Anda di halaman 1dari 191

ISBN : 978-602-7536-19-7

RENCANA TENAGA KERJA


PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2014 - 2018

Kerjasama
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Dengan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013
ISBN : 978-602-7536-19-7

RENCANA TENAGA KERJA


PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2014 - 2018

Kerjasama
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
Dengan
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013
RENCANA TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2014 - 2018
Diterbitkan oleh :
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Sekretariat Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950
Telepon : 021-5270944
Fax : 021-5270944
Website : http://pusatptk.depnakertrans.go.id
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA

Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang –


undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata
Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan
serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa
perencanaan tenaga kerja baik dalam lingkup kewilayahan
(nasional, provinsi dan kabupaten/kota) maupun lingkup
sektoral/ sub sektoral (sektoral/sub sektoral nasional,
sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral
kabupaten/kota), dijadikan acuan dan pedoman dalam
pembangunan ketenagakerjaan ditingkat Nasional, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub Sektoral Provinsi, dan
Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota. Sebagai pelaksanaan
ke dua peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.
16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro.

Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah


besarnya pengangguran terbuka, jumlah setengah penganggur
yang sangat besar, serta masalah lain seperti rendahnya
kualitas angkatan kerja, rendahnya produktivitas kerja, dan
rendahnya kesejahteraan pekerja, sehingga bersifat multi
dimensional antara berbagai faktor ekonomi, faktor sosial, dan
faktor lainnya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang
komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu maka diperlukan
suatu perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan
oleh seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Sulawesi
Selatan.

Dengan tersusunnya Rencana Tenaga Kerja Provinsi


Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018, maka dasar
pembangunan yang berpihak pada penciptaan perluasan
kesempatan kerja (pro job) sudah semakin jelas dan terarah,
khususnya dalam menghadapi masalah pengangguran,
penciptaan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas dan
kesejahteraan pekerja. Namun demikian, mengingat
permasalahan ketenagakerjaan merupakan permasalahan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 iii


bersama, maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh
pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di Provinsi
Sulawesi Selatan. Untuk itu dalam penyusunan kebijakan,
strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang
berkesinambungan maka pemerintah daerah harus
berpedoman pada perencanaan tenaga kerja untuk mengatasi
permasalahan ketenagakerjaan yang ada di Provinsi Sulawesi
Selatan.

Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan


penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan atas tersusunnya buku Rencana
Tenaga Kerja ini.

Jakarta, Oktober 2013


Kepala Pusat Perencanaan Tenaga Kerja,

Drs. NURAHMAN, M.Si.


NIP 19600127 198503 1 001

iv Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


KATA PENGANTAR
Penyusunan Rencana Tenaga Kerja Provinsi (RTKP)
Sulawesi Selatan Tahun 2014–2018 merupakan amanat dan
implementasi dari Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan serta Peraturan Pemerintah RI Nomor
15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi
Ketenagakerjaan, Penyusunan dan Pelaksanaan Perencanaan
Tenaga Kerja.
Buku Rencana Tenaga Kerja Provinsi (RTKP) 2014–2018
memuat data dan informasi dari kecenderungan pertumbuhan
selama tahun 2008–2012 dan perkiraan tahun 2014–2018 dari
penduduk usia kerja, angkatan kerja, kesempatan kerja
sektoral, produktivitas tenaga kerja, penganggur terbuka,
pelatihan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja,
perlindungan tenaga kerja, hubungan industrial dan jaminan
sosial tenaga kerja. Angka – angka dalam buku ini telah
disesuaikan dengan data dan informasi terkini, dengan
menggunakan berbagai asumsi termasuk perkiraan
pertumbuhan ekonomi. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
(PTKP) ini merupakan rencana indikatif yang digunakan untuk
pembinaan ketenagakerjaan di seluruh sektor ekonomi dan
unit teknis ketenagakerjaan. Oleh karena itu, variabel dan
angka–angka yang terdapat didalamnya dapat dievaluasi dan
disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
Dengan disusunnya buku Rencana Tenaga Kerja
Provinsi (RTKP) maka diharapkan dapat menjadi
pedoman/acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi dan
pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan sehingga
pembangunan di bidang ketenagakerjaan semakin jelas
terarah, khususnya dalam menghadapi masalah
pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan
produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja. Mengingat

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 v


masalah ketenagakerjaan khususnya pengangguran bukan
hanya masalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi saja
melainkan juga merupakan kepentingan instansi pemerintah
yang lain, maka dukungan melalui produk hukum, kebijakan
dan program nyata diharapkan dapat mengarah pada
perluasan kesempatan kerja.
Kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai
kekurangan dalam penyusunan buku ini, yang disebabkan
berbagai keterbatasan yang ada. Untuk itu kami
mengharapkan saran yang bersifat konstruktif dari seluruh
pihak terkait guna penyempurnaan buku ini dimasa yang
akan datang. Pada kesempatan ini pula kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada Tim
Penyusun dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan buku Rencana Tenaga Kerja Provinsi (RTKP)
Tahun 2014–2018 ini.
Akhirnya kami berharap semoga buku RTK Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 ini bermanfaat dan dapat
digunakan sebaik–baiknya sebagai acuan dalam pembangunan
ketenagakerjaan di Sulawesi Selatan.
Makassar, Oktober 2013

