Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Faktor Eksternal
a. Pendapatan, masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga,
yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
b. Pendidikan, pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan
perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik.
c. Pekerjaan, pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja
d. Budaya, budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan.
2. Faktor Internal
a. Usia, usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
b. Kondisi Fisik, mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia,
semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan
anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini
c. Infeksi, infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
Menurut Call dan Levinson dalam Supariasa (2012 ), bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, terutama adanya penyakit infeksi,
kedua faktor ini adalah penyebab langsung, sedangkan penyebab tidak langsung kandungan
zat gizi dalam bahan makanan,kebiasaan makan, ada tidaknya program pemberian makanan
(1998) dalam Supariasa (2012) menggambarkan faktor yang berhubungan dengan status gizi,
pertama penyebab langsung adalah asupan gizi dan penyakit infeksi, kedua, penyebab tidak
langsung yaitu keterdediaan pangan tingkat rumah tangga, perilaku / asuhan ibu dan anak,
pelayanan kesehatan dan lingkungan, ketiga masalah utama yaitu kemiskinan, pendidikan
rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Keempat, masalah dasar, yaitu krisis
politik dan ekonomi. Menurut Laura Jane Harper dalam Supariasa (2012), faktor yang
mempengaruhi status gizi ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi adalah ketersediaan
meliputi pemilihan tanaman yang ditanam. Pola penanaman, pola penguasaan lahan, mutu
luas lahan, cara pertanian, cara penyimpanan, faktor lingkungan, rangsangan bereproduksi
dan peranan sosial. Penggunaan pangan meliputi status sosial, kepercayaan keagamaan,
kepercayaan kebudayaan, keadaan kesehatan, pola makan, kehilangan tersebab oleh proses
memasak, distribusi makanan dalam keluarga, besar keluarga, dan pangan yang tercecer.
dalam waktu sesingkat mungkin, dan salah satu upaya untuk mencapai
gizi dan termakan habis oleh setiap pasien merupakan salah satu faktor untuk
adalah pasien yang berobat jalan dan rawat inap, keluarga, pasien dan petugas
pasien yang optimal dalam memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pasien, baik
pasien. Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan dikonsumsi habis akan
berarti dengan biaya perawatan yang sama Rumah Sakit dapat memberikan
tim asuhan nutrisi yang terdiri dari dokter, ahli gizi, perawat, dan petugas
kesehatan lain yang kegiatannya dipusatkan pada pasien (client centered care).
Setiap anggota tim mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing dan
suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari pada hampir semua orang menurut
golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencapai
Pada pasien di Rumah Sakit, kebutuhan akan zat gizi tergantung dari
status gizi dan stress metabolik pasien. Bila tidak ada dukungan nutrisi yang
adekuat, pasien akan kehilangan berat badan dan terjadi komplikasi yang sering
fatal.
Asupan makanan adalah Segala jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap
hari. Umumnya asupan makanan di pelajari untuk di hubungkan dengan keadaan gizi
masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini dapat digunakan untuk perencanaan
pendidikan gizi khususnya untuk menyusun menu atau intervensi untuk meningkatkan
sumber daya manusia (SDM), mulai dari keadaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya.
Mengetahui asupan makanan suatu kelompok masyarakat atau individu merupakan salah satu
cara untuk menduga keadaan gizi kelompok masyarakat atau individu bersangkutan.
Secara Umum Asupan makanan adalah informasi tentang jumlah dan jenis makanan yang
dimakan atau dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dari
asupan makanan diperoleh zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh untuk memelihara
makanan yang tidak adekuat, gangguan pencernaan atau absorbsi, atau kelebihan makan.
Kekurangan gizi merupakan tipe dari malnutrisi. Asupan makan yang dikonsumsi kemudian
akan menghasilkan dampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan anak
Faktor Internal
1. Nafsu Makan. Balita sakit mempunyai nafsu makan yang kurang, walaupun nafsu
tidak menentu balita akan menikmati makanan yang di hidangkan secara menarik dalam
Kebiasaan Makan. Kebiasaan makan balita adalah konsumer pasif. Artinya, dia lebih
banyak mengonsumsi makanan yang sudah kita pilihkan. Bila asupan zat gizi tertentu yang
tidak adekuat dan berlebih atau tidak seimbang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang
Rasa Bosan. Rasa tidak senang, takut karena sakit, ketidakbebasan bergerak karena
adanya penyakit dapat menimbulkan rasa bosan dan rasa putus asa. Manisfestasi dari rasa
Psikologis. Balita sakit harus menjalani kehidupan yang berbeda dengan apa yang
dialaminya sehari-hari di rumahnya. Apa yang di makan, dimana dia makan, bagaimana
makanan disajikan dan dengan siapa dia makan, sangat berbeda dengan yang telah menjadi
kebiasaan hidupnya.
Penyakit. Keadaan penyakit yang dicerminkan oleh konsistensi diet yang diberikan,
mempunyai arti tersendiri dan akan membawa kebahagiaan atau rasa cemas pada diri balita
Faktor Eksternal
1. Cita rasa. Cita rasa suatu makanan dapat diketahui dari bau dan rasa makanan itu
sendiri. Bau dan rasa makanan sangat menentukan selera makan seseorang dalam hal
ini pasien.
2. Penampilan. Penampilan makanan terdiri dari warna makanan tekstur makanan, dan
besar porsi.
3. Waktu makan. Waktu makan yang berbeda dengan kebiasaan makan pasien
4. Sikap petugas. Petugas yang bertugas merawat orang sakit harus dapat memberikan
penjelasan guna mengurangi tekanan psikologis yang timbul, baik dari diri orang sakit
maupun keluarga
5. Alat saji makanan. Alat saji makanan yang di gunakan untuk menyajikan makanan
harus di pilih sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan menarik dan rasa senang
6. Lingkungan. Dirawat di rumah sakit berarti memisahkan balita sakit dari kebiasaan
hidup sehari-hari dan memasuki lingkunan yang masih asing, termasuk orang-orang
yang mengelilinginya yaitu dokter, perawat dan orang-orang lain yang selalu berada
disekelilingnya.
1.7. Gambar 2.1
2.8. Kerangka Teori
3.9. Variabel Independent
4.10. Kepuasan Pasien
5.11. Variabel Dependent
6.12. Pelayanan Makanan
7.13. - Waktu Makan
8.14. - Penampilan Makanan
9.15. - Rasa Makanan
10.16. - Keramahan Pramusaji
11.17. - Kebersihan Alat dan
12.18. Makanan
13.19. - Variasi Menu
14.20. Makanan
15.21.