Anda di halaman 1dari 55

LARUTAN

NONELEKTROLIT
Lilik Suprianti, ST, MSc

Kimia Fisika
Teknik Kimia- UPN”Veteran” Jatim
Apabila zat zat yang tidak saling bereaksi dicampur, maka akan
ada 3 tipe campuran
1) Campuran kasar : misal campuran gula dengan garam
2) Dispersi koloid : campuran minyak dan air, lumpur dalam air
3) Larutan homogen : gula dalam air

Solute: zat yang


terlarut
Larutan

Solven: pelarut

2
Cara Menyebutkan Konsentrasi Larutan
Basis berat
1. Persen atau fraksi zat terlalut terhadap berat
2. Berat zat terlarut per total berat larutan
3. Molalitas: jumlah mol zat terlarut tiap 1000 gram pelarut
4. Fraksi mol

Basis Volume
1. Persen atau fraksi zat terlarut terhadap volume
2. Berat zat terlarut tiap volume larutan
3. Molaritas: jumlah mol zat terlarut per 1 liter larutan
4. Normalitas: jumlah ekuivalen zat terlarut tiap liter larutan 3
Jenis Jenis Larutan 2 zat (binary solution)
1. Larutan gas dalam gas
2. Larutan cairan dalam gas
3. Larutan padatan dalam gas
4. Larutan padatan dlam gas
5. Larutan cairan dalam padatan
6. Larutan padatan dalam padatan
7. Larutan gas dalam cairan
8. Larutan padatan dalam cairan
9. Larutan cairan dalam cairan

4
Properti Termodinamika Larutan
Total Energi bebas dari larutan adalah:

𝐺 = 𝐺1 𝑛1 + 𝐺2 𝑛2 𝐺1 , 𝐺1 : energi bebas parsial molal dari


suatu zat
H= 𝐻1 𝑛1 + 𝐻2 𝑛2 𝑛1 , 𝑛2 : jumlah mol dari zat
H : Entalpi
𝑆 = 𝑆1 𝑛1 + 𝑆2 𝑛2 S : Entropi

Karena 𝐺 = 𝐻 − 𝑇𝑆

𝐺1 = 𝐻1 − 𝑇𝑆1

𝐺2 = 𝐻2 − 𝑇𝑆2
5
𝜕𝐺𝑖
= −𝑆𝑖 𝜕 𝐺𝑖 𝑇 𝐻𝑖
𝜕𝑇 𝑛,𝑃 =− 2
𝜕𝐺𝑖 𝜕𝑇 𝑛,𝑃
𝑇
= −𝑉𝑖
𝜕𝑃 𝑛,𝑇

Energi bebas parsial molal suatu zat


𝟎
𝑮𝒊 = 𝑮𝒊 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝒊
0
• 𝐺𝑖 adalah energi bebas parsial molal dari zat i pada kondisi
standard/murni
• 𝑎𝑖 adalah aktivitas suatu zat dalam larutan
• Pada zat murni nilai energi bebas partial molal akan sama dengan
0
energi bebas total, 𝐺𝑖 = 𝐺𝑖 0
6
Apabila digunakan fraksi mol untuk menunjukkan konsentrasi,
Hubungan antara konsentrasi dengan aktvitas zat adalah
𝑎𝑖 = 𝑁𝑖 𝛾𝑖 ′ Dimana 𝛾𝑖 ′ adalah koefisien aktifitas
𝑁𝑖 adalah fraksi mol zat i

Perubahan energi bebas dari kondisi awal ke kondisi akhir adalah


∆𝐺 = 𝐺𝑖 − 𝐺𝑖 0 = 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎𝑖
Energi bebas parsial molal menjadi
𝐺𝑖 = 𝐺𝑖 0 + 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑁𝑖 𝛾𝑖 ′
Nilai R (Konstanta gas ideal)
 1,987 cal/(mol) (K)
 8,314 J/(mol) (K)
 0,082 (L)(atm)/(mol)(K) 7
 10.73 (psia)(ft3)/(lb mol)(⁰R)
Proses Pelarutan
Pada proses pelarutan dua zat
𝑛1 𝐴1 + 𝑛2 𝐴2 = 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Perubahan Energi bebas pada proses pencampuran:
∆𝐺𝑚 = 𝑛1 𝐺𝑖 − 𝐺𝑖 0 + 𝑛2 𝐺2 − 𝐺2 0
Identik dengan ebergi bebas, maka perubahn Entalpi, Entropi
dan Volume didapatkan
∆𝐻𝑚 = 𝑛1 𝐻𝑖 − 𝐻𝑖 0 + 𝑛2 𝐻2 − 𝐻2 0
∆𝑆𝑚 = 𝑛1 𝑆𝑖 − 𝑆𝑖 0 + 𝑛2 𝑆2 − 𝑆2 0
∆𝑉𝑚 = 𝑛1 𝑉𝑖 − 𝑉𝑖 0 + 𝑛2 𝑉2 − 𝑉2 0

