Anda di halaman 1dari 36

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon
estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Pemakaian kontrasepsi,
khususnya alat kontrasepsi hormonal bisa mempengaruhi kapan seorang wanita mengalami
menopause. Hal ini bisa terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur
sehingga tidak memproduksi sel telur. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat memperlambat
menopause, karena penekanan pada FSH dapat menekan perkembangan folikel sehingga
pengurangan folikel di ovarium dapat dikurangi dan juga dengan pemberian estrogen dapat
mengurangi atresia folikel.1
Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormonal (estrogen dan progesterone)
dalam tubuh. Hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
tertentu dalam tubuh, yang efeknya akan mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang lain. Secara
klinis menopause didiagnosa setelah 12 bulan dari amenorrhoe, dihitung sejak menstruasi
terakhir. Usia rata-rata pada saat menopause terjadi berkisar pada usia antara 45 tahun sampai
dengan usia 55 tahun. Akhir kemampuan wanita untuk melakukan reproduksi dikenal dengan
istilah menopause. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang
disebabkan hilangnya fungsi folikel-folikel sel telur.2
Setiap tahunnya diperkirakan 25 juta perempuan di seluruh dunia akan memasuki masa
menopause. Perempuan yang berusia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat jumlahnya
dari yang saat ini berjumlah 500 juta di seluruh dunia, akan menjadi lebih dari satu miliar pada
2030.Menurut Depkes RI wanita Indonesia yang memasuki masa menopause tahun 2002
sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11% pada tahun
2005. Kemudian, naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015.3

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat hubungan antara lamanya menjadi akseptor KB hormonal dengan
kejadian menopause pada ibu-ibu post menopause.
2. Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormonal (estrogen dan progesterone)
dalam tubuh. Usia rata-rata pada saat menopause terjadi berkisar pada usia antara 45
tahun sampai dengan usia 55 tahun.
3. Setiap tahunnya diperkirakan 25 juta perempuan di seluruh dunia akan memasuki masa
menopause. Menurut Depkes RI wanita Indonesia yang memasuki masa menopause

1
tahun 2002 sebanyak 7,4% dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat
menjadi 11% pada tahun 2005. Kemudian, naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015.

1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara lamanya pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian
menopause pada ibu-ibu post menopause.

1.4 Tujuan.
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara lamanya penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
kejadian menopause di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan periode 14 – 30 Mei
2018.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya sebaran lamanya pemakaian kontrasepsi hormonal pada ibu-ibu post
menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan periode 14
– 30 Mei 2018.
2. Diketahuinya sebaran kejadian menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Tanjung Duren Selatan periode 14 - 30 Mei 2018.
3. Diketahuinya sebaran usia menarche pada ibu-ibu post menopause di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan periode 14 – 30 Mei 2018.
4. Diketahuinya hubungan antara lamanya pemakaian kontrasepsi hormonal dengan
kejadian menopause pada ibu-ibu post menopause di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan periode 14 – 30 Mei 2018.
5. Diketahuinya hubungan antara ibu-ibu post menopause pengguna kontrasepsi hormonal
dengan usia menarche di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan
periode 14 – 30 Mei 2018.

1.5 Manfaat
1.5.1 Untuk Peneliti
1. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga dan berguna untuk peneliti
agar ke depannya dapat melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai hubungan lamanya
menjadi akseptor KB hormonal dengan kejadian menopause pada ibu-ibu post
menopause

2
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pengetahuan bagi peneliti selanjutnya.
1.5.2 Untuk Institusi Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa-
mahasiswi Fakultas Kedokteran tentang hubungan lamanya menjadi akseptor KB
hormonal dengan kejadian menopause pada ibu-ibu post menopause.
1.5.3 Untuk Puskesmas
1. Sebagai salah satu masukan sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan khususnya
dokter puskesmas.
2. Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
tentang hubungan lamanya menjadi akseptor KB hormonal dengan kejadian menopause
pada ibu-ibu post menopause di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren
Selatan Jakarta Barat
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya di
Puskesmas.
1.5.4 Untuk Masyarakat
1. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara lamanya
menjadi akseptor KB hormonal dengan kejadian menopause pada ibu-ibu post
menopause.

3
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Menarche
Usia menarche adalah umur seorang wanita mengalami menstruasi pertama kali. Usia
saat anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecenderungan
bahwa saat ini anak mendapat menstruasi pertama kali pada usia yang lebih muda. Normal usia
mensturasi pertama kali adalah berusia 12 tahun, tetapi ada juga yang usia 9 tahun sudah
memulai siklus mensturasi yang disebut dengan mensturasi dini. Hal ini disebabkan faktor
internal dan eksternal. Faktor internal karena ketidakseimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini
juga berkorelasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi.
Tingkat kualitas gizi yang lebih baik pada masyarakat saai ini memicu menstruasi dini. Dapat
juga terjadi pada usia 16 tahun baru mendapat menstruasi yang disebut dengan mensturasi
sekunder. Bila hal ini terjadi, perlu dilakukan 14 pemeriksaan medis untuk mengetahui
penyebabnya. Sebab, lazimnya penyebab menstruasi kategori ini, karena tidak terdapat lubang
aliran mens pada selaput darah. Kasus seperti ini dapat diatasi dengan melakukan operasi kecil
pada selaput darah.1
Semakin dini seorang wanita mengalami menarche maka semakin lambat ia mengalami
menopause. Sebaliknya, semakin lambat mengalami menarche maka semakin dini mengalami
menopause. sesuai dengan teori Kasdu yang mengatakan bahwa ada hubungan antara usia
pertama kali mendapat haid dengan usia seseorang wanita memasuki menopause. Semakin
muda seseorang mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki usia
menopause.2

2.2 Menopause
Menopause merupakan kejadian yang normal pada seorang wanita dan setiap wanita
pasti akan mengalami masa menopause. Seiring dengan bertambahnya umur, semua fungsi
organ tubuh mulai menunjukkan adanya perubahan-perubahan yang signifikan. Salah satunya
adalah menurunnya fungsi organ reproduksi yaitu ovarium. Pada usia sekitar 45 tahun terjadi
keluhan haid yang mulai tidak teratur.3
Biasanya ditandai dengan memendeknya siklus haid dibandingkan dengan siklus haid
sebelumnya. Terjadinya menopause dipicu oleh perubahan hormonal (estrogen dan
progesterone) dalam tubuh. Hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar-
kelenjar tertentu dalam tubuh, yang efeknya akan mempengaruhi kerja alat-alat tubuh yang

