BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan praktek kerja profesi apoteker di rumah sakit adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah
sakit.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktek farmasi komunitas di rumah sakit.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN KHUSUS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT
5. Membina hubungan kerja dengan sekretaris PFT didalam Rumah Sakit yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
2.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUD Cibabat [13]
i) Tugas Pokok Pelayanan Farmasi di RSUD Cibabat
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik farmasi
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)
d. Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
fomularium rumah sakit
ii) Fungsi Pelayanan Farmasi, meliputi :
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Memilih perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan pelayanan
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3. Mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman kepada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku di RSUD Cibabat.
4. Memproduksi/ mengemas kembali perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di RSUD Cibabat
5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku di RSUD Cibabat
5
2.2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai di Instalasi Farmasi RSUD Cibabat
1. Pemilihan
Sekretaris Sub Komite Farmasi dan Terapi mengumpulkan data kebutuhan
obat dan alkes yang akan digunakan di rumah sakit, berdasarkan permintaan
pengguna dan menerima data pola penyakit dari rekam medik. Anggota Sub
Komite Farmasi dan Terapi melakukan evaluasi kebutuhan perbekalan farmasi
untuk dimasukkan dalam formularium dan daftar kebutuhan alat kesehatan
berdasarkan data tersebut. Hasil dari pemilihan perbekalan farmasi tersebut,
tertuang dalam bentuk formularium obat rumah sakit dan daftar kebutuhan alat
kesehatan.
2. Perencanaan
Metode yang digunakan di Instalasi Farmasi RSUD Cibabat ini adalah metode
konsumsi. Metode konsumsi didasarkan pada data nyata penggunaan
perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi. Bertujuan menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Perencanaan disesuaikan dengan jenis anggaran. Pedoman yang digunakan
dalam perencanaan mengacu pada formularium nasional dan formularium
rumah sakit.
3. Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di
RSUD Cibabat adalah pembelian obat secara elektronik (E-Purchasing)
berdasarkan sistem Katalog Elektronik (E-Catalogue). Katalog Elektronik (E-
Catalogue) adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis,
spesifikasi teknis, dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia
Barang/Jasa Pemerintah. RSUD Cibabat juga menggunakan sistem pengadaan
langsung dengan anggaran yang didapat dari hasil pendapatan Rumah Sakit
Umum Daerah Cibabat serta bantuan dari pemerintah daerah seperti bantuan
dari Gubernur maupun dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
kegiatan pembelian secara langsung dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari
kamis. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
8
dengan kunci ganda. Sediaan yang tidak stabil pada suhu kamar seperti
vaksin dan obat suppositoria disimpan pada lemari pendingin.
RSUD Cibabat juga menyediakan penyimpanan obat emergensi untuk kondisi
kegawatdaruratan yaitu dengan emergency trolley, dimana jumlah dan jenis
obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang ditetapkan, tidak bercampur
dengan kebutuhan lain, bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera
diganti, dicek selalu berkala apakah ada yang kadaluwarsa, tidak boleh
dipinjam untuk kebutuhan lain.
6. Pendistribusian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP dari Gudang Farmasi
didistribusikan ke berbagai unit-unit pelayanan. Setelah mendapat persetujuan
dari koordinator pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
dilakukan pendistribusian sesuai permintaan. Petugas Gudang Farmasi
menerima permintaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP dari unit
pelayanan berupa buku defekta. Apabila Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
BMHP tersedia, maka dibuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), kemudian di
cacat di kartu stok. Jika Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP tidak
tersedia, maka dicatat di buku Ekspedisi untuk dilakukan pemesanan. Alur
Pendistribusian Barang oleh Gudang Farmasi RSUD Cibabat disajikan pada
Lampiran 7, Gambar II.7.
Sistem distribusi yang diterapkan di RSUD Cibabat terdiri dari
beberapa sistem distribusi obat yaitu Individual Prescription (IP), Unit Dose
Dispensing (UDD), Sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock), dan
Sistem Distribusi Obat Kombinasi.
Sistem distribusi IP yaitu pendistribusian sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai berdasarkan resep perseorangan.
Sistem ini digunakan oleh berbagai unit pelayanan farmasi yaitu unit
pelayanan 24 jam, BPJS, umum dan kontraktor untuk pelayanan pasien rawat
jalan, pasien dengan terapi obat sitotoksik, dan pasien rawat inap yang akan
pulang.
