan pada saat sirkulasi waktunya agak lama.

8. Perdarahan cimino setelah dialisis

Penyebab:

Tempat tusukan membesar


masa pembekuan darah lama
dosis heparin yang berlebihan
tekanan darah tinggi
penusukan tusukan tidak tepat

Penanganan:

Tekan daerah tusukan dengan tepat dan cari penyebab perdarahan kemudian
observasi tanda-tanda vital dengan ketat
Lapor dokterjaga jiga perdarahan lama berhenti

Pencegahan:

Sebelum dialisis, kalau perlu periksa laboratorium terhadap MPP,APTT


Bekas tusuka cimino tidak boleh digaruk-garuk atau dipijat
Hindari penusuk pada bekas tusukan dialisis sebelumnya

9. Kram otot

Penyebab:

Penarikan cairan dibawah berat badan standar


Penarikan cairan terlalu cepat (UFR tinggi)
Cairan dialisat dengan kadar Na rendah
Berat badan naik >1kg/hari
Posisi tidur berubah terlalu cepat

Penaganan:

Kecilkan QB dan UFR


Massage (streatching exercise) pada daerah yang kram
Kalau perlu berikan obat gosok
Guyur dengan NaCl 0,9 % sebanyak 100-200 ml dan sesuaikan dengan keadaan
umum pasien
Kompres air hangat
Observasi tanda-tanda vital
Laporkan pada dokter untuk pemberian terapi

Pencegahan:

Jangan menarik cairan terlalu cepat atu UFR tinggi pada awal dialisis
Anjurkan pasien untuk membatasi intake cairan
Anjurkan pasien untuk mentaati diet agar kenaikan berat badan interdialisis
tidak lebih dari 1 Kg/hari
Gunakan cairan dialisat dengan kadar Na tinggi (karbohidrat)

1. Komplikasi Kronik
2. Renal osteodistrofi

Hiperparatiroidisme sekunder
Patogenesis:

Retensi fosfat pada ginjal dan terjadinya hiperfosfatemia


Hipokalsemi
Level kalsitroil yang rendah
Resistensi terhadap paratiroid hormon

Gejala:

Nyeri tulang
Lemah otot proksimal
Ruptur tendon spontan
Pruritus
Kalsifikasi metastatik dan ektraskeletal

Terapi:

Menurunkan intake fosfat ; diet rendah fosfat dan penggunaan pengikat fosfat
(contoh : kalsium asetat dan kalsium karbonat, aluminium hidroksida)
Penggunaan analog Vitamin D (contoh : kalsitriol, parakalsitriol, doxerkalsiferol)
Kalsimimetik agent
Parathyroidektomi

2. Amiloidosis

Amilidosis dapat dijumpai pada pasien yang mendapatkan terapi hemodialisis jangka
panjang karena adanya amyloid fibril yang mengandung B2 protein mikroglobulin.
Gejala antara lain : carpal turner syndrome, nyeri sendi kronik, destruksi athropathy.
Terapi : hemofiltrasi atau high Flux hemodialisis untuk menyingkirkan B 2
mikroglobulin, pengobatan simptomatik dan pembedahan Carpal turner syndrome dan
transplantasi ginjal.

3. Malnutrisi protein dan kalori

Patogenesis:

Intake protein dan kalori yang tidak adekuat


Diet protein yang direkomendasikan > 1,2 g/kgBB perhari
Intake kalori yang direkomendasikan 35 kkal/kgBB/ perhari (umur < 60
th), 30-35 kkal/kgBB per hari (umur > 60 th)
Peningkatan resting energy expanditure
Hilangnya asam amino dalam dialisat 5-8 gr asam amino bebas terbuang
dalam low flux dialisis dan 30 % lebih tinggi pada High Flux dialisis.

Menilai status nutrisi


Serum albumin,serum prealbumin,BUN,kreatinin serum IGF1
Komposisi tubuh dengan DEXA(Dual-energy X-ray absorbtiometry)

Terapi nutrisi

Pemberian suplemen nutrisi peroral


Nutrisi parentral intradialisis

Anda mungkin juga menyukai