Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang bersifat mengalir,
sehingga perlakuan air di hulu akan member dampak di hilir. Pencemaran di hulu
akan menyebabkan biaya social di hilir (extematily effect) dan pelestarian di hulu
akan bermanfaat di hilir. Sungai sangat bermanfaat bagi manusia dan juga
bermanfaat bagi biota air.
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak
sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Perlu upaya pelestarian dan pengendalian
air, untuk menjaga kualitas air atau mencapai kualitas air sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang
dikehendaki. Pengelolaan kuaitas air dilakukan dengan upaya pengendalian
pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air
memenuhi baku mutu. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
baik untuk keperluan hidup sehari-hari, keperluan industri, untuk kebersihan
sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Saat ini air menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius. Karena
air telah tercemar oleh limbah – limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia,
sehingga untuk memperoleh air yang baik sesuai dengan standar tertentu
diperlukan biaya yang cukup mahal. Secara kualitas, sumber daya air telah
mengalami penurunan. Begitu pula secara kuantitas yang sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat.

1.2. Identifikasi Masalah


Masalah yang akan diselesaikan dalam Laporan Ilmiah ini adalah mengetahui
penyebab Pencemaran Air khususnya di daerah Krueng Aceh provinsi NAD.

1
1.3. Manfaat dan Tujuan
Manfaat dan tujuan penulisan Laporan Ilmiah ini adalah untuk mengetahui
penyebab pencemaran air serta mengetahui cara penanggulangannya.

2
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di seputaran kota Banda Aceh sejak tanggal 31 April
2015.

2.2 Metode Pengumpulan Data


a. Studi Kepustakaan
Studi pustaka merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengkajian
terhadap sumber-sumber referensi untuk memperoleh landasan teori,
konseptual dan praktis tentang permasalahan penelitian. Studi pustaka ini
dilakukan dengan mendapatkan data dari literatur berupa
buku/makalah/pedoman serta bahan pendukung lainnya yang berkaitan
dengan penulisan Laporan Ilmiah ini.
b. Studi Lapangan
Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemotretan-
pemotretan permasalahan Pencemaran Air sehingga diharapkan dapat
menjadi bahan masukkan maupun pertimbangan dalam proses penulisan
Laporan Ilmiah ini.

2.3. Alat yang dipakai


Adapun alat yang dipakai selama penelitian adalah sebagai berikut :
 Kamera
Kamera digunakan untuk mempotret semua hal yang penulis dapatkan
selama proses penelitian berlangsung di Krueng Aceh, Banda Aceh.

3
2.4. Analisis Data
Adapun motode dalam analisa data yang dipakai disini adalah :
a. Metode Deskriptif,
Metode yang mengolah dan menafsirkan data dengan maksud agar bisa
memberikan gambaran yang jelas dan wajar mengenai keadaan yang
akan diteliti.
b. Metode Deduktif
Metode yang menarik beberapa kesimpulan yang bersifat umum
menjadi kesimpulan yang bersifat khusus serta sekaligus memberikan
saran dalam rangka penyempurnaan aktivitas penelitian dimasa yang
akan datang.
Sedangkan teknik Pengolahan Data yaitu, Data yang diperoleh dari hasil
penelitian selanjutnya akan dianalisa secara kualitatif dengan membandingkan
antara teori dengan hasil penemuan lapangan.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pencemaran Sungai


Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republic Indonesia no.23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan hidup yaitu ”masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy
dan atau komponen lain kedalam lingkungan hidup, atau kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabakan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. “
Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidupa atau zat yang membahayakan
bagi kesehatan. Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke
tingkat yang membahayakan, sehingga air tidak bisa digunakan sesuai
peruntukannya.
Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua bergantung
pada air. Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Tapi pada akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air yang memenuhi
syarat menjadi masalah seluruh umat manusia. Dari segi kualitas dan kuantitas air
telah berkurang yang disebabkan oleh pencemaran. Pencemaran air sungai terjadi
apabila dalam air sungai terdapat berbagai macam zat atau kondisi yang dapat
menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat
digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak
hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut
tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, sebagai contoh suatu sungai yang
mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat
digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan
tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah
ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-
komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air sungai,

5
pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan
demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang
ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu;
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air
yang terdapat di sungai yang dapat tercemar karena masuknya atau dimasukannya
mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air sungai dikatakan
tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan
sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.

3.2 Bahan Pencemar Air Sungai


Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi:
a. Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu
sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri
makanan, sampah industri gula tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa
makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuhtumbuhan dan
hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampahsampah tersebut
memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut
terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan
oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan
oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein
(hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga
air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
C, H, S, N, + O2 ? CO2 + H2O + H2S + NO + NO2
b. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar
yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat
menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types)

6
atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah
tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
c. Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam
berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga
(Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam
berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat
tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran
pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
d. Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida,
polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah
minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana dan dapat
mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.
e. Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa
nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang)
dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan
mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air,
karena kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan
oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air
(kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke dalam air.
f. Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit
kanker, merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini
berasal dari limbah PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir lainnya.
g. Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur
akibat erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang
disemburkan oleh gunung berapi yang meletus, menyebabkan air menjadi
keruh, masuknya sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu
mengasimilasi sampah.
h. Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah
pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air

7
sebagai pendingin. Bahan pencemar panas ini menyebabkan suhu air
meningkat tidak sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme, ikan dan
tanaman dalam air). Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan
terurai menjadi senyawa-senyawa organik. Untuk proses penguraian
senyawa organik ini memerlukan oksigen, sehingga terjadi penurunan
kadar oksigen dalam air.
Secara garis besar bahan pencemar air dapat dikelompokkan menjadi:
1. Bahan pencemar organik, baik yang dapat mengalami penguraian oleh
mikroorganisme maupun yang tidak dapat mengalami penguraian.
2. Bahan pencemar anorganik, dapat berupa logam-logam berat, mineral
(garam-garam
3. anorganik seperti sulfat, fosfat, halogenida, nitrat)
4. Bahan pencemar berupa sedimen/endapan tanah atau lumpur.
5. Bahan pencemar berupa zat radioaktif
6. Bahan pencemar berupa panas

3.3 Penyebab Terjadinya Pencemaran Sungai

Pencemaran air sungai dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu pencemaran
sungai yang disebabkan oleh alam dan pencemaran sungai yang disebabkan oleh
ulah manusia. Pencemaran sungai yang disebabkan oleh alam antara lain akibat
desposisi asam, kebakaran hutan, meletusnya gunung berapi, serta endapan hasil
erosi. Sementara pencemaran sungai yang disebabkan oleh ulah manusia terbagi
menjadi beberapa sumber pencemaran, antara lain limbah industri, limbah
pemukiman, limbah pertanian, limbah rumah sakit, dan limbah pertambangan.

3.3.1 Pencemaran Sungai yang Disebabkan oleh Alam


a. Desposisi Asam, Kelebihan zat asam pada sungai akan
mengakibatkan sedikitnya spesies yang bertahan. Jenis plankton dan
invertebrata merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat
pengaruh pengasaman. Jika sungai memiliki pH dibawah 5, lebih
dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini
disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan
berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua
sungai yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana

8
telah ditemukan jenis
batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
c. Kebakaran Hutan, Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan
menyebabkan perubahan kualitas air di sungai, namun kebakaran
hutan bisa menyebabkan terganggunya ekosistem makhkluk hidup
yang ada di sungai yang disebabkan faktor asap. Tebalnya asap
menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya lautan.
Pada akhirnya hal ini akan membuat beberapa spesies tumbuhan
yang hidup di sungai menjadi sedikit terhalang untuk melakukan
fotosintesa dan ikan-ikan sulit bernafas karena kandungan CO2
yang berlebih.
d. Letusan Gunung Berapi, letusan gunung berapi menyebabkan
sungai atau danau tercemar karena bebatuan serta materi-materi
yang terbawa dari gunung mengendap di sungai. Jika materi yang
mengendap bervolume besar, maka hal ini menyebabkan ikan-ikan
mati bila tertumpuk oleh bebatuan tersebut. Selain itu, materi-materi
yang bervolume kecil menyebabkan sungai keruh dan
mempengaruhi ekosistem di sungai.
e. Endapan Hasil Erosi, Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan
mengalami pengendapan di bagian hilir sungai. Ancaman yang
muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosi yang
terus menerus.Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang
dalam menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah
yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada.
Akibatnya adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus
berulang apabila ada hujan di atas gunung ataupun di hulu sungai
sana.