10
Sistem Distribusi Obat Rawat Jalan pada unit pelayanan farmasi 24 jam
RSUD Cibabat disajikan pada Lampiran 8, Gambar II.8. Sistem distribusi
Obat BPJS RSUD Cibabat disajikan pada Lampiran 9, gambar II.9.
Sistem Distribusi Obat untuk pasien rawat inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Cibabat mencakup sistem distribusi obat persediaan di ruangan
(floor stock) dan unit dosis (unit dose dispensing), dan resep individual serta
sistem kombinasi. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap dilakukan
untuk ruang VIP, ruang operasi, serta ruang ICU.
a. Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap di Ruangan diterapkan di
pelayananan ruang operasi, dan ruang ICU yang dikelola dan dikendalikan
oleh Instalasi farmasi Rumah Sakit . Sistem Distribusi Obat Persediaan
Lengkap di Ruangan dapat dilihat pada Lampiran 10, Gambar II.10.
b. Sistem Distribusi Obat resep individual dan unit dosis diterapkan di ruang
rawat inap, penggunaan obat dikendalikan oleh apoteker dan perawat
menggunakan sistem Kartu Obat Pasien dengan prosedur kerja sebagai
berikut:
1. Setiap pasien yang dirawat mendapatkan kartu obat pasien (KOP), kartu
ini berisi data lengkap pasien (Nama, Umur, Alamat, Ruang perawatan,
Diagnosa), obat-obatan dan bahan medis habis pakai nyang digunakan
pasien selama dirawat dan obat pulang pasien.
2. KOP ini digunakan sebagai kebijakan untuk memudahkan pengendalian
obat yang digunakan oleh pasien, resep yang tertulis pada lembar KOP
ini ditulis oleh dokter secara langsung.
3. Setelah dokter menuliskan resep di lembar KOP, perawat akan
menghantarkan Kop kepada petugas farmasi yang bertanggung jawab
menghantarkan resep, petugas penghantar resep akan melakukan
rekapitulasi order serta mencatat dalam buku ekspedisi.
4. KOP diserahkan oleh petugas penghantar resep kepada petugas di depo
farmasi dan akan dilakukan:
a. Pengkajian order obat yang tertera dalam kartu obat pasien dengan
membubuhkan tanda ceklis (√) pada kolom pengkajian order obat.
11
f. Pembuatan salinan resep dan etiket, dapat dilihat pada Lampiran 16 gambar
II. 16.
g. Kartu stok obat RSUD Cibabat dapat dilihat pada Lampiran 17 gambar II.
17
h. Kartu Pengambilan Obat Rawat Inap (kartu obat pasien) dapat dilihat pada
Lampiran 18 gambar II. 18.
7. Pemusnahan dan Penarikan
Kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena
kadaluarsa, rusak, dan mutu tidak memenuhi standar dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan cara membuat usulan pemusnahan perbekalan farmasi kepada
pihak monitoring dan evaluasi sesuai dengan prosedur yang berlaku, bertujuan
untuk menjamin perbekalan farmasi yang tidak memenuhi persyaratan
dikelolah sesuai standar yang berlaku. Dengan adanya penghapusan maka
akan mengurangi beban penyimpanan. Untuk sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan BMHP yang sudah terlanjur kadaluarsa, diserahkan ke bagian monitoring
dan evaluasi untuk dilaporkan. Kemudian pemusnahan dilakukan oleh bagian
Kesehatan Lingkungan. Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan
asal. Rumah sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan
penarikan.
