Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita kehilangan sekitar 1 gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kullit pada baju
dan aktifitas hygiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Ulkus dekubitus dapat terjadi
pada setiap tahap umur tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia.
Khususnya pada klien Imobilitas. Seseorang yang tidak inmobilitas yang tidak berbaring
ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi ulkus dekubitus karena dapat berganti
posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser, sudah
cukup hanya mengganti bagian tubuh yang kintak dengan alas tempat tidur. Sedangkan
imobilitas berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan aliran darah stempat, dan juga
keadaan umum si penderita.
Luka dekubitus adalah sesuatu masalah bagi populasi pasien dirawat dirumah sakit
atau dirumah perawatan lainnya. Pasien-pasien tersebut memiliki resiko untuk mengalami
terjadinya luka dekubitus selama perawatan. Insiden dan pravalensi terjadinya luka dekubitus
pada populasi ini di Amerika Serikat cukup tinggi untuk mendapatkan perhatian dari
kalangan tenaga kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa pravalensi luka dekubitus
berpariasi, tetapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di tatanan perawatan
akut/akut care, 15-25% ditatanan perawatan jangka panjang dan 7-12% ditatanan perawatan
rumah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan ulkus dekubitus?
2. Bagaimana etiologi ulkus dekubitus?
3. Bagaiman pathofisiologi ulkus dekubitus?
4. Bagaimana cara perawatan pada pasien dekubitus?
5. Tinjauan kasus pada pasien dekubitus?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian Ulkus Dekubitus.
2. Untuk mengetahui etiologi ulkus dekubitus.
3. Untuk mengetahui pathofisiologi ulkus dekubitus
4. Untuk mengetahui cara perawatan pada pasien penderita dekubitus
5. Untuk mengetahui tinjauan kasus pada pasien penderita dekubitus
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan local yang cenderung terjadi ketika
jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka
waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).
Sebuah definisi baru telah diajukan di Konferensi Nasional NPUAP ke-4 (1995a).
Margolis (1995) menyebutkan “definisi terbaik dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis
dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan
tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi
pada individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada
inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta
mengalami gangguan tingkat kesadaran.”
Dekubitus sering disebut ulkus dermal / ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat
tekanan yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi (Harnawatiaj, 2008).
Dekubitus adalah Kerusakan lokal dari kulit dan jaringan dibawah kulit yang disebabkan
penekanan yang terlalu lama pada area tersebut (Ratna Kalijana, 2008)
Ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya
aliran darah didaerah yang bersangkutan. Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya
berbaring. Berbaring tidak selalu menyebabkan terjadinya luka baring. Karena itu sebagian
orang lebih menyukai istilah luka tekan ( pressure sore) karena tekananlah yang merupakan
penyebab utama terjadinya ulkus decubitus(Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar
– dasar Ilmu Keperawatan)
2. ETIOLOGI
Luka Dekubitus disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik
pada pasien.
a. Faktor Ekstrinsik
Tekanan : kulit dan jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan permukaan keras
lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam waktu yang lama sama
bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi gangguan mikrosirkulasi lokal
kemudian menyebabkan hipoksi dan nekrosis. tekanan antar muka ( interface pressure).
Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area antara tubuh dengan permukaan matras.
Apabila tekanan antar muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh
darah kapiler akan mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya
iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg.
Gesekan dan pergeseran : gesekan berulang akan menyebabkan abrasi sehingga integritas
jaringan rusak. Kulit mengalami regangan, lapisan kulit bergeser terjadi gangguan
mikrosirkulasi lokal.
Kelembaban : akan menyebabkan maserasi, biasanya akibat inkontinensia, drain dan keringat.
Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembapan juga
mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear).
Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia
urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang
menyebabkan klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.
b. Fase Intrinsik
Usia : pada usia lanjut akan terjadi penurunan elastisitas dan vaskularisasi. Pasien yang sudah
tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit dan jaringan akan
berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar
serum albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan
kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain
akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan
tenaga yang merobek. Selain itu, akibat dari penuaan adalah berkurangnya jaringan lemak
subkutan, berkurangnya jaringan kolagen dan elastin. menurunnya efesiensi kolateral kapiler
pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
. Penurunan sensori persepsi : Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami
penurunan untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila
ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan. karena nyeri
merupakan suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan
saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri.
Penurunan kesadaran : gangguan neurologis, trauma, analgetik narkotik.
Malnutrisi : Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan
lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena
kekurangan zat-zat gizi yang penting.
Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus. Selain itu,
malnutrisi dapat gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan dengan hipoalbumin.
