NONELEKTROLIT
Lilik Suprianti, ST, MSc
Kimia Fisika
Teknik Kimia- UPN”Veteran” Jatim
Apabila zat zat yang tidak saling bereaksi dicampur, maka akan
ada 3 tipe campuran
1) Campuran kasar : misal campuran gula dengan garam
2) Dispersi koloid : campuran minyak dan air, lumpur dalam air
3) Larutan homogen : gula dalam air
Solven: pelarut
2
Cara Menyebutkan Konsentrasi Larutan
Basis berat
1. Persen atau fraksi zat terlalut terhadap berat
2. Berat zat terlarut per total berat larutan
3. Molalitas: jumlah mol zat terlarut tiap 1000 gram pelarut
4. Fraksi mol
Basis Volume
1. Persen atau fraksi zat terlarut terhadap volume
2. Berat zat terlarut tiap volume larutan
3. Molaritas: jumlah mol zat terlarut per 1 liter larutan
4. Normalitas: jumlah ekuivalen zat terlarut tiap liter larutan 3
Jenis Jenis Larutan 2 zat (binary solution)
1. Larutan gas dalam gas
2. Larutan cairan dalam gas
3. Larutan padatan dalam gas
4. Larutan padatan dlam gas
5. Larutan cairan dalam padatan
6. Larutan padatan dalam padatan
7. Larutan gas dalam cairan
8. Larutan padatan dalam cairan
9. Larutan cairan dalam cairan
4
Properti Termodinamika Larutan
Total Energi bebas dari larutan adalah:
Karena 𝐺 = 𝐻 − 𝑇𝑆
𝐺1 = 𝐻1 − 𝑇𝑆1
𝐺2 = 𝐻2 − 𝑇𝑆2
5
𝜕𝐺𝑖
= −𝑆𝑖 𝜕 𝐺𝑖 𝑇 𝐻𝑖
𝜕𝑇 𝑛,𝑃 =− 2
𝜕𝐺𝑖 𝜕𝑇 𝑛,𝑃
𝑇
= −𝑉𝑖
𝜕𝑃 𝑛,𝑇
𝐺2 − 𝐺2 0 = 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎2
Subtitusi ke persamaan energi bebas untuk campuran
∆𝐺𝑚 = 𝑛1 𝐺𝑖 − 𝐺𝑖 0 + 𝑛2 𝐺2 − 𝐺2 0
Persamaan Menjadi
∆𝐆𝐦 = 𝐧𝟏 𝐑𝐓 𝐥𝐧 𝐚𝟏 + 𝐧𝟐 𝐑𝐓 𝐥𝐧 𝐚𝟐
9
Kesetimbangan Antarfase
Kesetimbangan antar fase apabila dalam fase tersebut bukan zat
murni (campuran)
Perubahan energi bebas pada fase awal adalah
𝑑𝐺 = 𝐺1 𝑑𝑛1 + 𝐺2 𝑑𝑛2 + ⋯
Kenaikan energi bebas untuk fase kedua adalah
𝑑𝐺 ′ = 𝐺 ′1 𝑑𝑛1 + 𝐺 ′ 2 𝑑𝑛2 + ⋯
Total perubahan energi bebas pada proses adalah
𝑑𝐺 = 𝑑𝐺 ′ − 𝑑𝐺 = 𝐺 ′1 − 𝐺1 𝑑𝑛1 + 𝐺 ′ 2 − 𝐺2 𝑑𝑛2 + ⋯
Jika terjadi kesetimbangan 2 fase maka nilai 𝑑𝐺 𝑇,𝑃 = 0
𝐺 ′1 − 𝐺1 𝑑𝑛1 + 𝐺 ′ 2 − 𝐺2 𝑑𝑛2 + ⋯ = 0
𝐺 ′1 − 𝐺1 𝑑𝑛1 = 𝐺 ′ 2 − 𝐺2 𝑑𝑛2 = 𝐺 ′ 𝑖 − 𝐺𝑖 𝑑𝑛𝑖 = 0 10
Sehingga
𝐺1 = 𝐺 ′1 = 𝐺 "1
𝐺2 = 𝐺 ′ 2 = 𝐺 " 2
𝑓𝑖 𝑔 𝐺0𝑖 − 𝐺0𝑖 𝑔
𝑙𝑛 =
𝑎𝑖 𝑅𝑇
12
Pada suhu tertentu (T konstan) maka suku sebelah kanan akan
konstan, sehingga
0 0
𝑓𝑖 𝑔
𝑓𝑖 𝑔 𝐺 𝑖−𝐺 𝑖 𝑔 =𝐾
𝑙𝑛 = Konstan 𝑎𝑖
𝑎𝑖 𝑅𝑇
∆𝑆𝑚 = − 𝑛1 𝑅 𝑙𝑛 𝑁1 + 𝑛2 𝑅 𝑙𝑛 𝑁2
• Persamaan diatas memprediksi entropi
campuran (∆𝑆𝑚 ) sebagai fungsi
konsentrasi dan jumlah zat terlarut
dalam larutan.