8. Pengendalian
Kegiatan pengendalian di RSUD Cibabat Cimahi meliputi evaluasi
persediaan yang jarang digunakan (slow moving) dan melaksanakan stok
opname setiap 6 bulan memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan
kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Menghitung stok kerja : pemakaian rata-rata periode tertentu
13
BAB III
TUGAS KHUSUS
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
4.1.2 Prevalensi
Prevalensi nasional DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun yakni
sebesar 5,7%. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)
2014, diperkirakan terdapat 9,1 juta orang penduduk didiagnosa sebagai
penyandang DM. Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik
dua peringkat dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat
ke-7 di dunia dengan 7,6 juta orang penyandang DM [3]
21
1. Sediaan Insulin
Insulin adalah protein yang tidak dapat diberikan melalui oral karena sekresi
dari saluran gastrointestinal akan merusak struktur insulin. Oleh karena itu
25
Tabel II.3 Penggolongan sediaan insulin berdasarkan mula dan masa kerja
Kerja cepat (insulin analog) 5-15 menit 1-2 jam 4-6 jam Vial/pen
Insulin lispro (Humalog®) Flexpen
Insulin aspart (Novorapid®) Pen/vial
Insulin glulisin (Apidra®)
1. Nitrat
Nitrogliserin diberikan untuk menurunkan konsumsi oksigen jantung yang
akan mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri angina. Nitrogliserin adalah
bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan baik vena maupun arteria
sehingga mempengaruhi sirkulasi perifer.Bekerja dengan melepaskan nitrat
oksida di otot polos sehingga meningkatkan cGMP dan merelaksasi otot
polos khususnya dipembuluh darah, vasodilatasi mengurangi aliran balik
vena.Dapat meningkatkan aliran koronaria dibeberapa bagian dan pada
angina varian.Contoh nitrogliserin isosorbit dinitrat sangat mirip dengan
nitrogliserin masa kerja lebih lama, isosorbit mononitrat metabolit aktif dari
dinitrat, digunakan per oral untuk profilaksis.
Penggunaan klinis angina bentuk sublingual untuk serangan akut bentuk oral
dan transdermal untuk profilaksis bentuk IV untuk sindrom koronaria akut.
2. Penghambat beta (B-Blocker)
Merupakan antagonis kompetitif non selektif di adrenoreseptor B dengan
mengurangi kecepatan jantung curah jantung dan tekanan darah mengurangi
kebutuhan oksigen miokardium.Penggunaan klinis profilaksis untuk angina.
3. Penghambat saluran kalsium
Menghambat secara nonselektif saluran kalsium di pembuluh darah dan
jantung dengan efek mengurangi resistensi vaskular kecepatan jantung dan
kekuatan jantung yang menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen.
Penggunaan klinis untuk profilaksis angina[7]
Prinsip terapi farmakologi pada pasien dengan sindrom coroner akut yaitu
Mengatasi nyeri angina dengan cepat dan intensif, mencegah berlanjutnya
iskemia serta terjadinya infark miokard , dan mencegah kematian mendadak.
6.1.2 Prevalensi
34
6.1.4 Patofisiologi
Pada saat sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang sehingga mengakibatkan
penambahan jumlah aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi. Korteks adrenal
35
7.1.2 Subjektif
Gejala Tanggal
16/10/2017 17/10/2017 18/10/2017 19/10/2017 20/10/2017
Nyeri dada Iya Berkurang Iya Berkurang Tidak
Berdebar Iya Berkurang Berkurang Berkurang Tidak
Sesak napas Iya Iya Berkurang Berkurang Tidak
Lemas Iya Iya Iya Iya Iya
Nyeri Perut Tidak Tidak iya Berkurang Tidak
Perut Kembung Tidak Tidak Iya Tidak Tidak
Edema/bengkak Tidak Tidak Iya Berkurang Berkurang
di kaki
38
7.1.3 Objektif
Anamnesis :
Bapak UJ mengalami nyeri dada sesak dan kedua kaki bengkak
Diagnosis :
DM Tipe 2,CAD, dan HHD
39
yang lain
Kolesterol LDL mg% <100 - 193 - - - Nilai LDL tinggi dapat terjadi
pada penyakit pembuluh darah
koroner atau hiperlipidemia
Kolesterol HDL mg% >40 - 28 - - - HDL merupakan produk sintetis
oleh hati dan saluran cerna
serta katabolisme trigliserida.
Penurunan HDL terjadi dapat
terjadi pada kasus sirosis hati,
DM, sindrom nefrotik dan
penyakit arteri koroner
Ureum mg % 20 – 40 35 - - - - Ureum adalah hasil akhir
metabolisme protein. Berasal
dari asam amino yang telah
dipindah amonianya di dalam
hati dan mencapai ginjal. Nilai
ureum yang lebih dari normal
mengindikasikan adanya
gangguan pada ginjal
Kreatinin mg % 0,8-1,3 1,5 - - - - Kreatinin diekskresi oleh ginjal
dan konsentrasinya dalam darah
sebagai indikator fungsi ginjal.
Pada kondisi fungsi ginjal
normal, kreatinin dalam darah
ada dalam jumlah konstan.
Nilainya akan meningkat pada
43
Troponin Ng/L <2 ng/L: non - 70,9 - - - Troponin berfungsi dalam proses
kontraksi otot jantung dan otot
reaktif
rangka. Pada kerusakan atau
2 - <100 ng/L kematian sel otot, troponin
dilepaskan ke aliran darah.