Pada setiap temperatur T, hubungan energi bebas, entropi dan


panas (entalpi) campuran adalah
8
∆𝐺𝑚 = ∆𝐻𝑚 − 𝑇∆𝑆
Perubahan energi bebas untuk zat murni:
𝐺𝑖 − 𝐺𝑖 0 = 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎𝑖
Sehingga untuk larutan campuran dua zat (zat 1 dan zat 2),
perubahan energi bebasnya masing masing adalah
𝐺1 − 𝐺1 0 = 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎1

𝐺2 − 𝐺2 0 = 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎2
Subtitusi ke persamaan energi bebas untuk campuran
∆𝐺𝑚 = 𝑛1 𝐺𝑖 − 𝐺𝑖 0 + 𝑛2 𝐺2 − 𝐺2 0

Persamaan Menjadi

∆𝐆𝐦 = 𝐧𝟏 𝐑𝐓 𝐥𝐧 𝐚𝟏 + 𝐧𝟐 𝐑𝐓 𝐥𝐧 𝐚𝟐
9
Kesetimbangan Antarfase
Kesetimbangan antar fase apabila dalam fase tersebut bukan zat
murni (campuran)
Perubahan energi bebas pada fase awal adalah
𝑑𝐺 = 𝐺1 𝑑𝑛1 + 𝐺2 𝑑𝑛2 + ⋯
Kenaikan energi bebas untuk fase kedua adalah
𝑑𝐺 ′ = 𝐺 ′1 𝑑𝑛1 + 𝐺 ′ 2 𝑑𝑛2 + ⋯
Total perubahan energi bebas pada proses adalah
𝑑𝐺 = 𝑑𝐺 ′ − 𝑑𝐺 = 𝐺 ′1 − 𝐺1 𝑑𝑛1 + 𝐺 ′ 2 − 𝐺2 𝑑𝑛2 + ⋯
Jika terjadi kesetimbangan 2 fase maka nilai 𝑑𝐺 𝑇,𝑃 = 0

𝐺 ′1 − 𝐺1 𝑑𝑛1 + 𝐺 ′ 2 − 𝐺2 𝑑𝑛2 + ⋯ = 0
𝐺 ′1 − 𝐺1 𝑑𝑛1 = 𝐺 ′ 2 − 𝐺2 𝑑𝑛2 = 𝐺 ′ 𝑖 − 𝐺𝑖 𝑑𝑛𝑖 = 0 10
Sehingga

𝐺 ′1 − 𝐺1 𝑑𝑛1 = 𝐺 ′ 2 − 𝐺2 𝑑𝑛2 = 𝐺 ′ 𝑖 − 𝐺𝑖 𝑑𝑛𝑖 = 0

Dalam kesetimbangan fase pada suatu sistem

𝐺1 = 𝐺 ′1 = 𝐺 "1

𝐺2 = 𝐺 ′ 2 = 𝐺 " 2

Untuk kesetimbangan pada konstan T dan P dalam


sistem multikomponen yang terdiri dari beberapa
fase, energi bebas Parsial molal dari tiap tiap zat
harus sama di semua fase
11
Kesetimbangan Larutan dan Fase uap
Energi bebas molar pada setiap zat i dalam fase gas dirumuskan
𝐺𝑖 𝑔 = 𝐺 0𝑖 𝑔 + 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑓𝑖 𝑔
Dimana tanda (g) menyatakan gas.
Sedangkan parsial molal energi bebas dari zat i adalah
𝐺𝑖 = 𝐺𝑖 0 + 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎𝑖
Pada kesetimbangan antar larutan dan fase gas 𝐺𝑖 𝑔 = 𝐺𝑖
Sehingga diperoleh persamaan
𝐺 0𝑖 𝑔 + 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑓𝑖 𝑔 = 𝐺𝑖 0 + 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑎𝑖
Atau

𝑓𝑖 𝑔 𝐺0𝑖 − 𝐺0𝑖 𝑔
𝑙𝑛 =
𝑎𝑖 𝑅𝑇
12
Pada suhu tertentu (T konstan) maka suku sebelah kanan akan
konstan, sehingga
0 0
𝑓𝑖 𝑔
𝑓𝑖 𝑔 𝐺 𝑖−𝐺 𝑖 𝑔 =𝐾
𝑙𝑛 = Konstan 𝑎𝑖
𝑎𝑖 𝑅𝑇

