Anda di halaman 1dari 10

Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.

2 September 2014 ISSN 2338-1035

ANALISA PERFORMANSI PADA MOBIL TOYOTA FORTUNER


MESIN DIESEL TIPE 2KD-FTV VN TURBO INTERCOOLER

Andi Setiawan Ginting, Mulfi Hazwi


Departemen Teknik Mesin, Falkutas Teknik, Universitas Sumatera Utara
As308@live.com

ABSTARAK
Direct Four Stroke Turbo Commonrail Injection yang dikenal dengan D4D merupakan
kemajuan teknologi pada industri otomotif khususnya dalam hal penyempurnaan performansi
mesin. D4D adalah teknologi pengaturan laju tekanan bahan bakar dari sisi kuantitas dan waktu
penyemprotan bahan bakar secara elektronik.Kelebihan yang dimiliki oleh mesin D4D adalah
dengan penggunaan sistem commonrail dimana bahan bakar solar akan dihisap oleh pompa
bahan bakar melalui saringan bahan bakar agar dapat menghasilkan kualitas bahan bakar solar
dengan tingkat emisi gas buang yang sangat rendah. Disamping itu dengan adanya teknologi
ini akselerasi dan performa yang dihasilkan sangat optimal beserta tingkat getaran dan suara
mesin yang lebih halus. Tujuannya untuk mengetahui performansi dan kinerja mesin diesel
yang berteknologi commonrail VN Turbo Intercooler pada seri Toyota Fortuner tipe 2KD FTV-
Vn Turbo Intercooler. Metodologi yang digunakan adalah ruang bakar atau mesin pada Toyota
Fortuner tipe 2KD-FTV VN Turbo Intercooler. Motor Diesel memiliki efisiensi termal dan
performansi yang lebih baik serta dapat menghasilkan energi yang relatif besar. Efisiensi termal
yang merupakan indikasi sesungguhnya dari konversi input termodinamika menjadi kerja
mekanis mencapai 84,4 %. Hal ini membuktikan bahwa mobil ini telah mempunyai efisiensi
yang sudah bagus. Disamping itu untuk putaran 2800 rpm didapat daya sebesar 100,5218 kW.
Hasil analisa secara keseluruhan membuktikan bahwa mobil ini memiliki performa yang baik.
Kata kunci: teknologi, kuantitas, akselerasi, emisi, optimal.

1. PENDAHULUAN adalah 4 silinder dengan fitur ber-


camshaf ganda namum dihubungkan
1.1 Latar belakang oleh 1 timing belt, kode F menunjukkan
Toyota fortuner dengan masing- mesin tersebut twincam, juga
masing pilihan mesin ternyata memiliki dilengkapi turbucharger, kode T
kelebihan dan ciri khas masing-masing. menunjukkan mesin tersebut bertipe
Pada seri mesin bensin toyota kijang “forced induction” yang berfungsi untuk
innova tipe 1TR-FE, mesinya meningkatkan tenaga mesin dan
menggunakan teknologi variable valve efisiensi dengan turbocharger dan
timing Intellingent atau yang lebih menggunakan sistem pasokan bahan
dikenal dengan singkatan VVT-i yang bakar tipe Common rail,dan V
berfungsi mengatur pola bukaan katup menunjukkan sistem pasokan bahan
sehingga dapat memaksimalkan tenaga bakar tipe Common rail [1].
mesin pada saat tenaga besar dan
sebaliknya dengan pemakaian bahan 2. TINJAUAN PUSTAKA
bakar yang sesuai kondisi. Pada seri
mesin diesel Toyota Fortuner tipe 2KD- 2.1 Pengertian Dasar
FTV VNT (Variable Nozzle Jika meninjau jenis-jenis mesin,
Turbocharger) intercooler pada umumnya adalah suatu pesawat
menggunakan mesin D-4D yang yang dapat merubah bentuk energi
ternyata juga memiliki keunggulan lebih tertentu menjadi kerja mekanik.
baik dibandingkan mesin bensin.2KD Misalnya, mesin listrik yang mana
FTV VN Turbo Intercoller adalah mesin adalah sebuah mesin yang kerja
Toyota diesel 4 silinder, dimana mekaniknya diperoleh dari sumber
pengertian angka 2 adalah listrik. Sedangkan mesin gas atau
menunjukkan generasi keberapa dari mesin bensin yang kerja mekaniknya
keluarga mesin tersebut. Mesin seri KD