:observasi
Pengukuran kadar troponin
(ulang dalam darah berfungsi sebagai
penanda adanya kerusakan sel
pemeriksaan
otot jantung atau otot rangka.
2 jam) Troponin paling sering
digunakan sebagai penanda
>/=100 ng/L:
kematian sel otot jantung
reaktif (iskemia miokard)
45
7.1.4 Assesmant
1. Catatan Kemajuan Medis
17/10/17 Pasien mengeluh TD : 150/80 Masalah belum teratasi Amiodaron 3x 200 mg pada jam
nyeri dada sudah N : 84 HT,CAD, dan DM tipe 2 7 pagi,1 siang,dan 5 sore
46
19/10/17 Pasien mengatakan TD : 140/80 Gangguan rasa nyaman, Amiodaron 3x 200 mg pada jam
lemas nyeri dada N : 80 pusing 7 pagi,1 siang,dan 5 sore
berkurang S : 36 Concor p.o 1x2,5 mg pada jam 5
RR : 20 sore
Data Lab Aspilet p.o 1x 80 mg pada jam
GDP : 154 (tinggi) 5 sore
Brilinta p.o 2x 90 mg pada jam 7
Pagi dan 5 sore
Micardis p.o 1x 40mg pada jam 5
sore
Atorvastatin p.o 1x40mg pada
jam 8 malam
Arixtra inj 1x2,5 mg pada jam 8
48
malam
Furosemid inj 1x40 mg pada jam
4 sore
Levemir inj sc 0-0-10
Novorapid inj sc 4-4-4
Pantoprazole inj 1 x 20 mg pada
jam 12 siang
20/10/17 Tidak ada keluhan Tenang Masalah teratasi sebagian Amiodaron 3x200 mg pada jam 7
tapi masih merasa TD : 157/100 Dan udema pada kaki sudah pagi dan jam 1 siang
lemas N : 84 berkurang Aspilet p.o 1x 80mg pada jam 5
RR : 20 sore
S : 36 Brilinta p.o 2x 90 mg pada jam 7
Pagi
Micardis p.o 1x40mg pada jam 7
pagi
Novorapid inj sc 4-4-4
Pantoprazole inj 1x20mg pada
jam 12 siang
3. Interaksi obat
2 Micardis vs Moderate Keduanya dapat Kadar kalium dalam darah Berikan jeda waktu penggunaan
concor meningkatkan serum Tekanan darah obat concor sore dan micardis
pottasium Denyut nadi pagi
Lakukan EKG
51
3 Micardis vs Moderate Micardis akan Pemeriksaan gejala nyeri Lakukan pemeriksaan darah atau
atorvastatin meningkatkan efek kaku,dan lemas pada otot complete blood count (CBC),
atorvastatin sehingga serta urin yang berwarna pemeriksaan elektrolit, enzim-
meningkatkan resiko merah bata atau gelap enzim otot seperti creatinine
miopati dan phosphokinase(CPK) tingkat dari
rhabdomyolysis enzim-enzim ini naik ketika otot
mengalami kerusakan atau
peradangan dan pemeriksaan
analisa urin
4 Brilinta vs Moderate Keduanya akan Pendarahan pada hidung Pemantauan INR (international
arixra meningkatkan efek Atau lambung normalised ratio) adalah satuan
antikoagulan yang lazim digunakan untuk
5 Arixtra vs Moderate Keduanya akan Pendarahan pada hidung pemantauan pemakaian
aspilet meningkatkan efek Atau lambung antikoagulan oral. Semakin tinggi
antikoagulan nilai INR, artinya semakin encer
darah. Begitu pula, semakin
rendah nilai INR artinya darah
pasien semakin kental (lebih
mudah menggumpal) INR 2,5
untuk pengobatan trombosis vena
dan embolisme paru
6 Amiodaron vs Moderate Amiodaron akan Pemeriksaan gejala nyeri Lakukan pemeriksaan darah atau
atorvastatin meningkatkan efek kaku,dan lemas pada otot complete blood count
atorvastatin sehingga (CBC),pemeriksaan elektrolit,
meningkatkan resiko enzim-enzim otot seperti
52
Concor Mengurangi frekuensi Dapat digunakan Mengurangi Awalnya, 2,5-5 mg sekali 1 x 2,5 mg Sesuai
detak jantung dan sebagai monoterapi frekuensi detak sehari.
