Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

Dosen Pembimbing :Deni irawan S.Kep.,Ns

Woro Hapsari,M.Kep

Disusun oleh :

1. Tri Adhi Prasetia


2. Tri Septi Andayani
3. Widya Istiyanti
4. Wiwit Nur Fitri
5. Yeni Oktaviana
6. Yuli Riskiana
7. Yuni Kartika
8. Zamroni
9. Ade Imron
10. Rani Muninggar

PRODI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA
Jl. Cut Nyak Dien No. 16, Kalisapu – SLAWI
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
Karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktu. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa III
tahun ajaran 2013, dengan judul makalah adalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Diebetes Melitus.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan
dalam penyusunan makalah ini.

kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karna itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Slawi, November 2013

Kelompok
KONSEP DASAR DIABETES MELITUS

A. DEFINISI
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002)
Diabetes diturunkan dari bahasa yunani yaitu diabetes yang berarti pipa air
melengkung untuk mengalirkan air secara terus menerus. Diabetes mellitus
merupakan sindrom komplek dengan ciri-ciri hiperglikemik kronis, gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, protein terkait dengan defisiensi sekresi insuln
(Yulinah Sukandar, 2008)
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin
baik absolute maupun relative (Arjatmo, 2002)

B. ETIOLOGI
1. Diabetes Tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel – sel beta pancreas. Kombinasi
factor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan (mis. Infeksi virus)
diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat
pula faktor – faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II. Faktor – faktor ini adalah :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun).
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.
d. Kelompok etnik
C. KLASIFIKASI
Ada beberapa tipe Diabetes Melitus yang berbeda, yaitu
1. DM tipe 1
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 penyebab utamanya ialah terjadinya
kekurangan hormon insulin pada proses penyerapan makanan. Jika insulin
berkurang, kadar gula di dalam darah akan meningkat. Gula dalam darah berasal
dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula disimpan
dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga.
2. DM Tipe 2
Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang dan meskipun kadar
insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel
sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai
resistensi insulin.
3. DM Gestasional
Diabetes gestasional adalah defisiensi insulin ataupun retensi insulin pada ibu
hamil sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat ringan maupun
berat yang baru diketahui selama mengalami kehamilan.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang khas DM terdiri dari poliura, polidipsia, polifagia dan berat
badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala yang tidak khas DM
diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi
ereksi (pria) dan timbul nanah pada penderita pruritus vulva (wanita).

E. PATOFISIOLOGI
Diabetes melitus dibagi menjadi tipe yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2, setiap tipe
mempunyai penyebab yang berbeda tipe 1 disebabkan oleh genetic dan kerusakan
virus dan dm tipe 2 disebabkan oleh obesitas yang mengakibatkan resistensi insulin.
Walaupun penyebab diabetes melitus ini berbeda tetapi hasil yang ditimbulkan sama
yaitu defisiensi insulin yang mengakibatkan hiperglikemi atau konsentrasi glukosa
dalam darah meningkat. Penderita diabetes melitus biasanya mengalami poliuri,
polidipsi, dan polifagia. Penderita diabetes melitus mengalami poliuri atau sering
kencing karena konsentrasi glukosa dalam darah meningkat sehingga ginjal
meningkatkan kerja ekskresi cairan dan elektrolit secara berlebihan untuk mengurangi
kadar gula dalam darah, yang akan menimbulkan polidipsi atau sering haus karena
banyak cairan dalam tubuh yang dikeluarkan. Penderita diabetes melitus mengalami
polifagia karena sel kekurangan glukosa, sehingga selalu timbul rasa lapar,
kekurangan glukosa ini disebabkan kekurangan insulin, sehingga glukosa tidak bisa
melewati membran sel dan tidak bisa masuk ke sel. Penderita diabetes melitus apabila
terluka, akan lama sekali masa penyembuhanya dan mempunyai resiko infeksi karna
darah yang mengandung kadar glukosa tinggi adalah tempat yang efektif untuk
berkembangnya kuman.
F. PATHWAY

Obesitas
Genetik Infeksi Virus

Kerusakan Insulin kurang berkaitan


Pankreas dengan reseptor

Penghancuran Resistensi
sel beta Insulin

DM tipe I DM tipe II

Defisiensi Insulin

Glukosa tak bisa


melewati membran sel

Sel kekurangan Konsentrasi glukosa Membuat kuman


glukosa dalam darah meningkat cepat berkembang
Bingung tindakan
Polifagia Timbul Luka tidak
apa yang harus
glukosuria cepat sembuh
dilakukan
Mengganggu
metabolisme protein Ekskresi cairan dan Risiko Kurang
dan lemak elektrolit berlebihan Infeksi Pengetahuan

Poliuria Penurunan
Penurunan BB Kerusakan status kesehatan
Polidipsia Integritas
Kulit
Ketidakseimbangan Ansietas
Kekurangan
nutrisi kurang dari
volume cairan
kebutuhan tubuh
G. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Obat Hipoglikemik
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih. Klorpropamid
kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena
resiko hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid.
Glukuidon juga dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau
ginjal.

