Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
NAMA : ISMAIL BATARA
STAMBUK : 03120150216
KELAS :C6
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PERENCANAAN
B. LOKASI BANGUNAN
1
C. DATA PERENCANAAN
1. Spesifikasi Bahan
a. Luas Bangunan : 816 m2
b. Jumlah Lantai : 3 Lantai
c. Tinggi Antar Lantai: Lantai dasar ke lantai 1 (±4.00 m)
Lantai 1 ke lantai 2 (±4.00 m)
Lantai 2 ke lantai 3 (±4.00 m)
d. Struktur Atap : Plat Beton
g. Pondasi : Bore pile
2. Spesifikasi Bahan
a. Mutu Beton (f’c) : 30 Mpa
b. Mutu Baja Tulangan Utama (fy) : 400 Mpa
c. Mutu Baja Tulangan Sengkang (fys) : 240 Mpa
2
TAHAP PERENCANAAN BANGUNAN
Mulai
Pengumpulan data :
1. Gambar Rencana
2. Data Tanah
3. Peta Gempa
SNI 03- 1726-2012
Tidak
Data
Lengkap
Ya
Penetapan :
1. Denah struktur bagian yang ditinjau (kolom, balok, plat & atap)
2. Spesifikasi Struktur
Pembebanan Konvensional
Tidak
Jika
ama
Ya
Perhitungan Balok
Perhitungan Kolom
Perhitungan Plat
Perhitungan Pondasi
Selesai
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI UMUM
Analisis pembebanan yang dihitung adalah analisis pembebanan struktur
portal. Struktur portal merupakan struktur rangka kaku yang terdiri dari balok untuk
bagian horizontal dan kolom untuk bagian vertikal.
Pada pembuatan bangunan Gedung Sekolah digunakan beton bertulang. Menurut
SNI 03-2847-2002 pasal 3.13 mendefinisikan beton bertulang adalah beton yang
ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum
yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan
asumsi bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. Beton
bertulang terbuat dari gabungan antara beton dan tulangan baja. Oleh karena itu,
beton bertulang memiliki sifat yang sama seperti bahan-bahan penyusunnya yaitu
sangat kuat terhadap beban tekan dan beban tarik.
B. JENIS-JENIS PEMBEBANAN
Struktur harus diperhitungkan mampu memikul berbagai beban yang mungkin
bekerja. Berbagai kombinasi pembebanan perlu dicoba untuk memperoleh keadaan
yang paling membahayakan struktur. Pembebanan yang dipakai dalam
perencanaan gedung ini sesuai dengan SNI 03-1727-2013 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, antara lain sebagai berikut:
Beban mati adalah berat dari semua bagian pada suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala bahan, finishing, mesin mesin serta peralatan
tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung, sebagai contoh
berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah:
4
a. beton bertulang,
b. muatan dinding batu bata,
c. beban tegel keramik per cm tebal,
d. beban plafon dan penggantung,
e. beban adukan semen per cm tebal,
f. penutup atap genting dengan reng dan usuk per luas dalam meter.
5
diambil 25 kg/m2, sedang untuk koefisien angin diambil untuk koefisien angin
untuk gedung tertutup dan sudut kemiringan atap (a) kurang dari 65º. Beban
angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan dari
gerakan angin.
a. tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus
diambil minimum 40 kg/m2,
b. untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain tertentu, di
mana terdapat kecepatan-kecepatan angin yang mungkin menghasilkan
tekanan tiup yang lebih besar daripada yang ditentukan dalam ayat 1 dan
2, tekanan tiup (p) harus dihitung dengan rumus :
P = V2 / 16 (kg/m2)
6
5. Beban Khusus
Semua beban statik ekwivalen yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan,
penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban
hidup seperti gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-
mesin, serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
Berdasarkan SNI 03-1727-2013, kombinasi beban dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. 1,4D
7. 0,9D + 1,0E
Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
Lr = beban hidup atap tereduksi
R = beban hujan
W = beban angina
E = beban gempa
S = beban salju
7
C. ANALISA HITUNGAN
1. Perencanaan Dimensi Gedung
Ukuran Kolom : 45 cm × 45 cm
Ukuran Balok Induk ( bentang 8 m ) : 70 cm × 35 cm
Ukuran Balok Induk ( bentang 6 m ) : 50 cm × 25 cm
Ukuran Balok Sloof : 50 cm × 25 cm
Ukuran Balok Anak : 30 cm × 20 cm
Tebal Plat Lantai 1 – 2 : 12 cm
Tebal Plat Atap : 10 cm
2. Beban Dinding
Dinding yang digunakan merupakan dinding pasangan bata merah
(setengah bata) 250 kg/m2. Jadi berat dinding h’ = 4 – 0,7 = 3,3 m
beban dinding = 2,5 x 3,3 = 8,25 KN/m2
8
Keramik setebal 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22 KN/m2
5. Beban Tangga
Untuk beban tangga di asumsikan sebagai beban merata di sepanjang
bentang balok
beban reaksi pada balok akibat tangga = 13,65 KN/m
6. Beban Gempa
Diketahui:
Fungsi bangunan = Gedung sekolah
Wilayah = Makassar
Jenis tanah = Keras
Ss = 0,317
(peta Gambar 9. pada SNI 1726- 2012)
S1 = 0,142
(peta Gambar 10. pada SNI 17262012)
Karena memiliki jenis tanah keras maka termasuk klasifikasi situs SC. Karena
Ss = 1,212 maka nilai Fa = 1, didapat dari tabel 2.4 Karena S1 = 0,444 maka nilai
Fv = 1,356, didapat dari tabel 2.5 Menurut pemanfaatan gedung kampus ini
termasuk kategori risiko ke IV, maka dari itu nilai factor keutamaan gempa (I)
adalah 1,5. Nilai koefisien modifikasi respon (R) dengan system penahan gaya
seismic rangka beton bertulang pemikul momen khusus adalah 8.
9
a. Sms = Fa × Ss
= 1 × 0,317
= 0,3804
b. Sm1 = Fv × S1
= 1,658 × 0,132
= 0,2189
2
c. SDs = 𝑥𝑥 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
3
2
= 𝑥𝑥 0,3804
3
= 0,2536
2
d. SD1 = 𝑥𝑥 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
3
2
= 𝑥𝑥 0,2189
3
= 0,1459
𝑆𝑆𝑆𝑆1
e. T0 = 0,2 𝑥𝑥
SDs
0,1459
= 0,2 𝑥𝑥
0,2536
= 0,1151
𝑆𝑆𝑆𝑆1
f. Ts =
SDs
0,1459
=
0,2536
= 0,5753
𝐼𝐼
g. SF = 9,81 𝑥𝑥
R
1,5
= 9,81 𝑥𝑥
8
= 1,8393
10
h. Menghitung nilai spectrum respon desain (Sa) mempunyai 3 kondisi :
0
Sa = 0,2536 ( 0,4 + 0,6 𝑥𝑥 0,1151
)
= 0,1014
2). Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih kecil
dari atau sama dengan Ts ( To ≤ T ≤ Ts )
Sa = SDS
= 0,2536
Tabel 2.2 Nilai spectrum respon desain Sa untuk perioda
Ts ( To ≤ T ≤ Ts )
T (s) Sa
0.1151 0.2536
0.2 0.2536
0.3 0.2536
0.4 0.2536
0.5 0.2536
0.5735 0.2536
11
3). Untuk periode lebih besar dari Ts (To ≥ Ts )
𝑆𝑆𝑆𝑆1
Sa =
T
0,1459
=
0,5735
= 0,2544
Ts (To ≥ Ts )
T (s) Sa
0.5735 0.254403
0.6 0.243167
0.8 0.182375
1 0.1459
1.2 0.121583
1.4 0.104214
1.6 0.091188
1.8 0.081056
2 0.07295
2.2 0.066318
2.4 0.060792
2.6 0.056115
2.8 0.052107
3 0.048633
3.2 0.045594
3.4 0.042912
3.6 0.040528
3.8 0.038395
4 0.036475
12
Respons Spektrum Daerah Makassar
0.3
0.25
0.2
SA
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4
T ( Detik )
Tanah Keras (SC) 0 < T < T0
Tanah Keras (SC) To ≤ T ≤ Ts
Tanah Keras (SC) To ≥ Ts
13
BAB III
ANALISIS STRUKTUR
14
B. Hasil Analisis Struktur
1. Hasil Priode Alamiah Struktur Bangunan
Dari hasil pemodelan dengan program Etabs maka didapat periode struktur
bangunan sebagai berikut :
Ct = Koefisien (Tabel 4)
X = Koefisien (Tabel 4)
hn = Ketinggian struktur
15
Tabel 3.2. Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct dan x
Tipe Struktur Ct X
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan brecing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan brecing terkekang 0,0731 0,75
terhadap tekuk
Semua system struktur lainnya 0,0488 0,75
Sumber SNI 1727:2013
16
2. Hasil Gaya Dalam Elemen Struktur
a. Gaya Aksial
17
c. Gaya Geser
18
e. Pengecekan struktur dengan program etabs
19
BAB IV
DESAIN STRUKTUR
20
A. Penulangan Balok
1. Desain Tulangan Utama Balok Tengah
Berdasarkan hasil Desain Etabs Detail luas tulangan utama (AS Perlu) balok
tengah ditinjau sebagai berikut
21
Tabel 4.1 Rekapitulasi Perhitungan Tulangan Balok dan Sloff
As As
Ukuran Letak Ø Luas Cek
Nama Daerah perlu n Aktual Di Pasang
Balok Tulagan mm² mm mm² mm²
22
2. Desain Tulangan Geser ( Sengkang )
Berdasarkan hasil Desain Etabs Detail tulangan geser (sengkang) ditunjukan
sebagai berikut
23
Kontrol keamanan : 0,504 > 0,270 sengkang aman dan mampu
menahan gaya torsi
Bagian atas menunjukan luas tulangan torsi untuk sengkang dan bagian bawah
menunjukan luas tulangan torsi untuk tulangan utama (atas dan bawah). Karena
luas tulangan torsi lebih kecil dari luas tulangan utama dan sengkang, maka
tidak diperlukan luas tulangan untuk torsi
24
4. Desain Tulangan Badan
Dimensi balok yang relative tinggi (lebih dari 400 mm) membuat resiko retak
pada bagian badan semakin besar. Maka harus diberi tulangan pinggang
dengan jarak antar tulanagan maksimal d/6 atau 300 mm (diambil yang
terkecil).
Maka diambil jarak tulangan minimum 300 mm, sehingga dengan tinggi balok
700 mm digunakan 2 buah tulangan badan pada masing-masing sisi.
B. Penulangan Kolom
1. Desain Tulangan Utama kolom
Dari hasil Desain detail luas tulangan utama kolom yang ditinjau = 3134 mm2
Digunakan tulangan ulir diameter 19 ( D19 ) > As = ¼ ₶ d2
= ¼ x 3,14 x 192
= 283,39 mm2
Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan = 3134 / 283,39 = 11,05
Digunakan 12 buah tulangan agar dapat tersebar disemuah sisi kolom,
Jadi tulangan kolom adalah 12 D19
Tabel 4.3 Rekapitulasi Perhitungan Tulangan Utama
As As
Ukuran Ø Luas
perlu Aktual
Nama n Cek di Pasang
Balok mm² mm mm² mm²
Kolom
400x400 3134 19 283.643 12 3403.714 Aman 12 D 19
Tengah
Kolom
400x400 2768 19 283.643 10 2836.429 Aman 10 D 19
Tepi
25
2. Desain Tulangan Geser kolom
Daridetail luas tulangan utama kolom yang ditinjau = 0,575 mm2
Digunakan tulangan polos 2P 8 As = 2 x ¼ ₶ d2
= 2 x ¼ x 3,14 x 82
= 100,48 mm2
Jarak sengkang = 104,48 / 0,575 = 174,74 mm digunakan 150 mm
Tabel 4.4 Rekapitulasi Perhitungan Tulangan Sengkang
Av/S Av/S
Ukuran Ø Luas
Perlu Aktual
Nama Jarak Cek di Pasang
Balok mm² mm mm² mm²
Kolom
400x400 0.575 8 100.571 150 1.341 Aman P 8 150
Tengah
Kolom
400x400 0.575 8 100.571 150 1.341 Aman P 8 150
Tepi
26
C. Penulangan Plat Lantai
Syarat : 0,8 Mn ≥ Mu
0,8 x 17,44 ≥ 13,53
13,95 ≥ 13,53 OK, Plat mampu menerima beban
Tulangan
Tumpuan 13.15 12 125 905.14286 25 240 13.949 9.46555 Aman P 12 - 125
Arah x
Tulangan
Lapangan 10.12 12 150 754.28571 25 240 11.739 7.88796 Aman P 12 - 150
Arah x
Tulangan
Tumpuan 13.72 12 125 905.14286 25 240 13.949 9.46555 Aman P 12 - 125
Arah Y
Tulangan
Lapangan 12.03 12 125 905.14286 25 240 13.949 9.46555 Aman P 12 - 125
Arah Y
27
D. Desain Pondasi
Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang bor (bore pile). Uraian data tanah
dan perhitungan daya dukung pondasi dijelaskan sebagai berikut.
1. Data Tanah
Hasil uji sondir menunjukkan bahwa kedalaman 0 m – 9 m adalah tanah
lunak sampai sedang. Dan tanah keras dengan qc >150 kg/cm2 pada
kedalaman -10,00 m.
28
Gambar 4.03. Contoh Uji NSPT sampai Kedalaman -12 m
Daya dukung aksial tiang terdiri daya dukung ujung dasar tiang dan
daya dukung gesekan permukaan keliling tiang, dikurangi berat sendiri tiang
dengan rumusan :
Qu = Qd + Qg - W
Qijin = (Qd + Qg) / FK - W
Dimana :
Qu : daya dukung batas tiang,
Qd : daya dukung batas dasar tiang,
Qg : daya dukung batas gesekan tiang,
W : berat sendiri tiang,
FK : faktor keamanan tiang =3.
29
a. Daya Dukung Ujung Tiang
Daya dukung ujung tiang untuk beberapa kondisi adalah sebagai berikut.
i.) Untuk tanah non kohesif :
Qd = 40 Nb Ap ...(ton) → Menurut Mayerhoff (1956)
ii.) Untuk dasar pondasi di bawah muka air tanah :
Nb’= 15 + 0,5 (N-15)
iii.) Untuk tanah berpasir N > 50
Qd < 750 Ap ... (ton) → Suyono Sosrodarsono dan Kazuto
Nakazawa
Keterangan :
Nb : harga N-SPT pada elevasi dasar tiang < 40
Ap : luas penampang dasar tiang (cm2)
b. Daya Dukung Gesekan Tiang
i.) Menurut Mayerhoff
Qg = 0.20 O Σ(Ni x Li) ...(ton)→ untuk tiang pancang
Qg = 0.10 O Σ(Ni x Li) ...(ton)→ untuk tiang bor
ii.) Menurut Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa :
Qg = O Σ (Ni/2 x Li) ...(ton)
Keterangan :
Ni/2 < 12 ton/m2
O : keliling penampang tiang
Ni : N-SPT pada segmen i tiang
Li : panjang segmen i tiang
30
Tabel 4.6. Kuat Dukung Pondasi Bore Pile dengan Berbagai Diameter
Q.ijin
D (m) Ap (m²) W (ton) Nb Nb' Qd (ton) Qg (ton)
(ton)
0.6 0.2826 8.14 40 27.5 310.86 22.61 103.02
0.8 0.5024 14.47 40 27.5 552.64 30.14 179.79
1 0.785 22.61 40 27.5 863.5 37.68 277.79
1.2 1.1304 32.56 40 27.5 1243.44 45.22 397.00
Digunakan D 0,6 m
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh beban titik pondasi antara
150 ton – 256 ton. Berdasarkan Tabel 10.1, jika digunakan pondasi bore pile
diameter 60 cm, maka daya dukung pondasi adalah 179,06 ton.
▪ Jumlah tiang pondasi untuk beban 150 ton = 150 / 103,02 = 1,45 ≈ 2 tiang
▪ Jadi jumlah tiang pondasi untuk beban 250 ton = 255/ 103,02 = 2,42 ≈ 3 tiang
31
E. Perhitungan Estimasi Biaya Pekerjaan Struktur
Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan struktur beton dalam proyek
gedung dipengaruhi oleh banyaknya volume beton yang digunakan untuk
pengecoran balok, kolom, shear wall, dan plat lantai. Berat beton untuk konstruksi
atas dapat dilihat pada gambar berikut
32
Tabel 4.7. Berat dan Volume Beton Gedung Sekolah 3 Lantai
Elemen Berat (ton) Volume (m³)
Kolom 74.38 30.99
Balok 287.285 119.70
Sloft 52.758 21.98
Plat 263.789 109.91
TOTAL = 282.59
Jika diasumsikan biaya pekerjaan beton bertulang per m3 adalah Rp 3.000.000, maka
estimasi biaya pekerjaan struktur adalah = Volume pekerjaan x harga satuan
= 282,59 x Rp 3.000.000
= Rp 847.765.000
33
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisis dan design maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Material beton yang digunakan adalah mutu beton F’c = 30 mpa untuk struktur
kolom sedangkan balok dan plat menggunakan mutu F’c = 25 mpa
2. Material tulangan baja yang digunakan dalam perencanaan adalah fy 400 MPa dan
fy 240 MPa
3. Setelah dilakukan analisis maka didapatkan periode getar alamiah struktur gedung
ini adalah 0,430 detik hal ini masih memenuhi syarat maksimal priode getar yang
diizinkan yakni 0,436 detik. Hal ini menjadi kriteria untuk kekakuan gedung
bangunan, maka struktur bangunan ini sudah memiliki kekakuan yang baik.
4. Adapun penampang yang digunakan dalam perencanaan ini adalah
a. Balok
- 700 x 400
- 600 x 300
b. Kolom
- 400 x 400
c. Plat
Plat yang digunakan dalam perencanaan ini adalah plat beton setebal 120 mm
untuk plat lantai dan 100 untuk plat atap
d. Pondasi
Pondasi yang digunakan dalam perencanaan ini adalah pondasi bore pile
34
LAMPIRAN
STRUCTURE DRAWING
35