tekanan otot jantung saat untuk pengelolaan jantung dan tekanan Tingkatkan dosis secara
berkontraksi dengan awal hipertensi tanpa otot jantung saat bertahap sampai 10 mg setiap
menghambat (blocking) komplikasi.Pengelola berkontraksi. hari
adrenoreseptor beta-1 an gagal jantung
selektif (kardioselektif) ringan sampai sedang,
gagal jantung iskemik
atau kardiomiopati
bersamaan dengan
glikosida jantung,
diuretik, dan
penghambat ACE
Amiodaron Agen antiaritmia pilihan Penatalaksanaan Untuk pengaturan 600 mg / hari selama 7 hari 3 x 200 mg Sesuai
untuk pengobatan fibrilasi ventrikel denyut jantung diikuti 200 mg / hari
takikardia kompleks yang berulang yang
luas dari mekanisme mengancam jiwa
yang tidak pasti pada (VF) atau
pasien dengan fungsi hemodinamik-tidak
jantung yang terganggu stabil ventricular
takikardi (VT)
refrakter ke agen
antiaritmia lainnya
atau pada pasien
yang tidak toleran
terhadap agen lain
54
katabolisme LDL
Furosemid Menghambat reabsorpsi Pengelolaan edema Terapi edema pada Per oral 20-80 mg /hari dosis 1x40 Sesuai
natrium dan klorida yang terkait dengan perut dan kaki pada awalnya meningkat dengan mg/hari
dalam lengkung gagal jantung pasien hipertensi penambahan 20-40 mg / hari
ascending Henle dan kongestif dan dosis pada interval 6-8 jam
tubulus ginjal distal, penyakit hati atau Interval dosis pemeliharaan
mengganggu sistem ginjal sendiri atau biasa adalah dua kali sehari atau
cotransport yang dikombinasikan setiap hari
mengikat klorida, dengan antihipertensi Untuk IV 20-40 mg/hari selama
sehingga menyebabkan dalam pengobatan 1-2 jam dosis awalnya dan jika
peningkatan ekskresi air, hipertensi perlu adanya peningkatan dosis
natrium, klorida, 20 mg / hari dengan interval 6-
magnesium, dan kalsium 12 jam
Aspilet Mengurangi agregasi Sebagai obat anti Terapi pada Pada pengobatan penderita 1x80 Sesuai
trombosit, adhesi platelet trombotik kegunaan pencegahan dan dengan serangan jantung dosis mg/hari
dan pembentukan obat aspilet adalah pengobatan berbagai dewasa Thrombo Aspilet yang
trombus melalui terutama pada keadaan trombosis dianjurkan yaitu 1tablet 80 mg
penekanan sintesis pencegahan dan atau agregasi platelet sampai dengan 1 tablet 100 mg
tromboksan A2 dalam pengobatan berbagai yang diberikan 1 kali sehari
trombosit dan keadaan trombosis (terutama saat serangan) dan 1
pencegahan terhadap atau agregasi platelet tablet 80 mg yang diberikan 1
proses pembekuan darah. (pembekuan darah) kali sehari untuk pemeliharaan.
yang terjadi pada
tubuh terutama pada
saat mengalami
serangan jantung atau
56
Micardis Telmisartan adalah obat Pencegahan penyakit Pengurangan Setiap 1 tablet Micardis 40 mg 1x40 Sesuai
golongan antagonis kardiovaskular morbiditas penyakit tablet mengandung 40 mg mg/hari
angiotensin II, bekerja kardiovaskular pada telmisartan dosis awal 1x40 mg
dengan cara melebarkan orang dewasa yang dan dapat ditingkatkan menjadi
pembuluh darah sehingga beresiko, seperti 1x80 mg
tekanan darah tinggi bisa pada orang dengan
diturunkan. Seperti telah riwayat penyakit
disinggung sebelumnya, jantung koroner,
bahwa Micardis hanya stroke, atau penyakit
membantu menurunkan arteri perifer, atau
tekanan darah sampai penderita DM tipe 2
pada taraf normal tetapi dengan kerusakan
tidak menyembuhkan organ target.
hipertensi
Pantoprazol Bekerja dengan Mengobati dan Terapi untuk Dosis pantoprazole yang umum 1x20 mg Sesuai
e menghambat pompa mencegah tukak pencegahan penyakit digunakan adalah 1x20 mg per
proton sehingga lambung, meredakan maag atau nyeri dan hari. Jika digunakan dalam
memblok pembentukan gejala nyeri ulu hati sakit pada lambung jangka panjang untuk mencegah
asam lambung. saat terjadi refluks kambuhnya refluks asam
Pengobatan jangka asam lambung, dosisnya adalah 20-40
pendek dari zat asam mg per hari.
lambung dan duodenum
57
Novorapid Obat Novorapid adalah Untuk diabetes Terapi untuk 4-4-4 unit 4-4-4 unit Sesuai
golongan insulin yang mellitus menurunkan dan
dapat menekan tingkat mengontrol kadar
gula darah berlebihan di glukosa darah agar
dalam tubuh. Sistematis tetap dalam kisaran
kerjanya yakni normal
berinteraksi dengan
membran pada sel luar
sitoplasma dengan
reseptor khusus guna
membentuk kompleks
reseptor insulin hingga
merangsang proses
intraseluler
Levemir Sistematis kerjanya yakni Untuk diabetes Terapi untuk 0-0-10 unit 0-0-10 unit Sesuai
berinteraksi dengan mellitus menurunkan dan
membran pada sel luar mengontrol kadar
sitoplasma dengan glukosa darah agar
reseptor khusus guna tetap dalam kisaran
58
samping mengalami gangguan pada saluran penggunaan obat tersebut dan jika pasien terus
cerna seperti mual dan perut kembung mengeluhkan efek samping dari obat maka
serta nyeri pada bagian perut sebagai perlu direkomendasikan kepada dokter untuk
efek dari penggunaan brilinta dan dilakukannya penggantian obat
aspilet adapun kondisi lemas dan lelah
yang dialami pasien dapat disebabkan
oleh penggunaan amiodaron
6. Kejadian interaksi Ada Concor vs aspilet meningkatkan serum Berikan jeda waktu penggunaan obat aspilet
obat pottasium siang dan concor sore
sehingga resiko toksik juga meningkat tetap mengamati resiko vs manfaat dari
penggunaan kedua obat tersebut
Aspilet vs furosemid interaksi minor Pemberian jeda waktu penggunaan obat aspilet
dengan penurunan efek furosemid siang dan furosemide pagi
7. Ketidakpatuhan - - -
pasien
8. Pemilihan obat tidak - - -
tepat
Keterangan : (-) tidak ada
10 Levemir Onset : ½ hingga 1 jam Hipoglikemia dan Reaksi alergi umum mungkin
Durasi : 6 hingga 8 jam termasuk ruam kulit, kulit gatal, gangguan
Distribusi : 98% saluran cerna, penurunan tekanan darah.
Eliminasi : sekitar 80 % metabolit diekskresi
melalui urin dan sisanya melalui feses
11 Novorapid Onset : 1-2 jam Hipoglikemia dan Reaksi alergi umum mungkin
Durasi : 20-24 termasuk ruam kulit, kulit gatal, gangguan
Distribusi : 98% saluran cerna, penurunan tekanan darah.
Eliminasi : sekitar 80 % metabolit diekskresi melalui
urin dan sisanya melalui feses
66
7. Uraian kasus
Dari tabel diperoleh data, pasien atas nama Bapak UJ umur 55 tahun, merupakan
pasien baru dengan keluhan utama sesak dan nyeri dada. Dari wawancara yang
dilakukan, pasien juga mengatakan bahwa pasien tidak tahu mengenai
penyakitnya dan juga tidak mengetahui riwayat penyakit dalam keluarga dan
apabila merasakan gejala nyeri pasien hanya membeli obat bodrex di warung dan
tidak pernah berobat ke rumah sakit. Pasien memiliki riwayat merokok selama 5
tahun dan mulai berhenti satu tahun terakhir tetapi sampai saat ini pasien masih
mengkonsumsi alcohol serta suka mengkonsumsi makanan manis dan berlemak.
Dari hasil pemeriksaan, dokter mendiagnosa bahwa bapak UJ menderita DM Tipe
II dan CAD sebagai diagnosis utama dan juga menderita penyakit jantung lainnya
yaitu HHD sebagai penyakit penyerta.
Selama pengobatan, bapak UJ diberikan terapi farmakologi :
a. Terapi untuk mengatasi CAD dan HHD
1. Concor 1 X 2,5 Concor mengandung bisoprolol digunakan untuk
mengurangi frekuensi detak jantung dan tekanan otot jantung saat
berkontraksi. Dengan begitu, bisoprolol mengurangi beban jantung dan
tekanan darah tubuh.