16
Tekanan Uap Larutan Ideal
Apabila dua larutan saling melarutkan, dan membentuk larutan
ideal, dimana pada larutan ideal, 𝑎1 = 𝑁1 dan 𝑎2 = 𝑁2 , maka
𝑃1 = 𝑁1 𝑃1 0 𝑃2 = 𝑁2 𝑃2 0
𝑃 = 𝑃1 0 1 − 𝑁2 + 𝑃2 0 𝑁2
= 𝑃2 0 − 𝑃1 0 𝑁2 + 𝑃1 0 17
Diagram Tekanan Uap total dan parsial larutan ideal A dan B
18
Aplikasi Persamaan dari hukum Rault dapat digunakan untuk
menghitung Tekanan Uap prsial dan total sebagai fungsi dari
fraksi mol zat dalam larutan.
Untuk mendapatkan hubungan antara komposisi larutan dan
komposisi uap, digunakan persamaan berikut
𝑃2
𝑌2 =
𝑃
𝑁2 𝑃2 0
𝑌2 =
𝑃2 0 − 𝑃1 0 𝑁2 + 𝑃1 0
20
TEKANAN UAP PASANGAN LARUTAN NYATA
Hanya sedikit dari sistem
kelarutan dua zat yang
mengikuti hukum Raoult di
semua range konsentrasi.,
diantaranya:
1. Sistem ethylene
dibromide-propylene
dibromide pada 85,05oC
2. Sistem benzene-ethylene
diklorida
3. Karbon tetraklorida-
stannic klorida
4. Klorobenzene- 21
brombenzene Sistem ethylene dibromide-
propylene dibromide
Macam macam karakter dari deviasi Hk Raoult
Sebagian besar sistem ter deviasi dari hukum Raoult, lebih besar
atau lebih kecil, tergantung sifat alami larutan dan suhu.
TIPE I
o Tekanan uap total dan parsial
mengalami deviasi positif
o Tekanan uap total berada
diantara tekanan uap murni
masing masing komponen
Contoh:
Karbon tetraklorida-sikloheksane
Karbon tetraklorida- benzene
Benzene – toluene
Air- metil alkohol
22
Tekanan uap sistem cyclohexane-carbon
tetraklorida
TIPE II
24
Kurva komposisi Uap-liquid pada konstan T
26
Azeotrop
Azeotrop dalah campuran dua atau lebih komponen pada
komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa
berubah melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop
didihkan, fase uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang
sama dengan fase cairnya. Campuran azeotrop disebut juga
dengan constant boiling mixture
27
Rasio Distilate dan Residu
𝑊𝑥 = 𝑊1 𝑥1 + 𝑊2 𝑥2
Subtitusi W,
𝑊1 + 𝑊2 𝑥 = 𝑊1 𝑥1 + 𝑊2 𝑥2
𝑊1 𝑥 − 𝑥1 = 𝑊2 𝑥2 − 𝑥
𝑊1 𝑥2 − 𝑥
=
𝑊2 𝑥 − 𝑥1
30
KELARUTAN GAS DALAM LIQUID
Gas terlarut dalam liquid membentuk larutan
Kelaruran nya tergantung dari sifat alami dari gas, sifat dari
solven, tekanan dan suhu
Untul gas Nitrogen, hydrogen, oksigen, helium, kelarutannya
dalam air kecil, sedangkan gas hidrogen klorida dan amonia
sangat besar.