4
lain. Secara klinis menopause didiagnosa setelah 12 bulan dari amenorrhoe, dihitung sejak
menstruasi terakhir.4
Usia rata-rata pada saat menopause terjadi berkisar pada usia antara 45 tahun sampai
dengan usia 55 tahun. Akhir kemampuan wanita untuk melakukan reproduksi dikenal dengan
istilah menopause. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang
disebabkan hilangnya fungsi folikel-folikel sel telur.5
Menopause alami yang terlalu cepat akan meningkatkan faktor resiko yang terkait
dengan penurunan kadar estrogen, seperti oesteoporosis sehingga meningkatkan risiko
kematian dini. Dari berbagai penelitian dan kajian, diperoleh data bahwa 75% wanita yang
mengalami menopause akan merasakan menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan
sekitar 25% tidak merasa menopause itu sebagai suatu masalah.6
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi seorang wanita terhadap menopause, lanjut
Hanafiah antara lain pengetahuan, pekerjaan, usia, faktor kultural, sosial ekonomi, gaya hidup
dan sebagainya. Turunnya fungsi ovarium karena proses penuaan mengakibatkan estrogen dan
progesterone sangat berkurang di dalam tubuh wanita.5
Hal ini berakibatkan munculnya keluhan-keluhan: (1) vasomotorik (hot flashes,
vertigo, dan keringat banyak), (2) keluhan konstitusional (berdebar debar, migran, nyeri otot,
nyeri pinggang dan mudah tersinggung), (3) keluhan psikiastenik dan neurotik (merasa
tertekan, lelah psikis, lelah somatik, susah tidur, merasa ketakutan, konflik keluarga dan
gangguan di tempat kerja), (4) sakit waktu bersetubuh, gangguan haid, keputihan, gatal pada
vagina, susah buang air kecil, libido menurun, keropos tulang (osteoporosis), (5) gangguan
sirkulasi (miokard infark), kenaikan kolesterol, adesopositas (kegemukan dan gangguan
metabolisme karbohidrat).3
Sementara itu pada lansia berusia 60-78 tahun sering ditemukan osteoporosisi, dan pada
golongan ini wanita dua kali lebih banyak dibandingkan pria. Secara kumulatif, selama
hidupnya wanita Universitas Sumatera Utara akan mengalami kehilangan 40%-50% massa
tulangnya, sedangkan pria hanya kehilangan sebanyak 20%-30%.4
Dengan demikian, wanita yang menopause akan lebih beresiko menderita osteoporosis
dan dapat terjadi patah tulang pada masa postmenopause. Pada wanita di atas 50 tahun, terdapat
13-18% yang mengalami osteoporosis. Meningkatnya kemungkinan terjadi fraktur sebesar 15-
20%. Patah tulang pangkal paha akibat osteoporosis diperkirakan akan meningkat tiap
tahunnya menjadi 6,26 juta sampai tahun 2050.6
Di Amerika Serikat didapatkan 24 juta penderita osteoporosis yang memerlukan
pengobatan, 80% diantaranya wanita. Sepuluh juta sudah jelas mengalami osteoporosis, dan

5
14 juta mengalami massa tulang yang rendah yang merupakan risiko tinggi terjadinya
osteoporosis berat. Dari yang menderita osteoporosis kurang lebih 1,5 juta mengalami patah
tulang, dan diperkirakan 37.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat komplikasinya.4
Kebanyakan wanita menopause sering mengalami depresi dan kecemasan dimana
kecemasan yang muncul dapat menimbulkan insomnia. Perubahan-perubahan psikis yang
terjadi pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-beda antara lain adanya
suatu krisis yang dimanifestasikan dalam simtom-simtom psikologis seperti: depresi, mudah
tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan diliputi banyak kecemasan.5
Perubahan fisik yang terjadi sehubungan dengan menopause mengandung arti yang
lebih dalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya siklus menstruasi dirasakan sebagai hilangnya
sifat inti kewanitaannya karena sudah tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat yang lebih jauh
lagi adalah timbulnya perasaan tak berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa
khawatir akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya akan berpaling dan
meninggalkannya.3
Wanita dengan usia menopause agar kehidupannya berlangsung dalam kepuasan dan
kebahagiaan serta kesejahteraan, maka diperlukan adanya persiapan sejak dini untuk menjaga
kesehatan sesuai dengan pengetahuan yang memadai. Perasaan itulah yang seringkali dirasakan
wanita pada masa menopause, sehingga sering menimbulkan kecemasan. Beberapa gejala
spikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, merasa
tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Gejala-gejala
kecemasan dalam menghadapi menopause adalah suasana hati yang menunjukkan
ketidaktenangan psikis, pikiran yang tidak menentu, motivasi untuk mencapai sesuatu dan
reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendalikan. Salah satu persiapan yang penting adalah
dengan mengenal apa, mengapa dan bagaimana sebenarnya kejadian pada proses menopause
tersebut, dengan demikian masa menopause dapat dijalani dengan lebih baik secara fisik
maupun psikis sehingga setiap wanita dapat menjalani hariharinya dengan kualitas hidup yang
lebih baik.4
Keluhan-keluhan pada masa menopause dapat dikurangi dengan gizi yang baik, gaya
hidup yang teratur, cukup istirahat, selalu memelihara kesehatannya serta mempunyai
pengetahuan tentang menopause. Dalam penatalaksanaan menopause unsur yang terpenting
adalah merubah pola hidup dengan memodifikasikan gaya hidup seperti perbaikan nutrisi, olah
raga dan menghilangkan stres dan depresi sehingga mereka dapat meningkatkan kwalitas hidup
yang baik dalam keseharian dan menjaga dalam kehidupan seksual.5

6
Kurangnya pengetahuan yang benar tentang menopause akan menimbulkan efek
negatif berupa gangguan psikologis seperti kecemasan pada ibu yang menopause. Pengetahuan
yang berupa informasi serta dukungan sangat mempengaruhi ibu dalam menghadapi
kecemasan pada masa menopause.3
Wanita yang mengalami menopause yang sebelumnya telah mengetahui informasi
tentang menopause akan lebih mudah (lebih siap) menerima kedatangan menopause, karena
sudah diantisipasi sebelumnya. Kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa
menopause sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause,
termasuk pengetahuannya tentang menopause tersebut.6
Meski menopuase adalah sesuatu yang alami, untuk mencegah berbagai keluhan yang
mungkin terjadi di masa menopause yang disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen,
adalah pengaturan menu makanan yang tepat sedini mungkin, selain itu olah raga juga dapat
mengatasi keluhan menopause, karena dengan berolah raga, dapat menyehatkan jantung dan
tulang, mengatur berat badan, menyegarkan tubuh dan dapat memperbaiki suasana hati,
sehingga stres dan depresi akibat menopause dapat diatasi.5
Wanita yang tidak siap menghadapi menopause akan mengalami: menurunnya
kemampuan berfikir dan ingatan, gangguan emosi berupa rasa takut bila disebut tua, rasa takut
menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah
marah, sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tanpa diketahui sebabnya.4
Rasa takut kehilangan suami, anak, dan ditinggalkan sendiri. Keinginan seks menurun
dan sulit untuk dirangsang. Kondisi yang demikian dapat menimbulkan stress, baik pada masa
perimenopause, premenopause maupun pada masa postmenopause. Penelitian yang dilakukan
oleh Departemen Epidemiologi dan Psikiatri, University of Pittsburgh, O’Hara mendapatkan
hasil 28,9% mengalami stress (tidak siap) di awal perimenopause, 20,9% di premenopause dan
22% pada postmenopause.3
Sebuah penelitian tentang menopause yang dilakukan pada tahun 2006 di Canada
didapatkan hasil 38% mengalami gangguan tidur, 30%-50% mengalami gangguan urogenital,
50% mengalami kekeringan vagina yang disertai rasa sakit. Menurut World Health
Organization setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami
menopause.5
WHO juga mengatakan pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun
keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan 40% dari wanita pasca
menopause tersebut tinggal di negara berkembang dengan usia rata-rata mengalami menopause

7
pada usia 51 tahun. WHO memperkirakan jumlah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan
akan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030.6
Di Asia, masih menurut data WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita yang menopause
akan melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa. Prakiraan kasar menunjukkan
akan terdapat sekitar 30 – 40 juta wanita dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar
240 – 250 juta jiwa pada tahun 2010. Dalam kurun waktu tersebut (usia lebih dari 60 tahun)
hampir 100% telah mengalami menopause dengan segala akibat serta dampak yang
menyertainya.3
Data dari BPS pada tahun 2009 bahwa 5.320.000 wanita Indonesia telah memasuki
masa menopause per tahunnya. Depkes RI memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun
2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause
sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata menopause 49 tahun. Bappenas memperkirakan
pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia ada 273,65 juta jiwa dan angka harapan hidup
pada tahun 2025 adalah 73,7 tahun. Peningkatan jumlah wanita usia tua ini tentunya akan
menimbulkan problema tersendiri, apalagi ditambah dengan munculnya keluhan-keluhan pada
masa menopause.4
Walaupun tidak menyebabkan kematian, menopause dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman dan dapat menyebabkan gangguan dalam pekerjaaan sehari-hari yang dapat
menurunkan kwalitas hidup. Kondisi yang demikian tentunya memerlukan suatu penanganan
yang tepat supaya siap untuk menghadapi keluhan menopause, serta penyakit kardiovaskuler,
osteoporosis, cancer dan dimensia tipe Alzheimer.5