2. Furosemid 1x40 mg digunakan untuk menurunkan edema pada kasus
hipertensi dan gangguan jantung lainnya diakibatkan karena adanya
retensi cairan dalam tubuh
3. Atorvastatin 1x40 mg untuk menghambat pembentukan kolesterol yang
dapat menyumbat pembuluh darah
4. Amiodaron 3x200 mg antiaritmia untuk mengobati gangguan irama
jantung serius. Obat ini berfungsi mengembalikan irama jantung normal
dan mempertahankan detak jantung yang stabil.
5. Micardis 1x40 mg mengandung telmisartan yang menyebabkan dinding
pembuluh darah lebih rileks sehingga tekanan darah menurun
6. Aspilet 1x 80 mg Untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah
diakibatkan karena kadar glukosa yang tinggi dan juga kolestrol pasien
yang tinggi yang dapat menyumbat pembuluh darah dan mengakibatkan
aliran ke jantung terhambat
67
2.3.5 Plan
1. Rekomendasi
a. Indikasi yang tidak diobati
Dari pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Bapak UJ, terlihat
kadar asam uratnya melebihi batas normal yaitu 3,49-7,19. Dengan kadar
asam urat yang tinggi ny. I belum mengeluhkan adanya nyeri, oleh karena
itu kami merekomendasikan penggunaan allopurinol sebagai terapinya
dengan dosis 1x100 mg/hari pada malam hari setelah makan. Selain itu
dilakukan diet makanan yang mengandung purin, kurangi berat badan dan
perbanyak minum air putih.
b. Kejadian interaksi obat
1 Concor vs aspilet : monitor
2 Micardis vs concor : monitor
3 Micardis vs atorvastatin : monitor
4 Brilinta vs Arixtra : monitor
5 Arixtra vs aspilet : monitor
6 Amiodaron vs atorvastatin : monitor
7 Aspilet vs furosemid : minor
Untuk menghindari adanya interaksi dilakukan pemberian obat dengan
memberikan jeda waktu untuk obat-obat yang saling berinteraksi adanya
penyesuaian dosis ataupun kalau perlu dilakukan penggantian obat jika efek
samping obat lebih besar dibandingkn dengan manfaat terapi yang
diinginkan.
69
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Rumah
Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi periode Oktober 2017, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker di RSUD Cibabat Cimahi adalah
pelayanan klinik dan non klinik. Apoteker dalam melakukan kegiatan
pelayanan farmasi klinik diantaranya melakukan pelayanan resep, pengkajian
resep, pelayanan informasi obat, pemantauan terapi obat, monitoring efek
samping obat, evaluasi penggunaan obat dan visite. Sedangkan untuk kegiatan
pelayanan farmasi non klinik yaitu dalam kegiatan manajerial berupa
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
2. Dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit, seorang apoteker
harus mampu memiliki pengetahuan dibidang manajerial dan farmasi klinik.
3. Strategi dan kegiatan dalam pengembangan praktek farmasi komunitas di
rumah sakit adalah dengan mengutamakan kepuasan pasien, meminimalkan
waktu tunggu obat dan melaksanakan promosi kesehatan.
4. Sebagai tenaga kefarmasian yang profesional seorang apoteker harus
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi.
5. Permasalahan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit dapat berupa kesalahan
dalam farmasi klinik seperti salah obat yang dapat disebabkan karena
ketidakterbacaan tulisan pada resep.
8.2 Saran
Dalam rangka meningkatkan dan menyempurnakan kualitas pelayanan farmasi
kepada pasien di RSUD Cibabat, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:
71
72
DAFTAR PUSTAKA
5. Herman M.J., Rini S.H. dan Selma A.S (2012). Kajian Praktik
Kefarmasian Apoteker pada Tatanan Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. 2013 : Vol. 7. No. 8
9. Medscape.com
13. Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat. (2012). (Diakses 09 November 2016).