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai
faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium
tiga dan empat dari luka tekan pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan,
rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
Mobilitas dan aktivitas : Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang berbaring terus
menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena
luka tekan. Orang-orang yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah,
dipasung).Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan.
Merokok : Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan memiliki efek
toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil penelitian Suriadi (2002) ada
hubungaan yang signifikan antara merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan.
Temperatur kulit : Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan
faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan.
Kemampuan sistem kardiovaskuler menurun, sehingga perfusi kulit menurun.
Anemia
Hipoalbuminemia, beresiko tinggi terkena dekubitus dan memperlambat penyembuhannya.
Penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah juga mempermudah terkena dekubitus dan
memperburuk dekubitus.
3. PATHOFISIOLOGI
Tiga elemen yang mendasar terjadi dekubitus yaitu :
1. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler (Landis,1930)
2. Durasi dan besarnya tekanan (Koziak,1959)
3. Toleransi jaringan (Husain, 1953;Trumble, 1930)
4. MANIFESTASI KLINIK
Stadium 3 : Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot sudah mulai
terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang struktur fibril. Kerusakan
seluruh lapisan kulit sampai subkutis, tidak melewati fascia. Biasanya sembuh dalam 3-8
minggu.
Tanda dan Gejala : Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis
dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti
lubang yang dalam.
Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta sendi. Dapat sembuh
dalam 3-6 bulan.
Tanda dan Gejala :
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan,
kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga
termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel – sel jaringan.
b) Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.
7. PENATALAKSANAAN
8. Terapi diet
Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang terdiri
dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air. Penatalaksanaan klien dekubitus memerlukan
pendekatan holistic yang menggunakan keahlian pelaksana yang berasala dari beberapa
disiplin ilmu kesehatan (AHCPR, 1994; Olshansky, 1994) Gambaran keseluruhan dekubitus
akan menjadi dasar pembuatan pohon pengangambilan keputusan yang digunakan untuk
menentukan rencana tindakan (AHCPR, 1994, Maklebust dan Siegreen, 1991).
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam
post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
3. Kultur pus
4. Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.
9. PENGOBATAN
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun
dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi lebih
cepat. Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu diperhatkan antara lain :
1. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama dengan tindakan
pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan tekanan sangat penting karena ulkus
tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang berlebihan dan terus menerus.
2. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut akan
menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal tersebut dapat
dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal
seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan
Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
3. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran
bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan
granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat
proses penyembuhan ulkus.
4. Menurunkan dan mengatasi infeksi, perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika
sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis, selulitis. Ulkus yang terinfeksi
hams dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan H202 3%,
povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek
bakterisidal.
5. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Hal ini dapat
dicapai dengan pemberian antara lain :
Bahan-bahan topikal misalnya : salep asam salisilat 2%, preparat seng (Zn 0, Zn SO
Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri, juga
mempunyai efek proliferati epitel, menambah jaringan granulasi dan memperbaiki keadaan
vaskular.
Radiasi infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan dapat membantu penyembuhan
ulkus karena adanya efek peningkatan vaskularisasi.
Terapi ultrasonik; sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap terapi ulkus
dekubitus
6. Tindakan bedah selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IV dan
karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun myocutaneous flap.
10. PENCEGAHAN
Pencegahan ulkus dekubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus dekubitus
membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Tindakan pencegahan dapat dibagi menjadi :
a. Umum :
Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita dan keluarganya.
Pemeliharaan keadaan umum dan higiene penderita.
b. Khusus :
Mengurangi/menghindari tekanan luaryang berlebihan pada daerah tubuh tertentu dengan
cara : perubahan posisi tiap 2 jam di tempat tidur sepanjang 24 jam. melakukan push up
secara teratur pada waktu duduk di kursi roda. pemakaian berbagai jenis tempat tidur, matras,
bantal anti dekubitus seperti circolectric bed, tilt bed, air-matras; gel flotation pads, sheepskin
dan lain-lain.
Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), tetapi dapat
lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus dekubitus. Pemeriksaan kulit dapat
dilakukan sendiri, dengan bantuan penderita lain ataupun keluarganya. Perawatan kulit
termasuk pembersihan dengan sabun lunak dan menjaga kulit tetap bersih dari keringat, urin
dan feces. Bila perlu dapat diberikan bedak, losio yang mengandung alkohol dan emolien.
1) Dekubitus derajat I
2) Dekubitus derajat II
Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal; Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat
aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara
hangat bergantian untuk meransang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga
untuk meransang tumbuhnya jaringan muda/granulasi, Penggantian balut dan salep ini jangan
terlalu sering karena malahan dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada
infeksi; Usahakan luka selalu bersih dan eksudat disusahakan dapat mengalir keluar. Balut
jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya
udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan
mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl
fisiologis. Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.
4) Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik;
Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang adal harus
dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhgan jaringan/epitelisasi.
Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan mengurangi
perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif lain. Setelah jaringan
nekrotik dibuang danluka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi pada
daerah luka, Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh
darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Umur/usia perlu ditanyakan karena adanya hubungan dengan proses
penyembuhan luka atau regenerasi sel.Sedangkan ras dan suku bangsa perlu
dikaji karena kulit yang tampak normal pada ras dan kebangsaan tertentu
kadang tampak abnormal pada klien dengan ras dan kebangsaan
lain (Smeltzer & Brenda, 2001).Pekerjaan dan hobi klien juga ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien banyak duduk atau sedikit beraktivitas sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah yang menyebabkan suplai oksigen
berkurang, sel- sel tidak mendapat cukup zat makanan dan sampah hasil sisa
metabolisme tertumpuk. Akhirnya sel-sel matai, kulit pecah dan terjadilah
lubang yang dangkal dan luka dekubitus pada permukaan ( Carpenito , L.J ,
1998 ).
b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia mencari
pertolongan. Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya
rasa nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada daerah- daerah yang menonjol,
misalnya pada daerah belakang kepala, daerah bokong, tumit, bahu, dan
daerah pangkal paha yang mengalami ischemia sehingga terjadi ulkus
decubitus (Bouwhuizen , 1986 ).
i. Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien
yaitu: Perasaan depresi , Frustasi , Ansietas/kecemasan ,Keputusasaan
j. Aktivitas Sehari- Hari
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi ulkus
pada daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada daerah
kecilyang tidak banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan kerusakan kulit.
Sehingga diperlukan peningkatan latihan rentang gerak dan mengangkat
berat badan. Tetapi jika terjadi paraplegi maka akan terjadi kekuatan otot
tidak ada (pada ekstremitas bawah), penurunan peristaltik usus (terjadi
konstipasi), nafsu makan menurun dan defisit sensori pada daerah yang
paraplegi.
k. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas
akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
Pemeriksaan Kepala Dan Leher
Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena
inmobilisasi, ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor
jika dispensi abdomen atau tegang.
Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan ulkus dan
paraplegi terpasang kateter untuk buang air kecil.
Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bet rest dalam waktu
lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila
terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual
muntah, dan kaku kuduk.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kerusakan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan Mekanis Dari Jaringan
Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran Dan Gesekan.
2) Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit Dan Perawatan Luka.
3) Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus Decubitus Terhadap
Feses/Drainase Urine.
4) Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Yang Berhubungan
Dengan Anoreksia Sekunder Terhadap Ketidak Cukupan Masukan Oral.
5) Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan Dengan Pembatasan Gerakan Yang
Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan Kontrol Motorik Atau Perubahan
Status Mental
6) Koping keluarga tak efektif yang berhubungan dengan luka kronis, perubahan body image.
3. INTERVENSI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan
Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Pantau/ evaluasi tanda- tanda vital dan perhatikan adanya demam.
Identifikasi derajat perkembangan luka tekan (ulkus)
Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
Bersihkan jaringan nekrotik.
Kolaborasi:
Irigasi luka.
Beri antibiotik oral,topical, dan intra vena sesuai indikasi.
Ambil kultur luka.
Rasional
Untuk mengetahui sirkulasi pada daerah yang luka.
Demam mengidentifikasikan adanya infeksi.
Mengetahui tingkat keparahan pada luka.
Mencegah terpajan dengan organisme infeksius, mencegah kontaminasi silang, menurunkan
resiko infeksi.
Mencegah auto kontaminasi
2) Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit Dan Perawatan
Luka.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
Rasa nyeri berkurang
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri
Intervensi Keperawatan
Tutup luka sesegera mungkin.
Tinggikan ekstremitas yang terdapat luka secara periodik.
Beri tempat tidur yang dapat diubah ketinggiannya.
Ubah posisi dengan sering dan ROM secara pasif maupun aktif sesuai indikasi.
Perhatikan lokasi nyeri dan intensitas.
Berikan tindakan kenyamanan seperti pijatan pada area yang tidak sakit, perut, posisi
dengan sering.
Dorong penggunaan tehnik manajemen stress.
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan.
Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi.
Rasional
Suhu berubah dan gesekan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung
kulit.
Unutk menurunkan pembentukan edema, menurunkan ketidaknyamanan.
Peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri.