2.3 Kontrasepsi Hormonal


Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan
reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi
dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi. Adapun beberapa
macam kontrasepsi hormonal akan dijelaskan di bawah ini.7
2.3.1 Kontrasepsi Pil
Pengertian pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium 17 selama siklus haid yang normal, sehingga
juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian pil oral
bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri.7

8
2.3.2 Kontrasepsi Suntik
Efektivitas kontrasepsi suntik. kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas
yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat
efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan
dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN.2 Jenis
kontrasepsi Suntik terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu : Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan
setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat). dan Depo Noretisteron
Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua
bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong).8
2.3.3 Kontrasepsi Implan
Profil kontrasepsi implan yaitu: Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant, atau Implanon, nyaman, dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi,
pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan, kesuburan segera kembali setelah implan dicabut,
efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea, dan
aman dipakai pada masa laktasi. Jenis kontrasepsi Implant yaitu Norplant: terdiri dari 6 batang
silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan
3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur
dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Dan jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang
diisi dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.9

2.4 Lamanya Penggunaan Kontrasepsi Hormonal


Berdasarkan distribusi lama pemakaian kontrasepsi yang digunakan responden
terbanyak dengan lama ≤ 5 tahun. Lama pemakaian kontrasepsi tergantung tujuan responden
apakah untuk menjarangkan kelahiran maupun mengakhiri kesuburan. Metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) merupakan kontrasepsi yang jangka waktu menggunakannya lebih dari
2 tahun untuk cara yang efektif dan efisien. Sedangkan tujuan untuk menjarangkan kehamilan
sebaiknya digunakan lebih dari 3 tahun. Selain itu jarak kehamilan yang baik bagi ibu untuk
hamil kembali yang paling ideal dapat dihitung sejak setelah ibu melahirkan hingga akan
memasuki masa hamil selanjutnya yaitu 2–5 tahun . Metode kontrasepsi jangka panjang yaitu
>5 Tahun yang juga digunakan ibu apabila sudah tidak ingin menambah anak kembali maupun
mengakhiri kesuburan.10

9
Proporsi wanita yang menggunakan kontrasepsi pil 5 tahun dan menopause sebelum 49
tahun ada 46,6%, pada penggunaan kontrasepsi pil 5 tahun sebesar 0,90 berarti wanita yang
menggunakan kontrasepsi pil 5 tahun berisiko 0,90 kali kecil untuk mengalami menopause
dini daripada wanita yang tidak pernah menggunakan Kontrasepsi Hormonal. lebih proporsi
wanita yang menggunakan kontrasepsi pil < 5 tahun dan menopause sebelum 49 tahun ada
45,7%, proporsi wanita tidak pernah menggunakan kontrasepsi pil dan menopause sebelum
usia 49 tahun dan menopause sebelum 49 tahun dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi pil
51,1%.11
Usia menopause dapat dikatagorikan dengan istilah 3 katagori yaitu menopause dini,
menopause normal, dan menopause terlambat. Kelainan jadwal dari menopause tersebut yaitu
menopause dini dan menopause terlambat. Menopause dini atau yang dikenal menopause
prematur yaitu adalah masa menopause yang datang lebih awal atau sebelum waktunya yaitu
batasan terendah usia menopause adalah 40 tahun. Hal ini terjadi karena gangguan tubuh
tertentu sehingga seorang wanita harus mengalami menopause dini. Selain itu adapun faktor-
faktor yang menyebabkan menopause dini yaitu herediter, gangguan gizi yang cukup berat,
penyaki penyakit menahun, serta penyakit yang mengganggu kedua ovarium. Menopause
prematur tidak memerlukan terapi, kecuali penerangan kepada wanita yang bersangkutan.
Menopause terlambat yaitu Apabila seseorang wanita masih mendapat haid di atas umur 52
tahun, maka hal itu merupakan indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut, Sebab dapat
dihubungkan dengan menopause terlambat adalah: konstitusional, fibrioma uteri, tumor
ovarium yang menghasilkan estrogen, wanita dengan karsinoma endometrium sering dalam
anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat. Usia menopause seseorang sangat
bervariasi tiap daerah namun di Indonesia usia normal menopause bisa dirata-ratakan usia 45-
50 tahun.12

2.5 Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Menopause


Menopause normal terjadi antara usia 45 sampai 50 tahun. Namun, menopause juga
dapat terjadi di akhir usia 30-an atau diatas usia 50 tahun. Ketika menopause terjadi sebelum
usia 40 tahun dapat disebut sebagai menopause dini. Menopause dini sangat mempengaruhi
kesehatan.4,5
Menopause dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu penggunaan
kontrasepsi hormonal. Kontasepsi hormonal biasanya memiliki efek yang sangat mengganggu
bagi wanita karena efek dari hormon yang ada pada kontrasepsi ini menekan fungsi indung
telur. Efek lainnya seperti peningkatan atau penurunan berat badan yang drastis, menstruasi

10
yang tidak teratur, mual muntah berlebihan, pusing, nyeri perut, sakit dada atau sesak nafas,
kelainan pada penglihatan (misalnya kabur), nyeri pada tungkai, dan masih banyak yang
lainnya. Kandungan hormon estrogen dan progesteron dari kontarsepsi hormonal yang ada
dalam tubuh wanita ternyata berhubungan dengan usia seorang wanita memasuki menopause
dimana kerja hormon tersebut menekan indung telur sehingga sel telur tidak diproduksi hal ini
bisa berpengaruh pada keterlambatan seorang memasuki usia menopause dibandingkan dengan
wanita yang tidak mengunakan kontrasepsi hormonal.13
Usia menopause dapat dikatagorikan dengan istilah 3 katagori yaitu menopause dini,
menopause normal, dan menopause terlambat. Kelainan jadwal dari menopause tersebut yaitu
menopause dini dan menopause terlambat. Menopause dini atau yang dikenal menopause
prematur yaitu adalah masa menopause yang datang lebih awal atau sebelum waktunya yaitu
batasan terendah usia menopause adalah 40 tahun. Hal ini terjadi karena gangguan tubuh
tertentu sehingga seorang wanita harus mengalami menopause dini. Selain itu adapun
faktorfaktor yang menyebabkan menopause dini yaitu herediter, gangguan gizi yang cukup
berat, penyaki penyakit menahun, serta penyakit yang mengganggu kedua ovarium.
Menopause prematur tidak memerlukan terapi, kecuali penerangan kepada wanita yang
bersangkutan.14
Menopause terlambat yaitu apabila seseorang wanita masih mendapat haid di atas umur
52 tahun, maka hal itu merupakan indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut, Sebab dapat
dihubungkan dengan menopause terlambat adalah: konstitusional, fibrioma uteri, tumor
ovarium yang menghasilkan estrogen, wanita dengan karsinoma endometrium sering dalam
anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat. Usia menopause seseorang sangat
bervariasi tiap daerah namun di Indonesia usia normal menopause bisa dirata-ratakan usia 45-
50 tahun.15
Kandungan hormon estrogen dan progesteron yang ada pada kontrasepsi hormonal
berdampak pada perubahan hormonal pada ovarium, Karena tubuh terus menerus diberikan
maka merangsang hipofisis tidak memproduksi kedua hormon tersebut sehingga hormon
estrogen dan progesteron tidak diproduksi. Perubahan hormone tersebut menyebabkan
perubahan haid, ada yang tidak teratur bahkan ada yang mundur, seperti diketahui menstruasi
terjadi karena adanya hormone estrogen dan progesterone yang secara stimulant merangsang
pembentukan endometrium. Pembentukan hormonehormone tersebut dilakukan oleh kedua
indung telur. Perangsangan dari terbentuknya hormone tersebut karena adanya FSH (folikel
stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). Pengaruh negative dari ketidakseimbangn

11
hormone tersebut bisa menyebabkan mundurnya siklus menstruasi. Kontrasepsi hormonal juga
ikut mempengaruhi cepat lambatnya terjadi menopause.16
Salah satu faktor yang mempengaruhi usia menopause adalah pemakaian kontrasepsi.
Kontrasepsi dalam hal ini yaitu kontrasepsi hormonal. Hal ini dikarenakan cara kerja
kontrasepsi hormonal yang menekan kerja ovarium atau indung telur. wanita yang
menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause,
hal ini dikarenakan cara kerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium atau indung telur.
Hormon seks apapun dapat menekan produksi gonadotropin pada kelenjar hipofisis (khusunya
yang ditujukan untuk kontrasepsi, yakni hormon pemicu folikel / FSH dan hormon luteinizing
/LH. Penekanan produksi hormon ini terjadi bila hormon seks menghasilkan umpan balik
negatif pada hipotalamus, yang kemudian menghambat sekresi faktor pelepas hipotalamus,
yang pada gilirannya menekan FSH dan LH. Pemakaian KB hormonal memiliki pengaruh
besar terhadap usia menopause ibu, dimana ibu yang memakai KB hormonal cenderung lebih
lambat menopause karena suplai hormonal dari KB.17

2.6 Hubungan Pendidikan dengan Menopause


Wanita dalam menghadapi menopause berbeda-beda karena hal ini berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain tingkat pengetahuan. Kebanyakan wanita di Indonesia tidak
mengetahui tentang menopause terutama yang berada dipedesaan.Perlu adanya dukungan yang
harus timbul dari diri sendiri serta orang-orang disekitarnya untuk wanita yang mengalami
menopause sehingga mereka memiliki kualitas hidup yang positif karena menopause
merupakan hal yang wajar tapi kebanyakan wanita premenopause belum memahami dan
mengetahui arti menopause yang sebenarnya.18 Pada saat menopause, wanita akan mengalami
perubahan-perubahan di dalam organ tubuhnya dan tidak akan lepas dari predikat tua, dimana
gerak-gerik, tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk tubuh mengalami suatu perubahan yang
membuat wanita khawatir tentang menopause karena wanita beranggapan akan kehilangan
daya tarik serta khawatir orang-orang yang dicintainya akan meninggalkannya.18
Dalam mengenal kejadian masa klimakterium itu tentunya wanita memerlukan
pengetahuan yang luas mengenai hal itu, ini secara tidak langsung juga melibatkan kondisi
pendidikan yang menjadi salah satu pengaruh juga dalam mengukur tingkat pengetahuan
wanita mengenai masa menopause yang akan dihadapinya. Melalui pengetahuan yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu peran dalam mempengaruhi
keputusan seseorang untuk berperilaku sehat nantinya.19

12
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dari 10 orang wanita berusia
40-45 tahun di Desa Sekar Jaya, didapatkan 70% wanita belum mengetahui tentang masa
menopause dan 30% orangnya mengetahui tentang masa menopause. Keadaan ketidaktahuan
ini juga didapatkan pada sebagian besar dari wanita yang berlulusan SD 40 % dan wanita yang
tamat SMP mencapai 60 %. Mayoritas wanita berusia 40-45 tahun di Desa Sekar Jaya belum
pernah mendapatkan informasi tentang menopause. Pemberian informasi yang jelas merupakan
salah satu upaya untuk merubah perilaku seseorang dalam memberikan sikap yang positif.20
Tingkat pengetahuan wanita pramenopause akan mempengaruhi wanita dalam
mengembangkan penalaran logika dan analisa terhadap perubahan masa menopause yang akan
dihadapinya sehingga akan memudahkan wanita pramenopause dalam menerima informasi dan
pesan kesehatan. Pengetahuan tentang menopause merupakan faktor yang menentukan dalam
upaya menyesuaikan dengan perubahan yang wajar dalam siklus kehidupan yang akan dialami
setiap wanita dan tidak perlu melakukan pengobatan atau harus menimbulkan ketidaksiapan
yang berlebihan dalam menghadapi dan menjalani masa menopause.21
Salah satu persiapan yang penting adalah dengan mengenal apa, mengapa dan
bagaimana sebenarnya kejadian pada proses menopause tersebut, dengan demikian masa
menopause dapat dijalani dengan lebih baik secara fisik maupun psikis sehingga setiap wanita
dapat menjalani hariharinya dengan kualitas hidup yang lebih baik. 22
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD dr. Soedirman Kebumen pada 8
orang wanita premenopause didapatkan sebanyak 4 orang wanita premenopause yang tidak
mengetahui tentang menopause dan mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause
serta munculnya beberapa keluhan fisik maupun psikis. Terdapat 2 orang wanita premenopause
yang tidak mengetahui tentang menopause tetapi tidak mengalami kecemasan dalam
menghadapi menopause. Terdapat 2 orang wanita yang sudah mengetahui tentang menopause
dan tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi menopause. Mereka berpendapat bahwa
menopause adalah hal yang alami dan setiap wanita akan mengalami sebagai proses
kehidupan.23
Bagi wanita yang menganggap bahwa menopause adalah peristiwa yang menakutkan
maka kecemasan, ketakutan bahkan depresi akan sulit dihindari. Besar kemungkinan hal
tersebut terjadi karena kurangnya informasi tentang seluk beluk menopause atau mendapatkan
informasi yang salah tentang menopause.24
Menurut Anwar (2007) mengungkapkan bahwa menjadi cemas pada tingkat tertentu
merupakan bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari hari. Perempuan yang
akan memasuki usia tua , sering timbul rasa khawatir terhadap proses kognisi seperti keriput,

13
tua dan tidak cantik lagi sehingga perempuan takut menghadapi menopause. Hal ini dapat
menimbulkan stres yang mengakibatkan kecemasan jika tidak mampu beradaptasi.25

2.7 Hubungan Pekerjaan dengan Menopause


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi menopause, yaitu umur waktu mendapat haid
pertama kali (menarche), kondisi kejiwaan dan pekerjaan, jumlah anak, penggunaan obat-obat
keluarga berencana (KB), merokok, cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut,
sosio ekonomi. Salah satu faktor yang mempengaruhi menopause yaitu pekerjaan. Wanita yang
bekerja akan mengalami menopause lebih cepat dibandingkan wanita tidak bekerja. Hal ini
berpengaruh ke perkembangan psikis seorang wanita.26
Sejalan dengan perkembangan zaman, pada saat ini jumlah kaum wanita yang turut
berpartisipasi di lapangan pekerjaan semakin banyak, baik untuk membantu suami dalam
meningkatkan ekonomi keluarga, wanita juga makin berperan sebagai tenaga kerja untuk
pembangunan. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan data demografi wanita usia 45-55
tahun berjumlah 511 wanita.26
Dari hasil wawancara tanggal 3-5 November 2014 yang dilakukan di Desa Bumirejo,
10 wanita dengan usia 45-55 tahun dengan tingkat pekerjaan yang ringan yaitu sebagai ibu
rumah tangga, sedangkan 6 wanita mengalami menopause pada usia 46-49 tahun dengan
tingkat pekerjaan yang berat yaitu sebagi ibu rumah tangga dan bekerja. Desa Bumirejo
merupakan desa yang terbagi menjadi 6 dusun dengan tingkat ekonomi menengah. Sebagian
besar wanita turut membantu suami dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Jenis pekerjaan
yang dijalani bermacam-macam. Di antaranya tukang cuci, pembantu rumah tangga, buruh atau
kuli, pedagang dan sebagainya.26