Pada keadaan zat murni i, 𝑎𝑖 =1 dan 𝑓𝑖 𝑔 = 𝑓 0𝑖 𝑔


dimana 𝑓 0 𝑖 𝑔 adalah fugasitas uap dari komponen murni i,
dan 𝐾 = 𝑓 0 𝑖 𝑔 maka 𝑓𝑖 𝑔
= 𝑎𝑖
𝑓 0𝑖 𝑔
Hubungan fugasitas dengan tekanan uap adalah
𝑓𝑖 𝑔 = 𝑃𝑖 𝛾𝑖 𝑔 dan untuk zat murni 𝑓 0 𝑖 𝑔
= 𝑃0 𝑖 𝛾 0 𝑖 𝑔

𝑃𝑖 = tekanan uap zat i diatas larutan 13


𝑃0 𝑖 = Tekanan Uap zat murni
Maka nilai
𝑓𝑖 𝑔 𝑃𝑖 𝛾𝑖 𝑔
𝑎𝑖 = 0 𝑎𝑖 = 0 0
𝑓 𝑖𝑔 𝑃 𝑖𝛾 𝑖 𝑔

Apabila uap berlaku sifat gas ideal, 𝛾𝑖 𝑔 = 𝛾 0 𝑖 𝑔 = 1 dan


persamaan dapat disederhanakan menjadi 𝑃𝑖
𝑎𝑖 = 0
𝑃 𝑖
Persamaan energi bebas larutan yang terdiri dari 2 zat adalah
𝑃1 𝛾1 𝑔 𝑃2 𝛾2 𝑔
∆𝐺𝑚 = 𝑛1 𝑅𝑇𝑙𝑛 0 0 + 𝑛2 𝑅𝑇𝑙𝑛 0 0
𝑃 1𝛾 1 𝑔 𝑃 2𝛾 2 𝑔
Apabila gas berlaku ideal
𝑃1 𝑃2
∆𝐺𝑚 = 𝑛1 𝑅𝑇𝑙𝑛 0 + 𝑛2 𝑅𝑇𝑙𝑛 0
𝑃 1 𝑃 2
14
Larutan Ideal
• Pada larutan ideal, aktivitas dari dari setiap zat sama dengan
fraksi molnya di semua temperatur, Tekanan dan konsentrasi
Yaitu 𝑎𝑖 = 𝑁𝑖 , 𝑎1 = 𝑁1 , 𝑎2 = 𝑁2
• Sehingga persamaan perubahan energi bebas larutan ideal
menjadi
∆𝐺𝑚 = 𝑛1 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑁1 + 𝑛2 𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝑁2
• Perubahan energi bebas campuran terhadap perubahan
tekanan 𝜕∆𝐺𝑚
= ∆𝑉 = 0
𝜕𝑃 𝑇
• Jika masing masing suku dibagi dengan T, persamaan menjadi
𝜕 ∆𝐺𝑚 𝑇 ∆𝐻𝑚
=− 2 =0 ∆𝐻𝑚 = 0
𝜕𝑇 𝑃
𝑇
15
• Pada larutan ideal tidak melepas maupun menyerap panas
Sehingga persamaan larutan ideal menjadi
∆𝐺𝑚 = −𝑇∆𝑆

∆𝑆𝑚 = − 𝑛1 𝑅 𝑙𝑛 𝑁1 + 𝑛2 𝑅 𝑙𝑛 𝑁2
• Persamaan diatas memprediksi entropi
campuran (∆𝑆𝑚 ) sebagai fungsi
konsentrasi dan jumlah zat terlarut
dalam larutan.

16
Tekanan Uap Larutan Ideal
Apabila dua larutan saling melarutkan, dan membentuk larutan
ideal, dimana pada larutan ideal, 𝑎1 = 𝑁1 dan 𝑎2 = 𝑁2 , maka
𝑃1 = 𝑁1 𝑃1 0 𝑃2 = 𝑁2 𝑃2 0

Persamaan tersebut adalah Hukum Raoult, dimana “ Tekanan uap


parsial larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan
fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut”
Tekanan uap total menjadi
𝑃 = 𝑃1 + 𝑃2 = 𝑁1 𝑃1 0 + 𝑁2 𝑃2 0
Karena 𝑁1 = 1 − 𝑁2

𝑃 = 𝑃1 0 1 − 𝑁2 + 𝑃2 0 𝑁2

= 𝑃2 0 − 𝑃1 0 𝑁2 + 𝑃1 0 17
Diagram Tekanan Uap total dan parsial larutan ideal A dan B
18
Aplikasi Persamaan dari hukum Rault dapat digunakan untuk
menghitung Tekanan Uap prsial dan total sebagai fungsi dari
fraksi mol zat dalam larutan.
Untuk mendapatkan hubungan antara komposisi larutan dan
komposisi uap, digunakan persamaan berikut

