Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
segala lapisan umur dan sosial ekonomi. Di Indonesia saat ini penyakit
(Shahab, 2006).
(penyakit jantung iskemik, stroke dan penyakit pembuluh darah kapiler), dan
2004). Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta orang di dunia dengan
diabetes pada tahun 2000 dan diproyeksikan meningkat menjadi 366 juta
1
2
Cina, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. Dalam laporan yang diterima
dari Global status report on NCD World Health Organization (WHO) pada
Di Indonesia, dari jumlah 2,5 juta pada tahun 1994 yang diprediksi
akan menjadi lima juta pada tahun 2010 (estimasi gabungan McCarty Zimmet
dan Askandar Tjkroprawiro, 1991), ternyata menurut IDF telah menjadi tujuh
juta, dan diprediksi akan bertambah menjadi 12 juta pada tahun 2030
(Tjokroprawiro, 2011).
tahun 2007 sebesar 1,1% menjadi 2,5% pada tahun 2013. Sedangkan menurut
Terapi medis berupa pemberian obat hipoglikemik oral atau agen anti
Salah satu upaya yang baik untuk menangani Diabetes Mellitus agar
mengenai perubahan gaya hidup dan pola makan. Edukasi gizi adalah suatu
individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya
al., 2007).
Sewu pada bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan Desember 2013,
diabetes.
Pucang Sewu, perlu adanya tindakan preventif seperti asuhan gizi berupa
Diabetes Mellitus.
TINJAUAN PUSTAKA
madu. Kata ini digunakan karena pada pasien diabetes mellitus, meningginya
kadar gula darah termanifestasi juga dalam air seni. Ginjal tidak dapat lagi
mengalir terus, dan Mellitus berarti madu atau manis. Jadi, istilah itu
Mellitus sebagai penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi
mampu untuk membuat insulin, atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan
insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas,
makanan yang kita makan lolos dari aliran darah ke dalam sel-sel dalam
2.1.2 Klasifikasi
6
7
Diabetes tipe – 1 adalah diabetes mellitus yang tergantung insulin (IDDM). IDDM
ditandai dengan defisiensi mutlak insulin, onset gejala yang berat timbul secara
pada insulin dari luar. Usia saat timbulnya gejala klinis biasanya dibawah 30
tahun, meskipun gangguan dapat terjadi di semua usia. Sering dikenal dengan
Diabetes tipe – 2 adalah diabetes mellitus yang tak tergantung insulin (NIIDM).
Mencakup hampir 85% dari semua kasus diabetes di negara – negara maju, dan
orang eropa biasanya dibuat sesudah usia 40 tahun. Diagnosa dapat ditegakkan
bila kadar glukosa darah puasa meningkat sampai batas yang diterima sebagai
Diabetes Gestasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau baru ditemukan
pada waktu hamil.Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu yang menderita diabetes
6) Infeksi.
2.1.3 Diagnosa
dan disfungsi ereksi pada laki-laki serta pruritus vulva pada perempuan.
bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood), vena
Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)(PERKENI, 2011).
Belum pasti
Bukan DM DM
DM
Kadar glukosa Plasma vena <100 100 199 >= 200
darah sewaktu
Darah kapiler <90 90 199 >= 200
(mg/dL)
9
Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan ulangan
tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan
(PERKENI, 2006) :
mellitus).
salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium
yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosa
DM. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka
abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau hasil tes toleransi glukosa
oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah setelah pembebanan ≥ 200 mg/dl
(PERKENI, 2006).
2.1.4 Etiologi
Dari hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ahli kedokteran,
dikemukakan teori baru yang menyatakan bahwa penyakit diabetes mellitus tidak
hanya disebabkan oleh faktor keturunan (genetik), tetapi juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain yang multi kompleks, antara lain kebiasaan hidup dan
lingkungan. Orang yang tubuhnya membawa gen diabetes, belum tentu akan
menderita penyakit gula, Karena masih ada beberapa faktor lain yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit ini pada seseorang, yaitu antara lain makan
(Lanywati, 2001).
terpaksa harus bekerja keras memproduksi hormon insulin untuk mengolah gula
yang masuk. Jika suatu saat pankreas tidak mampu memenuhi kebutuhan hormon
insulin yang terus bertambah, maka kelebihan gula tidak dapat terolah lagi dan
akan masuk ke dalam darah serta urine (air kencing) (Lanywati, 2001).