2.8 Hubungan status gizi dengan usia menopause


Korelasi antara status gizi denga usia menopause, dari 193 responden dengan IMT 18-
27 didapati 187 responden (83,11%) menopause pada usia 40-52 tahun, 6
responden (2,22%) menopause pada usia >52 tahun. Status gizi IMT >27,0 didapati 32
responden (14,22%), yang menopause pada usia 40-52 tahun berjumlah 27 responden
(12%), 5 responden (2,66%) menopause >52 tahun. Tidak didapatkan responden dengan
status gizi IMT <18. Hasil uji statistik korelasi status gizi dengan usia menopause didapati
p= 0,000, r=0,347 dengan α 0,05. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara status gizi
dengan usia menopause, dengan kekuatan hubungan sedang. Dimana ibu dengan status gizi
baik akan mengalami menopause pada usia normal sebaliknya ibu dengan status gizi kurang

14
akan mengalami menopause yang cepat, sebaliknya dengan status gizi gemuk akan
menopausenya akan terlambat. Menurut teori energy dan yang dalam penyimpanannya dalam
bentuk lemak merupakan bahan yang sangat dibutuhkan dalam hormonal. Lemak merupakan
bahan baku untuk steroid hormon, sehingga kekurangan kalori protein yang penyimpanannya
dalam bentuk lemak sangat mempengaruhi waktu atau lamanya proses reproduksi
berlangsung.27
Perubahan pola makan yang menjurus pada makanan yang banyak mengandung
karbohidrat akan menimbulkan perubahan kerja usus halus dan besar, sehingga dapat
menurunkan estrogen yang dapat menyebabkan perubahan kerja usus menjadi lambat.
Perubahan fisik yang dialami pada masa menopause seperti ketidakteraturan siklus haid,
gejolak panas, kekeringan vagina, perubahan pada kulit dan berat badan, gelisah dan sukar
tidur, perubahan tulang, buah dada menipis menjadi lembek dan menggantung, sulit
terangsang, jantung berdebar - debar serta sakit kepala. Dimana pada usia 45 – 65 tersebut akan
terjadi perubahan masa baya yaitu masa premenopause, fase menopause dan fase
pascamenopause.27

2.9 Hubungan Paritas dengan Menopause


Frekuensi Jumlah Paritas diantara responden, multipara memiliki frekuensi paling
banyak dengan 48 orang dari total responden 69 orang, diikuti oleh grande multipara sebanyak
17 orang dan primipara sebanyak 4 orang. Seratus persen wanita dengan primipara menopause
pada rentang usia 45-55 tahun, sedangkan 50% wanita multipara banyak mengalami
menopause pada usia 45-55 tahun, 45,8% lainnya mengalami menopause pada rentang usia 50-
55. Hanya 2 orang wanita multipara yang mengalami menopause di usia >55 tahun. Wanita
yang memiliki anak 5 orang atau lebih sebagian besar menopause diusia 50-55 tahun (64,7%).
Terdapat 1 orang wanita grandemultipara yang menopause pada usia >55 tahun dan 5 orang
yang menopause diusia 45-50 tahun.28
Hasil analisis data bivariat memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara
jumlah paritas dengan usia menopause (p< 0,01) dengan kekuatan korelasi yang sedang.
Temuan ini mirip dengan penelitian Abdollahi di Yazd, Iran pada tahun 2012 dan penelitian
Broomberger pada tahun 2001. Sebuah studi yang membandingkan usia menopause pada
nullipara dan multipara, menemukan perempuan nullipara berpotensi mengalami menopause
16 bulan lebih cepat (p < 0,10) dibandingkan dengan multipara). Menguatkan hasil penelitian
tersebut, sebuah studi kohort menyatakan bahwa perbedaan usia menopause yang terjadi antara

15
nullipara dengan multipara berkisar 0,4 – 4,8 tahun lebih cepat (p = 0,005) untuk perempuan
nullipara.28
Seorang wanita yang sering melahirkan akan semakin banyak terjadi peningkatan
progesteron yang signifikan sehingga akan semakin sering terjadi inhibisi pelepasan folikel.
Semakin sering wanita melahirkan maka makin lama (lambat) ia mengalami menopause,
sebuah studi kohort lainnya menyatakan bahwa perbedaan usia menopause yang terjadi antara
nullipara dengan multipara berkisar 0,4 – 4,8 tahun lebih cepat untuk perempuan nullipara.28

2.10 Kerangka Teori


Pekerjaan
Pendidikan

Status Gizi
Usia saat menarche Usia mulai menopause

Kejadian menopause Jumlah anak

Lamanya penggunaan
kontrasepsi hormonal

2.11 Kerangka Konsep

Lamanya penggunaan
Kejadian menopause
kontrasepsi hormonal

Usia saat menarche

16
Bab III
Metodologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskristif analitik dengan pendekatan
cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren
Selatan mulai tanggal 14 hingga 30 Mei 2018.

3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian


Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diambil dari
responden penelitian dengan metode wawancara, berdasarkan lamanya menggunakan
kontrasepsi hormonal, jenis kontrasepsi hormonal, usia menopause, dan usia menarche yang
ditanyakan kepada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan data
sekunder diambil dari rekam medik.

3.4 Populasi
3.4.1 Populasi Target
Semua ibu pemakai kontrasepsi hormonal yang telah menopause.
3.4.2 Populasi Terjangkau
Semua ibu pemakai kontrasepsi hormonal yang telah menopause di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan periode 14 hingga 30 Mei 2018.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.5.1 Kriteria Inklusi
1. Ibu-ibu post menopause yang pernah menjadi akseptor KB hormonal
2. Semua ibu yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren
Selatan periode 14 hingga 30 Mei 2018
3.5.2 Kriteria Eksklusi
1. Semua ibu yang menolak berpartisipasi dalam penelitian
2. Semua ibu yang tidak ingat mengenai kejadian menopausenya

17
3.6 Sampel Penelitian
3.6.1 Perhitungan Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penelitian dilakukan terhadap
Semua ibu pemakai kontrasepsi hormonal yang telah menopause di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan periode 14 Mei 2018 sampai dengan 30 Mei 2018. Besar
sampel ditentukan seperti rumus dibawah:

N1=(Zα)²pq
L2
N2 = N1 + (10%.N1)
Keterangan :
N1 : Jumlah sampel minimal
N2 : Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen subjek penelitian
yang mungkin keluar atau dropout).
Zα : Nilai konversi pada table kurva normal, dengan nilaiα = 5%,
didapatkan Zα pada kurva normal = 1,96.
p : Proporsi variabel yang ingin diteliti q: 1 –p
L : Derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%.

Untuk menjaga kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out, maka dihitung:
N2 = N1 + (10% x N1)
= 95,716+ (0.1 x 95,716)
= 95,716+ 9,5176= 105,2876 dibulatkan menjadi 106 subjek penelitian.
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 106 orang.
3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non-
probability, consceutive sampling pada semua ibu menopause yang pernah menggunakan
kontrasepsi hormonal, yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi
yang dilakukan di dalam penelitian, sampai jumlah sampel terpenuhi pada periode 14 hingga
30 Mei 2018.

