Adab Hafaz Quran Assgmnt
Adab Hafaz Quran Assgmnt
Disunnahkan membaca Al Qur’an sesudah berwuduk, dalam keadaan bersih, sebab yang
dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil hendaknya dengan tangan kanan ;
sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan.
4. Ketika membaca Al Qur’an, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya
sebelum membaca Al Qur’an mulut dan gigi dibersihkan lebih dahulu.
6. Disunahkan membaca Al Qur’an dengan tartil yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan
tenang sesuai dengan firman Allah surat Al Muzammil [73] : 4, agar lebih banyak membari
bekas dan mempengaruhi jiwa, serta lebih mendatangkan ketenangan hati dan rasa hormat
kepada Al Qur’an.
7. Di dalam membaca Al Qur’an itu hendaklah benar-benar diresapkan arti dan maksudnya,
lebih-lebih apabila sampai pada ayat-ayat yang menggambarkan nasib orang-orang yang
berdosa dan bagaimana hebatnya siksaan yang disediakan bagi mereka.
8. Disunahkan membaca Al Qur’an dengan suara bagus dan merdu sebab menambahkan
keindahan Uslubnya.
9. Ketika membaca Al Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan
orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai batas yang telah ditentukan barulah
disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain semacamnya, ketika sedang
membaca Al Qur’an karena pekerjaan yang seperti itu tidak baik dilakukan sewaktu membaca
Kitab suci dan berarti tidak menghormati kesuciannya.
Sumber: http://belajarbacaquran.info/adab-membaca-al-qur%e2%80%99an-yang-
terpenting.htm
- Membacanya dalam keadaan sempurna, suci daripada najis dan dengan duduk yang sopan
dan tenang. Dianjurkan agar pembaca berada dalam keadaan suci.
Imam Haromain berkata: "Orang yang membaca al-Quran dalam keadaan najis, dia tidak
dikatakan mengerjakan hal yang makruh akan tetapi dia meninggalkan sesuatu utama".
- Membacanya dengan perlahan (tartil) dan tidak cepat agar dapat menghayati ayat yang
dibaca.
Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Siapa saja yang membaca al-Quran (khatam)
kurang dari tiga hari, bererti dia tidak memahami.” (Hadis Riwayat: Ahmad dan penyusun Kitab
Sunan)
- Membaca al-Quran secara khusyuk dengan menangis kerana sentuhan pengaruh ayat yang
dibaca yang menyentuh jiwa dan perasaan.
Dalam hal ini, Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Bacalah al-Quran dan menangislah,
apabila kamu tidak menangis maka usahakan menangis kerana ayat yang engkau baca.”
(Hadis Riwayat: Al-Bazzar)
Allah s.w.t juga menjelaskan sebahagian daripada sifat hamba-Nya yang soleh dengan firman-
Nya yang bermaksud: “Dan mereka segera tunduk sujud itu sambil menangis, sedang Al-Quran
menambahkan mereka khusyuk.” (Surah Al-Isra’: Ayat 109)
Maksud hadis di atas ialah membaca al-Quran dengan susunan bacaan yang jelas dan terang
makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar daripada ketentuan kaedah
Tajwid.
- Membaca al-Quran dimulai dengan isti’adzah. Allah berfirman yang bermaksud: “Dan bila
kamu akan membaca al-Quran, maka mintalah perlindungan kepada Allah daripada (godaan-
godaan) syaitan yang terkutuk.” (Surah An-Nahl: Ayat 98)
- Apabila ayat yang dibaca dimulai dari awal surah, selepas isti’adzah terus membaca
Basmalah dan apabila tidak di awal surah cukup membaca isti’adzah. Khusus untuk surat At-
Taubah, walaupun dibaca mulai awal surat tidak perlu membaca Basmalah. Cukup dengan
membaca isti’adzah saja.
- Membaca al-Quran dengan berusaha mengetahui ertinya dan memahami inti daripada ayat
yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya. Firman Allah
bermaksud: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran, ataukah hati mereka
terkunci?” (Surah Muhammad: Ayat 24)
- Membaca al-Quran dengan tidak mengganggu orang sedang solat, dan tidak perlu
membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat yang banyak orang. Bacalah
dengan suara atau dalam hati secara khusyuk. Rasulullah bersabda bermaksud: “Orang yang
terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca al-Quran, sama dengan orang yang
terang-terangan dalam sedekah.” (Hadis Riwayat Tirmidzi, Nasa’i, dan Ahmad)
Dalam hadis lain dijelaskan: “Ingatlah bahawa setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya,
maka janganlah salah satu daripada kamu mengganggu yang lain, dan salah satu daripada
kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (al-Qur'an).” (Hadis
Riwayat: Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim)
Jangan jadikan ibadah yang kita lakukan sia-sia kerana kita tidak mengendahkan sunnah
Rasulullah dalam melaksanakan ibadah membaca al-Quran.