11
akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga jumah gula dalam tubuh
akan berkurang. Dan dengan demikian kebutuhan akan hormon insulin juga
berkurang. Pada orang yang kurang gerak dan jarang berolahraga, zat makanan
yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam
tubuh sebagai lemak dan gula. Proses pengubahan zat makanan menjadi lemak
dan gula, memerlukan hormon insulin. Namun, jika hormon insulin kurang
mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit diabetes mellitus (Lanywati, 2001).
sehingga umumnya berat badan ibu hamil akan naik sekitar 7 kg – 10kg. Pada saat
insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit diabetes mellitus
(Lanywati, 2001).
Oleh karena itu, upayakan memeriksa gula darah puasa jika usia telah
(Sudoyo, 2006).
b. Jenis Kelamin
12
(2013), angka kejadian DM tipe 2 pada wanita lebih tinggi dari laki-
kecemasan atau stress yang lebih tinggi dari laki-laki. Pada kondisi
stres, hormon stres yang berada dalam tubuh akan dikeluarkan yang
c. Berat badan
Kelebihan berat badan sebanyak 20% dari normal atau dengan BMI >
e. Tekanan darah
Tekanan darah yang melebihi normal yaitu lebih dari 140/90 mm Hg
fisik yang rendah tidak dapat mengontrol gula darah dengan baik.
2.1.6 Patofisiologi
kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energy. Proses ini
sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini
dkk, 2009).
akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot,
kemudian membuka pintu masuk sel hingga glukosa dapat masuk sel
insulin ada dan reseptor juga ada, tapi karema ada kelainan di dalam sel itu
sendiri pintu masuk tetap tidak dapat terbuka tetap hingga glukosa tidak
jenis ini ada reaksi otoimun. Pada individu yang rentan (susceptible)
terhadap diabetes tipe 1, terdapat adanya ICA (Islet Cell Antibody) yang
penurunan fungsi sel beta, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total
resistensi insulin itu agar kadar glukosa tetap normal. Lama kelamaan sel
glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun. Saat itulah
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus
bertambah, karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi. Bila
keadaan tersebut tidak cepat diobati, maka dapat sering timbul keluhan
polidipsia dan poliuria dan keluhan lain berupa turunnya nafsu makan (tidak
polifagia lagi) bahkan kadang-kadang diikuti dengan mual jika kadar glukosa
darah melebihi 500 mg/dl, berat badan turun dengan cepat (dapat turun 5-10
kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati lagi
dapat menimbulkan rasa mual dan dapat terjadi koma diabetik (penderita
e. Lelah
f. Mudah mengantuk
g. Mata kabur
h. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten
k. Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
2.1.8 Komplikasi
setelah penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10 tahun atau lebih
pada jantung dan otak, serta gangguan pada pembuluh darah di kaki.
Akibatnya :
1) Makro dan mikrovaskuler sirkulasi akan terganggu
2) Peningkatan tekanan darah
3) Infark hati dan cerebral.
diakibatkan oleh pola makan yang tidak normal, tetapi juga disebabkan
jantung, timbul angina pectoris yaitu sakit di daerah dada, lengan, dan
Jika hal ini dibiarkan, gangguan neurologis akan muncul, misanya dalam
penyumbatan pembuluh darah besar pada kaki, mikro sirkulasi dikaki juga
18
sehingga terjadi kebocoran pada pembuluh retina. Hal ini bahkan bisa
mellitus. Ada beberapa factor yang berperan dalam perubahan ini, yaitu :
a. Terhambatnya sirkulasi menimbulkan rasa sakit pada betis kaki
vasculopathy)
b. Gangguan pada saraf (neuropathy), yakni kerusakan pada saraf di
orang tua, namun, kini gejala tersebut juga kerap dirasakan pada pasien
gizi. Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan terapi gizi
maupun rawat jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan (care)
pasien secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang
dirawat maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait
kegiatan, yaitu :
kepada : tepat zat gizi (bahan makanan), tepat formula, tepat bentuk,
2011).