Plt. Kepala Dinas


Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Sulawesi Selatan

H. ANDI MUH. BASIR, SH, MH


Pembina Tingkat I
NIP. 19600703 198603 1 015

vi Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


RINGKASAN EKSEKUTIF
EXECUTIVE SUMMARY

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang


pembangunan yang mencakup segala aspek yang mempunyai
kaitan dengan tenaga kerja dalam rangka keterlibatannnya
dalam produksi barang atau jasa. Permasalahan pokok dan
mendasar dari ketenagakerjaan yang kita hadapi saat ini
antara lain adalah (1) rendahnya pendayagunaan angkatan
kerja yang tersedia sehingga berakibat pada banyaknya
pengangguran terbuka, (2) masih rendahnya kualitas angkatan
kerja yang ditandai oleh tingkat pendidikan formal di Sulawesi
Selatan oleh tamatan sekolah dasar, termasuk didalamnya
mereka yang belum tamat dan yang tidak pernah bersekolah,
dan (3) masih rendahnya produktivitas, perlindungan dan
kesejahteraan pekerja.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan pleh pemerintah
untuk mengatasi permasalahan ketengakerjaan tersebut
diantaranya adalh meningkatkan penciptaan kesempatan
kerja, merumuskan strategi dan arah kebijakan
ketenagakerjaan yang tepat, menyusun perangkat peraturan
ketenagakerjaan yang memadai dan lain – lain. Salah satu
sarana yang dapat digunakan untuk mendukung perumusan
strategi, kebijakan dan program ketenagakerjaan yang tepat
adalah dengan melakukan penyusunan Perencanaan Tenaga
Kerja (PTK) baik jangka panjang maupun jangka pendek
(tahunan).

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 vii


Berdasarkan hasil Survey Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) Agustus selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu
periode tahun 2008-2012, penduduk usia kerja (PUK) di
Sulawesi Selatan tercatat mengalami fluktuasi namun
cenderung meningkat yaitu dari 5.559.748 orang pada tahun
2008, meningkat pada tahun 2009 menjadi 5.660.624 orang,
pada tahun 2010 menurun menjadi 5.567.601 orang,
meningkat lagi pada tahun 2011 menjadi 5.616.709 orang dan
pada tahun 2012 juga meningkat 5.667.985 orang. Hal ini
diduga akibat perubahan faktor – faktor demografis seperti
fertilitas, moralitas dan migrasi yang relatif masih cukup
tinggi. Perkembangan angkatan kerja pada periode yang sama
juga hampir setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun
2008 jumlah Angkatan Kerja sebesar 3.447.879 orang dan
pada tahun 2009 menjadi 3.536.920 orang, tahun 2010
meningkat lagi menjadi 3.571.317 orang dan tahun 2011
sebesar 3.612.424 orang namun pada tahun 2012 sedikit
mengalami penurunan menjadi 3.560.891 orang. Dilihat dari
tingkat pendidikan yang ditamatkan, angkatan kerja di
Sulawesi Selatan masih didominasi oleh mereka yang
berpendidikan maksimum sekolah dasar dimana pada tahun
2008 sebesar 1.760.898 orang atau 51,07 persen, 1.767.856
orang atau 49,98 persen pada tahun 2009 dan 1.787.625
orang atau 50,06 persen pada tahun 2010, dan 1.757.138
orang atau 48,64 persen pada tahun 2011, kemudian pada
tahun 2012 sebesar 1.665.050 orang atau 46,76 persen. Dapat
dilihat bahwa kondisinya walaupun masih berfluktuasi namun
diharapkan akan semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal

viii Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


yang hampir sama juga dialami oleh angkatan kerja dengan
tingkat pendidikan SMTP. Disisi lain, tenaga kerja yang
berpendidikan lebih tinggi justru menunjukkan respon positif
dan mengalami pengalami peningkatan terutama pada tingkat
pendidikan Universitas dimana pada tahun 2008 sebesar 5,78
persen, tahun 2009 sebesar 6,38, tahun 2010 sebesar 7,52
persen, tahun 2011 sebesar 7,84 persen dan pada tahun 2012
sebesar 10,60 persen. Sementara menurut jenis kelamin,
angkatan kerja laki – laki masih cukup mendominasi dengan
persentase pada tahun 2008 sebesar 62,27 persen, sementara
angkatan kerja perempuan hanya sebesar 37,73 persen.
Namun dari tahun ke tahun meskipun cukup kecil
persentasenya menurun sehingga pada tahun 2012 angkatan
kerja laki – laki sebesar 62,06 dan angkatan kerja perempuan
meningkat menjadi 37,94 persen.

Jumlah penduduk yang bekerja di Sulawesi Selatan


tahun 2008 – 2009 mengalami peningkatan dari 3.136.111
orang menjadi 3.222.256 orang, meningkat pada tahun 2010
menjadi 3.272.365 orang dan terus meningkat sampai pada
tahun 2011 mencapai 3.375.498 orang, namun pada tahun
2012 mengalami sedikit penurunan yaitu sebesar 3.351.908
orang sehingga terjadi penurunan sebanyak 23.590 orang atau
0,7 persen dari tahun 2011. Menurut lapangan usaha, pada
tahun 2008 separuh dari penduduk yang bekerja terserap
pada sektor pertanian dengan persentase mencapai 51,46
persen, selanjutnya sektor perdagangan terserap sebesar 18,46
persen, kemudian sektor jasa kemasyarakatan dan angkutan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 ix