91
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

diperoleh dari sumber pembakaran gas


atau bensin.
Selain dari pada itu, apabila ditinjau
dari cara memperoleh sumber energi
termal, jenis mesin kalor dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
Mesin pembakaran luar (exsternal
combustion engine). Mesin
pembakaran luar adalah mesin dimana
proses pembakaran terjadi diluar Gambar 2.1. Langkah Kerja Motor
mesin, energi termal dari hasil Diesel
pembakaran dipindahkan ke fluida kerja
mesin melalui beberapa dinding 2.3 Siklus Ideal Diesel
pemisah. Contohnya adalah mesin uap.
Mesin pembakaran dalam (internal
combustion engine). Mesin
pembakaran dalam adalah mesin
dimana proses pembakaran
berlangsung di dalam mesin itusendiri,
sehingga gas pembakaran yang terjadi
sekaligus berfungsi sebagai fluida Gambar 2.2 Diagram P-V dan T-S
kerja. Mesin pembakaran dalam ini
umumnya dikenal dengan sebutan Proses-proses yang terjadi pada siklus
motor bakar. Contoh dari mesin kalor tersebut adalah:
pembakaran dalam ini adalah motor a. Proses 6-1. Tekanan konstan udara
bakar torak dan turbin gas [2]. hisap pada Po.Katup hisap terbuka dan
katup keluar tertutup:
2.2. Prinsip Kerja Motor Bakar Diesel W6−1 = P0 (v1 − v6 )
Ketika gas dikompresikan,
[2]Keterangan:
suhunya meningkat seperti dinyatakan
oleh Hukum Charles; mesin diesel P0 = tekanan pada titik 0 (kPa)
menggunakan sifat ini untuk menyalakn V1 = volume pada titik 1 (m3)
bahan bakar. Udara disedot kedalam V6 = volume pada titik 6 (m3)
silinder mesin diesel dan dikompresikan W6−1 = kerja pada titik 6-1 (kJ)
oleh piston yang merapat, jauh lebih
b. Proses 1-2. Langkah kompresi
tinggi dari resiko kompresi dari mesin
menggunakan busi. Pada saat piston isentropik Semua katup tertutup:
T2=T1(V1 / V2)k-1 = T1(V1 / V2)k-1 =T1 (rc)k-1
memukul bagian atas, bahan bakar
P2= P1(V1 / V2)k = P1(V1 / V2)k = P1(rc)k
diesel dipompa keruang pembakaran
dalam tekanan tinggi, melalui nozzle V2 = VTDC = mmRT2 / P2
Q1-2 = 0
atomisting. Dicampur dengan udara
W1-2 = mmR(T2 – T1) / 1- k [2]
panas yang bertekanan tinggi. Hasil
pencampuran ini menyala dan Keterangan:
membakar dengan cepat. Ledakan P1 = tekanan pada titik 1 (kPa)
tertutup ini menyebabkan gas dalam P2 = tekanan pada titik 2 (kPa)
ruang pembakaran di atas
mengembang,mendorong piston T1 = temperatur pada titik 1 (K)
kebawah dengan tenaga yang kuat dan T2 = temperatur pada titik 2 (K)
menghasilkan tenaga dalam arah
vertikal [2]. V1 = volume pada titik 1 (m3)
V2 = volume pada titik 2 (m3)
W1−2 = kerja pada siklus 1-2 (kJ)

