Grandcase SOL (English)
Grandcase SOL (English)
Grandcase SOL (English)
Disusun oleh:
Alifa Tahnia
Oleh:
Maria Margareta Hutajulu
NIM. 1608437629
Pembimbing:
Dr. Yossi Maryanti, Sp.S
1
NERVUS GLOSOFARINGEUS (N IX) DAN NERVUS VAGUS (N X)
I. PENDAHULUAN
Nervus kranialis merupakan bagian susunan saraf tepi, berpangkal pada otak
dan batang otak, berfungsi dalam sistem sensoris, motorik, dan khusus. Fungsi
khusus adalah fungsi bersifat indera meliputi menghidu, melihat, mengecap,
mendengar dan keseimbangan.1
Nervus glossofaringeus adalah saraf kranial kesembilan (IX) dari dua belas
pasang saraf kranial. Nervus IX berasal dari medulla oblongata bersamaan dengan
nervus kranialis X dan XI. Nervus glossofaringeus mempunyai peranan penting
dalam mekanisme menelan dan pengecapan sedangkan nervus vagus (X)
mempunyai peranan penting untuk berbicara dan menelan.2 Nervus vagus
merupakan saraf yang paling luas distribusinya dari semua saraf kranialis. Salah
satu kelainan yang bisa timbul bila terjadi gangguan pada nervus IX dan X adalah
disfagia yaitu gangguan menelan, gangguan pengecapan dan gangguan perasaan
protopatik di sekitar orofaring.1,2,3
II. ANATOMI
2
ganglion inferius (ekstrakraniale). Kemudian berjalan diantara arteri karotis interna
dan vena jugularis ke arah m.stilofaringeus. Saraf ini melanjutkan perjalanan
diantara m.stilofaringeus dan m.stiloglossus dan kemudian mempersarafi pangkal
lidah, mukosa faring dan sepertiga posterior lidah. Disepanjang perjalanannya,
saraf ini membentuk cabang-cabang sebagai berikut:
3
2.2 Nervus Vagus (N X)
Nervus vagus terdiri atas serabut motorik dan sensorik dan memiliki
rangkaian dan distribusi yang lebih luas daripada nervus kranialis yang lain, karena
nervus ini berjalan melewati leher dan dada menuju abdomen. Nervus vagus
memiliki 2 ganglion yaitu, ganglion superior (jugulare) dan ganglion inferior
(nodosum), keduanya ditemukan di regio foramen jugulare.2,4
Nervus vagus berasal dari lengkung empat kebawah. Dibawah ganglion
inferior, saraf ini mengikuti arteri karotis interna dan arteri karotis komunis
kebawah dan melewati apertura torachis superior ke mediastinum. Disini, trunkus
vagalis dekstra menyilang arteri subklavia, sedangkan truncus vagalis sinistra
berjalan dibelakang hilus dan melewati arkus aorta. Keduanya kemudian melekat
ke esofagus, dengan serabut trunkus vagalis dekstra berjalan ke sisi posterior dan
trunkus vagalis sinistra berjalan ke sisi anterior. Cabang vagal terminal kemudian
menyertai esofagus melalui hiatus esofagus diafragma kedalam rongga abdomen.4
Sepanjang perjalanannya ke rongga abdomen, nervus vagus membentuk cabang-
cabang sebagai berikut:
4
Nervus laringeus rekurens: cabang ini berjalan mengelilingi arteri subklavia
pada sisi kanan dan arkus aorta pada sisi kiri, kemudian melanjut ke atas di
antara trakea dan esofagus menuju laring. Saraf ini memberikan persarafan
motorik ke otot-otot laring internal, kecuali m.krikotiroideus, serta
persarafan sensorik ke mukosa laring di bawah plika vokalis.
Rami kardiaci servikales superiors dan rami kardiaci thoracici: cabang ini
menyertai serabut simpatis ke jantung, melalui pleksus kardiakus.
Rami bronkhiales: cabang-cabang ini membentuk pleksus pulmonalis di
dinding bronkus.