dengan persentase masing – masing 11,24 persen dan 6,20
persen, namun sampai dengan tahun 2012 penduduk yang
bekerja pada sektor pertanian semakin berkurang dengan
persentase sebesar 44,03 persen, sementara sektor lainnya
justru mengalami peningkatan. Apabila dilihat menurut status
pekerjaan secara proporsional walaupun jumlahnya masih
lebih kecil dibanding pekerja sektor informal, pekerja sektor
formal cenderung mengalami kenaikan dimana pada tahun
2008 sebesar 26,44 persen, tahun 2009 meningkat menjadi
27,01 persen selanjutnya meningkat sampai tahun 2012
sebesar 36,08 persen. Sementara itu, pekerja sektor informal
mengalami penurunan dimana pada tahun 2008 sebesar 73,56
persen, tahun 2009 sebesar 72,99 persen, tahun 2010 sebesar
70,82 persen, tahun 2011 sebesar 66,92 persen dan tahun
2012 menurun lagi menjadi 63,92 persen.
Perkembangan penganggur terbuka di Sulawesi Selatan
selama tahun 2008 – 2012 secara umum cenderung menurun
yakni dari 343.764 orang pada tahun 2008 dengan tingkat
penganggur terbuka (TPT) sebesar 9,0 persen, turun menjadi
296.559 orang dengan TPT sebesar 8,9 persen pada tahun
2009, dan turun lagi pada tahun 2010 menjadi 284.370 orang
dengan TPT sebesar 8,4 persen, tahun 2011 mengalami
penurunan menjadi 243.021 orang dengan TPT sebesar 6,6
persen, sedangkan tahun 2012 sebesar 208.983 orang dengan
TPT sebesar 5,9 persen. Sebagian besar penganggur adalah
golongan usia muda dan berpendidikan SD, SMTP dan SMTA
Pada tahun 2008 jumlah penganggur berpendidikan SD
sebesar 25,17 persen, sedikit meningkat pada tahun 2009

x Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


menjadi 25,40 persen, tapi kembali menurun pada tahun 2010
menjadi 20,70 persen, dan meningkat lagi pada tahun 2011
dan 2012 sebesar 24,33 persen dan 28,31 persen.

Berdasarkan hasil perkiraan Perencanaan Tenaga Kerja


Provinsi tahun 2014-2018, penduduk usia kerja Sulawesi
Selatan diperkirakan akan bertambah sehingga mencapai
5.843.940 orang pada tahun 2018. Sedangkan angkatan
kerjanya diperkirakan akan bertambah menjadi 3.767.985
orang pada periode yang sama. Secara kualitas, PUK dan
angkatan kerja masih didominasi oleh yang berpendidikan
maksimum SD, namun diperkirakan akan terus menurun,
sebaliknya yang berpendidikan diatasnya berangsur
meningkat.

Perekonomian Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun


telah menunjukkan peningkatan walaupun pertumbuhannya
berfluktuasi tetapi telah memberikan gambaran bahwa sektor
andalan Sulawesi Selatan terus dikembangkan yang kemudian
menjadi pendorong tumbuh kembangnya roda perekonomian
sehingga membawa dampak positif terhadap kondisi
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Angka
pertumbuhan ekonomi ditahun 2012 mengalami kenaikan dari
7,65 persen ditahun 2011 menjadi 8,37 persen ditahun 2012,
ini memberikan gambaran bahwa pertumbuhan ekonomi di
Sulawesi Selatan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi secara nasional yang hanya berada
pada angka 6,40 persen.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 xi


Agar pembangunan ketenagakerjaan di Sulawesi Selatan
dapat terwujud maka diperlukan berbagai kebijakan, program
dan strategi yang meliputi kebijakan umum yang erat
kaitannya dengan penciptaan iklim yang kondusif dalam
rangka perluasan dan penciptaan kesempatan kerja. Oleh
karena itu, kebijakan dimaksud harus dikembangkan secara
serasi dan terpadu serta saling mendukung guna perluasan
dan penciptaan kesempatan kerja yang produktif dan
remuneratif. Kemudian kebijakan penciptaan kesempatan
kerja sebanyak – banyaknya di semua sektor yang berisi
berbagai kebijakan dari sembilan sektor dalam penciptaan
kesempatan kerja sebanyak – banyaknya, serta kebijakan
pengendalian tambahan angkatan kerja. Agar angkatan kerja
dapat dimanfaatkan secara optimal, diperlukan pula kebijakan
di bidang pelatihan dan penempatan tenaga kerja,
perlindungan tenaga kerja dan kesejahteraan pekerja.
Kebijakan di bidang pelatihan difokuskan pada dua jenis
pelatihan, yaitu pelatihan kewirausahaan untuk mengisi
kesempatan kerja dengan status berusaha sendiri /berusaha
dengan dibantu dan pekerja/buruh/karyawan. Jumlah
angkatan kerja yang perlu dilatih pada tahun 2014-2018
dengan focus kewirausahaan adalah sebanyak 130.963 orang,
sementara untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan perlu
dilatih sebanyak 305.938 orang. Di bidang penempatan tenaga
kerja, diprioritaskan pada lima lapangan usaha yang menjadi
sektor prioritas dan ditetapkan sebagai target utama
penempatan tenaga kerja tahun 2014-2018 yakni sektor

xii Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


pertanian, sektor perdagangan, sektor jasa, sektor angkutan
dan sektor kontruksi (bangunan).

Kebijakan perlindungan tenaga kerja meliputi bidang


pengawasan dan hubungan industrial. Pada tahun 2014
ditargetkan jumlah perusahaan yang melapor sebanyak
11.828 perusahaan dan pada tahun 2018 sebanyak 12.768
perusahaan. Sementara pegawai pengawas pada tahun 2014
ditargetkan sebanyak 123 orang dan tahun 2018 sebanyak
133 orang. Di bidang hubungan industrial, pada tahun 2014-
2018 ditargetkan terdapat pula penambahan pada jumlah
peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, dan lembaga
kerjasama bipartit. Untuk itu jumlah mediator pada tahun
2014 ditargetkan bertambah menjadi 30 orang dan tahun
2018 menjadi sebanyak 38 orang. Kebijakan kesejahteraan
pekerja meliputi kepesertaan jamsostek aktif baik oleh pekerja
maupun perusahaan, demikian juga dengan tingkat upah yang
diharapkan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan
disesuaikan dengan kebutuhan hidup layak sebagai standar
biaya hidup layak bagi pekerja dan keluarganya.