𝑃2
𝑌2 =
𝑃
𝑁2 𝑃2 0
𝑌2 =
𝑃2 0 − 𝑃1 0 𝑁2 + 𝑃1 0

Y2 adalah fraksi mol dari zat A2


dalam fase uap
19

Kurva komposisi liquid dan vapor untuk


larutan ideal
Contoh Soal:
1. Tekanan uap benzene dan toluene murni pada 60 ⁰C adalah
masing masing 385 dan 139 mmHg, hitunglah tekanan
parsial benzene dan toluene, tekanan uap total dari larutan ,
dan mol fraksi toluene dalam uap diatas larutan yang
mengandung fraksi mol toluene 0,6.
2. Suatu campuran 𝐶6 𝐻5 𝐶𝐻3 dan 𝐶6 𝐻6 berisi 30%
berat 𝐶6 𝐻5 𝐶𝐻3 . Pada suhu 30℃ tekanan uap murni
𝐶6 𝐻5 𝐶𝐻3 adalah 36,7 mmHg dan tekanan uap murni 𝐶6 𝐻6
adalah 118,2 mmHg. Anggap kedua cairan membentuk
lrutan ideal, hitung tekanan total dan tekanan parsial dari
masing masing komponen pada suhu 30℃

20
TEKANAN UAP PASANGAN LARUTAN NYATA
Hanya sedikit dari sistem
kelarutan dua zat yang
mengikuti hukum Raoult di
semua range konsentrasi.,
diantaranya:
1. Sistem ethylene
dibromide-propylene
dibromide pada 85,05oC
2. Sistem benzene-ethylene
diklorida
3. Karbon tetraklorida-
stannic klorida
4. Klorobenzene- 21
brombenzene Sistem ethylene dibromide-
propylene dibromide
Macam macam karakter dari deviasi Hk Raoult
Sebagian besar sistem ter deviasi dari hukum Raoult, lebih besar
atau lebih kecil, tergantung sifat alami larutan dan suhu.
TIPE I
o Tekanan uap total dan parsial
mengalami deviasi positif
o Tekanan uap total berada
diantara tekanan uap murni
masing masing komponen
Contoh:
Karbon tetraklorida-sikloheksane
Karbon tetraklorida- benzene
Benzene – toluene
Air- metil alkohol
22
Tekanan uap sistem cyclohexane-carbon
tetraklorida
TIPE II

 Deviasi positif dari Hk raoult


 tekanan uap total mencapai
maksimum diatas tekanan uap
masing masing komponen
murni
Contph
o Karbon Disulfida-methylal
o Karbon disulfida-aceton
o Benzene-sikloheksane
o Benzene-etil alkohol
o Cloroform- etil alkohol
o Air-etil alkohol Karbon Disulfida-methylal pada 35,2o C 23
Tipe III

• Deviasi negatif dari hukum


Raoult
• Kurva menunjukkan adanya
tekanan uap total
minimum
• Contoh:
kloroform-acetone,
metil eter-hidrogen klorida,
Piridin-asam asetat

24
Kurva komposisi Uap-liquid pada konstan T

Secara umum kurva komposisi uap (vapor) berada dibawah


kurva komposisi liquid, kecuali untuk tipe II dan III terjadi
kontak pada saat tekanan total maksimum dan minumum.
Pada titik ini komposisi uap dan liquid akan identik
25
Diagram Titik Didih dari
campuran 2 Zat Saling larut

 Dalam sistem campuran 2 zat,


tekanan total, 𝑃 = 𝑃𝐴 + 𝑃𝐵
 Pada tekanan atmosfer, larutan
akan mendidih pada saat
tekanan totalnya 760 mmHg.
 Perbedaan komposisi larutan
menyebabkan perbedaan
perbedaan tekanan uap total.
 Sehingga larutan yang berbeda
komposisi akan mendidih pada
suhu yang berbeda pula

26
Azeotrop
Azeotrop dalah campuran dua atau lebih komponen pada
komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa
berubah melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop
didihkan, fase uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang
sama dengan fase cairnya. Campuran azeotrop disebut juga
dengan constant boiling mixture

Cara pemisahan azeotrop


1. Pressure swing distilation
2. Extractive distilation

27
Rasio Distilate dan Residu

Suatu campuran dengan persen berat x akan


berada pada fase liquid sampai mencapai
suhu T1. Pada suhu T1 larutan akan mulai
mendidih. Pada saat T2, komposisi x akan
terdekomposisi dalam fase liquid 𝑥1 dan
dalam fase uap 𝑥2 . Berat liquid 𝑊1
proporsional dengan jarak bc, sedangkan
berat vapor 𝑊2 proporsional dengan jarak
ab, sehingga
𝑊1 𝑏𝑐
=
𝑊2 𝑎𝑏
Jika W adalah berat total campuran komposisi x,
maka
𝑊 = 𝑊1 + 𝑊2 28
Neraca massa dari zat B

