Anda di halaman 1dari 9

BAB I

A. Pendahuluan

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya


tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
Diastolik ≥85 mmHg merupakan batas normal tekanan darah (Junaidi, 2010).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut-sebut sebagai sillent killer karena
sesorang yang mengidap hipertensi yang bahkan sudah bertahun-tahun seringkali
tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti kerusakan organ vital yang
cukup berat yang bisa mengakibatkan kematian. Sebanyak 70 % penderita hipertensi
tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi hingga ia memeriksakan tekanan
darahnya ke pelayanan kesehatan. Sebagian lagi mengalami tanda dan gejala seperti
pusing, kencang di tengkuk, dan sering berdebar-debar (Adib, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 hipertensi adalah


salah satu yang memegang andil yang penting untuk penyakit jantung dan stroke yang
dapat menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu. Hipertensi
berkonstribusi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap
tahunnya.

World Health Organization (WHO) tahun 2008 mencatat sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025, dari 972 juta penderita
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara
sedang berkembang, termasuk Indonesia.

Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9% untuk


umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75 tahun. Prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah pada umur ≥18 tahun
adalah sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%). (Balitbang Kemenkes RI,
2013).

Ada banyak faktor yang menyebabkan hipertensi, faktor risiko tersebut antara
lain yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar garam tinggi,
kebiasaan merokok dan minum alkohol (Baradero, 2008). Adapun menurut Sudoyo et
al (2009) faktor-faktor risiko yang mendorong peningkatan tekanan darah adalah
faktor-faktor seperti: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok dan genetis.
Lansia merupakan orang yang mempunyai faktor risiko umur dan juga mungkin di
sertai faktor-faktor risiko yang lain, yang harus diwaspadai dan benar-benar supaya
memperhatikan pola hidup yang sehat supaya tidak menimbulkan hipertensi yang
mungkin disertai dengan komplikasi yang berbahaya.

Puskesmas Banyudono 1 terletak di Jalan Boyolali – Semarang KM 15


wilayah kerja Puskesmas Banyudono meliputi 9 desa. Penyakit yang paling banyak
ditemukan di Puskesmas Banyudono 1 antara lain Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA), Myalgia, Periodontosis, Hipertensi, Gastritis. Hipertensi merupakan peringkat
kelima dari keseluruhan penyakit yang sering ditemukan di Puskesmas Banyudono 1
pada tahun 2017, dan Hipertensi merupakan peringkat kedua Penyakit Tidak Menular
(PTM).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peniliti ingin membahas mengenai


Hipertensi dengan berbagai faktor resiko sehingga dapat dilakukan pencegahan atau
mengurangi kekambuhan pada pasien hipertensi yang sering dijumpai dalam
masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah


“Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi di Wilayah kerja
Puskesmas Banyudono 1 Boyolali Tahun 2018”.

C. Tujuan Penulisan

1. Umum

Meningkatkan pengetahuan mengenai faktor yang berhubungan dengan


Hipertensi di Puskesmas Banyudono 1 Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran Index Masa Tubuh (IMT) pada pasien Hipertensi


di Puskesmas Banyudono 1 Boyolali
b. Mengetahui gambaran kebiasaan merokok dan konsumsi minum kopi
pada pasien Hipertensi di Puskesmas Banyudono 1 Boyolali

c. Mengetahui gambaran aktivitas fisik pada pasien Hipertensi di


Puskesmas Banyudono 1 Boyolali

d. Mengetahui gambaran usia dan jenis kelamin pada pasien Hipertensi di


Puskesmas Banyudono 1 Boyolali

e. Mengetahui gambaran pola diet pada pasien Hipertensi di Puskesmas


Banyudono 1 Boyolali

f. Mengetahui gambaran kepatuhan minum obat anti hipertensi pada pasien


Hipertensi di Puskesmas Banyudono 1 Boyolali

g. Mengetahui gambaran kebiasaan kontrol tekanan darah pada pasien


Hipertensi di Puskesmas Banyudono 1 Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat

bagi pihak terkait, meliputi:

1. Bagi Peniliti

Untuk mengembangkan kemampuan setelah memperoleh ilmu baik secara


teori maupun praktik.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Banyudono 1 dalam upaya


meningkatkan pelayanan Puskesmas Banyudono 1 terhadap pasien.
BAB II

Mengetahui gambaran kebiasaan merokok dan konsumsi minum kopi


pada pasien Hipertensi di Puskesmas Banyudono 1 Boyolali

Penyakit degeneratif menjadi pembicaraan hangat di berbagai media massa.


Penyakit ini bahkan bukan hanya menjadi pembicaraan kalangan praktisi kesehatan,
tetapi sudah menjadi pembicaraan bagi khalayak umum. Penyebab utama yang
mempercepat munculnya penyakit degeneratif adalah Gaya Hidup yang tidak sehat.
Salah satu penyakit degeneratif tersebut adalah Hipertensi (Khasanah, 2012).