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui
1) Edukasi
Edukasi merupakan bagian integral asuhan gizi diabetes. Edukasi
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
tinggi.
22
Intake)
f. Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat
sehari.
Lemak
a. Asupan lemak dianjurkan sekitar 2025% kebutuhan kalori. Tidak
Natrium
Serat
a. Jumlah konsumsi sayuran dalam diet diabetes yaitu 2-3 porsi sayur
Pemanis alternatif
(Kemenkes, 2011).
c) Modifikasi diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa
200 Kalori.
e) Jalur makanan
3) Latihan jasmani
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (34
glukosa darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang
glinid.
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin (Tiazolidindion).
c. Penghambat gluconeogenesis (Metformin).
d. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
(Acarbose).
e. DPPIV inhibitor = Glucagon-like peptide-1 (GLP1)
metabolik yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu
(Sukardji, 2011) :
a. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
dan 3 kali makanan selingan) dengan interval waktu makan tiap 3 jam
kelainan metabolik.
27
dikonsumsi.
6. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
2.3.4 Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi pada Diabetes Mellitus
Penentuan status gizi pada penderita diabetes mellitus dengan
1999) :
RBW = BB X 100%
TB - 100
Keterangan :
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (cm)
Setelah dihitung Persentase RBW, status gizi penderita diabetes mellitus
dibedakan menjadi :
Under nutrition : < 80%
Kurus (Underweight) : < 90%
Normal : 90 – 100%
Gemuk (Overweight) : > 110%
Obesitas Ringan : 120 -130%
Obesitas Sedang : >130 -140%
Obesitas Berat : > 140%
Obesitas Morbid : > 200%
Apabila sudah diketahui relative body weight nya, maka jumlah kalori
berikut :
Kurus : BB x 40 – 60 kkal
Normal : BB x 30 kkal
Gemuk : BB x 20 kkal
Obesitas : BB x 10 – 15 kkal
2.4 Pengetahuan
28
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
(Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) kedalaman
yang diketahui. Orang telah paham akan obyek atau materi harus
situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai
lain sebagainya.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau sutau obyek dalam
hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal – hal baru tersebut.
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan lebih luas dan umur yang semakin banyak pengalamannya juga
mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus, terapi diit diabetes mellitus dan
perilaku melalui tiga tahap yaitu pencairan, proses bergerak dan pembekuan
kuat untuk beranjak pada tahap bergerak yaitu bergerak menuju tahap baru
mengikutsertakan kebiasaan diet atau pola makan yang baru dalam gaya
dalam berperilaku sesuai dengan pola hidup sehat (Soegondo, dkk, 2011).
2012).
Perbaikan asupan makan dapat menggunakan analisis yang
serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Recall
oleh petugas yang telah terlatih. Data yang didapatkan dari hasil recall
yang terlupakan. Recall tidak cocok bila dilakukan pada responden yang di
bawah 7 tahun dan di atas 70 tahun. Recall dapat menimbulkan the flat
selalu dimakan dan pola makan seseorang dalam waktu yang relatif lama,
misalnya satu minggu, satu bulan, maupun satu tahun. Metode ini terdiri
KERANGKA KONSEP
ASUPAN MAKAN
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
35
36
mellitus pada pasien diabetes mellitus disebabkan oleh keturunan, aya hidup,
obesitas, kurang olahraga/ kurang gerak, dan kehamilan. Dan akibat atau
parah, perlu adanya asuhan gizi pada pasien diabetes mellitus dengan pemberian
makan.
Hipotesa Penelitian
Ho :
H1 :
METODE PENELITIAN
one group pre-test and post-test design. Pada rancangan ini, tidak terdapat
Tempat
Surabaya.