Kebijakan lainnya yang dapat ditempuh adalah


penempatan tenaga kerja luar negeri, pemagangan ke luar
negeri, padat karya, pengembangan usaha sektor informal
melalui UMKM, dan kebijakan transmigrasi.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 xiii


DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala Pusat Perencanaan Tenaga Kerja.. iii


Kata Pengantar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan............................ v
Ringkasan Eksekutif ....................................................... vii
Daftar Isi ......................................................................... xv
Daftar Tabel .................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN ........................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ................................ 5
1.3. Dasar Hukum .......................................... 6
1.4. Hasil Yang Diharapkan ............................ 7
1.5. Metodologi dan Sumber Data ................... 7
1.6. Pengertian Dasar, Konsep dan Definisi...... 10
1.7. Kerangka Isi ............................................ 18
BAB II GAMBARAN UMUM SITUASI
KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI
SELATAN .................................................... 21
2.1. Perekonomian .......................................... 21
2.2. Penduduk Usia Kerja (PUK)....................... 24
2.2.1. Penduduk Usia Kerja Menurut
Jenis Kelamin............................... 24
2.2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut
Golongan Umur ............................ 25
2.2.3. Penduduk Usia Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan ...................... 27
2.2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut
Kabupaten/Kota .......................... 29
2.3. Angkatan Kerja ........................................ 31
2.3.1. Angkatan Kerja Menurut Jenis
kelamin ........................................ 31
2.3.2. Angkatan Kerja Menurut Golongan
Umur ............................................ 32

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 xv


2.3.3. Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan ................................... 33
2.3.4. Angkatan Kerja Menurut
Kabupaten/Kota .......................... 35
2.4. Tingkat Parisipasi Angkatan Kerja (TPAK). 38
2.4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) Menurut Jenis Kelamin...... 38
2.4.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) Menurut Golongan Umur... 39
2.4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) Menurut Tingkat
Pendidikan ................................... 41
2.4.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) Menurut Kabupaten/Kota.. 43
2.5. Penduduk Yang Bekerja............................ 45
2.5.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut
Jenis Kelamin............................... 45
2.5.2. Penduduk Yang Bekerja Menurut
Golongan Umur ........................... 46
2.5.3. Penduduk Yang Bekerja Menurut
Tingkat Pendidikan....................... 48
2.5.4. Penduduk Yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha ......................... 50
2.5.5. Penduduk Yang Bekerja Menurut
Status Pekerjaan.......................... 52
2.5.6. Penduduk Yang Bekerja Menurut
Jabatan........................................ 54
2.5.7. Penduduk Yang Bekerja Menurut
Jam Kerja..................................... 56
2.5.8. Penduduk Yang Bekerja Menurut
Kabupaten/Kota........................... 57
2.6. Penganggur Terbuka................................. 59
2.6.1. Penganggur Terbuka Menurut
Jenis Kelamin............................... 59

xvi Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


2.6.2. Penganggur Terbuka Menurut
Golongan Umur............................. 60
2.6.3. Penganggur Terbuka Menurut
Tingkat Pendidikan....................... 61
2.6.4. Penganggur Terbuka Menurut
Kabupaten/Kota........................... 63
BAB III PERKIRAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA.. 67
3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja................ 67
3.1.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja
Menurut Jenis Kelamin................. 68
3.1.2. Perkiraan Penduduk Usia Kerja
Menurut Golongan Umur.............. 69
3.1.3. Perkiraan Penduduk Usia Kerja
Menurut Tingkat Pendidikan......... 70
3.1.4. Perkiraan Penduduk Usia Kerja
Menurut Kabupaten/Kota............. 72
3.2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja......................................................... 74
3.2.1. Perkiraan TPAK Menurut Jenis
Kelamin........................................ 75
3.2.2. Perkiraan TPAK Menurut Golongan
Umur............................. 75
3.2.3. Perkiraan TPAK Menurut Tingkat
Pendidikan.................................... 77
3.2.4. Perkiraan TPAK Menurut
Kabupaten/Kota........................... 78
3.3. Perkiraan Angkatan Kerja......................... 80
3.3.1. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin................. 80
3.3.2. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur.............. 81
3.3.3. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan........ 82

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 xvii


3.3.4. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Kabupaten/Kota............. 84
BAB IV PERKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA.. 87
4.1. Perkiraan Perekonomian 2014-2018......... 88
4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja..................... 92
4.2.1. Perkiraan Kesempatan Kerja
Menurut Jenis Kelamin................. 92
4.2.2. Perkiraan Kesempatan Kerja
Menurut Golongan Umur.............. 94
4.2.3. Perkiraan Kesempatan Kerja
Menurut Tingkat Pendidikan......... 94
4.2.4. Perkiraan Kesempatan Kerja
Menurut Lapangan Usaha............. 97
4.2.5. Perkiraan Kesempatan Kerja
Menurut Status Pekerjaan Utama. 99
4.2.6. Perkiraan Kesempatan Kerja
Menurut Jabatan.......................... 100
4.2.7. Perkiraan Kesempatan Kerja
Menurut Jam Kerja....................... 101
4.2.8. Perkiraan Kesempatan Kerja
Menurut Kabupaten/Kota............. 102
4.3. Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja....... 103
BAB V PERKIRAAN KESEIMBANGAN ANTARA
PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA
KERJA.......................................................... 105
5.1. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Jenis Kelamin......................................... 105
5.2. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Golongan Umur...................................... 106
5.3. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Tingkat Pendidikan................................... 107
5.4. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Kabupaten/Kota....................................... 108