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada


di atas normal, atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
diastolik. Hipertensi yang terjadi dalam jangka lama dan terus menerus bisa memicu
terjadinya stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama
gagal ginjal kronik (Rudianto, 2013).

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu faktor yang
tidak dapat dimodifikasi antara lain usia lanjut, adanya riwayat tekanan darah tinggi
dalam keluarga, dan Jenis kelamin, faktor yang dapat dimodifikasi antara lain
kelebihan berat badan yang diikuti dengan kurangnya olahraga, merokok, konsumsi
alkohol, konsumsi kopi dan natrium (Palmer, 2007).

Terjadinya hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor yang saling


mempengaruhi, dimana faktor utama yang berperan dalam patofisiologi adalah faktor
yang dapat dimodifikasi yaitu Merokok dan Kopi (Endang, 2014). Rokok
mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu tar,
nikotin, dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut yang masuk ke dalam aliran darah
dapatr merusak lapisan endotel pembuluh darah arteridan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi (Nurkhalida, 2003). Seseorang merokok dua batang
maka tekanan sistolik maupun diastolikakan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah
akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti menghisap rokok.
Sedangkan untuk perokok berattekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang
hari (Sheldon, 2005).

Pengaruh kopi terhadap terjadinya hipertensi saat ini masih kontroversial.


Kopi mempengaruhi tekanan darah karena mengandung polifenol, kalium, dan kafein.
Kafein memiliki efek yang antagonis kompetitif terhadap reseptoradenosin. Adenosin
merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan saraf
pusat. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi danmeningkatkan total resistensi
perifer, yang akan menyebabkan tekanan darah. Kandunagan kafein pada secangkir
kopi sekitar 80-125 mg (Palmer,2007).

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ainun (2012) tentang


hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada mahasiswa di lingkup
kesehatan Universitas Hasanuddin. Hasil penelitian diperoleh variabel yang
berhubungan dengan hipertensi adalah perilaku merokok (pvalue=0,000), kebiasaan
olahraga (p-value=0,028), konsumsi kopi (p-value=0,000), dan konsumsi alkohol (p-
value=0,002). Variabel yang tidak berhubungan dengan hipertensi adalah stres
(pvalue=0,089). Kesimpulan dari penelitian bahwa ada hubungan perilaku merokok,
kebiasaan olahraga, konsumsi kopi, konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi
pada mahasiswa Universitas Hasanuddin.

Hasil Penelitian juga dilakukan oleh Syarwendah (2014) tentang hubungan


gaya hidup dengan tekanan darah pada pasien Hipertensi di poliklinik penyakit dalam
RSI Siti Khadijah Palembang, hasilnya ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi (p-value=0,013). Ada hubungan antara
aktivitas fisik dengan tekanan darah pada pasien Hipertensi (p-value=0,013), tidak ada
hubungan antara konsumsi alkohol dengan tekanan darah pada pasien hipertensi (p-
value=0.544). Kesimpulannya adalah Ada Hubungan antara kebiasaan merokok, dan
aktivitas fisik dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Berdasarkan penjelasan di
atas diketahui bahwa faktor risiko yang mempengaruhi tekanan darah pasien
hipertensi adalah merokok, dan Konsumsi kopi, sehingga kami tertarik meneliti
hubungan merokok dan konsumsi kopi dengan tekanan darah pada pasien Prolanis
yang terdiagnosa hipertensi di Puskesmas Banyudono 1 tahun 2018.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan, rokok membunuh lebih dari


lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan akan membunuh sepuluh juta sampai
tahun 2020. Dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara berkembang. Lembaga
demografi universitas indonesia mencatat, angka kematian akibat penyakit yang
disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau
sekitar 2,25% dari total kematian di Indonesia (Bustan, 2007).
Perokok dikategorikan menjadi tiga, perokok ringan yaitu orang yang
menghisap kurang dari 10 batang rokok per hari, perokok sedang yaitu orang yang
menghisap 10-20 batang rokok per hari, sedangkan perokok berat yaitu orang yang
menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari (Bustan, 2007).
Menghisap sebatang rokok berpengaruh besar terhadap kenaikan tekanan
darah karena pada dasarnya perokok menghisap CO (karbon monoksida) yang
berakibat berkurangnya pasokan O2 (oksigen) ke dalam jaringan tubuh. Gas CO
mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat
dibandingkan dengan oksigen. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan
berusaha meningkatkan melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut
atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah dan terjadinya proses
aterosklerosis (penyempitan) (Price & Wilson, 2006).
nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin)
yang bersifat memacu peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah,
kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Jantung
tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi,
berakibat timbulnya hipertensi. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan
banyak bagian tubuh lainnya. Efek lain nikotin adalah merangsang berkelompoknya
trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan
menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung gas
CO yang berasal dari rokok (Price & Wilson, 2006).