18
3.7 Cara Kerja
1. Mengumpulkan bahan ilmiah dari jurnal, konsensus, dan textbook serta merencanakan
desain penelitian.
2. Menghubungi Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan yang menjadi daerah
penelitian untuk melaporkan tujuan diadakan penelitian tersebut dan meminta izin
untuk melakukan penelitian.
3. Melakukan informed consent sebagai instrumen pengumpulan data.
4. Melakukan pengumpulan data primer yang didapatkan melalui wawancara dan
kusioner.
5. Menanyakan identitas
6. Menanyakan apakah sudah menopause
7. Menanyakan usia berapa mulai menopause
8. Menanyakan apakah menggunakan kontrasepsi hormonal
9. Menanyakan berapa lama penggunaan kontrasepsi hormonal
10. Penulisan laporan penelitian
11. Pelaporan penelitian

3.8 Variabel Penelitian


3.8.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini berupa:
1. Usia menopause
2. Usia menarche
3. Lama pemakaian kontrasepsi hormonal
3.8.2 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian menopause.

3.9 Definisi Operasional


3.9.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua ibu-ibu yang telah menopause yang memakai
kontrasepsi hormonal di Wilayah kerja puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
3.9.2 Kejadian Menopause
Definisi : Usia dimana seorang perempuan tidak lagi mengalami mensturasi selama 12
bulan berturut-turut.

19
Alat Ukur :Kuisioner/ Wawancara
Cara Ukur : Kuisioner /Wawancara
Hasil Ukur :Menopause dini (<40 tahun)
Menopause normal (40 – 50 tahun)
Menopause terlambat (>50 tahun)
Skala Ukur : Kategorik
Koding : Menopause dini =1
Menopause normal =2
Menopause terlambat = 3
3.9.3 Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
Definisi : Akumulasi waktu pemakaian kontrasepsi hormonal pil,suntik dan implan
yang digunakan oleh subjek sampai usia mulai menopause
Alat Ukur : Kuisioner/Wawancara
Cara Ukur : Kuisioner/Wawancara
HasilUkur :Singkat (<5 tahun)
Lama (≥5 tahun)
Skala Ukur : Kategorik
Koding :Singkat =1
Lama =2
3.9.4 Usia Menarche
Definisi : Usia pertama kali mengalami menstruasi
Alat Ukur : Kuisioner/Wawancara
Cara Ukur : Kuisioner/Wawancara
HasilUkur :Menarche dini (< 11 tahun)
Menarche normal (11-15 tahun)
Menarche terlambat (>15 tahun)
Skala Ukur : Kategorik
Usia Subjek : Menarche dini =1
Menarche normal =2
Menarche terlambat =3

20
3.10 Manajemen dan Analisa Data
3.10 .1 Pengolahan data
Data-data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing dan coding, kemudian
data diolah dengan menggunakan program komputer yaitu program SPSS V23. Pengolahan
data untuk penelitian ini diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS yang terdiri dari beberapa
tahap, yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
editing dapat dilakukan pada tahap prngumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan catatan untuk memberikan kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori.
3. Tabulating
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti
dan teratur lalu dihitung lalu dijumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
3.10.2 Analisis Data
Terhadap data yang telah diolah dilakukan analisis data sesuai dengan cara uji statistik
non parametrik.
a. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dari masing-masing variabel dengan tabel
distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan
independen. Karena rancangan penelitian ini adalah Cross Sectional, dicari hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Teknis analisis data yang menggunakan uji
ChiSquare dan Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yang digunakan
untuk menguji 2 variabel yang disusun dalam table b x k (b = baris, k = kolom). Rumus: tabel
2x3.
3.10.3 Intepretasi Data
Data diintepretasi secara deskriptif analitik antar variable yang telah ditentukan
3.10.4 Laporan Data
Data disusun dalam bentuk laporan penelitian yang selanjutnya dipresentasikan dalam
forum pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat di depan staf pengajar Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

21
Bab IV
Hasil Penelitian
Proses pengumpulan data yang dilakukan didapatkan sample sebanyak 106 ibu-ibu post
menopause yang memiliki riwayat penggunaan KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan periode 14 hingga 30 Mei 2018. Berikut adalah hasil
penelitian yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Analisis Univariat dari Sebaran Lamanya Penggunaan KB Hormonal pada
Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4 Juni
hingga 14 Juli 2018
Lamanya Penggunaan KB Hormonal Frekuensi Persentase
1 1 0,9
2 2 1,9
3 3 2,8
4 8 7,5
5 7 6,5
6 14 13,1
7 5 4,7
8 5 4,7
9 2 1,9
10 2 1,9
12 1 0,9
14 3 2,8
15 10 9,3
16 14 13,1
17 20 18,7
18 6 5,6
19 4 3,7

22
Tabel 4.2 Analisis Univariat dari Sebaran Kejadian Menopause pada Ibu-ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4 Juni hingga 14 Juli
2018
Kejadian Menopause Frekuensi Persentase
Ya 68 63,6
Tidak 39 36,4

Tabel 4.3 Analisis Univariat dari Sebaran Usia Menarche pada Ibu-ibu di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4 Juni hingga 14 Juli 2018
Kejadian Menarche Frekuensi Persentase
9 2 1,9
10 8 7,5
11 22 20,6
12 49 45,8
13 20 18,7
14 4 3,7
15 2 1,9

Tabel 4.4 Analisa Univariat dari Total Gestasi pada Ibu-ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4 Juni hingga 14 Juli 2018
Total Gestasi Frekuensi Persentase
1 1 0,9
2 27 25,2
3 48 44,9
4 24 22,4
5 5 4,7
6 2 1,9

23
Tabel 4.5 Analisa Univariat dari Indeks Massa Tubuh pada Ibu-ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4 Juni hingga 14 Juli 2018
IMT Frekuensi Persentase
16,60 4 3,7
17,50 1 0,9
18,30 1 0,9
18,70 2 1,9
19,10 1 0,9
20,00 6 5,6
20,80 7 6,5
21,20 4 3,7
21,60 6 5,6
22,10 6 5,6
22,50 7 6,5
22,90 12 11,2
23,30 4 3,7
23,70 5 4,7
24,10 4 3,7
24,60 6 5,6
25,00 5 4,7
25,40 1 0,9
25,80 7 6,5
26,20 1 0,9
26,60 5 4,7
27,10 2 1,9
27,50 2 1,9
29,10 5 4,7
30,00 2 1,9
30,80 1 0,9

24
Tabel 4.6 Analisa Univariat dari Tingkat Pendidikan pada Ibu-ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4 Juni hingga 14 Juli 2018
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
Rendah 82 76,6
Sedang 25 23,4

Tabel 4.7 Analisa Univariat dari Status Bekerja pada Ibu-ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4 Juni hingga 14 Juli 2018
Status Bekerja Frekuensi Persentase
Bekerja 38 35,5
Tidak Bekerja 69 64,5

25
Tabel 4.8 Analisa Bivariat Hubungan Lamanya Penggunaan KB Hormonal dengan
Kejadian Menopause Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan
Jatisari Periode 4 Juni hingga 14 Juli 2018
Total Kejadian Menopause
Penggunaan Total Uji Nilai p H0
Tidak Ya
KB
1 0 1 1
2 1 1 2
3 2 1 3
4 5 3 8
5 4 3 7
6 6 8 14
7 2 3 5
8 1 4 5
9 0 2 2 Mann- 0,139 Diterima
Whitney
10 0 2 2
12 0 1 1
14 0 3 3
15 3 7 10
16 5 9 14
17 7 13 20
18 1 5 6
19 2 2 4

26
Tabel 4.9 Analisa Bivariat Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Menopause
pada Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4
Juni hingga 14 Juli 2018
Usia Menopause
Total Uji Nilai p H0
Menarche Tidak Ya
9 2 0 2
10 3 5 8
11 9 13 22
Mann-
12 17 32 49 0,224 Diterima
Whitney
13 7 13 20
14 1 3 4
15 0 2 2

Tabel 4.10 Analisa Bivariat Hubungan Total Gestasi dengan Kejadian Menopause pada
Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4 Juni
hingga 14 Juli 2018
Total Menopause
Total Uji Nilai p H0
Gestasi Tidak Ya
1 1 0 1
2 13 14 27
3 19 29 48 Mann-
0,12 Ditolak
4 5 19 24 Whitney
5 0 5 5
6 1 1 2