37
38
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua penderita diabetes mellitus tipe 2 yang
4.3.2 Sampel
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi4
B = Batas kekeliruan
D = (39/1,96)2 = 396,01
= (130x76x54) : ((130-1)396,01+(76x54))
= 9,667
dari hasil perhitungan diperoleh sampel penelitian sebesar 10 orang.
a. Kriteria Inklusi
126 mmHg
b. Kriteria Eksklusi
terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan
2 Pengetahuan Hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah Kuesioner Ordinal
orang melakukan penginderaan Kategori :
terhadap suatu obyek tertentu. a) Baik Persentase jawaban
benar 75 - 100%
b) Cukup : Persentase jawaban
benar 56 - 74%
c) Kurang: Persentase jawaban
benar < 55%
3 Asupan makan Semua jenis makanan dan Mencatat jenis dan jumlah bahan Ordinal
minuman yang dikonsumsi tubuh setiap makanan yang dikonsumsi pada
hariuntuk menduga keadaan gizi periode 24 jam yang lalu.
kelompok masyarakat atau individu Kategori :
bersangkutan.
a) Lebih : >120 %
b) Baik : 90 – 120%
c) Defisit ringan : 80 – 89%
d) Defisit sedang : 70 – 79%
e) Defisit berat : < 70%
primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan, antara lain :
kali yaitu pada hari pertama sebelum responden diberikan asuhan gizi
Untuk data asupan makan setelah asuhan gizi, diukur sebanyak 3 kali,
yaitu setiap 3 hari sekali, kemudian diambil rata-rata dari ketiga data
Selain data primer, juga ada data sekunder yang diambil dari buku rekam
pasien.
penelitian
2. Form recall 24 jam.
3. Form kuesioner mengenai pengetahuan diabetes mellitus.
4. Data rekam medik pasien/ Data Laboratorium.
5. Form Anamese Riwayat Gizi.
6. Software computer SPSS 16.
1. Alat tulis
2. Komputer
3. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
4. Ukuran Rumah Tangga (URT)
5. Mikrotoa
6. Timbangan berat badan digital
7. Medline dengan kapasitas 150 cm dan ketelitian 0,1 cm
42
8. CD Menu
9. Leaflet diet diabetes mellitus
10. Food Model
1. Editing
apakah data sudah lengkap atau belum. Jika data tidak lengkap, data tidak
2. Coding
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
Untuk data asupan makan, jika data masih dalam satuan URT (Ukuran
1 = defisit berat
2 = defisit sedang
3 = defisit ringan
4 = baik
5 = lebih
43
Untuk data pengetahuan juga demikian, data diubah menjadi data angka
1 = kurang
2 = cukup
3 = baik
4. Pembersihan data
terkumpul dari kuesioner yang telah diisi kemudian diolah dan ditabulasi
dengan menggunakan uji Sign test dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05.
44
BAB V
jangkauan oleh pasien untuk berobat. Wilayah kerja Puskesmas ini mencakup
penduduk perempuan.
antara lain Poli umum, Poli lansia, Kesehatan ibu dan anak, Imunisasi,
Poli Gigi, Pojok Gizi, Promkes, Pojok kesling, Batra, Apotik, dan
Laboratorium.
Tabel 5.1. Kunjungan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Non Komplikasi Bulan Oktober –
Desember 2013 di Poli umum Puskesmas Pucang Sewu.
Jenis Umur
Total
Kelamin 15 – 44 tahun 45 -55 tahun 56 – 64 tahun >= 65 tahun
Laki-laki 2 21 22 70 115
Perempuan 22 74 91 88 275
Total 390
Sumber : Laporan kunjungan pasien di poli umum bulan Oktober – Desember 2013
dari penyakit terbanyak yang ada di Puskesmas Pucang Sewu dengan Persentase
8,927%.