Menurunkan kekakuan sendi
Perubahan lokasi/intensitas nyeri mengindikasikan terjadinya komplikasi.
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol.
Kekurangan tidur meningkatkan persepsi nyeri.
Untuk mengurangi rasa nyeri yang ada
3) Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus Decubitus Terhadap
Feses/Drainase Urine.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:
Infeksi tidak terjadi.
Tanda- tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan
Pantau terhadap tanda- tanda infeksi( rubor, dolor, kalor, fungsiolesa)
Observasi tanda- tanda vital ( suhu, respirasi rate, nadi, tensi)
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Lakukan rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.
Anjurkan klien untuk menghabiskan porsi yang tersedian terutama tinggi protein dan
vitamin.
Jaga personal higiene klien( badan, tempat, pakaian)
Kolaborasi dengan tim medisdalam penentuan antibiotik dan pemeriksaan leukosit dan LED
Rasional
Respon jaringan terhadap infiltrasi patogen dengan peningkatan aliran darah dan aliran
limfe(edema, merah, bengkak)
Patogen yang bersirkulasi merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh
Mencegah terjadinya infeksi silang dari lingkungan luka ke dalam luka
Mencegah terjadinya invasi kuman dan kontaminasi bakteri.
Nutrisi dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak dan
mempercepat proses penyembuhan.
Sesuatu yang kotor merupakan media yang baik bagi kuman.
Peningkatan leukosit dan LED merupakan indikasi terjadinya infeksi.
Rasional
Nutrisi yang asekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik atau menurunnya
peristaltik
Memberikan tindakan kontrol terhadap pembatasan diet klien dan meningkatkan nafsu
makan klien
Perawatan mulut membantu meningkatkan nafsu makan klien
Terjadinya perubahan berat badan menunjukkan ketidak seimbangan cairan
Immobilitas dapat menurunkan bising usus, Menentukan kalori dan kebutuhan
nutrisi,Menghilangkan mual dan muntah sehingga masukan oral meningkat, Penurunan
jumlah albumin dapat menghambat proses penyembuhan luka
Intervensi Keperawatan
Bina hubungan saling percaya
Berikan kesempatan kelurga dan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat ini dengan
memvalidasi dan mengobservasi perasaan keluarga dan klien
Berikan informasi yang diperlukan klien dan keluarga tentang proses terjadinya ulkus
Libatkan klien dan keluarga dalam rencana perawatan yang lebih lanjut
Anjurkan keluarga untuk selalu memberi reinforcement positif dan support mental pada
klien
Tunjukkan sikap menerima terhadap perubahan
Rasional
Menimbulkan kepercayaan pada perawat sehingga mempermudah melakukan komunikasi
untuk tindakan selanjutnya.
Membantu mengurangi beban pikiran klien dan keluarga karena perasaanya tersalurkan dan
perawat mengetahui penyebab masalahnya
Membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan klien dan keluarga
Menjadikan klien dan keluarga bagian dari rencana keperawatan dan membantu klien
menerima kenyataan yang ada
Dukungan keluarga sangat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri klien
Memberikan rasa percaya diri pada klien dan membantu menghilangkan perasan negatifnya.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pekerjaan : Buruh.
Pendidikan : SMP
Suku : jawa
Alamat : jl.Kapten Sumarsono, Medan
No. RM : 025184
Diagnosa medis : Tetanus
Tanggal medik : 1 Maret 2013
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sakit pada punggung bagian bawah.
2. Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan gatal dan terasa panas pada punggung bagian bawah.
D. GENOGRAM
E. PENGKAJIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
a. Pola Aktifitas
Sebelum sakit
Aktivitas seperti : mandi, berpakaian, eliminasai, mobilisasi ditempat tidur, ambulansi, dan makan
tidak ada gangguan, semua bias dilakukan sendiri oleh pasien.
Saat sakit
Pasien merasa tidak mampu lagi melakukan aktifitas seperti biasa tanpa bantuan orang lain.
Sebelum sakit
Pasien makan 3 kali sehari, minum air putih sebanyak 6 gelas sehari.
Saat saki
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari dan minum 4 gelas, nafsu makan sedikit mengalami
penurunan.
Sebelum sakit
Pasien mulai tidur jam 21.00 selama 8 jam, kualitas tidur nyenyak
Saat sakit
Pasien tidur selama 6 jam saat tidur pada waktu malam hari, tidur tidak nyenyak
d. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
BAB 1-2x sehari, bau : khas, konsistensi : Ampas. Warna: kuning kecoklatan, BAK : 4-5 sehari, warna
agak kekuningan
Saat sakit
Pasien mengatakan BAB tidak lancar, pasien sudah 3 hari tidak BAB, BAK Lancar
Sebelum sakit
Saat sakit
Sebelum sakit
Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, dan peran diri tidak terganggu
Saat sakit
Harga diri, Ideal dir, dan identitas diri tidak terganggu sedangkan gambaran diri terganggu karena
pasien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa.
