ABSTARAK
Direct Four Stroke Turbo Commonrail Injection yang dikenal dengan D4D merupakan
kemajuan teknologi pada industri otomotif khususnya dalam hal penyempurnaan performansi
mesin. D4D adalah teknologi pengaturan laju tekanan bahan bakar dari sisi kuantitas dan waktu
penyemprotan bahan bakar secara elektronik.Kelebihan yang dimiliki oleh mesin D4D adalah
dengan penggunaan sistem commonrail dimana bahan bakar solar akan dihisap oleh pompa
bahan bakar melalui saringan bahan bakar agar dapat menghasilkan kualitas bahan bakar solar
dengan tingkat emisi gas buang yang sangat rendah. Disamping itu dengan adanya teknologi
ini akselerasi dan performa yang dihasilkan sangat optimal beserta tingkat getaran dan suara
mesin yang lebih halus. Tujuannya untuk mengetahui performansi dan kinerja mesin diesel
yang berteknologi commonrail VN Turbo Intercooler pada seri Toyota Fortuner tipe 2KD FTV-
Vn Turbo Intercooler. Metodologi yang digunakan adalah ruang bakar atau mesin pada Toyota
Fortuner tipe 2KD-FTV VN Turbo Intercooler. Motor Diesel memiliki efisiensi termal dan
performansi yang lebih baik serta dapat menghasilkan energi yang relatif besar. Efisiensi termal
yang merupakan indikasi sesungguhnya dari konversi input termodinamika menjadi kerja
mekanis mencapai 84,4 %. Hal ini membuktikan bahwa mobil ini telah mempunyai efisiensi
yang sudah bagus. Disamping itu untuk putaran 2800 rpm didapat daya sebesar 100,5218 kW.
Hasil analisa secara keseluruhan membuktikan bahwa mobil ini memiliki performa yang baik.
Kata kunci: teknologi, kuantitas, akselerasi, emisi, optimal.
91
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
92
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
93
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
94
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
95
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
tekanan 100 kPa pada temperatur 27oC Fuels pada lampiran I, Air Fuel Ratio
atau 300 K, maka : (AF) = 15,0. Dimana ma + mf = mm =
P0 = 100 kPa 7,655 x 10-4 kg. Maka, massa bahan
T1 = 320 K bakar yang diinjeksikan (mf) setiap satu
rc = 18,5 siklus adalah:
D = 92 mm mf = 4,785x10-5kg
S = 93,8 mm
Maka, massa udara (ma) yang masuk
R = 0,287 kJ/kg-K
dalam silinder adalah:
Cv = 0,718 kJ/kg-K
ma= mm – mf
Cp = 1,005 kJ/kg.K
= 7,1768x10-4kg – 4,785x10-5kg
Volume langkah:
= 6,6984x10-4 kg
Merupakan volume dari langkah
torak dari titik mati bawah (TMB) ke titik Densitas udara ( ρa ):
mati atas ( TMA). Kapasitas 4 silinder P0 = 100 kpa
adalah 2494 cc, maka volume langkah T0 = 320 K
untuk satu silinder adalah: Kerapatan udara masuk ruang bakar :
2494 = 1,088 kg/m3
Vd = Sesuai dengan persamaan 2.1. maka
4
Vd = 623,5 cc = 6,235 x 10-4 m3 kerja yang terjadi pada titik 6-1 adalah
Volume sisa: dihitung berdasarkan persamaan
Merupakan volume minimum berikut ini:
silinder pada saat torak berada di titik W6−1 = P0 (V1 − V6 ) ....... dimana Po = P1
mati atas (TMA). Dengan rasio
= 0,08235kj
kompresi sebesar 18,5:1 dan volume
Proses 1-2 : Langkah kompresi
langkah sebesar 6,235 x 10-4 m3,maka
isentropik, semua katup tertutup. Torak
besarnya volume sisa adalah:
bergerak dari titik mati bawah (TMB) ke
Vc = 3,562 x 10-5m3
titik mati atas (TMA).