45
46
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 2 20%
Perempuan 8 80%
Total 10 100%
kelamin laki-laki hanya ada 2 orang (20%). Berdasarkan penelitian Santono, Lian
& Yudi (2006) dalam Karwaji (2013), angka kejadian DM tipe 2 pada wanita lebih
tinggi dari laki-laki. Wanita lebih berisiko mengalami peningkatan indeks massa
tubuh yang lebih besar. Selain itu pada perempuan memiliki tingkat kecemasan
atau stress yang lebih tinggi dari laki-laki. Pada kondisi stres, hormon stres yang
5.2.2 Umur
tahun ada 2 orang (20%). Responden yang berumur 56 – 64 tahun ada 5 orang
(50%), sedangkan yang berumur >= 65 tahun ada 3 orang (30%). DM tipe 2
biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi setelah usia 40
tahun (Sudoyo, 2006). Usia Lanjut akan memiliki peningkatan risiko terhadap
5.2.3 Pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 8 orang (80%). Pekerjaan sebagai IRT
termasuk dalam aktivitas ringan. Bahwa orang yang aktivitas fisiknya ringan
memiliki risiko 4,36 kali lebih besar untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan
dengan orang yang memiliki aktivitas yang sedang dan berat (Sujaya, 2009).
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak Sekolah 0 0
Tamat SD 2 20%
Tamat SMP 6 60%
Tamat SMA 2 20%
Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100%
48
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Tahun 2014
Status Gizi Frekuensi Persentase
Under nutrition 0 0%
Underweight 0 0%
Normal 3 30%
Overweight 1 10%
Obesitas Ringan 2 20%
Obesitas Sedang 3 30%
Obesitas Berat 1 10%
Obesitas Morbid 0 0%
Total 10 100%
responden beragam, responden yang memiliki status gizi normal ada 3 orang
(30%), responden yang memiliki status gizi overweight ada 1 orang (10%),
responden dengan status gizi obesitas ringan ada 2 orang (20%), responden
dengan status gizi obesitas sedang ada 3 orang (30%), dan responden dengan
5.3 Pengetahuan
diberikan asuhan gizi (pre test) dan setelah responden diberikan asuhan gizi (post
49
test). Pengetahuan dibedakan menjadi 3 kategori yaitu baik (Persentase skor 76%
- 100%), cukup (Persentase skor 56% - 75%), dan kurang (Persentase skor <56%).
a. Pre test
Berikut adalah distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori hasil pre test
tentang pengetahuan.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasakan Hasil Pre test Tentang
Pengetahuan
Kategori Frekuensi Persentase
Baik 3 30%
Cukup 6 60%
Kurang 1 10%
Total 10 100%
Melalui hasil pre test pada tabel 5.7 diketahui bahwa sebagian besar
orang (10%) yang memiliki pengetahuan kurang, dan 3 orang (30%) yang
b. Post test
Berikut adalah distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori hasil post test
mengenai pengetahuan.
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Post Test Tentang
Pengetahuan
Kategori Frekuensi Persentase
Baik 10 100 %
Cukup 0 0
Kurang 0 0
Total 10 100 %
Melalui hasil post test pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa semua
responden memiliki pengetahuan baik (100%). Tidak ada sama sekali yang
diberikan asuhan gizi dan setelah diberikan asuhan gizi. Setelah diberikan asuhan
gizi, responden di recall 24 jam setiap 3 hari sekali sebanyak 3 kali. Hasil recall
ringan (Persentase 80-89%), defisit sedang (Persentase 70-79%), dan defisit berat
(Persentase <70%).
baik, namun ada pula 3 orang (30%) yang asupan energinya lebih dan 2 orang
51
(20%) yang asupan energinya defisit berat. Akan tetapi, setelah diberikan asuhan
gizi, responden yang asupan energinya lebih turun menjadi 1 orang (10%), yang
asupan energinya baik turun menjadi 3 orang (30%), sedangkan yang defisit berat
diberikan asuhan gizi, dan sebagian lainnya masih tergolong lebih dan kurang. Hal
ini dikarenakan hanya sebagian responden saja yang mau mematuhi anjuran diit
yang diberikan.