xviii Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


BAB VI REKOMENDASI KEBIJAKAN
KETENAGAKERJAAN.................................... 111
6.1. Rekomendasi Kebijakan Umum................. 112
6.2. Rekomendasi Kebijakan Perluasan
Kesempatan Kerja..................................... 114
6.2.1. Sektor Pertanian, Peternakan,
Perburuan, dan Perikanan............. 116
6.2.2. Sektor Pertambangan dan
Penggalian.................................... 117
6.2.3. Sektor Industri Pengolahan............ 122
6.2.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. 126
6.2.5. Sektor Konstruksi (Bangunan)....... 127
6.2.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran........................................ 128
6.2.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi.. 136
6.2.8. Sektor Keuangan........................... 137
6.2.9. Sektor Jasa................................... 139
6.3. Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga
Kerja.......................................................... 140
6.3.1. Pelatihan Berdasarkan Status
Pekerjaan Utama............................ 142
6.3.2. Pelatihan Berdasarkan Jenis
Pekerjaan....................................... 143
6.4. Rekomendasi Kebijakan Penempatan
Tenaga Kerja.............................................. 146
6.5. Rekomendasi Kebijakan Perlindungan
Tenaga Kerja.............................................. 149
6.5.1. Pengawasan Ketenagakerjaan......... 149
6.5.2. Pembinaan Hubungan Industrial
dan Program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.................................. 152
6.6. Rekomendasi Kebijakan Lainnya................ 158
6.6.1. Penempatan Tenaga Kerja Luar
Negeri............................................ 158

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 xix


6.6.2. Pemagangan Ke Luar Negeri.......... 158
6.6.3. Padat Karya................................... 159
6.6.4. Usaha Sektor Formal...................... 160
6.6.5. Transmigrasi ................................. 161

BAB VII PENUTUP...................................................... 163

Daftar Pustaka

xx Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Daftar Tabel

Tabel 2.1 Konstribusi Sektor Perekonomian Atas Dasar


Harga Berlaku Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2011-2012 (Milyar Rupiah)..................... 22
Tabel 2.2 PDRB Atas Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha Provinsi Sulsel Tahun 2011-2012
(Milyar Rupiah) ............................................... 23
Tabel 2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2008–2012 (Milyar Rupiah) ............................. 24
Tabel 2.4 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012.. 25
Tabel 2.5 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012.. 27
Tabel 2.6 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012........................................................ 29
Tabel 2.7 Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012... 30
Tabel 2.8 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012... 32
Tabel 2.9 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012... 33
Tabel 2.10 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012... 35
Tabel 2.11 Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012.. 37
Tabel 2.12 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2008–2012 (%)....................................... 39
Tabel 2.13 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Golongan Umur Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2008–2012 ( % )..................................... 40
Tabel 2.14 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )
Menurut Tingkat Pendidikan............................ 42
Tabel 2.15 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2008-2012............................................. 44
Tabel 2.16 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis
Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012........................................................ 46

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 xxi


Tabel 2.17 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan
Umur Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012 ...................................................... 47
Tabel 2.18 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012....................................................... 50
Tabel 2.19 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha Utama Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012........................................................ 51
Tabel 2.20 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012........................................................ 54
Tabel 2.21 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012... 55
Tabel 2.22 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012... 57
Tabel 2.23 Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten /
Kota Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012........................................................ 58
Tabel 2.24 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012.. 60
Tabel 2.25 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012... 61
Tabel 2.26 Penganggur Terbuka Menurut Tingkat
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012........................................................ 62
Tabel 2.27 Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012.. 65
Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja (PUK) Menurut
Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................. 69
Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Golongan Umur Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................. 70
Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................. 72
Tabel 3.4 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................. 73
Tabel 3.5 Perkiraan TPAK Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018.... 75
Tabel 3.6 Perkiraan TPAK Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018.... 76

xxii Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 3.7 Perkiraan TPAK Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018.... 78
Tabel 3.8 Perkiraan TPAK Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018.... 79
Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014–2018........................................................ 81
Tabel 3.10 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan
Umur Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014–2018........................................................ 82
Tabel 3.11 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014–2018........................................................ 84
Tabel 3.12 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................. 85
Tabel 4.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Menurut
Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014-2018............................................. 90
Tabel 4.2 Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi
Selatan, Tahun 2014–2018 (Milyar Rupiah)....... 91
Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis
Kelamin Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014–2018........................................................ 93
Tabel 4.4 PerkiraanKesempatan Kerja Menurut Golongan
Umur Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014-2018....................................................... 94
Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014–2018....................................................... 97
Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................. 99
Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status
Pekerjaan Utama Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................ 100
Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018.. 101
Tabel 4.9 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam
Kerja Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014–2018........................................................ 102
Tabel 4.10 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................. 103

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 xxiii


Tabel 4.11 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Provinsi
Sulawesi Selatan, Tahun 2014-2018 (Juta
Rp/TK)............................................................. 104
Tabel 5.1 Perkiraan Penganggur Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018. 106
Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Menurut Golongan
Umur Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014–2018........................................................ 107
Tabel 5.3 Perkiraan Penganggur Menurut Tingkat
Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2013–2014........................................................ 108
Tabel 5.4 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan,
Tahun 2014–2018............................................. 109
Tabel 6.1 Kapasitas Lembaga Latihan dan Instruktur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2012............. 141
Tabel 6.2 Perusahaan, Tenaga Kerja dan Pegawai
Pengawas Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2008–2012........................................................ 150
Tabel 6.3 Target Perusahaan, Tenaga Kerja dan Pegawai
Pengawas Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun
2014–2018....................................................... 151
Tabel 6.4 Perangkat Hubungan Industrial Provinsi
Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012............... 153
Tabel 6.5 Target Perangkat Hubungan Industrial
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018.. 155
Tabel 6.6 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup
Layak Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2008–2013 ...................................................... 157

xxiv Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hak untuk mendapatkan pekerjaan adalah salah
satu hak dasar setiap warga Negara Indonesia yang
jelas tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945,
Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 d ayat (2).

Dalam rangka melaksanakan amanat Undang


Undang Dasar tersebut, maka program–program
pembangunan yang dilaksanakan harus mencakup
lingkup ketenagakerjaan serta memperhatikan aspek
penciptaan lapangan kerja secara lebih terarah dan
tepat sasaran.

Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian


dari pembangunan daerah maupun Nasional
mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan dengan
bidang dan sektor lainnya. Keterkaitan itu tidak hanya
dengan kepentingan tenaga kerja tetapi juga dengan
kepentingan pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.
Dalam keterkaitan tersebut juga mencakup pada
pengembangan sumber daya manusia, peningkatan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 1


produktivitas dan daya saing tenaga kerja, upaya
perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan
tenaga kerja, pembinaan hubungan industrial dan
perlindungan tenaga kerja.

Masalah klasik dari ketenagakerjaan adalah tidak


seimbangnya antara kebutuhan tenaga kerja (demand)
dengan persediaan tenaga kerja (supply). Kondisi ini
umum terjadi di negara–negara berkembang dan
menjadi persoalan yang cukup sulit untuk dipecahkan
dengan cepat, karena pertumbuhan angkatan kerja
yang tinggi tidak diimbangi dengan jumlah kesempatan
kerja yang tersedia, terlebih pada angkatan kerja yang
terdidik. Ketidakseimbangan tersebut dapat
menimbulkan permasalahan yang rumit dan kompleks,
terutama permasalahan sosial dan ekonomi maupun
keamanan.

Faktor tenaga kerja merupakan faktor penting


dalam kegiatan ekonomi di segala sektor, hal ini telah
dibuktikan oleh negara–negara maju seperti Jepang,
Singapura dan Korea Selatan. Dilihat dari segi
kekayaan alam, negara–negara tersebut tidak lebih
kaya dari Indonesia, namun negara–negara tersebut
bisa jauh lebih maju. Dan salah satu pendorong bagi
kemajuan mereka banyak dipengaruhi oleh kapasitas
tenaga kerjanya. Oleh sebab itu, dalam pembangunan
ke depan perlu ditetapkan pengembangan yang
berbasis sumber daya manusia.

Untuk mendukung efektifitas pembangunan


ketenagakerjaan tersebut sangat diperlukan adanya
informasi dan data ketenagakerjaan yang dituangkan

2 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


dalam suatu rencana tenaga kerja sebagai dasar untuk
merumuskan kebijakan di sektor ketenagakerjaan
untuk suatu periode 5 (lima) tahunan perencanaan
yaitu Tahun 2014–2018 di daerah Sulawesi Selatan
yang disebut dengan Rencana Tenaga Kerja Provinsi
Sulawesi Selatan.

Pembangunan ketenagakerjaan yang telah


maupun yang akan dilaksanakan di Provinsi Sulawesi
Selatan masih ditandai dengan adanya kendala dan
masalah yang sangat mendasar membawa dampak
yang kurang menguntungkan terhadap pembangunan
ketenagakerjaan daerah maupun nasional.

Kendala dan masalah yang dimaksud adalah


ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan
pertambahan angkatan kerja disatu pihak dengan
kesempatan kerja dilain pihak yang menimbulkan
pengangguran, baik berupa pengangguran terbuka
maupun pengangguran terselubung ataupun setengah
pengangguran.

Titik tolak masalah tersebut menyangkut aspek


sumber daya manusia sebagai salah satu faktor
dominan dalam pembangunan disemua sektor,
mengingat titik sentral permasalahan tersebut
tertumpu pada faktor manusianya, maka perlu segera
dicarikan solusi dan pemecahannya sehingga secara
berangsur tingkat pengangguran akan semakin
berkurang.

Dalam rangka mengupayakan pemecahan


masalah ketenagakerjaan tersebut diperlukan langkah–
langkah kongkrit baik yang bersifat perencanaan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 3


maupun pelaksanaan monitoring kesempatan kerja
sektoral.

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, perlu


kiranya disusun suatu rencana tenaga kerja
makroyang akan memberikan gambaran tentang
kondisi ketenagakerjaan didaerah Sulawesi Selatan
untuk dijadikan bahan masukan bagi pengambil
keputusan dibidang tenaga kerja dan sektor–sektor
lainnya di Sulawesi Selatan.

Perencanaantenaga kerja tersebut memuat


proyeksi data ketenagakerjaan dan PDRB yang
diintervensi kebijakan–kebijakan sektoral yang dapat
merubah target–target kesempatan kerja secara konkrit
sebagai suatu perencanaan realistis dan bukan lagi
sebagai perencanaan indikatif yang berdasarkan
proyeksi data masa lalu yang tersedia.

Disamping itu pokok–pokok yang


melatarbelakangi penyusunan RencanaTenaga Kerja
Provinsi Tahun 2014–2018 ini adalah sebagai berikut :

 Permasalahan ketenagakerjaan yang masih sangat


kompleks dan beragam serta membutuhkan
penanganan secara serius dan cepat.
 Pasca otonomi daerah, tidak semua program
ketenagakerjaan dilaksanakan secara utuh oleh
pemerintah daerah.
 Diperlukan informasi dan ketersediaan data
ketenagakerjaan yang akurat terutama persediaan
dan kebutuhan tenaga kerja yang akan dijadikan
dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan,
strategi dan pelaksanaan program

4 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


ketenagakerjaan yang terarah dan
berkesinambungan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Rencana Tenaga Kerja


Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014–2018 adalah
tersedianya perkiraan ketenagakerjaan yang dapat
digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan,
strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan di
Sulawesi Selatan.

Tujuan Pembangunan Ketenagakerjaan secara


umum tertuang dalam Pasal 4 Undang–Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu :

1. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga


kerja secara optimal dan manusiawi ;
2. Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
dalam mewujudkan kesejahteraan;
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya.