27
Tabel 4.11 Analisa Bivariat Hubungan Indeks MassaTubuh dengan Kejadian
Menopause pada Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari
Periode 4 Juni hingga 14 Juli 2018
Menopause
IMT Total Uji Nilai p H0
Tidak Ya
16,60 2 2 4
17,50 1 0 1
18,30 0 1 1
18,70 0 2 2
19,10 1 0 1
20,00 3 3 6
20,80 2 5 7
21,20 3 1 4
21,60 2 4 6
22,10 3 3 6
22,50 2 5 7
22,90 7 5 12
23,30 1 3 4 Mann-
0,164 Diterima
23,70 1 4 5 Whitney
24,10 0 4 4
24,60 0 6 6
25,00 2 3 5
25,40 1 0 1
25,80 3 4 7
26,20 0 1 1
26,60 1 4 5
27,10 1 1 2
27,50 1 1 2
29,10 2 3 5
30,00 0 2 2
30,80 0 1 1

28
Tabel 4.12 Analisa Bivariat Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian
Menopause pada Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari
Periode 4 Juni hingga 14 Juli 2018
Tingkat Menopause Total Uji Nilai p H0
Pendidikan Tidak Ya
Rendah 25 57 82 Chi
0,032 Ditolak
Sedang 14 11 25 Square

Tabel 4.13 Analisa Bivariat Hubungan Status Bekerja dengan Kejadian Menopause
pada Ibu-ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pedes dan Jatisari Periode 4
Juni hingga 14 Juli 2018
Status Menopause Total Uji Nilai p H0
Bekerja Tidak Ya
Tidak
20 49 69
Bekerja Chi
0,037 Ditolak
Square
Bekerja 19 19 38

29
Bab V
Pembahasan
5.1 Analisis Univariat dari Sebaran Lamanya Penggunaan KB Hormonal pada Ibu-
ibu Post Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan
Periode 14 hingga 30 Mei 2018
Berdasarkan tabel penelitian 4.1, didapatkan bahwa dari ibu-ibu post menopause yang
menggunaan KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan
terdapat sebanyak 106 orang dan didapatkan jumlah ibu-ibu post menopause yang
menggunaan KB hormonal dalam waktu singkat memiliki hasil sebanyak 58 orang dengan
persentase 54,7%. Sedangkan ibu-ibu post menopause yang menggunaan KB hormonal dalam
waktu lama sebanyak 48 orang dengan persentase 45,3%. Dari data ini menunjukkan bahwa
lebih banyak ibu-ibu post menopause yang menggunaan KB hormonal dalam waktu singkat
di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan.

5.2 Analisis Univariat dari Sebaran Kejadian Menopause pada Ibu-ibu Post
Menopause yang Menggunakan KB Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Tanjung Duren Selatan Periode 14 hingga 30 Mei 2018
Berdasarkan tabel penelitian 4.2, didapatkan bahwa dari ibu-ibu post menopause yang
menggunaan KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan
terdapat sebanyak 106 orang dan didapatkan jumlah ibu-ibu post menopause yang
menggunaan KB hormonal yang mengalami usia menopause dini memiliki hasil sebanyak 21
orang dengan persentase 19,8%. Untuk ibu-ibu post menopause yang menggunaan KB
hormonal yang mengalami usia menopause normal sebanyak 72 orang dengan persentase
67,9%. Sedangkan ibu-ibu post menopause yang menggunaan KB hormonal yang mengalami
usia menopause terlambat sebanyak 13 orang dengan persentase 12,3% Dari data ini
menunjukkan bahwa lebih banyak ibu-ibu menopause yang menggunaan KB hormonal yang
mengalami usia menopause normal di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren
Selatan.

5.3 Analisis Univariat dari Sebaran Usia Menarche pada Ibu-ibu Post Menopause
yang Menggunakan KB Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung
Duren Selatan Periode 14 hingga 30 Mei 2018
Berdasarkan tabel penelitian 4.3, didapatkan bahwa dari ibu-ibu post menopause yang
menggunakan KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan

30
terdapat sebanyak 106 orang dan didapatkan jumlah ibu-ibu post menopause yang mengalami
menarche dini sebanyak 27 orang dengan persentase 25,5%. Sedangkan ibu-ibu post
menopause yang mengalami menarche normal dan lambat didapatkan sebanyak 79 orang
dengan persentase 74,5%. Dari data ini menunjukkan bahwa lebih banyak ibu-ibu post
menopause yang mengalami menarche secara normal dan lambat di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan Tanjung Duren Selatan.

5.4. Analisa Bivariat Hubungan Lamanya Penggunaan KB Hormonal dengan


Kejadian Menopause pada Ibu-Ibu Post Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan Periode 14 hingga 30 Mei 2018
Berdasarkan tabel penelitian 4.4, didapatkan bahwa dari 58 ibu-ibu post menopause
yang menggunakan KB hormonal dalam jangka waktu singkat, terdapat 14 ibu-ibu post
menopause mengalami menopause dini, 36 ibu-ibu post menopause mengalami menopause
normal, dan 8 ibu-ibu post menopause mengalami menopause terlambat. Sedangkan dari 48
ibu-ibu post menopause yang menggunakan KB hormonal dalam jangka waktu lama,
didapatkan 7 ibu-ibu post menopause yang mengalami menopause dini, 36 ibu-ibu post
menopause yang mengalami menopause normal, dan 5 ibu-ibu post menopause yang
mengalami menopause terlambat. Hal ini dibuktikan dengan uji Chi-Square dengan hasil
p=0,344 dimana p>0,05 yang menunjukkan bahwa H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lamanya penggunaan pemakaian KB hormonal
dengan kejadian menopause. Hal ini menyatakan bahwa lamanya pemakaian KB hormonal
tidak akan mempengaruhi kejadian menopause pada seorang perempuan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani dan Ratna
Djuwita tahun 2012 di Depok dimana dari hasil uji Chi-square, diperoleh p value sebesar 0,78.
Oleh karena p value > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara lamanya
penggunaan KB hormonal dengan kejadian menopause. Sedangkan hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Masruroh tahun 2012 di Desa Jombang dimana
berdasarkan hasil uji Fisher’s exact test didapatkan p=0.000 yaitu berarti α < 0.05 yang artinya
hipotesa (H1) diterima. Artinya terdapat hubungan antara lamanya penggunaan KB hormonal
dengan kejadian menopause.

5.5 Analisa Bivariat Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Menopause pada
Ibu-ibu post Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan
Periode 14 hingga 30 Mei 2018

31
Berdasarkan tabel penelitian 4.5, didapatkan bahwa dari 27 ibu-ibu post menopause
yang mengalami usia menarche dini, terdapat 4 ibu-ibu post menopause mengalami menopause
dini, 20 ibu-ibu post menopause mengalami menopause normal, dan 3 ibu-ibu post menopause
mengalami menopause terlambat. Sedangkan dari 79 ibu-ibu post menopause yang mengalami
usia menarche normal dan lambat, terdapat 17 ibu-ibu post menopause mengalami menopause
dini, 52 ibu-ibu post menopause mengalami menopause normal, dan 10 ibu-ibu post
menopause yang mengalami menopause terlambat. Hal ini dibuktikan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov dengan hasil p=1,000 dimana p>0,05 yang menunjukkan bahwa H0 diterima. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia menarche dengan kejadian menopause
pada ibu-ibu post menopause di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan. Hal ini
menyatakan bahwa kejadian menarche tidak akan mempengaruhi kejadian menopause pada
seorang perempuan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutiara, Maya,
dan John tahun 2015 di Sulawesi Utara dimana dari hasil uji regresi linear sederhana,
didapatkan adanya hubungan antara usia menarche dan menopause pada wanita. Semakin dini
menarche terjadi, semakin lambat menopause timbul. Sebaliknya, makin lambat menarche
timbul makin cepat menopause timbul.