asupan protein responden sebagian besar masih tergolong lebih yaitu sebanyak 6
orang (60%). Namun masih ada juga responden yang asupan proteinnya tergolong
defisit, ada 2 orang (20%) yang asupan proteinnya defisit sedang, dan 2 orang
lebih berubah menjadi baik sebanyak 3 orang (30%) dan ada juga yang berubah
diberikan asuhan gizi, hal ini dikarenakan, rata-rata responden menyukai makanan
yang diolah dengan cara digoreng. Selain itu, ada yang asupan lemaknya baik
hanya 1 orang (10%), dan yang tergolong defisit berat juga 1 orang (10%). Akan
tetapi, setelah diberikan asuhan gizi, asupan lemak yang tergolong lebih turun
52
baik menjadi 20%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa responden yang asupan
lemaknya menjadi baik hanya 1 orang. Hal ini dikarenakan, responden yang lain
masih belum bisa membiasakan dirinya untuk membatasi makanan yang diolah
banyak yang tergolong defisit. Dan masih ada yang tergolong lebih, yaitu 1 orang
(10%). Namun setelah diberikan asuhan gizi, asupan karbohidrat responden yang
tergolong lebih berubah menjadi defisit ringan yaitu sebanyak 2 orang (20%)
dikarenakan responden telah mematuhi anjuran menu yang diberikan. Akan tetapi,
jumlah responden yang tidak patuh pada anjuran menu masih lebih banyak
Untuk melihat hasil perbedaan skor hasil pre test dan post test,
(signifikansi) sebesar 0,016. Exact Sig 2-tailed < α (0,016 < 0,05) maka H0 ditolak.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan skor yang signifikan
53
antara hasil post test dengan hasil pre test, maka dapat disimpulkan bahwa ada
tipe 2.
(signifikansi) sebesar 0,289. Oleh karena Exact Sig. > α (0,289 > 0,05) maka H0
penerapan asuhan gizi terhadap asupan energi pasien diabetes mellitus tipe 2.
sebesar 0,687. Oleh karena Exact Sig. > α (0,280 > 0,05) maka H 0 diterima.
54
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penerapan asuhan
Hasil pengujian statistik asupan lemak menggunakan uji tanda (Sign Test),
sebesar 0,317. Oleh karena, Exact Sig. > α (0,5 > 0,05) maka H0 diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penerapan asuhan gizi
sebesar 0,125. Oleh karena, Exact Sig > α (0,125 > 0,05) maka H0 diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penerapan asuhan
5.7 Pembahasan
5.7.1 Pengetahuan
diabetes mellitus tipe 2 sebelum pemberian asuhan gizi, sebanyak 6 orang (60%)
hanya memilki tingkat pengetahuan yang cukup, dan hanya 3 orang (30%) yang
memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini disebabkan sebagian responden
belum pernah mendapatkan konseling gizi atau penyuluhan mengenai gizi untuk
penyakit diabetes. Responden selama ini hanya diberikan pemahaman singkat dari
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Salah satu usaha untuk
pasien diabetes, melakukan konsultasi dengan ahli gizi puskesmas atau rumah
sakit.
diberikan adalah berupa konseling gizi secara individu yang intensif menjelaskan
mengikutsertakan kebiasaan diet atau pola makan yang baru dalam gaya
bermakna pada asupan makan (energi, protein, lemak, dan karbohidrat) sebelum
diberikan asuhan gizi dan setelah diberikan asuhan gizi (p>0,05). Pengetahuan
gizi baik yang dimiliki penderita diabetes mellitus masih belum dapat menjadikan
pola makan dan asupan makannya menjadi baik. Hal ini disebabkan pada saat
melakukan recall 24 jam, ada responden yang mengaku sakit dan tidak memiliki
nafsu makan yang baik, sehingga dari menu yang telah diberikan, responden
hanya memakan setengahnya, bahkan ada yang tidak teratur makan. Berdasarkan
hasil wawancara, ada salah satu responden yang tidak teratur makannya
disebabkan tidak terbiasa makan pagi. Beberapa responden tidak mematuhi diit
yang telah dianjurkan, hal ini dikarenakan responden merasa bahwa semua
makanan yang dimakan sudah baik menurutnya. Bahkan ada yang merasa sudah
jadwal makan yang telah diberikan, ada yang tidak terbiasa makan pagi, ada pula
57
yang merasa sudah cukup dengan hanya makan 3 kali makan utama dalam sehari.