Kelarutang yang besar ini dipengaruhi oleh reaksi kimia yang
terjadi antara gas dengan solven (air) , membentuk asam
hidroklorat dan amonium hidroksida
Nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida lebih mudah larut
dalam aril alkohol daripada di air
Hidrogen sulfida dan amonia lebih mudah larut dalam air
daripada di etil alkohol 31
Pengaruh tekanan terhadap kelarutan pada suatu gas dalam
cairan (liquid) pada temperatur konstant,
𝑓2(𝑔)
=𝐾
𝑎2
Dimana 𝑓2(𝑔) adalah fugasitas dari gas diatas larutan dan 𝑎2
adalah aktivitas gas dalm larutan. Apabila baik dalm fase gas
maupun dalm larutan berlaku ideal, 𝑓2(𝑔) = 𝑃2 , dan 𝑎2 = 𝑁2
dan persamaan menjadi
𝑃2
=𝐾 𝑁2 = 𝐾𝑃2
𝑁2
Persamaan diatas dikenal dengan Hukum henry, “ Pada tekanan
konstan, kelarutan suatu gas dalam liquid berbanding lurus
dengan tekanan gas diatas liquid. Faktor K disebut dengan
Konstanta Henry
32
Contoh Soal
33
Sifat Koligatif Larutan
Dalam larutan, solven akan mengalami perubahan properti
dikarenakan adanya zat terlarut (solut). Perubahan Properti
Larutan dipengaruhi oleh banyaknya zat yang terlarut,
diantaranya adalah
a. Penurunan Tekanan uap dari pelarut
b. Penurunan Titik beku
c. Kenaikan Titik didih
d. Tekanan osmotik larutan
34
PENURUNAN TEKANAN UAP PELARUT
Penurunan tekanan uap dapat dijelaskan menggunakan Hukum
Raoult. Dalam larutan, tekan uap suatu dari zat akan selalu lebih
rendah dari tekanan uap zat murninya.
Bila N1 dalah fraksi mol dari pelarut, dan N2 adalah fraksi mol dari
zat terlarut. Dan Po adalah tekanan uap dari pelarut murni, maka
dalam larutan tekanan uap dari pelarut (P) adalah
𝑃 = 𝑃0 𝑁1
Fraksi mol pelarut akan selalu lebih kecil dibanding fraksi mol
total larutan. P akan lebih rendah daripada P⁰
Besarnya penurunan tekanan uap dari pelarut ΔP yaitu
∆𝑃 = 𝑃0 − 𝑃 = 𝑃0 − 𝑃0 𝑁1
= 𝑃0 1 − 𝑁1
= 𝑃0 𝑁2 35
Penurunan tekanan uap solven tergantung pada tekanan uap
solven dan fraksi mol solut (zat terlarut)
Apabila digunakn penurunan tekanan uap relative, yaitu rasio
antara ∆𝑃 𝑃0 persamaan menjadi
∆𝑃 𝑃0 − 𝑃
0
= 0
= 𝑁2
𝑃 𝑃
Contoh Soal
Pada suhu 50℃ tekann uap air murni dan etil alkohol murni
masing masing 92,5 dan 219,9 mmhg. Jika 6 gram non volatil
solut dengan berat molekul 120 dilarutkan dalam 150 gram dari
masing masing pelarut, berapakah penurunan tekanan uap
relatif dalam kedua pelarut?
36
Contoh Soal
• Berapakah Tekanan uap dari pelarut yang mengandung 53,94 gr
manninet (BM=182,11) per 1000 gr air pada 20oC. Pada suhu ini,
tekanan uap air adalah 17,51 mmHg.
m = molalitas
𝐾𝑏 = konstanta kenaikan
∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 𝑚
titik didih
∆𝑇𝑏 = kenaikan titik didih
39
PERHITUNGAN BERAT MOLEKUL DARI KENAIKAN TITIK
DIDIH
41
PENURUNAN TITIK BEKU
Larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah daripada
zat murni nya
𝐾𝑓 = penurunan titik beku molal
2
𝑅𝑇𝑜 (konstanta cryoscopic)
∆𝑇𝑓 = 𝑚
∆𝐻𝑓 𝑛1 m = molalitas larutan
Atau 𝑛1 = jumlah mol solvent setiap 1000 gram
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 𝑚
Dimana 𝑅𝑇𝑜 2
𝐾𝑓 =
∆𝐻𝑓 𝑛1
Apabila nilai molalitas disubtitusi ke persamaan diperoleh
1000𝑊2
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓
𝑊1 𝐵𝑀2
Dan berat molekul zat terlarut dapat dihiung dari
1000𝑊2 42
𝐵𝑀2 = 𝐾𝑓
∆𝑇𝑓 𝑊1
OSMOSIS DAN TEKANAN OSMOTIC
43
Tekanan osmotik (∏)
44
HUBUNGAN TEKANAN OSMOTIC DAN TEKANAN UAP
𝑅𝑇 𝑃1 𝑜
∏= 𝑙𝑛
𝑉1 𝑃1
𝑅𝑇 𝑃1 𝑜
∏ = 𝑜 𝑙𝑛
𝑉 1 𝑃1
47
PERSAMAAN VAN’T HOFF UNTUK TEKANAN OSMOTIC
∏𝑉 𝑜 1 = 𝑅𝑇𝑙𝑛 1 − 𝑁2
𝑅𝑇𝑛2
∏𝑉 𝑜 1 =
𝑛1
𝑉 𝑜 1 𝑛1 = 𝑛2 𝑅𝑇
∏𝑉 = 𝑛2 𝑅𝑇 ∏ = 𝐶𝑅𝑇
48
Contoh Soal
1. Suatu larutan mengandung 1 gram antipyrine 𝐶11 𝐻12 𝑁2 𝑂
dalam 100 cc larutan memberikan tekanan osmotic 1,18
atm pada 0℃ . Hitunglah berat molekul (BM) dari zat
tersebut, dan bandingkan nilai BM dari perhitungan
berdasar rumus molekulnya
2. tekanan uap dari larutan pada 25℃ adalah 23,45 mm.