Misalnya, membaca dengan suara keras pada larut malam, yang akhirnya mengganggu orang
yang istirahat dan solat malam.
- Dengarlah bacaan al-Quran. Jika ada yang membaca al-Quran, maka dengarlah bacaannya
itu dengan tenang. Allah berfirman yang bermaksud: “Dan tatkala dibacakan al-Quran, maka
dengarlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat.” (Surah Al-A’raaf: Ayat 204)
- Membaca dengan saling bergantian. Membaca al-Quran, boleh dilakukan secara bergantian
dan yang mendengarnya haruslah dengan khusyuk dan tenang. Rasulullah bersabda yang
bermaksud: “Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah Allah, mereka membaca al-Quran
dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas mereka ketenangan dan mereka diliputi oleh
rahmat (Allah), malaikat menyertai mereka, dan Allah membanggakan mereka di kalangan
(malaikat) yang ada di sisi-Nya.” (Hadis Riwayat: Abu Dawud)
- Melakukan sujud Tilawah (sujud Sajdah) pada saat selesai membaca ayat Sajdah, pada bila-
bila masa saja, baik siang ataupun malam, jika pembacanya belum batal daripada
wuduk. Tatacara pelaksanaannya dimulai daripada takbir, lalu sujud, kemudian membaca
“Subhaana Rabbiyal A’laa”' (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi), lalu dilanjutkan dengan
doa sujud Tilawah. Selepas itu bangkit daripada sujud tanpa takbir dan salam, kerana tidak ada
riwayat daripada Nabi s.a.w mengenai hal itu, kecuali jika sujud Tilawah itu dilakukan di tengah-
tengah pelaksanaan solat, maka ia bertakbir ketika sujud dan bangkit daripada sujud.
- Berdoa selepas membaca al-Quran. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahawa sahabat
apabila khatam membaca al-Quran, mereka berkumpul untuk berdoa dan mengucapkan:
“Semoga rahmat turun atas selesainya membaca al-Quran.”
Sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a dijelaskan bahawa apabila dia
sudah khatam membaca Al-Quran, dia mengumpulkan keluarganya dan berdoa. (Hadis
Riwayat: Abu Dawud)
Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntutan al-Quran. Ia harus
dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari dan difahami ayat-ayatnya.
AYAT-AYAT GHARIBAH (1): IMALAH DAN IDGHOM DALAM QS. HUD: 41 DAN 42
11 YANG MENILAI
Di dalam al-Quran ada beberapa tulisan yang sering dibaca tidak sebagaimana mestinya, yang
disebut dengan ayat-ayat ghoribah atau ayat-ayat asing. Agar terhindar dari kesalahan-
kesalahan dalam membaca al-Quran, maka berikut ini akan dijelaskan ayat-ayat tersebut
dengan cara membacanya (Dalam riwayat Hafsh dari ‘Ashim dari jalur syathibiyyah)
1. Imalah
Yaitu ada dalam surat Hud ayat 41, dalam lafadz: Dibaca imalah yaitu dibaca
huruf ro’ yang dibaca tipis/ tarqiq yaitu fathah ro’ yang dimiringkan ke kasroh, dan alif yang
dimiringkan ke ya’. Untuk memudahkan cara bacanya, fathah huruf ro’ dibaca “e” seperti dalam
kata sate atau dalam kata ekor.
Berikut ini contoh bacaan imalah yang dilantunkan oleh Syaikh Muhammad Ayyub
2. Idghom
Yaitu dalam surat Hud, ayat 42, yaitu pertemuan antara ( بba’) sukun dan ( مmim) dalam
lafadz,
Idghom ini lebih khusus lagi ini dikelompokkan dalam Idghom mutajanisain, yaitu pertemuan
antara dua huruf yang sama makhroj-nya namun berbeda sifat-nya dengan huruf pertama
dimasukkan ke dalam huruf kedua, hanya saja untuk lafadz ghoribah ini (yaitu بsukun bertemu
) مdibaca dengan tempo ghunnah / dengung yang dipanjangkan, berbeda dengan Idghom
mutajanisain yang lain yg dibaca tanpa ghunnah.
Berikut ini contoh bacaan idghom yang dilantunkan oleh Syaikh Muhammad Ayyub
Cara bacaan yang betul ialah maj + rare (British pronunciation) + haa