𝑊𝑥 = 𝑊1 𝑥1 + 𝑊2 𝑥2

Subtitusi W,
𝑊1 + 𝑊2 𝑥 = 𝑊1 𝑥1 + 𝑊2 𝑥2

𝑊1 𝑥 − 𝑥1 = 𝑊2 𝑥2 − 𝑥

𝑊1 𝑥2 − 𝑥
=
𝑊2 𝑥 − 𝑥1

Catatan: Apabila absis bukan dalam persen berat, tetapi dalam


fraksi mol, rasio jarak menunjukkan rasio dari jumlah mol dari
liquid dan vapor 29
Contoh Soal:

1. Pada suhu 30 ℃ suatu campuran 𝐶6 𝐻5 𝑂𝐻 dan 𝐻2 𝑂


mengandung 60% berat 𝐻2 𝑂. Campuran kemudian terpisah
menjadi 2 lapisan, lapisan 𝐶6 𝐻5 𝑂𝐻 mengandung
mengandung 70% berat 𝐶6 𝐻5 𝑂𝐻, dan 𝐻2 𝑂 mengandung
92% berat 𝐻2 𝑂 . Hitunglang berat relative kedua layer
tersebut.

30
KELARUTAN GAS DALAM LIQUID
 Gas terlarut dalam liquid membentuk larutan
 Kelaruran nya tergantung dari sifat alami dari gas, sifat dari
solven, tekanan dan suhu
 Untul gas Nitrogen, hydrogen, oksigen, helium, kelarutannya
dalam air kecil, sedangkan gas hidrogen klorida dan amonia
sangat besar.
 Kelarutang yang besar ini dipengaruhi oleh reaksi kimia yang
terjadi antara gas dengan solven (air) , membentuk asam
hidroklorat dan amonium hidroksida
 Nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida lebih mudah larut
dalam aril alkohol daripada di air
 Hidrogen sulfida dan amonia lebih mudah larut dalam air
daripada di etil alkohol 31
Pengaruh tekanan terhadap kelarutan pada suatu gas dalam
cairan (liquid) pada temperatur konstant,
𝑓2(𝑔)
=𝐾
𝑎2
Dimana 𝑓2(𝑔) adalah fugasitas dari gas diatas larutan dan 𝑎2
adalah aktivitas gas dalm larutan. Apabila baik dalm fase gas
maupun dalm larutan berlaku ideal, 𝑓2(𝑔) = 𝑃2 , dan 𝑎2 = 𝑁2
dan persamaan menjadi
𝑃2
=𝐾 𝑁2 = 𝐾𝑃2
𝑁2
Persamaan diatas dikenal dengan Hukum henry, “ Pada tekanan
konstan, kelarutan suatu gas dalam liquid berbanding lurus
dengan tekanan gas diatas liquid. Faktor K disebut dengan
Konstanta Henry
32
Contoh Soal

1. Konstanta Henry untuk kelarutan etilen dalam air pda suhu


20℃ adalah 10,1𝑥10−5 𝑎𝑡𝑚−1 . Hitung berat etilen yang
terlarut dalam 1000 gram air bila tekanan etilen dalam
larutan adalah 2 atm pada suhu 20℃
2. Udara kering terdiri dari 21% mol 𝑂2 dan 79% 𝑁2 . Hitung
komposisi udara dalam air jika air dan udara
berkesetimbangan pada suhu 20℃ dan tekanan 1 atm.
Diketahui pada suhu 20℃ konstanta henry 𝑂2 dan 𝑁2
masing masing adalah 2,58𝑥10−5 dan 1,32𝑥10−5 𝑎𝑡𝑚−1

33
Sifat Koligatif Larutan
Dalam larutan, solven akan mengalami perubahan properti
dikarenakan adanya zat terlarut (solut). Perubahan Properti
Larutan dipengaruhi oleh banyaknya zat yang terlarut,
diantaranya adalah
a. Penurunan Tekanan uap dari pelarut
b. Penurunan Titik beku
c. Kenaikan Titik didih
d. Tekanan osmotik larutan

34
PENURUNAN TEKANAN UAP PELARUT
Penurunan tekanan uap dapat dijelaskan menggunakan Hukum
Raoult. Dalam larutan, tekan uap suatu dari zat akan selalu lebih
rendah dari tekanan uap zat murninya.
Bila N1 dalah fraksi mol dari pelarut, dan N2 adalah fraksi mol dari
zat terlarut. Dan Po adalah tekanan uap dari pelarut murni, maka
dalam larutan tekanan uap dari pelarut (P) adalah
𝑃 = 𝑃0 𝑁1
Fraksi mol pelarut akan selalu lebih kecil dibanding fraksi mol
total larutan. P akan lebih rendah daripada P⁰
Besarnya penurunan tekanan uap dari pelarut ΔP yaitu