Tujuan penyusunan Rencana Tenaga Kerja


Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014–2018adalah
sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi tentang perkiraan angka


pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan secara
agregat tahun 2014–2018;
2. Memotret situasi ketenagakerjaan saat ini dengan
berbagai karakteristiknya, serta memperkirakan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 5


secara cermat perkiraan persediaan tenaga kerja
dimasa mendatang;
3. Menyediakan informasi tentang perkiraan
kesempatan kerja dengan berbagai karakteristik
tahun 2014-2018, baik yang ditimbulkan oleh
pertumbuhan ekonomi maupun faktor lainnya;
4. Menyediakan informasi tentang perkiraan
angkatan kerja yang belumterserap(pengangguran
terbuka) tahun 2014–2018;
5. Menyediakan informasi tentang kebijakan dan
program yang perlu dilaksanakan untuk
mengatasi masalah dibidang ketenagakerjaan
khususnya kebijakan daerah dan sektoral;
6. Sebagai alat monitoring pelaksanaan program
operasional ketenagakerjaan untuk mencapai
sasaran dan target yang telah ditetapkan untuk
tahun 2014–2018.

1.3. Dasar Hukum

1) Landasan Idiil adalah Pancasila

2) Landasan Konstitusional Undang Undang Dasar


1945 :

 Pasal 27 ayat ( 2 ) bahwa “Tiap – tiap warga


Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”,

 Pasal 28 d ayat ( 2 ) bahwa “Setiap orang berhak


untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan
kerja”.

6 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


3) Landasan Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja

a) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007


Tentang Tata CaraMemperoleh Informasi
Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta
Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Kewenangan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2013
Tentang Perluasan Kesempatan Kerja.
d) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor : PER.16/MEN/XI/2010
Tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro.

1.4. Hasil Yang Diharapkan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan


Tahun 2014-2018 ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai pijakan dasar (yang perlu ditindaklanjuti) bagi
perumusan perencanaan pembangunan
ketenagakerjaan yang berbasis empiris yang dapat
mendukung pelaksanaan program pembangunan
daerah.

1.5. Metodologi dan Sumber Data

1.5.1 Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam menyusun


Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi
Selatan 2014–2018 adalah sebagai berikut :

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 7


a. Dalam memperkirakan persediaan tenaga
kerja dengan menggunakan “Manpower
Utilization Approach” dimana pada
pendekatan ini sangat diperhitungkan
waktu yang digunakan untuk bekerja yang
dinyatakan dalam partisipasinya di pasar
kerja.

Untuk memperkirakan Tingkat Partisipasi


Angkatan Kerja ( TPAK ), dengan
menggunakan regresi linear :

Y=a+bX

Dimana :

X , Y = Variabel
a , b = Bilangan konstan ( konstanta )

b. Perkiraan kebutuhan penduduk yang


bekerja menggunakan “Manpower
Requirement Approach” yaitu metode yang
memperkirakan kebutuhan tenaga kerja
atau kesempatan kerja untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi tertentu.

Untuk memperkirakan kebutuhan


penduduk yang bekerja atau kesempatan
kerja dengan menggunakan pendekatan
elastisitas dan regresi linear :

Elastististas :

RLi
Ei = -------
Ryi

8 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Rli = { ( Lin / Lio ) / n – 1 } x 100

Ryi = { ( Yin / Yio ) 1 / n – 1 } x 100

Dimana :

Ei = Elastisitas tenaga kerja sektor –i

Rli = Laju pertumbuhan kesempatan


kerja sektor –iPertahun (%)

Ryi= Laju pertumbuhan ekonomi ( PDB )


sektor –itahunan (%)

Li = Jumlah kesempatan kerja sektor –i

Yi = PDB sektor –i

n dan o = masing – masing menunjukkan


tahun n dan o

c. Dalam penyusunan persediaan dan


kebutuhan tenaga kerja tersebut data dasar
yang dipergunakan adalah data
ketenagakerjaan tahun 2008–2012 dan data
pertumbuhan ekonomi tahun 2008-2012.
d. Perkiraan persediaan tenaga kerja
selanjutnya ditabulasikan berdasarkan,
jenis kelamin, golongan umur, dan
pendidikan.
e. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja
ditabulasikan berdasarkan jenis kelamin,
golongan umur, lapangan usaha, status
pekerjaan, pendidikan tertinggi yang
ditamatkan,dan jabatan .
f. Berdasarkan perkiraan persediaan dan
kebutuhan akan tenaga kerja dimasa yang

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 9


akan datang, maka jumlah penganggur pun
dapat diperkirakan.

g. Untuk memperkirakan besarnya persediaan


dan kebutuhan tenaga kerja di masa
mendatang, dibuat proyeksi persediaan dan
kebutuhan tenaga kerja yang mengacu pada
pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

1.5.2. Sumber Data

Data yang digunakan untuk penyusunan


Perencanaan Tenaga Kerja ini bersumber dari
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA), Instansi sektoral dan instansi
penyedia data dan informasi lain yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan.

1.6. Pengertian Dasar, Konsep dan Defenisi

a. Perencanaan Tenaga Kerja

Perencanaan Tenaga Kerja adalah rencana yang


memuat pendayagunaan tenaga kerja secara
optimal, efisien dan produktif guna mendukung
pertumbuhan sosial ekonomi secara nasional,
regional dan sektoral yang mempunyai dampak
penciptaan kesempatan kerja seluas – luasnya,
meningkatkan produktivitas kerja, dan
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

b. Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan Tenaga Kerja (Kesempatan Kerja)


adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan

10 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


orang yang dapat disediakan oleh seluruh
sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam
arti yang lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya
menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya
(pendidikan atau keahliannya).

c. Persediaan Tenaga Kerja

Persediaan Tenaga Kerja adalah jumlah penduduk


yang sudah siap untuk bekerja, disebut angkatan
kerja (labour force) yang dapat dilihat dari segi
kualitas dan kuantitas.

d. Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di


wilayah geografis Republik Indonesia selama 6
(enam) bulan atau lebih dan atau mereka yang
berdomisili kurang dari 6 (enam) bulan tetapi
menetap.

e. Penduduk Usia Kerja ( PUK )