32
Bab VI
Penutup
6.1 Kesimpulan
Dari 106 subjek yang diteliti didapatkan jumlah ibu-ibu post menopause yang
menggunaan KB hormonal dalam waktu singkat memiliki hasil sebanyak 58 orang dengan
persentase 54,7%. Sedangkan ibu-ibu post menopause yang menggunaan KB hormonal dalam
waktu lama sebanyak 48 orang dengan persentase 45,3%.
Sebaran ibu-ibu post menopause yang menggunaan KB hormonal yang mengalami
usia menopause dinimemiliki hasil sebanyak 21 orang dengan persentase 19,8%. Untuk ibu-
ibu postmenopause yang menggunaan KB hormonal yang mengalami usia menopause normal
sebanyak 72 orang dengan persentase 67,9%. Sedangkan ibu-ibu post menopause yang
menggunaan KB hormonal yang mengalami usia menopauseterlambat sebanyak 13 orang
dengan persentase 12,3%.
Sebaran ibu-ibu post menopause yang mengalami menarche dini sebanyak 27 orang
denganpersentase 25,5%. Sedangkan ibu-ibu post menopause yang mengalami menarche
normal dan lambat didapatkan sebanyak 79 orang dengan persentase 74,5%.
Hasil penelitian dari hubungan antara lamanya penggunaan pemakaian KB hormonal
dengan kejadian menopause di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan
didapat uji Chi-Square dengan hasil p=0,344 dimana p>0,05 yang menunjukkan bahwa H0
diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lamanya
penggunaan pemakaian KB hormonal dengan kejadian menopause.
Hasil penelitian dari hubungan usia menarche dengan kejadian menopause di wilayah
kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan dibuktikan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov dengan hasil p=1,000 dimana p>0,05 yang menunjukkan bahwa H0 diterima. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia menarche dengan kejadian menopause
pada ibu-ibu post menopause di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan.

6.2 Saran
Lamanya penggunaan KB hormonal tidak dapat diapakai sebagai alat ukur untuk
menilai cepat lambatnya kejadian menopause. Jadi disarankan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai kejadian menopause pada ibu-ibu pengguna KB hormonal dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain.
Adapun faktor-faktor lain yang disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
adalah status gizi, paritas, pendidikan, pekerjaan, tempat pelayanan, dan pemberi pelayanan.

33
Daftar Pustaka
1. Wulandari U. Hubungan usia menarche dengan kejadian menopause di wilayah Minasa
Upa rw 9 kelurahan Gunung dari Makassar. Internet 13 Agustus 2013. Diakses tanggal
14 Mei 2018. Diunduh dari: http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/3374/1/utari%20wulandari.pdf
2. Senilinggi MA, Mewengkang M, Wantana J. Hubungan antara usia menarche dengan
usia menopause pada wanita di kecamatan Kakas Sulawesi Utara tahun 2014. Internet
11 April 2015. Diakses 14 Mei 2018. Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=291799&val=1001&title=HUBU
NGAN%20ANTARA%20USIA%20MENARCHE%20DENGAN%20USIA%20ME
NOPAUSE%20PADA%20WANITA%20DI%20KECAMATAN%20KAKAS%20SU
LAWESI%20UTARA%20TAHUN%202014
3. Soewondo P. Menopause, andropause dan somatopause perubahan hormonal pada
proses menua dalam buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III ed. 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2010. h. 2078-82.
4. Guyton AC, Hall JE. Fisiologi sebelum kehamilan dan hormon-hormon perempuan
dalam buku ajar fisiologi kedokteran ed. 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2007. h. 1069-85.
5. Sherwood, Lauralee. Sistem reproduksi dalam fisiologi manusia dari sel ke sistem ed.
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. h. 810-70.
6. Noerpramana NP. Perempuan dalam berbagai masa kehidupan dalam ilmu kandungan
ed. 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. h. 92-110.
7. Baziad A. Kontrasepsi hormonal ed 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwana
Prawiroharj; 2010.h.25-47.
8. Hartanto H. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan;
2013.h.52-60.
9. Nisa N. Konsep dasar keluarga berencana. Internet 22 Agustus 2013. Diakses pada 16
Mei 2018. Diunduh dari: https://nurannisa2865.wordpress.com/2013/08/22/konsep-
dasar-kb-keluarga-berencana/
10. Kusuma N. Hubungan antara metode dan lama pemakaian dengan keluhan kesehatan
subyektif pada akseptor. Internet 31 Desember 2016. Diakses pada 16 Mei 2018.
Diunduh dari: https://media.neliti.com/media/publications/94761-ID-none.pdf
11. Fitriyani, Djuwita R. Hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan usia menopause.
Internet 4 November 2013. Diakses pada 18 Mei 2018. Diunduh dari:

34
https://media.neliti.com/media/publications/39591-ID-hubungan-penggunaan-
kontrasepsi-pil-dengan-usia-menopause.pdf
12. Masruroh E.Hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan usia
menopause. Internet 12 Juni 2012. Diakses pada 18 Mei 2018. Diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116538&val=5318&title=HUB
UNGAN%20ANTARA%20PENGGUNAAN%20KONTRASEPSI%20HORMONA
L%20DENGAN%20USIA%20MENOPAUSE
13. Wikjosastro, Hanifa. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2005. h.47-51.
14. Suhaemi. Menstruasi dan matangnya organ perempuan. Jakarta: EGC; 2006. h.43-9.
15. Simkin, Penny. Panduan lengkap kehamilan, melahirkan, dan bayi. Jakarta: Arcan;
2007. h.65-72.
16. Hamilton. Perawatan maternitas. Jakarta : EGC;2001. h.39-42.
17. Manuaba I. Reproduksi Wanita. Jakarta: Rineka Cipta; 2001. h.57-73.
18. Sukarni, I. Kehamilan, persalinan, dan nifas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.h.67-71
19. Pieter, H. Z. Pengantar psikologi untuk kebidanan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group; 2011.h.43-49
20. Apriliyani, P. Hubungan tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi dengan sikap wanita
pramenopause menghadapi perubahan fisik saat menopause di kecamatan rembang
pasuruan. Internet 5 April 2014. Diakses tanggal 31 Mei 2018. Diunduh dari:
http://digilib.unisayogya.ac.id/2699/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
21. Kusmiran, E. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba Medika;
2011.h.32-40.
22. Hidayana, I. Seksualitas, teori dan realitas program gender & seksualitas. Jakarta: FISIP
UI; 2012.h.17-23.
23. Baziad, A. Endokrinologi ginekologi ed 3. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h.71-83.
24. Aprilia. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada wanita
premenopause. Jakarta: Rineka Cipta; 2008. H 207-8.
25. Yuliarti. (2008). Perbedaan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause antara
wanita bekerja dan tidak bekerja. http://www.adln.lib.unair.ac.id. (dikutip pada 16
Maret 2010).
26. Kalengkongan DM, Makalew L, Mandang J. Analisis usia menarche dan status gizi
terhadap usia ibu menopause.Internet 7 Desember 2015. Diakses pada 1 Juni 2018.

35
Diunduh dari: https://media.neliti.com/media/publications/91825-ID-analisis-usia-
menarche-dan-status-gizi-t.pdf
27. Elliana D, Murniwati A. Hubungan tingkat status gizi wanita menopause dengan
perubahan fisik pada masa menopause kota semarang. Internet 6 Februari 2017.
Diakses pada 1 Juni 2018. Diunduh dari:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/2649
28. Gorga H, Lasmini SP, Amir A. Hubungan jumlah paritas dengan usia menopause.
Internet 2 Mei 2016. Diakses pada 1 Juni 2018. Diunduh dari:
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/529

36

Anda mungkin juga menyukai