92
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

R = konstanta gas (kJ/kg.K) e. Proses 4-5: Rejeksi panas volume


c. Proses 2-3. Tekanan Konstan Panas konstan (keluaran berhembus
Masuk (Pembakaran) semua katup kebawah)Katup keluar terbuka dan
tertutup: katup hisap tertutup.
Q2-3 = Qin = mf QHVηc = mmCp(T3 – T2) = V5 = V4 = V1 = vBDC
(ma + mf)Cp(T3 – T2) W4-5 = 0
QHVηc = (AF + 1)Cp (T3 – T2) Q4-5 = Qout = mmCv(T5 – T4) = =
Q2-3 = Qin = Cp(T3 - T2) = (h3 – h2) mmCv(T1 - T4)
W2-3 = Q2-3 – (u3 – u2) = P2(V3 – V2) Q4-5 = Qout = Cv = (T5 – T4) = (u5 – u4) =
Cut of Ratio : Cv(T1 – T4) [2]
ß = V3 – V2 = T3 / T2 [2] Keterangan:
Keterangan: T4 = temperatur pada titik 4 (K)
P3 = tekanan pada titik 3 (kPa) T5 = temperatur pada titik 5 (K)
P2 = tekanan pada titik 2 (kPa) mm = massa campuran gas di
T3 = temperatur pada titik 3 (K) dalam silinder (kg)
T2 = temperatur pada titik 2 (K) cv = panas jenis gas pada volume
QHV = heating value (kJ/kg) konstan (kJ/kg.K)
Qin = kalor yang masuk (kJ)
W4−5 = kerja pada titik 4-5 (kJ)
f. Proses 5-6: Tekanan Konstan
ηc = efisiensi pembakaran langkah buang di Po.Katup buang
mm =massa campuran gas di dalam terbuka.
W5-6 = P0 (V6 – V5) = P0(V6 – V1) [2]
silinder (kg)
Keterangan:
Cp = panas jenis gas pada tekanan
P0 = tekanan pada titik 0 (kPa)
konstan (kJ/kg.K)
v5 = volume pada titik 5 (m3)
W2−3 = kerja pada titik 2-3 (kJ)
d. Proses 3-4: Langkah Isentropik atau v6 = volume pada titik 6 (m3)
langkah ekspansi isentropik: W5−6 = kerja pada titik 5-6 (kJ)
Semua katup tertutup:
Effisiensi Thermal Siklus Diesel (Eff.
Q3-4 = 0
Th):
T4 = T3(V3 / V4)k-1= T3(V3 / V4)k
(ηt )DIESEL = [Wnet] / [Qin] = 1 – ([Qout] /
T4 = T3 = (V3 / V4)k = (V3 / V4)k
[Qin])
W3-4 = (P4V4 – P3V4) / (1 – k ) = R(T4 –
T3) / (1 – k) = (u3 – u4) = Cv (T3- T4)
2.4 Tekanan efektif rata-rata (mep)
Keterangan:
Selama siklus berlangsung,
P4 = tekanan pada titik 4 (kPa) temperatur dan tekanannya selalu
P3 = tekanan pada titik 3 (kPa) berubah-ubah. Oleh karena itu
sebaiknya dicari harga tekanan tertentu
T3 = temperatur pada titik 3 (K) (konstan) yang apabila mendorong
T4 = temperatur pada titik 4 (K) torak sepanjang langkahnya dapat
menghasilkan kerja persiklus yang
V3 = volume pada titik 3 (m3) sama dengan siklus yang dianalisis.
V4 = volume pada titik 4 (m3) Tekanan tersebut dinamai tekanan
efektif rata-rata (mep), yang
mm = massa campuran gas di diformulasikan sebagai:
dalam silinder (kg) 
Mep=  [2]
R = konstanta gas (kJ/kg.K)
dimana:
W3−4 = kerja pada titik 3-4 (kJ) mep = tekanan efektif rata-rata (kPa)

93
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

Vd = volume langkah torak (m3) ma = massa udara (kg)