Dari: http://www.rsudcibabat.com
LAMPIRAN 1
DENAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT RSUD CIBABAT
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT
LAMPIRAN 3
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI RSUD CIBABAT
WADIR PELAYANAN
ADMINISTRASI
KOORDINATOR KOORDINATOR
KOORDINATOR
PENGELOLAAN MANAJEMEN
PELAYANAN
PERBEKALAN PENINGKATAN
KEFARMASIAN
FARMASI MUTU
PELAKSANA
PELAKSANA PELAKSANA TEKNIS
TEKNIS TEKNIS R.INAP, R. PENINGKATAN
DISTRIBUSI PF JALAN, IGD MUTU
LAMPIRAN 4
PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI RSUD CIBABAT
User/Pengguna
Kepala IFRS
Pejabat Pengadaan
Surat Pesanan / SP
Distributor
LAMPIRAN 5
PENERIMAAN BARANG GUDANG FARMASI RSUD CIBABAT
Distributor/PBF
Penandatanganan Faktur
Entri Data
LAMPIRAN 6
PENYIMPANAN BARANG GUDANG FARMASI RSUD CIBABAT
Gudang Farmasi
Lemari Pendingin
Generik Non Generik
LAMPIRAN 7
PENGELUARAN BARANG (DISTRIBUSI) GUDANG FARMASI RSUD
CIBABAT
Depo/Unit Pelayanan
Defekta
LAMPIRAN 8
SISTEM DISTRIBUSI OBAT PASIEN UMUM
DAN KONTRAKTOR RAWAT JALAN
Pasien
Petugas Farmasi
resep
Kasir
Petugas Farmasi
Gambar II.8 Sistem Distribusi Obat Pasien Umum dan Kontraktor Rawat Jalan
RSUD Cibabat
83
LAMPIRAN 9
SISTEM DISTRIBUSI OBAT PASIEN RAWAT JALAN BPJS
RSUD CIBABAT
Pasien
Resep
Cek Persyaratan
dan diberi no.urut
Petugas farmasi
Dikaji, disiapkan, diracik
Obat
Gambar II.9 Sistem Distribusi Obat Pasien Rawat Jalan BPJS RSUD Cibabat
84
LAMPIRAN 10
SISTEM DISTRIBUSI OBAT PERSEDIAAN LENGKAP
PASIEN RAWAT INAP, OK, dan ICU RSUD CIBABAT
Pasien
Konsumsi
oleh Perawat
Interpretasi oleh Dikendalikan
KOP
perawat Apoteker
LAMPIRAN 11
SISTEM DISTRIBUSI OBAT SISTEM KARTU OBAT PASIEN (KOP)
RAWAT INAP RSUD CIBABAT
Pasien
Interpretasi oleh
apoteker dan Kartu Obat Pasien
asisten apoteker
Pengendalian
Ruang Perawat
Perawat
Gambar II.11 Sistem distribusi obat Sistem Kartu Obat Pasien (KOP)
pasien rawat inap RSUD Cibabat
86
LAMPIRAN 12
SISTEM DISTRIBUSI OBAT KOMBINASI RESEP INDIVIDUAL
DAN PERSEDIAAN LENGKAP DI RUANG IGD RSUD CIBABAT
Pasien
Resep Dikendalikan
Perawat Dikendalikan
IFRS
Kereta Obat
LAMPIRAN 13
ALUR PEMAKAIAN OBAT DAN BMHP
TROLI EMERGENSI RSUD CIBABAT
CODE BLUE
AKTIF
SEGEL TROLI
KEADAAN RESUSITASI
EMERGENSI
DARURAT DI (INSTALASI
DIBUKA OLEH
RUANG GAWAT
PETUGAS CODE
PERAWATAN DARURAT)
BLUE
PERMOHONAN
PENGGANTIAN OBAT DAN
BMHP YANG TERPAKAI
Gambar II. 13 Alur Pemakaian Obat dan BMHP Troli Emergensi RSUD Cibabat
88
LAMPIRAN 14
ALUR KONSELING RSUD CIBABAT
Pasien
Konseling
LAMPIRAN 15
ALUR PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) RSUD CIBABAT
Pasien
Apoteker
Kasir PIO
Penyerahan obat
PIO
LAMPIRAN 16
COPY RESEP DAN ETIKET
LAMPIRAN 17
KARTU STOK
LAMPIRAN 18
KARTU PENGAMBILAN OBAT (KARTU OBAT PASIEN)
LAMPIRAN 19
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
DIREKTUR UTAMA
KETUA
Dr. Dewi mulyani I., Sp.A.M.Kes
SEKRETARIS
Branes Ary Wardhani, M.Farm.,Apt
ANGGOTA
Gambar II. 19 Panitia Farmasi Dan Terapi RSUD Cibabat Tahun 2016-2017