2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat
tunggal dianjurkan pada pasien gemuk (IMT 30) untuk pasien yang berat
lebih (IMT 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan golongan
sulfonylurea.

3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan
diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis
rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil glukosa
darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah diterima sampai
dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah maka
dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan insulin.
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes
yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan diabetes (Yulinah Sukandar, 2008)
2. Non Farmakologi
a. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olah raga ringan
adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang berjalan
cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
b. Diet
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai
dengan kecukupan gizi baik yaitu
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,
penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu
Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan :

1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal


2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan
kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25
kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-
30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi,
kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai
dengan kebutuhan.Makanan sejumlah kalori terhitung dengan
komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :

1) Makanan pagi sebanyak 20%


2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 %

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk
DM.,yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan, darah tinggi,
riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan bayi>4.000g, riwayat
DM pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemerisaan glukosa dara sewaktu
kadar glukosa darah puasa
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena < 110 110-199 > 200
Darah kapiler < 90 90-199 > 200
Kadar glukosa arah puasa
Plasma vena < 110 110-125 >126
Darah kapiler < 90 90-109 >110

I. KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan
berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek,
ketiga komplikasi tersebut adalah.
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh
tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran.
Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya
ketosis dan asidosis pada KHHN
c. Hypoglikemia
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau
kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
2. Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh
darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi
menjadi 2 yaitu (Long 1996) :
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah
perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah
meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang
menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalui disebabkan retinopati ,
Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom,
Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan–
perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan
dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf.
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh
sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis),
dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel–sel kuku yang tertanam pada bagian kaki,
bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah–daerah
yang tekena trauma.
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah
ke otak menurun.

J. PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan kesehatan atau Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan
diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan
ketrampilan dalam pengelolaan.
1. Perencanaan Makanan (Diet)
Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan
disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh.
2. Latihan Jasmani (Olahraga)
Manfaat olahraga bagi penyandang dabetes melitus adalah :
a. Menurunkan kadar gula darah
b. Mencegah kegemukan
c. Menurunkan lemak darah (kolesterol)
d. Mencegah tekanan darah tinggi
e. Mengurangi resiko penyakit jantung koroner
f. Meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan kerja.
3. Perawatan kaki
Perawatan kaki diabetik merupakan salah satu bagian penting dari manajemen
perawatan untuk penderita diabetes melitus (DM). Penyakit DM mengakibatkan
beberapa komplikasi yang salah satunya adalah dapat meningkatkan risiko
gangguan vaskular perifer yang berujung pada munculnya ulkus/gangren pada
kaki penderita DM kronik. Perawatan kaki yang tepat diharapkan dapat mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih lanjut.
4. Pengobatan Medis
Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah
berikutnya berupa terapi obat. Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah
untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula
darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin
mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi
sementara maupun jangka panjang semakin berkurang.
5. Pengawasan
Mengawasi penderita DM bertujuan untuk mengantisipasi hal yang tidak
diinginkan seperti terluka pusing, dan lemas, akibat kadar gula darah yang tidak
normal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