Wnett= kerja netto (kJ) Wb = daya poros (kW)
N = putaran mesin (putaran/detik)
2.5 Daya Indikator ( Ẃi ) 2.8Efisiensi mekanis
Merupakan daya yang dihasilkan Besarnya kerugian daya
dalam silinder motor sehingga diperhitungkan dalam efisiensi mekanis
merupakan basis perhitungan atau yang dirumuskan sebagai berikut:
penentuan efisiensi pembakaran atau ηm = Ẃ b / Ẃ i [2]
besarnya laju panas akibat dimana:
pembakaran di dalam silinder. ηm = efisiensi mekanis
 Wb = daya poros (kW)
Wi=  [2]
Wi = daya indikasi (kW)
dimana:
Ẃi = daya indikasi (kW)
2.9Efisiensi volumetrik
N = putaran mesin (putaran/detik)
Efisiensi ini didefinisikan sebagai
n = jumlah putaran dalam satu siklus,
perbandingan antara massa udara
untuk empat tak n = 2 (putaran/siklus)
yang masuk karena dihisap torak pada
Wnett = kerja netto (kJ)
langkah hisap dan massa udara pada
tekanan dan temperatur atmosfer yang
2.6 Torsi dan Daya
dapat dihisap masuk kedalam volume
Daya yang dihasilkan suatu
satuan yang sama.
mesin pada poros keluarannya disebut
ηv = ma / ( ρa x Vd) [2]
sebagai daya poros (atau bisa dikenal
dimana:
dengan brake power) yang dihitung
berdasarkan rumusan: ηv = efisiensi volumetrik
Wb = 2π x N x τ [2] ρa = massa jenis udara (kg/m3)
Dimana:
ma = massa udara (kg)
Wb = daya poros (kW)
Vd = volume langkah torak (m3)
N = putaran mesin
(putaran/ detik)
2.10Efisiensi Thermal Brake
τ = torsi (Nm)
Efisiensi Thermal Brake (brake
π = 3,14
thermal eficiency) merupakan
perbandingan antara daya keluaran
2.7 Konsumsi bahan bakar (Sfc)
aktual terhadap laju aliran panas rata-
Konsumsi bahan bakar (Sfc)
rata yang dihasilkan dari pembakaran
didefenisikan ssebagai jumlah bahan
bahan bakar. Efisiensi thermal brake
bakar yang dikonsumsikan persatuan
dihitung dengan menggunakan
unit daya yang dihasilkan perjam
persamaan berikut:
operasi. Secara tidak langsung
PB
komsumsi bahan bakar spesifik ηb = .3600
merupakan indikasi efesiansi mesin mf .CV [2]
dalam menghasilkan daya dari
pembakaran bahan bakar. dimana:
Sfc = m‫ּי‬f / Wb [2] ηb = Efisiensi termal brake
dimana :

   CV = nilai kalor bawah bahan bakar
m‫ּי‬f = (kj/kg)

dimana: m‫ּי‬f = laju aliran rata-rata bahan bakar
sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/detik)
(gr/kwh)
m‫ּי‬f = laju aliran rata-rata bahan bakar
(kg/detik) 3. METODOLOGI
mf = massa bahan bakar (kg)
3.1.Metode Pengumpulan Data