Rami gastric posterior dan anterior, dan rami hepatici, soeliaci dan renales:
serabut-serabut ini berjalan melalui pleksus mesentrikus superior dan
soeliakus, dan bersama dengan serabut simpatis ke visera abdomen. Di
rongga abdomen serabut nervus vagus kanan dan kiri menjadi sangat
berdekatan dengan sistem saraf simpatis dan tidak dapat lagi dipisahkan satu
dengan yang lain.
5
Gambar 3. Sistem Saraf Autonom: Simpatis dan Parasimpatis
6
refleks yang penting yang memicu reflek batuk, tersedak dan muntah jika terjadi
iritasi pada mukosa saluran napas dan saluran cerna.4
7
2.4 Serabut Aferen Viseral N.IX dan N.X
Perikarion (badan sel) serabut aferen gustatorik nervus glossofaringeus
ditemukan di ganglion superius, sedangkan serabut aferen serabut gustatorik nervus
vagus ditemukan di ganglion inferius. Kedua kelompok serabut menghantarkan
impuls gustatorik dari epiglotis dan seperti posterior lidah. Nervus glossofaringeus
merupakan saraf pengecapan yang utama. Proses sentralnya berjalan di traktus
solitarius ke nukleus traktus solitarius, yang juga menerima impuls gustatorik dari
2/3 anterior lidah yang dihantarkan oleh nervus intermedius. Dari nukleus traktus
solitarius, impuls gustatorik berjalan ke atas ke nukleus ventralis posteromedialis
talami dan kemudian menuju korteks gustatorius pada ujung terbawah girus post
sentralis.4
Serabut aferen viseral nervus glossofaringeus dimiliki oleh sel-sel
pseudounipolar superius, sedangkan serabut aferen nervus vagus berasal dari
ganglion inferiusnya. Serabut-serabut ini menghantarkan impuls sensorik dari
mukosa sepertiga posterior lidah, faring, dan visera torakal dan abdominal.4
8
kontraksi otot-otot arkus faringeus, muskulus stilofaringeus melaksanakan tugas
memindahkan makanan dari mulut ke faring. Bagian lain dari faring dipersarafi
oleh nervus vagus. Disamping tugas motorik, nervus glossofaringeus mengatur
inervasi sensorik eksteroseptif permukaan orofaring, dan pengecapan 1/3 bagian
belakang lidah. Adapun mekanisme dari menelan yaitu makanan disiapkan untuk
bisa ditelan, yaitu dikunyah (nervus trigeminus) pada mana makanan dipindah-
pindahkan (oleh lidah yang dipersarafi nervus hipoglosus) untuk dapat dipecah-
pecahkan dan digiling oleh gigi geligi kedua sisi. Kemudian makanan didorong oleh
orofaring. Pemindahan ini dikerjakan oleh otot-otot lidah, arkus faringeus dan
dibantu oleh otot stilofaringeus (nervus faringeus). Disamping itu tekanan di rongga
mulut ditingkatkan oleh kontraksi otot-otot pipi (nervus fasialis). Agar tekanan
meninggi ini bisa ikut mendorong makanan ke orofaring, palatum molle menutup
hubungan antara naso dan orofaring (nervus vagus). Agar makanan yang
dipindahkan dari ruang mulut ke orofaring tidak tiba di laring, maka pintu laring
ditutup oleh epiglotis (nervus vagus). Setelah makanan tiba di orofaring, pasasi
makanan melalui faring diatur oleh glossofaringeus dan vagus. Melalui sfingter
hipofaring makanan dimasukkan ke dalam esophagus.2
Nervus glossofaringeus juga mempunyai peranan untuk pengecapan.