9
3.3.2 Pencemaran Sungai yang Disebabkan oleh Ulah Manusia

a. Limbah Industri

Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran air


sungai. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan
berbahaya dan beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1, “limbah B3 adalah sisa
suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang
dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya.”. Karakteristik
limbah B3 adalah korosif/ menyebabkan karat, mudah terbakar dan meledak,
bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit. Limbah industri yang
berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah
yang dihasilkan industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan nikel
serta cairan asam sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat.
Limbah ini bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada
manusia menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan
menyebabkan kanker.

b. Limbah Pemukiman

Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik


dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat
diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-
buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik,
gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini
tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang
dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena
sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah
anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan
menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan

10
oksigen. Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai atau danau yang
ditutupi buih deterjen. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling
potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan
deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri sehingga
tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-
besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini
merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang
dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau
sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan
mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis. Jika tumbuhan air ini mati, akan
terjadi proses pembusukan yang menghabiskan persediaan oksigen dan
pengendapan bahan-bahan yang menyebabkan pendangkalan.

c. Limbah Pertanian

Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat tanamannya.
Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air.
Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air
seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali
ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen.
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik.
Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian
dimakan hewan atau manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk
mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit
(khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai
oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan
membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air
dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi,
ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan
mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan biota air
akan mati karenanya.

11
3.4 Dampak Pencemaran Sungai

Pada saat ini, limbah kegiatan industri dikatakan telah mengancam


seluruh.negeri. Hal ini disebabkan karena melalui mekanisme alam seperti tiupan
angin, aliran air sungai, daya rambat di tanah melalui difusi limbah tersebut dapat
menyebar ke mana-mana. Buangan di perairan menyebabkan masalah kehidupan
biota dalam bentuk keracunan bahkan kematian. Gangguan terhadap biota
perairan telah menimbulkan dampak penurunan kualitas dan kuantitas biota
perairan (ikan dan udang). Kelebihan pupuk yang dialirkan ke rawa atau ke danau
dapat menimbulkan suburnya enceng gondok. Selain itu, erosi lumpur yang
terbawa ke laut kemudian diendapkan mengakibatkan tertutupnya permukaan
karang yang pada akhirnya menyebabkan kematian karang.

Akibat pencemaran itu kehidupan dalam air dapat terganggu dengan


mematikan binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan dalam air karena oksigen
yang terlarut dalam air akan habis dipakai untuk dekomposisi aerobik dari zat-zat
organik yang banyak terkandung dalam air buangan.

Pencemaran yang tidak disebabkan oleh sifat racun dari bahan-bahan


pencemar adalah :
1. Kandungan lumpur yang meningkat di dalam air mengurangi jumlah
cahaya yang masuk yang diperlukan untuk berfotosintesis. Unsur hara
yang masuk berlebihan ke ekosistem perairan dapat menyebabkan
pertumbuhan yang sangat cepat dari algae atau tanaman air, sehingga
menyebabkan berkurangnya bentuk kehidupan lainnya seperti ikan dan
kerang-kerangan.
2. Buangan air panas meskipun tidak langsung membunuh biota air, dapat
merubah kondisi dari lingkungan hidupnya. Akibatnya, satu jenis akan
tumbuh dan berkembang lebih cepat sedang yang lain justru dapat
terhambat. Kelakuan ikan yang selalu berpindah (migration) dapat berubah
disebabkan adanya perubahan suhu yang relatif cepat pada jarak yang
pendek.
3. Lumpur erosi sebagai akibat pengelolaan tanah yang kurang baik dapat
diendapkan di pantai-pantai dan mematikan kehidupan karang atau
merusak tempat berpijak biota perairan.

12
4. Senyawa organik di dalam proses penguraiannya dapat mengambil zat
asam dari air terlalu banyak, sehingga membahayakan kehidupan di
tempat itu.
5. Air sungai yang mengalir berlebihan ke perairan pantai dapat membentuk
lapisan yang menghalangi pertukaran massa air dengan lapisan air yang
lebih subur dari bawah.