94
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

Data yang diperoleh dalam pengujian Sesuai dengan namanya


ini meliputi : dynamometer ini menyerap daya yang
a. Data primer, merupakan data yang di ukur kemudian disebarkan
diperoleh langsung dari kesekelilingnya dalam bentuk panas
pengukuran dan pembacaan pada karena dynamometer ini secara khusus
unit instrumentasi dan alat ukur bermanfaat untuk pengukuran tenaga
pada masing-masing pengujian atau daya. Cara menggunakan alat
b. Data sekunder, data mengenai dynamometer ini ialah dengan cara
karakteristik bahan bakar solar dari memasang dynamometer di poros
pertamina. transmisi, maka dynamometer ini akan
membaca daya dan torsi pada mesin
3.2.Pengamatan dan tahap pengujian tersebut. Dengan spesifikasi alat
Pada penelitian yang akan ukurnya :GuntHamburg dengan Tipe
diamati adalah : HM 365, Nominal Power 2,2 Kw dan
1. Parameter torsi (T) dan parameter maksimal 200 Kw.
daya (PB) 4. 4,Multimeter
2. Parameter konsumsi bahan bakar Multimeter berfungsi untuk
spesifik (sfc) mengukur tegangan (Voltmeter), arus
3. Rasio perbandingan udara bahan (Amperemeter), dan resistansi
bakar (AFR) (ohmmeter). Dalam multimeter
4. Effisiensi mekanis (ηm) pemilihan besaran yang ingin diukur
5. Effisiensi volumetris (ηv) dengan mengatur range selector sesuai
6. Effisiensi thermal brake (ηb) dengan keinginan, pada proses analisa
multimeter digunakan untuk melihat
3.3.Prosedur Analisa Performansi hubungan setiap kabel busi, dan arus
Mesin Diesel Tipe 2KD FTV-VN Turbo listrik yang mengalir ke rotor pada
Intercooler distributor serta kelistrikan lainya.
Analisa yang dilakukan dengan 5. Intelligent tester II:
menggunakan mesin Diesel Tipe 2KD- Intelligent tester II berfungsi Untuk
FTV VN Turbo Intercooler dengan mendeteksi adanya kerusakan pada
sistem bahan bakar commonrail. sistim kontrol electronic ( EFI, ABS,
ECT, ITC, Imobilizer, EBD, Airbag, )
3.4. Alat – Alat untuk proses analisa Berfungsi sebagai osiloskop Berfungsi
unjuk kerja mesin sebagai multitester Untuk menghapus
1.Four gas analyser: memori kesalahan pada sistim kontrol (
Berguna untuk mengukur ECU ) Untuk membaca kondisi kerja
kontribusi gas buang yang keluar dari mesin
mobil berbahan bakar solar. 6. Toolbox
2. Tachometer: Untuk menyimpan kunci pas, kunci
Tachometer adalah alat yang inggris, tang, kunci ring, obeng, kunci L,
digunakan untuk mengukur kecepatan obeng, dan sebagainya.
putaran pada poros engkel / piringan
motor atau mesin lainnya. Tachometer 4. ANALISA DATA DAN
dikendalikan oleh putaran kabel dari PEMBAHASAN
sebuah unit pengendali yang
dimasukkan kedalam mesin (biasanya 4.1. Analisa Termodinamika
pada poros engkol) juga ada-
biasanya pada sistem mesin diesel Proses 6-1 : Langkah hisap,
sederhana yang menggunakan basis tekanan konstan, katup hisap terbuka
sistem elektris ataupun tanpa sistem dan katup keluar tertutup. Udara
elektrik. dianggap sebagai gas ideal. Udara
3. Universal Dynamometer Module dihisap masuk ke silinder dengan