∆𝑃 = 𝑃0 − 𝑃 = 𝑃0 − 𝑃0 𝑁1
= 𝑃0 1 − 𝑁1
= 𝑃0 𝑁2 35
Penurunan tekanan uap solven tergantung pada tekanan uap
solven dan fraksi mol solut (zat terlarut)
Apabila digunakn penurunan tekanan uap relative, yaitu rasio
antara ∆𝑃 𝑃0 persamaan menjadi

∆𝑃 𝑃0 − 𝑃
0
= 0
= 𝑁2
𝑃 𝑃
Contoh Soal
Pada suhu 50℃ tekann uap air murni dan etil alkohol murni
masing masing 92,5 dan 219,9 mmhg. Jika 6 gram non volatil
solut dengan berat molekul 120 dilarutkan dalam 150 gram dari
masing masing pelarut, berapakah penurunan tekanan uap
relatif dalam kedua pelarut?

36
Contoh Soal
• Berapakah Tekanan uap dari pelarut yang mengandung 53,94 gr
manninet (BM=182,11) per 1000 gr air pada 20oC. Pada suhu ini,
tekanan uap air adalah 17,51 mmHg.

∆𝑃 = 𝑃0 − 𝑃 = 𝑃0 𝑁2 W2 = berat zat terlarut


𝑊2 W1 = berat pelarut
0 𝐵𝑀2
=𝑃
𝑊1 𝑊2
𝐵𝑀1 + 𝐵𝑀2
53,94
182,11
= 17.51
1000 + 53,94
18,02 182,11

= 17,51 𝑥 0,0053 =0,0929 mmHg

𝑃 = 𝑃0 − ∆𝑃 = 17,51 − 0,09 = 17,42 𝑚𝑚𝐻𝑔 37


KENAIKAN TITIK DIDIH

Larutan yang mengandung zat terlarut akan mendidih pada suhu


yang lebih tinggi daripada titik didih zat pelarut murni.
Perbedaan titik didih larutan dan pelarut murni disebut dengan
“kenaikan titik didih”
∆𝑇𝑏 = 𝑇 − 𝑇𝑜
T = Titik didih larutan
To = Titik didih pelarut murni
𝑃 ∆𝐻𝑣 ∆𝑇𝑏
Dari persamaan clausius clapeyron −𝑙𝑛 𝑃° = 𝑅
𝑇𝑜 2
Dan persamaan hukum Rault
𝑃 ∆𝐻𝑣 =panas penguapan per mol
= 𝑁1 = 1 − 𝑁2 pelarut dalam larutan
Maka, 𝑃0

∆𝐻𝑣 ∆𝑇𝑏 𝑅𝑇𝑜 2


−𝑁2 = ∆𝑇𝑏 = ∙ 𝑁2 38
𝑅 𝑇𝑜 2 ∆𝐻𝑣
Apabila konsentrasi dinyatakan dalam molalitas, persamaan
menjadi
𝑅𝑇𝑜 2
∆𝑇𝑏 = 𝑚
∆𝐻𝑣 𝑛1
Tanda dalam kurung disebut dengan konstanta kenaikan titik
𝑅𝑇𝑜 2
didih 𝐾𝑏, 𝐾𝑏 =
∆𝐻𝑣 𝑛1

m = molalitas
𝐾𝑏 = konstanta kenaikan
∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 𝑚
titik didih
∆𝑇𝑏 = kenaikan titik didih

39
PERHITUNGAN BERAT MOLEKUL DARI KENAIKAN TITIK
DIDIH

∆𝑇𝑏  kenaikan titik didih untuk larutan yang mengandung 𝑊2


gram berat zat terlarut (solut) dengan berat molekul 𝐵𝑀2 yang
terlarut dalam 𝑊1 gram pelarut (solvent)
Berat zat terlarut dalam 1000 gram pelarut adalah
𝑊2 𝑥1000
𝑊1
Sedangkan m, molalitas larutan adalah
𝑊2 𝑥1000
𝑚=
𝑊1 𝐵𝑀2
Persamaan kenaikan titik didih menjadi
1000𝑊2 40
∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏
𝑊1 𝐵𝑀2
Contoh soal
1. Larutan mengandung zat 0,5126 gram naphtalene (BM =
128,17) yang terlarut dalam 50 gram karbon tetraklorida
dan mengakibatkan kenaikan titik didih larutan sebesar
0,402⁰C. Apabila suatu larutan dengan pelarut yang sama
mengandung 0,6216 gram zat terlarut yang tidak diketahui
dan mengakibatkan kenaikan titik didih 0,647 ⁰C. Tentukan
berat molekul dari zat terlarut yang tidak diketahui tersebut.