Reseptor pengecapan pada manusia terletak pada lidah, sebagian kecil berada di
palatum molle, arkus faringeus dan epiglotis. Lidah pun, hanya 2/3 bagian
depannya saja paling banyak ditempati reseptor. Tepi dan ujung lidah paling peka
terhadap rangsangan asam, dan permukaan lidah sisanya peka terhadap manis dan
asin. Serabut-serabut yang menyalurkan implus pengecapan ikut menyusun nervus
fasialis (kordha timpani) dan nervus glosofaringeus serta nervus vagus. Nervus-
nervus ini menghantarkan impuls itu ke nukleus traktus solitarii. Juluran inti
tersebut menyalurkan impuls ke thalamus. Dari situ impuls pengecapan
dipancarkan ke bagian media dari operkulum dan bagian bawah lobus parietalis.2
9
Banyak fungsi saraf ini yang tidak diperiksa secara rutin karena sukar
melakukannya dan juga tidak penting dalam menegakkan diagnosis, namun
demikian, ada hal yang perlu diperiksa secara rutin.3
1. Inspeksi orofaring
Pasien diminta membuka mulut hingga terlihat orofaring. Kemudian
dilihat apakah arkus faring kedua sisi simetris, adakah uvula mencong ke
satu sisi. Bila ditemukan arkus faring melengkung kesisi yang lain dan uvula
melebar ke sisi yang sama, menandakan adanya paresis atau paralisis nervus
IX dan X.7
2. Refleks muntah
Muntah ditimbulkan dengan cara menyentuh arkus faring atau uvula
dengan ujung tongue spatle.7
3. Pemeriksaan laring
Dengan menggunakan laringoskopi.untuk melihat laring melalui
kaca laring atau dengan menggunakan teleskop laring, baik yang kaku (rigid
telescope) atau serat optik (fiberoptic telescope). Penggunaan teleskop ini
dapat dihubungkan dengan alat video sehingga memberikan visualisasi
laring yang lebih jelas.7
Dengan pemeriksaan ini dapat dinilai kondisi anatomis, pergerakan
dan posisi pita suara pada saat respirasi dan fonasi. Pada kelumpuhan pita
suara akibat paralisis nervus laringeus rekuren dapat terlihat pita suara
lemah dan tak bergerak.7
10
Penyebab dari lesi nervus glosofaringeus antara lain adalah fraktur basis
kranii, thrombosis sinus sigmoideus, tumor pars kaudal fosa posterior, aneurisma
arteri vertebralis atau arteri basilaris, lesi iatrogenic (disebabkan oleh misalnya:
tindakan pembedahan), meningitis dan neuritis.4
5.1.1 Disfagia
Gangguan menelan bisa disebabkan oleh paresis nervus fasialis atau nervus
hipoglosus. Makanan sukar di pindah-pindahkan untuk dapat dimamah gigi geligi
kedua sisi. Lagi pula tekanan di dalam mulut tidak bisa di tingkatkan sehingga
bantuan mendorong makanan ke orofaring tidak ada. Kesukaran untuk menelan
yang berat di sebabkan oleh gangguan nervus glossofaringeus dan vagus. Makanan
sukar ditelan, karena palatum mole tidak bekerja, sehingga makanan tiba di laring
dan menimbulkan refleks batuk. Sukar menelan bukan hanya karena gangguan pada
pasasi makanan di orofaring, juga dapat disebabkan oleh gangguan mekanisme
menelan akibat berbagai proses patologik. Pada infark serebri yang menimbulkan
hemiparesis, sukar menelan menjadi gejala dini. selanjutnya penderita hemiparesis
bisa belajar untuk menelan makanan tanpa kesulitan. Dalam hal tersebut,
kelumpuhan UMN pada otot-otot yang di inervasi nervus glossofaringeus dan
vagus mendasari gangguan menelan. Jika terdapat kerusakan UMN bilateral, seperti
pada paralisis pseudobulbar, menelan makanan merupakan gangguan yang sangat
sering, sehingga makanan harus diberikan melalui pipa nasogastrik. Kelumpuhan
LMN pada otot-otot yang diinervasi nervus glossofaringeus dan vagus dapat
disebabkan oleh penekanan di foramen jugularis (sindroma varent) akibat
11
thrombosis vena jugularis sebagai komplikasi mastoiditis. Infiltrasi dari karsinoma
nasofaring atau miastenia gravis merupakan sebab yang sering dijumpai. Pada
anak-anak keadaan pasca difteri bisa diperburuk karena adanya kelumpuhan pada
otot-otot menelan. Sering disebut juga intoksikasi botulismus, yang menimbulkan
kelumpuhan LMN pada otot-otot menelan. Segala macam gangguan menelan, baik
mengenai sukar menelan karena kelumpuhan otot-otot menelan, maupun karena
adanya nyeri atau perasaan tidak enak waktu menelan dikenal sebagai disfagia.