95
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

tekanan 100 kPa pada temperatur 27oC Fuels pada lampiran I, Air Fuel Ratio
atau 300 K, maka : (AF) = 15,0. Dimana ma + mf = mm =
P0 = 100 kPa 7,655 x 10-4 kg. Maka, massa bahan
T1 = 320 K bakar yang diinjeksikan (mf) setiap satu
rc = 18,5 siklus adalah:
D = 92 mm mf = 4,785x10-5kg
S = 93,8 mm
Maka, massa udara (ma) yang masuk
R = 0,287 kJ/kg-K
dalam silinder adalah:
Cv = 0,718 kJ/kg-K
ma= mm – mf
Cp = 1,005 kJ/kg.K
= 7,1768x10-4kg – 4,785x10-5kg
Volume langkah:
= 6,6984x10-4 kg
Merupakan volume dari langkah
torak dari titik mati bawah (TMB) ke titik Densitas udara ( ρa ):
mati atas ( TMA). Kapasitas 4 silinder P0 = 100 kpa
adalah 2494 cc, maka volume langkah T0 = 320 K
untuk satu silinder adalah: Kerapatan udara masuk ruang bakar :
2494  = 1,088 kg/m3
Vd = Sesuai dengan persamaan 2.1. maka
4
Vd = 623,5 cc = 6,235 x 10-4 m3 kerja yang terjadi pada titik 6-1 adalah
Volume sisa: dihitung berdasarkan persamaan
Merupakan volume minimum berikut ini:
silinder pada saat torak berada di titik W6−1 = P0 (V1 − V6 ) ....... dimana Po = P1
mati atas (TMA). Dengan rasio
= 0,08235kj
kompresi sebesar 18,5:1 dan volume
Proses 1-2 : Langkah kompresi
langkah sebesar 6,235 x 10-4 m3,maka
isentropik, semua katup tertutup. Torak
besarnya volume sisa adalah:
bergerak dari titik mati bawah (TMB) ke
Vc = 3,562 x 10-5m3
titik mati atas (TMA).
Volume pada titik 1:
Merupakan hasil penjumlahan P2 = P1 (rc ) k
volume langkah (Vd) dengan volume = 5943,4747 kPa
sisa (Vc). Temperatur pada titik 2 :
V1 = Vd + Vc Udara yang dimampatkan oleh
torak yang bergerak ke titik mati atas
V1 = 6,235 x 10-4 m3 + 3,562 x 10-5m3
(TMA) juga mengakibatkan suhu dalam
= 6,5912 x 10-4 m3 silinder naik menjadi T2. Nilai dari T2
massa udara :
dapat kita kita hitung sesuai dengan
dengan tekanan 100 kpa silinder
persamaan 2.2. di bawah ini:
6,5912 x 10 -4 pada temperatur 320 K,
maka massa udara adalah : T2 = T1 (rc ) k −1
  = 1060,1873 K
mm = 
 Volume pada titik 2:
= 7,1768x10-4kg
Massa udara pembakaran (ma) dan mm RT2
V2 =
massa bahan bakar (mf): P2
Untuk menentukan massa bahan = 3,674 x 10-5 m3
bakar yang diinjeksikan pada satu Kerja persiklus 1-2:
siklus (
) dapat diperoleh dari Kerja yang diserap selama
persamaan Air Fuel Ratio (AF) langkah kompresi isentropik untuk satu
dibawah ini. silinder dalam satu siklus dapat kita

AF =  hitung sesuai dengan persamaan 2.6.
 sebagai berikut:
Berdasarkan data bahan bakar = (-0,3759) kJ
isooctane pada tabel A-2 Properties Of