Pencemaran limbah ke lingkungan perlu diperhatikan dan diantisipasi


dengan baik, lebih-lebih terhadap air sungai, karena air sungai dipakai penduduk
untuk berbagai keperluan. Pencemaran sungai oleh air buangan ditinjau dari sudut
mikrobiologi antara lain : pencemaran bakteri patogen dan non patogen serta
bahan organik. Banyaknya bahan organik akan merangsang pertumbuhan
mikroorganisme menjadi pesat.
Hal ini mengakibatkan pemakaian oksigen akan cepat dan meningkat,
akibatnya kadar oksigen terlarut dalam air akan menipis dan menjadi sedikit
sekali, yang akhirya mengakibatkan mikroorganisme dan organisme air lainnya
yang memerlukan oksigen mati. Ekologi air akan berubah drastis. Keadaan
menjadi anaerobik, sehingga air sungai busuk, dan tidak sehat bagi pertumbuhan
mikroorganisme flora dan fauna air itu. Lingkungan hidup yang demikian ini
sudah rusak dan tidak layak lagi bagi kebutuhan hidup kita (Ardhana, 1994).

3.5 Pencegahan Pencemaran Sungai

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
pencemaran sungai :

1. Penggunaan detergen secukupnya,


2. Tidak mebuang sampah ke sungai
3. Penggunaan pupuk dan pestisida secukupnya,
4. Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL),
5. Reboisasi
6. Pengomposan sampah organik,

13
7. Pendaurulangan sampah anorganik.

3.6 Penanggulangan Pencemaran Air Sungai

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur


melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air
baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah
dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui
Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk
menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala
menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban
pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk menata
pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH,
2004).

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu


penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-
teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya
meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan menanamkan
perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada
perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah
proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi
pencemaran. Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri
kita sendiri. Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara
mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu,
kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah
tersebut. Kitapun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah
kita. Karena saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan

14
ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak,
membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Kita harus
bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan
kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat unsur pewarna pada
kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat pembuangan akhir.
Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut menyumbangkan
emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya berdampak pada
siklus air alam.

Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang


bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah
nantinya akan menjadi sumber bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan
beracun atau degradable (dapat didegradasi alam)? Apakah barang yang kita
konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan aman bagi
makhluk hidup dan lingkungan ? Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi
pencemaran air. Instalasi pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah,
yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun
dari air yang tercemar. Dari segi kebijakan atau peraturanpun mengenai
pencemaran air ini telah ada. Bila kita ingin benar-benar hal tersebut dapat
dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus dilaksanakan pula. Pada
akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social (kolektif) yang harus
ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi tingkat
pencemaran dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan
lebih efektif dan bijaksana.

Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan


berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan
didapat sumber air yang aman, bersih dan sehat.

15
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Air merupakan kebutuhan makhluk hidup, maka dalam hal ini kualitas air
harus tetap terjaga. Pada dasarnya ada tiga hal pokok yang perlu di perhatikan
dalam pencegahan pencemaran air, suatu sumber air dikatakan tercemar tidak
hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut
tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, sebagai contoh suatu sungai yang
mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat
digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan
tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.

4.2 Saran
Agar pencemaran air tak ada lagi, saran kami adalah:
 Sebaiknya kita harus berhati- hati dalam menggunakan air, karena air itu
ada yang tercemar dan ada yang tidak.
 Jagalah air di lingkungan rumah dan sekitar agar tetap bersih dan terhindar
dari pencemaran air.
 Jangan membuang sampah ke sungai atau kolam, buanglah sampah pada
tempatnya agar tidak terjadi pencemaran air.
 Untuk limbah industri, sebelum dibuang sebaiknya diolah terlebih dahulu.
 Hindari pemakaian obat pemberantas hama dan serangga secara
berlebihan.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://triharningsih.blogspot.com/2013/09/laporan-hasil-observasi-pencemaran-
air.html
Wardhana, W.A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Mulia, R.M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sastrawijaya, A.T (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kristanto, Philip. (2002). Ekologi Industri. Jogjakarta: Andi.

17

Anda mungkin juga menyukai