ANALISA

Jumlah
Kebiasaan
No
Merokok %
n

1 Berisiko 15 26,7

2 Tidak Berisiko 41 73,3

Total 56 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari jumlah sample 56


peserta (100%), didapatkan 15 peserta (26,7%) yang berisiko dan 41 peserta (73,3%)
yang tidak berisiko. Dari 41 peserta tersebut sebagian besar nya adalah wanita, yang
bisa menjadi berisiko untuk terjadinya perokok pasif. Peserta yang memiliki
kebiasaan merokok diatas 10 batang per hari mempunyai risiko untuk terjadinya
hipertensi lebih besar dibandingkan dengan peserta yang kebiasaan mengkonsumsi
rokok 1-9 batang per harinya. Rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi
kesehatan tubuh, diantaranya yaitu tar, nikotin, dan karbon monoksida. Zat kimia
tersebut yang masuk ke dalam aliran darah dapatr merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteridan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi (Nurkhalida,
2003). Seseorang merokok dua batang maka tekanan sistolik maupun diastolikakan
meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit
setelah berhenti menghisap rokok. Sedangkan untuk perokok berattekanan darah akan
berada pada level tinggi sepanjang hari (Sheldon, 2005).

Jumlah
Kebiasaan
No
Konsumsi %
n
kopi
1 Berisiko 24 42,8

2 Tidak Berisiko 32 57,2

Total 56 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 56 peserta (100%)


terdapat 24 peserta (42,8%) yang berisiko dan 32 peserta (57,2%) yang tidak berisiko.
Peserta yang memiliki kebiasaan konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir per hari dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi, karena pada kopi terdapat kandungan
kafein yang meningkatkan detak jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian
kafein 150 mg atau 2-3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah 5-15 mmHg
dalam waktu 15 menit. Peningkatan tekanan darah ini bertahan sampai 2 jam, dan
diduga kafein mempunyai efek langsung pada medula adrenal untuk mengeluarkan
epineprin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi
peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole (Ayu, 2012)

SARAN

1. Bagi Puskesmas yang wilayah kerjanya mencakup 9 Desa Banyudono,


agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengelola
program Pencegahan dan penanggulangan Penyakit khususnya sebagai
pertimbangan dalam penentuan strategi pencegahan dan penanggulangan
hipertensi.

2. Bagi masyarakat agar dapat meningkatkan pencegahan dan


penanggulangan faktor risiko hipertensi secara komprehensif dan
berkesinambungan agar terhindar dari penyakit hipertensi dan dapat
meminimalisir risiko penyakit hipertensi.

3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai


informasi tambahan tentang penyakit hipertensi, serta diharapkan untuk
dapat mengembangkan penelitian ini dengan meneliti faktor risiko lainnya
yang berhubungan dengan penyakit hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Adib.M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung


dan Stroke. Yogyakarta : Dianloka

Ainun. 2012. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada


Mahasiswa di Lingkup Kesehatan Universitas Hasanuddin. Skripsi. Universitas
Hasanuddin: Makasar.

Ayu, M dan Rosa, L. 2012, Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau Dari


Kebiasaan Minum Kopi (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran pada
Bulan Januari- Februari 2012).Journal of Nutrition College,Volume 1, Nomor 1,
Tahun 2012.
Bustan M.N. 2007 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi kedua.
Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Kesehatan RI., 2009. Distribusi Penyakit Sistem Sirkulasi Darah


Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit, Indonesia Tahun 2006. Jakarta.
Available from: http://www.yanmedik-depkes.net./ . Diakses 7 April 2013.

Junaidi, Iskandar., 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.


Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
Khasanah, Nur. 2012. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola
Makan. Jakarta Selatan: Laksana.

Nurkhalida. 2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Palmer, A. 2007. Simpel Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Price S dan Wilsson L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rudianto & Budi F. 2013. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta:


Sakhasukam.

Sheldon, G., dkk. 2005. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi TekananDarah


Tinggi. Jakarta: PT. Intisari Mediatama.

Syarwendah. 2014. Hubungan Gaya Hidup dengan Tekanan Darah pada


Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit dalam RSI Siti Khadijah Palembang. 14(9):
23-30.

WHO, 2006-a. STEPwise approach to stroke surveillance. Available from:


http://www.who.int/. Diakses 25 April 2013.

World Health Organization, 2006-b. STEP Stroke Surveillance. Available


from: http:// www.who.int/entity/chp/steps/Section1_Introduction.pdf . Diakses 27
April 2013

Yogiantoro, M., 2009. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, A.W., et al eds. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5th ed. Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, 1079-1085.

Anda mungkin juga menyukai