96
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

Proses 2-3: Penambahan kalor turun menjadi T4. Nilai dari T4 dapat
pada tekanan konstan. kita hitung dengan persamaan 2.14
Kalor masuk: berikut ini:
QHV merupakan nilai kalor panas k −1
V 
dari bahan bakar. Berdasarkan Tabel T4 = T3  3 
A-2 pada Lampiran 1, nilai kalor panas  V4 
dari cetane adalah 43.980 kJ/kg dan = 1779,7374K
diasumsikan terjadi pembakaran Tekanan pada titik 4:
sempurna ( η c = 1 ). Maka, kalor masuk Tekanan pada titik 4 di dalam
pada kondisi tekanan konstan dapat silinder akan mengalami penurunan
kita hitung sesuai dengan persamaan setelah titik 3. Nilai dari P4 dapat kita
2.7. adalah sebagai berikut: hitung sesuai dengan persamaan 2.15
di bawah ini:
Qin = m f QHV η c k
V 
= 2,1044 kj P4 = P3  3 
Volume pada titik 3:  V4 
Volume pada titik 3 dapat kita = 666,3052 kpa
peroleh dengan menggunakan rumus Kerja persiklus 3-4:
berikut ini (hal. 101 Lit.1): Untuk kerja yang dihasilkan
= 1,3808x10-4 m3 selama langkah ekspansi (W3−4 ) dapat
Temperatur pada titik 3: ditentukan berdasarkan persamaan
Sesuai dengan persamaan matematika 2.16 berikut ini:
2.7. dimana Qin = mm C p (T3 − T2 ) maka mm × R × (T4 − T3 )
nilai T3 dapat kita hitung sebagai W3− 4 =
1− k
berikut: = 0,8960 KJ
Qin + m m C p T2 Proses 4-5:
T3 =
mm C p Titik 5 merupakan proses
langkah buang atau disebut juga
=3235,7428K
proses exhaust blowdown dimana
Tekanan pada titik 3:
katup keluar terbuka dan katup hisap
Sesuai dengan Gambar 2.2.
tertutup. Sesuai dengan persamaan
(Diagram p-v) jelas terlihat bahwa tidak
2.17 maka volume pada titik 5 (V5)
ada perubahan tekanan mulai titik 2
sama dengan volume pada titik 4 ($% =
hingga titik 3 (ekivalen), walaupun
terjadi peningkatan temperatur. V4 = V1 = VBDC = 6,5912 × 10 −4 m 3 ).
Maka P2 = P3 = Pmaks = 5943,4747 kPa. Sedangkan temperatur pada
Sesuai dengan persamaan titik 5 (T5) sama dengan temperatur
2.10. maka kerja yang terjadi pada titik pada titik 1 (T1), ini dibuktikan dari
2-3 dapat kita hitung sebagai berikut: persamaan 2.19 berikut ini.
W2−3 = P2 (v3 − v2 ) &'(%=&) = *+ (,% − ,' )
= (-0,7470)kj
= 0,8023 KJ
Maka, ,% = ,. = 330 0
Proses 3-4: Langkah isentropik
Sesuai dengan persamaan 2.18. maka
Volume pada titik 4:
Berdasarkan diagram p-v siklus kerja (W4−5 ) = 0
diesel pada Bab II sebelumnya terlihat Proses 5-6:
−4
jelas bahwa: V4 = V1 = 6,5912× 10 m3 Titik 6 merupakan proses
langkah buang pada tekanan konstan
Temperatur pada titik 4
(12 = 1. ). Untuk kerja yang dihasilkan
Setelah torak mencapai titik
mati bawah (TMB) sejumlah kalor pada proses 5- 6 (3%(2) dapat dihitung
dikeluarkan dari dalam silinder berdasarkan persamaan 2.21 berikut
sehingga temperatur fluida kerja akan ini:

97
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

W5−6 = P0 × (v6 − v5 ) =P 0 ×(v6 − v1 ) Grafik Putaran Vs Daya


70 Indikator
V2 = V6
V5 = V1 60 R² = 0.999 59.55
Sesuai dengan gambar 2.2. 53.59
diagram p-v, maka nilai Po – P1 = 100 50

Daya Indikator
47.63
kPa. 41.68
40
W5−6 = P1 × (v6 − v1 ) 35.73
= (-0,5544)Kj 30 29.77
23.81 Daya
20 Indikator
W nett (Kerja satu siklus): 17.86
Mesin
Kerja yang dihasilkan dalam 10 (kW)
satu siklus kerja dapat dihitung 3.57
berdasarkan persamaan dibawah ini: 0
Wnett =(W6−1) +(W1−2) +(W2−3) +(W3−4) +(W4−5) +(W5−6) 0 2000 4000 6000
Putaran (rpm)
= +1,42931kj Gambar 4.1 Grafik Daya Indikator
Sehingga, kerja yang dihasilkan Mesin
dalam satu siklus kerja dari Toyota
Fortuner Tipe 2KD-FTV VN Turbo Keterangan:
adalah 1,1982 kJ. Seiring dengan bertambahnya
Untuk effisiensi termal dari satu putaran mesin,otomatis akan
siklus kerja dari motor diesel 2KD-FTV meningkatkan daya indikator. Hal ini
dapat dihitung berdasarkan persamaan secara terus menerus akan meningkat
2.22 dibawah ini: seiring degan putaran mesin
Wnett bertambah.
η th =
Qin 4.4 Torsi dan Daya
= 0,6793 45
= 67,93%
Wb= ,
26
4  5  4766
= x 343Nm
4.2 Tekanan Efektif Rata-rata 26
Wnett = 100521,8 Nm / det
mep = = 100,5218 kW
vd
Grafik Daya mesin Vs
120 Putaran Mesin
1,42931kJ
mep =
6,235 × 10− 4 m3 R² = 0.999
100.52
100 1
= 22923,81kPa 93.341
86.161
4.3. Daya indikator 80 78.981
71.801
Wnett × N
Daya Mesin (kW)