Volume pada titik 1:
Merupakan hasil penjumlahan P2 = P1 (rc ) k
volume langkah (Vd) dengan volume = 5943,4747 kPa
sisa (Vc). Temperatur pada titik 2 :
V1 = Vd + Vc Udara yang dimampatkan oleh
torak yang bergerak ke titik mati atas
V1 = 6,235 x 10-4 m3 + 3,562 x 10-5m3
(TMA) juga mengakibatkan suhu dalam
= 6,5912 x 10-4 m3 silinder naik menjadi T2. Nilai dari T2
massa udara :
dapat kita kita hitung sesuai dengan
dengan tekanan 100 kpa silinder
persamaan 2.2. di bawah ini:
6,5912 x 10 -4 pada temperatur 320 K,
maka massa udara adalah : T2 = T1 (rc ) k −1
= 1060,1873 K
mm =
Volume pada titik 2:
= 7,1768x10-4kg
Massa udara pembakaran (ma) dan mm RT2
V2 =
massa bahan bakar (mf): P2
Untuk menentukan massa bahan = 3,674 x 10-5 m3
bakar yang diinjeksikan pada satu Kerja persiklus 1-2:
siklus (
) dapat diperoleh dari Kerja yang diserap selama
persamaan Air Fuel Ratio (AF) langkah kompresi isentropik untuk satu
dibawah ini. silinder dalam satu siklus dapat kita
AF = hitung sesuai dengan persamaan 2.6.
sebagai berikut:
Berdasarkan data bahan bakar = (-0,3759) kJ
isooctane pada tabel A-2 Properties Of
96
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
Proses 2-3: Penambahan kalor turun menjadi T4. Nilai dari T4 dapat
pada tekanan konstan. kita hitung dengan persamaan 2.14
Kalor masuk: berikut ini:
QHV merupakan nilai kalor panas k −1
V
dari bahan bakar. Berdasarkan Tabel T4 = T3 3
A-2 pada Lampiran 1, nilai kalor panas V4
dari cetane adalah 43.980 kJ/kg dan = 1779,7374K
diasumsikan terjadi pembakaran Tekanan pada titik 4:
sempurna ( η c = 1 ). Maka, kalor masuk Tekanan pada titik 4 di dalam
pada kondisi tekanan konstan dapat silinder akan mengalami penurunan
kita hitung sesuai dengan persamaan setelah titik 3. Nilai dari P4 dapat kita
2.7. adalah sebagai berikut: hitung sesuai dengan persamaan 2.15
di bawah ini:
Qin = m f QHV η c k
V
= 2,1044 kj P4 = P3 3
Volume pada titik 3: V4
Volume pada titik 3 dapat kita = 666,3052 kpa
peroleh dengan menggunakan rumus Kerja persiklus 3-4:
berikut ini (hal. 101 Lit.1): Untuk kerja yang dihasilkan
= 1,3808x10-4 m3 selama langkah ekspansi (W3−4 ) dapat
Temperatur pada titik 3: ditentukan berdasarkan persamaan
Sesuai dengan persamaan matematika 2.16 berikut ini:
2.7. dimana Qin = mm C p (T3 − T2 ) maka mm × R × (T4 − T3 )
nilai T3 dapat kita hitung sebagai W3− 4 =
1− k
berikut: = 0,8960 KJ
Qin + m m C p T2 Proses 4-5:
T3 =
mm C p Titik 5 merupakan proses
langkah buang atau disebut juga
=3235,7428K
proses exhaust blowdown dimana
Tekanan pada titik 3:
katup keluar terbuka dan katup hisap
Sesuai dengan Gambar 2.2.
tertutup. Sesuai dengan persamaan
(Diagram p-v) jelas terlihat bahwa tidak
2.17 maka volume pada titik 5 (V5)
ada perubahan tekanan mulai titik 2
sama dengan volume pada titik 4 ($% =
hingga titik 3 (ekivalen), walaupun
terjadi peningkatan temperatur. V4 = V1 = VBDC = 6,5912 × 10 −4 m 3 ).
Maka P2 = P3 = Pmaks = 5943,4747 kPa. Sedangkan temperatur pada
Sesuai dengan persamaan titik 5 (T5) sama dengan temperatur
2.10. maka kerja yang terjadi pada titik pada titik 1 (T1), ini dibuktikan dari
2-3 dapat kita hitung sebagai berikut: persamaan 2.19 berikut ini.