Hitunglah tekanan osmotic larutan tersebut dimana tekanan
uap 𝐻2 𝑂 murni adalah 23,756 pada 25℃
49
HUKUM DISTRIBUSI NERST
Iodine adalah zat yang larut dalam air dan karbon tetraklorida,
apabila larutan iodine dalam air di campur (di kocok) dengan
karbon tetraklorida dimana keduanya tidak saling larut, diketahui
bahwa iodine akan terdistribusi ke dalam air dan tetraklorida
sedemikian rupa pada kesetimbangan perbandingan konsentrasi
iodine pada kedua lapisan konstan pada setiap temperatur.
Fenomena tersebut adalah konsekuensi dari termodinamika
larutan terhadap kesetimbangan 50
Apabila ada dua larutan yang tidak saling larut A dan B berkontak,
keduanya mengandung zat terlarut yang sama dalam larutan,
parsial molal energi bebas zat terlarut dalm liquid A, 𝑮𝑨 adalah
𝟎
𝑮𝑨 = 𝑮𝑨 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝑨
Parsial molal energi bebas zat terlarut dalam larutan B
𝟎
𝑮𝑩 = 𝑮𝑩 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝑩
Kesetimbangan dua lapisan 𝑮𝑨 = 𝑮𝑩
𝟎 𝟎
𝑮𝑨 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝑨 = 𝑮𝑩 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝑩
Dan 0 0
𝑎𝐵 𝐺𝐴 − 𝐺𝐵
ln =
𝑎𝐴 𝑅𝑇
0 0 𝑎𝐵
Pada T konstan, 𝐺𝐴 − 𝐺𝐵 konstan , sehingga ln = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡
𝑎𝐴
𝑎𝐵 K disebut dengan 𝐶𝐵 51
=𝐾 =𝐾
𝑎𝐴 konstanta distribusi 𝐶𝐴
Nilai K berubah terhadap perubahan temperatur.
Contohnya nilai K pada distribusi asam benzoat pada air dan
kloroform adalah 0,564 pada suhu 10 C dan 0,442 pada 40 C
perbedaan nila K terhadap temperatur dipengarhi oleh
enthalpy dari zat terlarut, dimana enthalpy dalam hal ini
merupakan panas yang di transfer per mol dari zat terlarut
dari satu larutan ke larutan yang lain
Aplikasi hukum distribusi diantaranya pada proses ekstraksi,
analisis dan penentuan konstanta kesetimbangan
Dalam industri, ekstraksi digunakan untuk menghilangkan zat
zat yang tidak diinginkan dalam larutan
Apabila suatu zat terdistribusi antara dua zat pelarut tanpa
adanya reaksi, hal ini memungkinkan menghitung zat yang
dapat dihlangkan dalam rangkaian ekstraksi
52
Apabila ada larutan yang mengandung W granm zat dalam V1 cc
larutan, dan larutan ini di kocok berulang ulang dengan sample
V2 cc yang tidak saling larut dengan larutan V1 sampai diperoleh
kesetimbangan distribusi. Pada akhir proses ekstraksi sebanyak n
kali, berat zat terlarut yang tersisa adalah
𝑛
𝐾𝑉1
𝑊𝑛 = 𝑊
𝐾𝑉1 + 𝑉2
𝑛
𝐾𝑉1
=𝑊 1−
𝐾𝑉1 + 𝑉2 53
Contoh Soal
1. Diketahui data konstanta distribusi (K) dari 𝐻3 𝐵𝑂3 antar 𝐻2 𝑂
dan amil alkohol
𝑪𝑯𝟐 𝑶 3,24 3,31 3,35 3,52
𝑲=
𝑪𝑨
Hitunglah jumlah mol dari 𝐻3 𝐵𝑂3 yang ter ekstrak dari 50 cc 0,2
M larutan pada
a) Ekstraksi satu kali dengan 150 cc amyl alkohol
b) Ekstraksi tiga kali dengan 50 cc amyl alkohol
54
References
• Fundamentals of Physical Chemistry, Maron, Samuel H.;
Lando, Jerome B, 1974, Collier Macmillan Ltd
• Physical Chemistry, Atkins,Peter; De Paula, Julio, 2006, Oxford
University Press
55