64.621
Wi = 60 57.441
n 49.528
= 29,77 kW
40
Untuk 4 silinder = 4 x 29,77 kW =
119,08 kW
20

0
0 1000 2000 3000
Putaran mesin (rpm)

Gambar 4.3 Grafik Daya Mesin

98
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

ma
Keterangan: ηv =
Putaran mesin yang meningkat
ρ aV d
akan membuat daya mesin semakin
6,6984 × 10 −4 kg
bertambah. =
1,088kg / m 3 × 6,235 × 10 − 4 m 3
4.5Konsumsi bahan bakar spesifik = 0,8018
Sfc = m´f / ẁb = 80,18%
= 5,4822 × 10−4 kg / kW − det 4.8 Efisiensi Thermal Brake
= 197,359gram / kW − jam PB
ηb = .3600
mf .CV
Grafik Putaran mesin Vs Sfc
250 49,528
= x3600
4,785 x55588,35
200
R² = 0.999
197.359 = 0,6522
185.94
174.528 = 65,22%
163.08
Sfc (gram/kW-jam)

150 151.668
139.176
128.808
117.396 5.KESIMPULAN
100
Beberapa kesimpulan yang dapat
ditarik dari analisa ini adalah:
50
1. Daya yang dihasilkan pada poros
output mesin yang sering disebut
0
sebagai daya rem (brake power)
adalah 100,521 kW
0 1000 2000 3000 2. Daya indikator sebagai daya yang
Putaran (rpm) dihasilkan dalam silinder motor
Gambar 4.6 Grafik Konsumsi bahan sehingga merupakan basis
bakar spesifik perhitungan atau penentuan efisiensi
pembakaran atau besarnya laju
Keterangan: panas akibat pembakaran di dalam
Putaran mesin yang bertambah silinder adalah 119,08 kW
otomatis akan meningkatkan konsumsi 3. Efisiensi termal yang merupakan
bahan bakar. indikasi sesungguhnya dari konversi
input termodinamika menjadi kerja
4.6 Efisiensi mekanis mekanis adalah 65,22 %.
Wb 4. Efisiensi mekanis yang merupakan
ηm = perbandingan antara (Wb) dengan
Wi daya indikator pada mobil Toyota
Fortuner mesin diesel type 2KD-FTV
100,5218kW
= VN Turbo ini adalah 84,4 %.
119,08kW 5. Efisiensi volumetrik pada mobil
= 0,844 Toyota Fortuner mesin diesel type
2KD-FTV VN Turbo ini adalah 80,18
= 84,4% %.
4.7 Efisiensi Volumetrik

99
Jurnal e-Dinamis, Volume.10, No.2 September 2014 ISSN 2338-1035

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuwana, Wowo Sunaryo, Modul


Motor Diesel 1 (Mekanisme Motor
Diesel ) Jurusan Pendidikan Teknik
Mesin, Keahlian Kemampuan
Otomotif FPTK Universitas
Pendidikan Indonesia.
2. Arismunandar, Wiranto. Motor
Diesel Putaran Tinggi. Bandung.
Penerbit ITB Bandung, 1975.
3. Darsono, Dody. Simulasi CFD Pada
Mesin Diesel Injeksi Langsung
Dengan Bahan Bakar Biodiesel dan
Solar. Tugas Sarjana Mahasiswa
Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, 2010.

100

Anda mungkin juga menyukai