W2−3 = P2 (v3 − v2 ) &'(%=&) = *+ (,% − ,' )
= (-0,7470)kj
= 0,8023 KJ
Maka, ,% = ,. = 330 0
Proses 3-4: Langkah isentropik
Sesuai dengan persamaan 2.18. maka
Volume pada titik 4:
Berdasarkan diagram p-v siklus kerja (W4−5 ) = 0
diesel pada Bab II sebelumnya terlihat Proses 5-6:
−4
jelas bahwa: V4 = V1 = 6,5912× 10 m3 Titik 6 merupakan proses
langkah buang pada tekanan konstan
Temperatur pada titik 4
(12 = 1. ). Untuk kerja yang dihasilkan
Setelah torak mencapai titik
mati bawah (TMB) sejumlah kalor pada proses 5- 6 (3%(2) dapat dihitung
dikeluarkan dari dalam silinder berdasarkan persamaan 2.21 berikut
sehingga temperatur fluida kerja akan ini:
97
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
Daya Indikator
47.63
kPa. 41.68
40
W5−6 = P1 × (v6 − v1 ) 35.73
= (-0,5544)Kj 30 29.77
23.81 Daya
20 Indikator
W nett (Kerja satu siklus): 17.86
Mesin
Kerja yang dihasilkan dalam 10 (kW)
satu siklus kerja dapat dihitung 3.57
berdasarkan persamaan dibawah ini: 0
Wnett =(W6−1) +(W1−2) +(W2−3) +(W3−4) +(W4−5) +(W5−6) 0 2000 4000 6000
Putaran (rpm)
= +1,42931kj Gambar 4.1 Grafik Daya Indikator
Sehingga, kerja yang dihasilkan Mesin
dalam satu siklus kerja dari Toyota
Fortuner Tipe 2KD-FTV VN Turbo Keterangan:
adalah 1,1982 kJ. Seiring dengan bertambahnya
Untuk effisiensi termal dari satu putaran mesin,otomatis akan
siklus kerja dari motor diesel 2KD-FTV meningkatkan daya indikator. Hal ini
dapat dihitung berdasarkan persamaan secara terus menerus akan meningkat
2.22 dibawah ini: seiring degan putaran mesin
Wnett bertambah.
η th =
Qin 4.4 Torsi dan Daya
= 0,6793 45
= 67,93%
Wb= ,
26
4 5 4766
= x 343Nm
4.2 Tekanan Efektif Rata-rata 26
Wnett = 100521,8 Nm / det
mep = = 100,5218 kW
vd
Grafik Daya mesin Vs
120 Putaran Mesin
1,42931kJ
mep =
6,235 × 10− 4 m3 R² = 0.999
100.52
100 1
= 22923,81kPa 93.341
86.161
4.3. Daya indikator 80 78.981
71.801
Wnett × N
Daya Mesin (kW)
64.621
Wi = 60 57.441
n 49.528
= 29,77 kW
40
Untuk 4 silinder = 4 x 29,77 kW =
119,08 kW
20
0
0 1000 2000 3000
Putaran mesin (rpm)
98
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
ma
Keterangan: ηv =
Putaran mesin yang meningkat
ρ aV d
akan membuat daya mesin semakin
6,6984 × 10 −4 kg
bertambah. =
1,088kg / m 3 × 6,235 × 10 − 4 m 3
4.5Konsumsi bahan bakar spesifik = 0,8018
Sfc = m´f / ẁb = 80,18%
= 5,4822 × 10−4 kg / kW − det 4.8 Efisiensi Thermal Brake
= 197,359gram / kW − jam PB
ηb = .3600
mf .CV
Grafik Putaran mesin Vs Sfc
250 49,528
= x3600
4,785 x55588,35
200
R² = 0.999
197.359 = 0,6522
185.94
174.528 = 65,22%
163.08
Sfc (gram/kW-jam)
150 151.668
139.176
128.808
117.396 5.KESIMPULAN
100
Beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik dari analisa ini adalah:
50
1. Daya yang dihasilkan pada poros
output mesin yang sering disebut
0
sebagai daya rem (brake power)
adalah 100,521 kW
0 1000 2000 3000 2. Daya indikator sebagai daya yang
Putaran (rpm) dihasilkan dalam silinder motor
Gambar 4.6 Grafik Konsumsi bahan sehingga merupakan basis
bakar spesifik perhitungan atau penentuan efisiensi
pembakaran atau besarnya laju
Keterangan: panas akibat pembakaran di dalam
Putaran mesin yang bertambah silinder adalah 119,08 kW
otomatis akan meningkatkan konsumsi 3. Efisiensi termal yang merupakan
bahan bakar. indikasi sesungguhnya dari konversi
input termodinamika menjadi kerja
4.6 Efisiensi mekanis mekanis adalah 65,22 %.
Wb 4. Efisiensi mekanis yang merupakan
ηm = perbandingan antara (Wb) dengan
Wi daya indikator pada mobil Toyota
Fortuner mesin diesel type 2KD-FTV
100,5218kW
= VN Turbo ini adalah 84,4 %.
119,08kW 5. Efisiensi volumetrik pada mobil
= 0,844 Toyota Fortuner mesin diesel type
2KD-FTV VN Turbo ini adalah 80,18
= 84,4% %.
4.7 Efisiensi Volumetrik
99
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035
DAFTAR PUSTAKA
100