1. Pengkajian
a. Aktivitas / istrahat.
Tanda :
1) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
2) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.
3) Letargi / disorientasi, koma.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya Riwayat keluarga yang menderita DM
c. Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan mental,
reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
d. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia.
e. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis tampak sangat
berhati – hati.
f. Muskuloskeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
g. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus.
2. Diagnosa
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, poliuria
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin/penurunan intake oral
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan
sirkulasi
4) Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik.
5) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
3. Intervensi
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, poliuria
1) Monitor TTV
R:Mengetahui TTV untuk tindakan lebih lanjut
2) Pantau status hidrasi (misalnya kelembapan, membrane mukosa,
keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik)
R:untuk mengawasi apabila pasien mengalami dehidrasi
3) Berikan terapi IV sesuai program
R:pemasukan cairan yang adekuat
4) Pasang kateter urine, bila perlu
R:Apabila pasien tidak bisa beraktivitas,tindakan ini dianjurkan
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin/penurunan intake oral
1) Kaji berat badan pasien
R:Membantu menjukan penilaian berat badan untuk tindakan lebih lanjut
2) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
R:Memaksimalkan pemasukan nutrisi.
3) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan nutrisi
R:untuk memenuhi kebutuhan nutrisi gizi yang sesuai
4) Berikan pasien minuman dan kudapan bergizi
R:beguna dalam mengukur nutrisi keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan
sirkulasi.
1) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
R:Mengetahui faktor untuk bisa mengetahui tindakan mengurangi
kerentanan infeksi
2) Jelaskan pada keluarga tanda dan gejala, cara untuk mengurangi resiko
infeksi
R:Agar keluarga lebih mengerti cara mengurangi resiko yang tepat
3) Tingkatkan keamanan pada pasien seperti selalu menggunakan alas kaki
saat beraktifitas
R:Menghindari terjadinya luka pada pasien
4) Intruksikan pasien untuk berhati-hati dalam beraktivitas
R:Meminimalisasi adanya luka dan resiko infeksi pada pasien
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolic
1) Inspeksi Luka pada setiap mengganti balutan
R:Untuk mengetahui kondisi, lokasi, luas, dan kedalaman luka
2) Ajarkan perawatan luka pada pasien
R:Agar luka bisa cepat sembuh
3) Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral,
kalori, dan vitamin
R:makanan yang tinggi protein dapat mempercepat penyembuhan luka
4) Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai
R:Untuk memberikan rasa nyaman pada pasien dan mempercepat
penyembuhan
5) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
1) Identifikasi tingkat kecemasan
R:Mengetahui tingkat kecemasan pasien
2) Ajarkan pasien menggunakan teknik relaksasi
R:Pasien bisa lebih mengendalikan diri
3) Gunakan pendekatan yang menenangkan
R:Pendekatan pada pasien diperlukan untuk memciptakan hubungan
saling percaya
4) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut
R:Dengan ditemani pasien akan lebih tenang
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
1) Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan klien
R:Menilai tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
2) Ikut sertakan keluarga atau orang terdekat, bila perlu
R:Pengetahuan penyakit penting untuk keluarga pasien
3) Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong
pasien dalam mempertahankan program terapi
R:Komunitas yang sama bisa memberikan semangat dalam menjalani
terapi
4) Berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk
memfasilitasi pembelajaran
R:Agar pasien bisa nyaman dalam memperoleh pengetahuan
4. Evaluasi
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, poliuria.
1) TTV dalam batas normal
2) Tidak ada tanda dehidrasi
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
defisiensi insulin/penurunan intake oral
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan deal sesuai dengan tinggi badan
3) Tidak ada tanda malnutrisi
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leukosit/ gangguan
sirkulasi.
1) Menunjukan Perilaku hidup sehat
2) Jumlah Leukosit dalam batas normal
3) Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik
1) Pasien atau keluarga menunjukan rutinitas perawatan kulit atau perawatan
luka yang optimal
2) Eritema kulit dan eritema di sekitar kulit minimal
3) Nekrosis berkurang
5) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
1) Menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas
2) TTV dalam batas normal
3) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukan berkurangya kecemasan
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
PENUTUP

A. SIMPULAN
Diabetes militus merupakan penyakit kelainan pada kelenjar pangkreas yang ditandai
dengan kenaikan kadar gula dalam darah atau yang disebut hiperglikemia, dan
disbetes militus disebabkan oleh faktor genetic dan faktor gaya hidup yang kurang
sehat, lingkung juga perperan sangat penting.
B. SARAN
Pola hidup sehat dan kebersihan diri itu sangat penting apalagi bagi penderita
diabetes mellitus, karena penderita diabetes penyebuhan lukanya lebih lama dari
orang bisa.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, L.S. dan Suddarth, D.S. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol2. Jakarta :EGC
Dr. Elin Yulinah Sukandar. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta : PT. IFSI Penerbitan
NANDA, 2009-2011, Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi. Jakarta : EGC
Kartika.2011http://kartikareinkarnasi.blogspot.com/2011/12/askep-diabetes-mielitus-dm-
terbaru.html. 22 November 2013

Rahwanda. 2012. http://blogpathways.blogspot.com/2012/08/lp-diabetes-millitus.html. 26


November 2013

Anda mungkin juga menyukai