Pada dermatomiositis, skleroderma, amilodosis dan sindroma Plumer-Vinson,
disfagia merupakan bagian gejala dari gambaran penyakit lengkapnya. Disfagia
yang jelas karena adanya penyakit lain lebih sering disebabkan oleh faringitis,
tonsillitis, esofagitis, mediastinitis dan divertikulitis di esofagus.5
Persepsi rangsang nyeri, suhu dan raba di orofaring di perankan oleh nervus
glossofaringeus. Daerah-daerah yang berdampingan, yaitu nasofaring dan rongga
mulut merupakan kawasan perasaan protopatik nervus trigeminus. Bila ada lesi
iritatif terhadap nervus glossofaringeus, kesulitan untuk mengenalnya terletak pada
12
pembauran antara kawasan perasaan protopatik glossofaringeus dan trigeminus.
Yang umumnya timbul akibat proses iritatif ialah neuralgia. Nyeri tajam yang
timbul bagaikan kilat, berlangsung beberapa detik saja. Tetapi ia timbul berkali-
berkali dengan interval beberapa detik sampai menit. Nyeri tersebut terasa di
kerongkongan dan menjalar ke telinga dan ke belakang mandibula. Adakalanya
nyeri pertama timbul di dalam telinga. Menelan, bicara dan mengeluarkan lidah
dapat memicu neuralgia tersebut. Faktor presipitasi itulah yang merupakan
diagnosis banding antara neuralgia trigeminus dan neuralgia glossofaringeus.2
13
dimedula oblongata dapat mengakibatkan lumpuhnya saraf IX, X, XI dan XII, dan
disebut juga dengan kelumpuhan saraf bulbar. Kelumpuhan saraf bulbar dapat
bersifat lower motor neuron atau bersifat upper motor neuron.
Pada kelumpuhan upper motor neuron lesinya terletak lebih atas dan
bilateral. Hal ini dapat terjadi pada infark serebri bilateral (hemiparesis dupleks),
dan lesi diserabut kortikobulbar yang bilateral. Kelumpuhan demikian disebut juga
sebagai kelumpuhan pseudobulbar.3 Pada penderita hemiparesis dupleks, dengan
kelumpuhan pseudobulbar dapat dijumpai sebagai berikut: penderita mengalami
kesukaran dalam menelan (disfagia), bicaranya pelo (disartria). Dapat dijumpai
tangis paksa atau tertawa paksa (tanpa sebab atau oleh rangsang ringan ia tertawa
atau menangis). Wajahnya kurang ekspresi dan gerak volunter wajah berkurang.3
Pseudobulbar palsy menimbulkan gangguan pada saat pengendalian otot
mengunyah, menelan, dan berbicara biasanya sering timbul sekunder pada multiple
lesi vaskular bilateral di atas batang otak tetapi juga dapat disebabkan oleh penyakit
motor neuron. Kelemahan otot-otot bulbar dengan hiper refleks (gangguan
hiperaktif dan brisk jaw jerk), menunjukkan penyebab dari upper motor neuron.
Lidah berkontraksi dan kaku dan tidak dapat digerakkan dengan cepat dari sisi ke
sisi. Penting untuk dicatat bahwa setiap penyakit yang melibatkan jalur
kortikobulbar dapat menyebabkan pseudobulbar palsy termasuk multiple sklerosis,
neoplasma, ensefalitis dan penyakit vaskular.4,5
14
DAFTAR PUSTAKA
15