41
PENURUNAN TITIK BEKU
Larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah daripada
zat murni nya
𝐾𝑓 = penurunan titik beku molal
2
𝑅𝑇𝑜 (konstanta cryoscopic)
∆𝑇𝑓 = 𝑚
∆𝐻𝑓 𝑛1 m = molalitas larutan
Atau 𝑛1 = jumlah mol solvent setiap 1000 gram
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 𝑚
Dimana 𝑅𝑇𝑜 2
𝐾𝑓 =
∆𝐻𝑓 𝑛1
Apabila nilai molalitas disubtitusi ke persamaan diperoleh
1000𝑊2
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓
𝑊1 𝐵𝑀2
Dan berat molekul zat terlarut dapat dihiung dari
1000𝑊2 42
𝐵𝑀2 = 𝐾𝑓
∆𝑇𝑓 𝑊1
OSMOSIS DAN TEKANAN OSMOTIC

Apabila dalam larutan, dipisahkan zat terlarut dari solven dengan


menggunakan membran, maka solven akan melewati membran,
tetapi solut tidak dapat melewati membran, sedangkan solven yang
melewati membran akan cenderung kembali kepada larutan yang
lebih pekat. Peristiwa ini disebut dengan Osmosis
Osmosis adalah perpindahan liquid dari pelarut murni konsentrasi
air besar, ke larutan yang lebih pekat (konsentrasi air kecil)

43
Tekanan osmotik (∏)

Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk


mempertahankan kesetimbangan osmotik antara suatu larutan
dan pelarut murninya yang dipisahkan oleh suatu membran
yang dapat ditembus hanya oleh pelarut tersebut. tekanan
osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk
menghentikan osmosis

44
HUBUNGAN TEKANAN OSMOTIC DAN TEKANAN UAP

𝐺1 0 = 𝐺1 + ∆𝐺 𝐺1 0 = Energi bebas solven murni


𝐺1 = energi bebas parsial molal solven
0 dalam larutan
𝐺1 − 𝐺1 = −∆𝐺
0 𝑃1
𝐺1 − 𝐺1 = 𝑅𝑇𝑙𝑛𝑎1 = 𝑅𝑇𝑙𝑛
𝑃1 0
Apabila uap berlaku ideal,
𝑃1
𝑅𝑇𝑙𝑛 0 = −∆𝐺
𝑃1

Apabila uap berlaku ideal,


𝑝1 0
∆𝐺 = 𝑅𝑇𝑙𝑛
𝑃1
ΔG didapat dari persamaan
Dimana 𝑉1 parsial molal volum
𝑑𝐺1 = 𝑉1 𝑑𝑃 solven dalam solution

Apabila diintegralkan dengan batasan 𝐺1 = 𝐺1 pada P=1 atm dan


𝐺1 = 𝐺 ′1 pada tekanan P, diperoleh
𝐺′1 𝑃 𝑃
𝑑𝐺1 = 𝑉1 𝑑𝑃 𝐺 ′
1 − 𝐺1 = 𝑉1 𝑑𝑃
𝐺1 1 1

Dimana 𝐺 ′1 − 𝐺1 adalah ΔG dan 𝑉1 tidak terpengaruh tekanan,


diperoleh ∆𝐺 = 𝑉 𝑃 − 1
1
Dimana ∏ = 𝑃 − 1
Maka
Δ𝐺 = 𝑉1 ∏ 𝑝1 0
𝑉1 ∏ = 𝑅𝑇𝑙𝑛
Dan 𝑝1 0 𝑃1
46
∆𝐺 = 𝑅𝑇𝑙𝑛
𝑃1
Dimana

𝑅𝑇 𝑃1 𝑜
∏= 𝑙𝑛
𝑉1 𝑃1

Apabila konsentrasi pelarut sangat kecil maka volume molar


solven dalam larutan 𝑉1 identik dengan Volume molar pelarut
murni 𝑉𝑜

𝑅𝑇 𝑃1 𝑜
∏ = 𝑜 𝑙𝑛
𝑉 1 𝑃1

47
PERSAMAAN VAN’T HOFF UNTUK TEKANAN OSMOTIC

Untuk keadaan khusus dimana larutan mengikuti hukum raoult,


𝑃1 𝑃01 = 𝑁1 = 1 − 𝑁2
Persamaan menjadi

∏𝑉 𝑜 1 = 𝑅𝑇𝑙𝑛 1 − 𝑁2
𝑅𝑇𝑛2
∏𝑉 𝑜 1 =
𝑛1
𝑉 𝑜 1 𝑛1 = 𝑛2 𝑅𝑇

∏𝑉 = 𝑛2 𝑅𝑇 ∏ = 𝐶𝑅𝑇

48
Contoh Soal
1. Suatu larutan mengandung 1 gram antipyrine 𝐶11 𝐻12 𝑁2 𝑂
dalam 100 cc larutan memberikan tekanan osmotic 1,18
atm pada 0℃ . Hitunglah berat molekul (BM) dari zat
tersebut, dan bandingkan nilai BM dari perhitungan
berdasar rumus molekulnya
2. tekanan uap dari larutan pada 25℃ adalah 23,45 mm.
Hitunglah tekanan osmotic larutan tersebut dimana tekanan
uap 𝐻2 𝑂 murni adalah 23,756 pada 25℃

49
HUKUM DISTRIBUSI NERST

Iodine adalah zat yang larut dalam air dan karbon tetraklorida,
apabila larutan iodine dalam air di campur (di kocok) dengan
karbon tetraklorida dimana keduanya tidak saling larut, diketahui
bahwa iodine akan terdistribusi ke dalam air dan tetraklorida
sedemikian rupa pada kesetimbangan perbandingan konsentrasi
iodine pada kedua lapisan konstan pada setiap temperatur.
Fenomena tersebut adalah konsekuensi dari termodinamika
larutan terhadap kesetimbangan 50
Apabila ada dua larutan yang tidak saling larut A dan B berkontak,
keduanya mengandung zat terlarut yang sama dalam larutan,
parsial molal energi bebas zat terlarut dalm liquid A, 𝑮𝑨 adalah
𝟎
𝑮𝑨 = 𝑮𝑨 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝑨
Parsial molal energi bebas zat terlarut dalam larutan B
𝟎
𝑮𝑩 = 𝑮𝑩 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝑩
Kesetimbangan dua lapisan 𝑮𝑨 = 𝑮𝑩
𝟎 𝟎
𝑮𝑨 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝑨 = 𝑮𝑩 + 𝑹𝑻 𝒍𝒏 𝒂𝑩

Dan 0 0
𝑎𝐵 𝐺𝐴 − 𝐺𝐵
ln =
𝑎𝐴 𝑅𝑇
0 0 𝑎𝐵
Pada T konstan, 𝐺𝐴 − 𝐺𝐵 konstan , sehingga ln = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡
𝑎𝐴
𝑎𝐵 K disebut dengan 𝐶𝐵 51
=𝐾 =𝐾
𝑎𝐴 konstanta distribusi 𝐶𝐴
 Nilai K berubah terhadap perubahan temperatur.
 Contohnya nilai K pada distribusi asam benzoat pada air dan
kloroform adalah 0,564 pada suhu 10 C dan 0,442 pada 40 C
 perbedaan nila K terhadap temperatur dipengarhi oleh
enthalpy dari zat terlarut, dimana enthalpy dalam hal ini
merupakan panas yang di transfer per mol dari zat terlarut
dari satu larutan ke larutan yang lain
 Aplikasi hukum distribusi diantaranya pada proses ekstraksi,
analisis dan penentuan konstanta kesetimbangan
 Dalam industri, ekstraksi digunakan untuk menghilangkan zat
zat yang tidak diinginkan dalam larutan
 Apabila suatu zat terdistribusi antara dua zat pelarut tanpa
adanya reaksi, hal ini memungkinkan menghitung zat yang
dapat dihlangkan dalam rangkaian ekstraksi
52
Apabila ada larutan yang mengandung W granm zat dalam V1 cc
larutan, dan larutan ini di kocok berulang ulang dengan sample
V2 cc yang tidak saling larut dengan larutan V1 sampai diperoleh
kesetimbangan distribusi. Pada akhir proses ekstraksi sebanyak n
kali, berat zat terlarut yang tersisa adalah
𝑛
𝐾𝑉1
𝑊𝑛 = 𝑊
𝐾𝑉1 + 𝑉2

Berat larutan yang sudah terekstraksi adalah


𝑛
𝐾𝑉1
𝑊 − 𝑊𝑛 = 𝑊 − 𝑊
𝐾𝑉1 + 𝑉2

𝑛
𝐾𝑉1
=𝑊 1−
𝐾𝑉1 + 𝑉2 53
Contoh Soal
1. Diketahui data konstanta distribusi (K) dari 𝐻3 𝐵𝑂3 antar 𝐻2 𝑂
dan amil alkohol
𝑪𝑯𝟐 𝑶 3,24 3,31 3,35 3,52
𝑲=
𝑪𝑨

Hitunglah jumlah mol dari 𝐻3 𝐵𝑂3 yang ter ekstrak dari 50 cc 0,2
M larutan pada
a) Ekstraksi satu kali dengan 150 cc amyl alkohol
b) Ekstraksi tiga kali dengan 50 cc amyl alkohol

54
References
• Fundamentals of Physical Chemistry, Maron, Samuel H.;
Lando, Jerome B, 1974, Collier Macmillan Ltd
• Physical Chemistry, Atkins,Peter; De Paula, Julio, 2006, Oxford
University Press

55

Anda mungkin juga menyukai