Padahal bagi seorang penderita DM dianjurkan untuk sering makan dengan porsi
yang kecil. Jadwal yang dianjurkan yaitu 6 kali makan sehari (3 kali makanan
utama dan 3 kali makanan selingan) dengan interval waktu makan tiap 3 jam
untuk responden yang asupan proteinnya masih tergolong defisit berat, ini
dikarenakan responden masih tidak ada nafsu makan akibat merasa cemas dan
khawatir dengan penyakitnya. Hasil ini tidak sejalan dengan pernyataan Wahyuni
Mellitus tipe 2 adalah 15-20% dari total kalori (PERKENI, 2006). Oleh karena itu
Seluruh responden mengonsumsi sumber protein nabati berupa tempe dan tahu
dengan frekuensi hampir setiap hari. Alasannya karena harga yang terjangkau dan
hewani yang sering dimakan responden antara lain telur ayam, ikan mujaer, dan
ikan pindang. Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil tidak ada pengaruh asuhan
gizi terhadap asupan protein responden, hal ini dikarenakan, makanan yang biasa
58
besar responden tidak mematuhi anjuran menu yang diberikan dan responden
menyatakan masih sulit untuk menghindari makan makanan yang diolah dengan
cara digoreng, padahal dalam anjuran menu, penggunaan lemak atau minyak telah
dibatasi. Meskipun memiliki pengetahuan gizi baik tetapi tidak timbul kesadaran
beras giling putih sebagai makanan pokok dengan rata-rata konsumsi 2-3 kali
sehari. Hanya satu responden yang mengonsumsi nasi jagung 3 kali sehari sebagai
ganti nasi putih. Responden memilih nasi jagung dikarenakan anjuran teman
responden yang menyatakan bahwa nasi jagung dapat menurunkan kadar gula
darah. Dalam menu yang telah diberikan, sumber karbohidrat juga hanya didapat
dari nasi putih dan nasi jagung, yang sama dengan yang dikonsumsi responden.
Oleh karena itu, tidak ada perbedaan yang bermakna antara asupan karbohidrat
motivasi yang diberikan secara teratur dan terus menerus, tingkat ekonomi dan
terdekat mampu memberikan dampak positif bagi perilaku dan pola konsumsi
6.1 Kesimpulan
berubah menjadi baik sebanyak 3 orang (30%) dan ada juga yang
59
60
c. Asupan lemaknya juga masih tergolong lebih yaitu 80% dan yang
defisit (ringan, sedang, berat) yaitu 60% dan naik menjadi 70%
4. Tidak ada pengaruh asuhan gizi pada asupan makan (energi, protein,
6.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
mellitus.
laboratorium Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan :
Penuntun Diet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Arisman, Dr, MB, M.Kes. 2011. Obesitas, Diabetes Melitus, dan Disiplidemia.
Palembang : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Irawan, D. (2010). Prevalensi dan faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2
di daerah urban Indonesia. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia
Jazilah. 2003. Disertasi Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktek ( PSP)
Penderita DM mengenai Pengelolaan DM dengan Kendali Kadar Gula
Darah..Yogyakarta :Universitas Gadjah Mada.
Jinlin F, Binyou W, Terry C. A new approach to the study of diet and risk of type 2
diabetes. J Postgrad Med [serial on the Internet]. 2007 [cited 2011
Jan23]; 53(4)Available from http://www.bioline.org.br/pdf?jp07048.
Mahendra, Ir. B, Akp, dkk. 2005. Care Your Self : Diabetes Mellitus.Jakarta :
Penebar plus.
Sari, Paramita Wahyu, 2013. Perbedaan Pengetahuan Gizi, Pola Makan, Dan
Kontrol Glukosa Darah Pada Anggota Organisasi Penyandang
Diabetes Mellitus Dan Non Anggota, Skripsi, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Soesanti, Diah Ayu. 2012. Perbedaan Asupan Energi, Protein, dan Status Gizi
Pada Remaja Panti Asuhan dan Pondok Pesantren, Karya Tulis Ilmiah,
Universitas Diponegoro. Semarang.
62
63
Tim Kemenkes. 2013. Pedoman Gizi Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI.
WHO. 1999. Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its
Complications. World Health organization department of
Noncomunicable Disease Surveillance. Geneva