F. PENGKAJIAN FISIK
a) Pemeriksaan umum
Kesadaran : Composmentis
b) Tanda-tanda Vital :
TD : 130/90 mmHg
RR : 24x/mnt
HR : 84x/mnt
S : 37ºC
KEPALA
Bentuk : mesochepal
LEHER : terdapat sedikit kekakuan pada leher.tidak ada pembesaran kelnjar tiroid
DADA
Bentuk : simetri, tidak ada retraksi dada
ABDOMEN : bentuk datar, tidak terjadi pembesaran dan tidak ada nyeri tekan.
EKSTREMITAS
Atas : terpasang infus D5 % ditangan kanan dan kedua tangan dapat digerakkan.
Bawah : tidak terdapat oedem dan dapat digerakkan dengan baik.
G. DATA PENUNJANG
Leukosit banyak
Terapi :
b) Oksigen 4 liter/mnt.
e) Cefotaxime 3x1000 mg
f) Metronidazol 2x1
H. ANALISA DATA
DS : pasien mengatakan
sakit pada punggung bagian
bawah.
Aliran darah berkurang
DO : Pasien terlihat merintih
kesakitan, luka tampak luas Hipoksia
dan terlihat lapisan dermis.
Skala nyeri 6. Cedera iskemia Nyeri akut
2
Agen cedera fisik Dekubitus
Nyeri akut
DS: pasien mengatakan Hilangnya sebagian kulit
aktifitas dibantu oleh
Nyeri akut
keluarganya dan hanya bias
berbaring ditempat tidur -
DO : ada luka dekubitus di
daerah tulang belakang.
Terdapat luka post
Aliran darah berkurang
kecelakaan di kaki kanan.
Terpasang infus dan DC. Hipoksia
Pertahanan primer tidak
adekuat (kulit tidak utuh, Cedera iskemia
truma jaringan)
Dekubitus
Keterbatasan gerak
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3) Resiko infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh, truma
jaringan)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
diharapkan nyeri
untuk mengkaji sekela
berkurang atau
nyeri dipermukaan
hilang.
Kaji secara kulit serta factor
Kriteria Hasil: menyeluruh tentang penyebab dari nyeri
nyeri termasuk lokasi,
Laporkan frekuensi tingkst relaksasi
durasi, frekuensi,
nyeri guide,imagery,terapi
intensitas, musik,distraksi dapat
Nyeri akut b.d
Kaji frekuensi nyeri
Agen cedera dan faktor penyebab. memberikan rasa
nyaman dan dapat
fisik Lamanya nyeri
2. . mengurangi rasa
berlangsung
nyeri
Ajarkan teknik non
Ekspresi wajah
farmakologi
terhadap nyeri
(misalnya: relaksasi,
Kegelisahan guide,imagery,terapi
musik,distraksi)
Perubahan TTV
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
diharapkan
infeksitidak terjadi.
Kriteria Hasil:
Pengetahuan
tentang adanya
resiko infeksi Sediakan informasi
tentang kondisi
Mampu memonitor pasien
menginformasikan
faktor resiko dari
keadaan pasien
lingkungan Diskusikan perawatan
yang akan dilakukan cara pertama untuk
Membuat strategi
menghindari infeksi
untuk Gambaran tanda dan
mengendalikan gejala penyakit menggambarkan
resiko infeksi tanda dan gejala
Instruksikan pasien
penyakit
Mengatur gaya untuk melaporkan
hidup untuk kepada perawat meminta pasie
mengurangi resiko untuk melaporkan memberitahukan ata
tentang tanda dan u melaporkan kondisi
Penggunaan gejala yang penyakitnya
pelayanan kesehatan dirasakan.
Resiko infeksi yang sesuai
b.d
Pertahanan
3. primer tidak
adekuat (kulit
tidak utuh,
trauma
jaringan)
K. IMPLEMENTASI
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar – dasar Ilmu Keperawatan,
mengartikan ulkus
decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya aliran darah
didaerah yang
bersangkutan. Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring. Berbaring tidak
selalu menyebabkan
terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai istilah luka tekan ( pressure
sore) karena tekananlah
yang merupakan penyebab utama terjadinya ulkus decubitus.
B. SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Ulkus Dekubitus ini dapat
memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan
juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA