Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN MOBILISASI DINI POST PEMBEDAHAN

DIRUANG FLAMBOYAN RSUD TIDAR KOTA MAGELANG

Disusun Oleh :

Arifka Dwi Astuti (20174030050)

Tegar Rizky Nur M (20174030051)

M Bagus Wibisono (20174030055)

Anisa Ratnasari (20174030068)

Aneta Putri Arlindasari (20174030079)

Indri Lestari (20174030080)

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018
PANDUAN MOBILISASI DINI POST OPERASI LAPARATOMI

A. Pengetian Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
untuk meningkatkan kesehatan, memperbaiki sirkulasi, serta menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal. Mobilisasi dini merupakan suatu upaya mempertahankan kemandirian
sedini mungkin dengan cara membimbing pasien sedini mungkin bergerak untuk
mempertahankan fungsi fisiologis dan mencegah terjadinya komplikasi. Mobilisasi ini
meliputi latihan rentang gerak ringan diatas tepat tidur seperti latihan bernafas, latihan
batuk efektif, menggerakkan tungkai sampai dengan latihan berjalan (Ibrahim, 2013).
B. Tujuan mobilisasi dini
Tujuan dari mobilisasi dini adalah mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar
peredaran darah sehingga mempercepat proses penyembuhan luka, membantu pernafasan
lebih baik, mempertahankan tonus otot, dan memperlancar eliminasi urin (Nursalam,
2011). Menurut Samuel (2011), mobilisasi dini dapat menurunkan emboli paru,
komplikasi trombosis vena, serta dapat mengurangi hari rawat pasien. Selain itu
mobilisasi dini dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien post pembedahan dengan cara
mengalihkan konsentrasi pada lokasi nyeri dan mengurangi proses peradangan (Nugroho,
2010).
C. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi

Jenis dari mobilisasi dibagi menjadi dua yaitu mobilisasi sebagian temporer dan
mobilisasi sebagian permanen. Mobilitas temporer adalah kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan trauma
muskuloskletal, sedangkan mobilitas permanen yaitu kemampuan untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya permanen (hemiplegia/stroke). Mobilisasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :

a. Energi
Tingkat energi setiap orang bervariasi mulai dari miring kanan kiri, duduk dan
berjalan. Energi seseorang akan di dapakatkan dari makanan yang dikonsumsi.
b. Tingkat kecemasan
Kecemasan seseorang akan mempengaruhi mobilisasi dini post operasi karena
kecemasan akan berpengaruh pada saat melakukan gerakkan mobilisasi.
c. Tingkat pengetahuan
Setiap orang akan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda beda yang tentu saja akan
mempengaruhi proses penangkapan informasi. Informasi yang digunakan haruslah
menggunakan bahasa yang umum dan mudah untuk dipahami setiap orang.
d. Umur
Umur merupakan faktor pendukung dalam mobilisasi dini karena ketika umur masih
muda akan lebih cepat dalam mobilisasi dikarenakan tenaga masih kuat.
e. Berat badan
Berat badan mempengaruhi orang mobilisasi karena ketika orang tersebut kurus akan
lebih cepat untuk mobilisasa dikarenakan badannya lebih ringan.
D. Tahapan - Tahapan Mobilisasi
Pelaksanaan mobilisasi dini harus dilakukan seecara bertahap. Menurut Clark et al
(2013), mobilisasi dini dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:
1. Tahap 1: post pembedahan pada 6-24 jam pertama, pasien dianjurkan untuk
melakukan tekhnik napas dalam, batuk efektif, latihan ROM, latihan miring kanan kiri
serta meninggikan tempat tidur dari posisi 150 sampai 900.
a. Relaksasi pernafasan: dilakukan setelah pasien sadar dan kooperatif
 Ambil posisi yang nyaman dan rileks
 Tarik nafas sedalam-dalamnya melalui hidung secara perlahan kemudian tahan
selama 3 detik
 keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan
 Ulangi sebanyak 3-6 kali.

b. Batuk efektif : dilakukan setelah relaksasi pernafasan, berguna untuk mengeluarkan


sputum/dahak didalam saluran pernafasan pasca pembiusan operasi.
 Pasien diinstruksikan melakukan relaksasi pernafasan
 Ulangi relaksasi pernafasan sebanyak 3 kali dan pada saat menghembusakan
nafas keluar yang ke 3 pasien disuruh batuk.
 Ulangi tahap ini apabila terdapat sputum/dahak yang belum bisa keluar.

c. Setelah operasi 6 jam pertama, pasien harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang
dilakukan adalah menggerakan lengan tangan, ujung kaki, dan memutar pergelangan
kaki.

d. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk miring kiri dan kanan agar tidak terjadi
tromobis dan tromoemboli. Mobilisasi dengan miring kanan apabila luka operasi
berada disebelah kiri, begitu pula sebaliknya. Pertama pasien memegang side rile
sebelum miring kanan atau kiri. Apabila miring kanan, maka kaki kiri ditekuk terlebih
dahulu. Setelah itu pasien mendorong badan miring kanan/ kiri sambil pegangan side
rile. Kemudia bagian punggung pasien diberi bantal.

2. Tahap 2: Setelah 24 jam kedua pasien dianjurkan untuk belajar duduk. Mobilisasi
duduk dilakukan setelah miring kanan/ kiri apabila posisi luka post pembedahan
secara vertical. Apabila posisi luka post pembedahan secara horizontal maka
mobilisasi langsung dilakukan duduk tanpa miring kanan/ kiri. Mobilisasi duduk
dimulai dengan latihan berbaring posisi semifowler dengan meninggikan tempat
tidur. Setelah pasien mampu tidur posisi semifowler maka pasien latihan duduk
secara mandiri dengan menggunakan satu tangan sebagai tumpuan dan tangan
yang lain memegang side rile. Kemudian mencoba untuk duduk 450 secara
perlahan.
3. Tahap 3: pada tahap 24 jam ketiga, pasien dianjurkan untuk latihan berdiri di
samping tempat tidur dan latihan berjalan disekitar tempat tidur. Belajar berjalan
dilakukan setelah pasien mampu duduk dan tidak pusing.

4. Tahap 4: Setelah belajar jalan pasien diharapkan dapat berjalan secara mandiri.

E. Kontra Indikasi Mobilisasi Dini


Menurut Zanni dan Needham (2010) kontraindikasi pasien pada pasien mobilisasi dini
ada beberapa hal, diantaranya:
a. Tekanan darah tinggi
Pasien dengan tekanan darah sistole >200 mmHg dan diastole >100 mmHg.
Peningkatan tekanan darah yang mendadak akan menyebabkan pembuluh darah di
otak mengalami vasokonstriksi.
b. Fraktur tidak stabil
Pasien dengan fraktur tidak stabil membutuhkan immobilisasi untuk mempertahankan
posisi dan kesejajaran yang benar sampai masa penyatuan.
c. Penyakit sitemik
Mobilisasi dilakukan secara bertahap sesuai dengan pulihnya keadaan atau kekuatan
pasien. Pengobatan yang mendukung pada penyakit sistemik ini meliputi istirahat
yang cukup untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan
sehingga pasien harus tirah baring sampai demam menurun.
d. Trombus emboli pada pembuluh darah
Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit pada endotel pembuluh
darah jantung. Sehingga, semakin sering pasien melakukan mobilisasi, semakin cepat
pula proses terlepasnya trombosit dari pembuluh darah.

F. Manfaat Mobilisasi dini


Menurut Mochtar (2010), manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak,
otot–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi
kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat
dan membantu memperoleh kekuatan mempercepat kesembuhan.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang
peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-
organ tubuh bekerja seperti semula.
c. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk pasien bias mandiri.
Perubahan yang terjadi pada pasien pasca operasi akan cepat pulih misalnya
kontraksi uterus, dengan demikian pasien akan cepat merasa sehat.
d. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah
normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat
dihindarkan.
G. Kerugian Jika Tidak Mobilisasi
Menurut Hermawan (2011) kerugian apabila tidak melakukan mobilisasi dini adalah :
a. Dapat pembekuan darah dalam vena yang dapat menyebabkan aliran darah
tersumbat.
b. Pemulihan kondisi lebih lama.
c. Dapat menyebabkan infeksi (Deep vein thrombosisi).

H. Peran Perawat dalam mobilisasi dini


Menurut Potter & Perry (2006), perawat mempunyai peran sebagai berikut:
a. Perawat sebagai educator
Perawat wajib memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang bahaya tirah
baring yang terlalu lama dan pentingnya mobilisasi dini.
b. Perawat sebagai caregiver
Perawat bertugas mengkaji pasien dan membuat asuhan keperawatan tentang
mobilisasi dini.
c. Perawat sebagai collaboration
Perawat dapat berkolaborasi dengan tenaga medis lain dn keluarga untuk pemberian
mobilisasi dini pada pasien.
Daftar Pustaka

Clark, E. Diane, Lowman, D. John, Griffin, L. Russell, Mattehws, M. Helen, Reiff, A.


Donald.(2013). Effectiveness of an Early Mobilization Protocol in a Trauma
and Burns intensive care unit. Critical illness, 93, 186-196.

Ibrahim, M.N.(2013). Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi Post Operasi


Appendisitis di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr. H. Aloei.Saboe Kota Gorontalo

Nursalam, 2011. Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Pustaka Pelajar Yogya Offset.
Yogyakarta
Potter dan Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses dan praktik
Edisi 5. ECG : Jakarta
Samuel S. Wellman. 2011. Implementation of an Accelerated Mobilization Protocol
Following Primary Total Hip Arthroplasty: Impact on Length of Stay and
Disposition.
Zanni, J. M., & Needham, D. M. 2010. Promoting Early Mobility and Rehabilitation in
The Intensif Care Unit. Ptmmotion, 32-38.

Anda mungkin juga menyukai