Penduduk Usia Kerja ( PUK ) adalah penduduk


yang berumur 15 tahun keatas yang telah
dianggap mampu dan mau melaksanakan
pekerjaan. Tenaga kerja dikelompokkan menurut
tenaga kerja yang sudah bekerja, mencari kerja,
bersekolah, mengurus rumah tangga, dan mereka
yang tidak masuk dalam kategori diatas ( cacat,
pensiun, dll. )

f. Angkatan Kerja

Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (


berumur 15 tahun keatas ) yang selama seminggu

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 11


yang lalu sebelum waktu pencacahan mempunyai
pekerjaan atau punya pekerjaan namun
sementara tidak bekerja karena sesuatu sebab
seperti menunggu panen, cuti, dan sebagainya.
Angkatan Kerja juga termasuk mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari, atau
mengharapkan dapat pekerjaan ( pengangguran
terbuka ).

g. Bukan Angkatan Kerja

Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang selama


seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus
rumah tangga, atau yang tidak melakukan
kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai
bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari
pekerjaan.

h. Kesempatan Kerja

Kesempatan Kerja atau lapangan pekerjaan atau


kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat
dari suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan
demikian pengertian kesempatan kerja adalah
mencakup lowongan pekerjaan yang sudah diisi
dan semua lapangan kerja yang masih lowong.

i. Setengah Pengangguran

Pada umumnya setengah pengangguran


dinyatakan dengan ukuran jam kerja. Secara
umum memang dapat diasumsikan bahwa
semakin banyak jam kerja yang digunakan berarti
akan semakin produktif. Ukuran bekerja penuh

12 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


dan setengah penganggur juga ditetapkan
berdasarkan produktivitas atau pendapatan.

Bekerja penuh dapat diartikan setiap orang yang


bekerja dan mampu memenuhi salah satu atau
seluruh ukuran normal jam kerja (35 jam per
minggu), produktif dan atau berpendapatan.
Mereka yang tidak memenuhi standar tersebut
digolongkan kedalam kelompok setengah
penganggur.

Dalam kaitan pengertian diatas konsep setengah


penganggur dikembangkan menjadi setengah
penganggur kentara, setengah penganggur tidak
kentara, dan setengah penganggur potensial.

j. Penganggur Terbuka (PT)

 Mereka yang mencari pekerjaan

 Mereka yang mempersiapkan usaha


 Mereka yang tidak mencari pekerjaan, kerena
merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan
 Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi
belum mulai bekerja

k. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan rasio


jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah
angkatan kerja.

l. Setengah Penganggur

Setengah Penganggur adalah kegiatan seseorang


yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 13


m. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah


perbandingan antara jumlah angkatan kerja
dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja.

n. Sektor Pekerjaan (Lapangan Usaha)

Sektor Pekerjaan atau Lapangan Usaha adalah


bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat
bekerja/perusahaan/kantor/dimana seseorang
bekerja. Dalam analisa ketenagakerjaan,
pengelompokan sektor pekerjaan biasanya
dilakukan sesuai dengan yang terdapat dalam
buku Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)
memuat penggolongan dari satu digit kode
lapangan usaha hingga lebih rinci dalam lima digit
kode.

Klasifikasi satu digit KLUI yang biasa digunakan


adalah sebagai berikut :

1. Pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan


2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas, dan air
5. Bangunan
6. Perdagangan besar, eceran, rumah makan
dan hotel
7. Angkutan, pergudangan, komunikasi
8. Keuangan, asuransi, usaha persewaan
bangunan, tanah, jasa perusahaan
9. Jasa kemasyarakatan
o. Status Pekerjaan

14 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Status Pekerjaan adalah kedudukan seseorang
dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan
kegiatan sebagai apa. Status pekerjaan dibagi
kedalam lima kelompok yaitu :

1. Berusaha sendiri adalah mereka yang bekerja


atas resiko sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Berusaha dengan dibantu oleh anggota rumah
tangga/buruh tidak tetap adalah mereka yang
dalam melakukan usahanya dibantu oleh
anggota rumah tangga atau buruh tidak
tetap.
3. Berusaha dengan buruh tetap adalah mereka
yang melakukan usahanya dengan
mempekerjakan buruh tetap yang dibayar.
4. Buruh/karyawan adalah seseorang yang
bekerja pada orang lain atau instansi baik
pemerintah maupun swasta dengan menerima
upah/gaji baik berupa uang maupun barang.
5. Pekerja Keluarga adalah anggota rumah
tangga yang membantu usaha untuk
memperoleh penghasilan/keuntungan, yang
dilakukan oleh salah seorang anggota rumah
tangga tanpa mendapat upah/gaji.

p. Jenis Jabatan

Jabatan atau jenis pekerjaan adalah macam


pekerjaan yang sedang dilakukan oleh orang –
orang yang termasuk golongan bekerja atau
sedang mencari pekerjaan namun pernah bekerja.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 15


Penggolongan jabatan dimuat dalam Klasifikasi
Jabatan Indonesia (KJI).

Jenis Pekerjaan dalam KJI digolongkan kedalam 8


(delapan) golongan besar, yaitu:

1. Tenaga Profesional, teknisi dan sejenisnya


2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3. Tenaga tata usaha dan sejenisnya
4. Tenaga usaha penjualan
5. Tenaga usaha jasa
6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan,
perburuan, perikanan
7. Tenaga produksi, operator alat angkutan,
tenaga kasar
8. Lainnya

q. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )

PDRB adalah merupakan jumlah balas jasa atau


faktor – faktor produksi yang diciptakan oleh
seluruh kegiatan ekonomi berupa upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan,
termasuk pajak tak langsung dan penyusutan
barang modal tetap dari suatu daerah.

r. Produktivitas

Perhitungan produktivitas terdiri dari


produktivitas tenaga kerja, produktivitas kapital,
dan produktivitas total. Produktivitas merupakan
suatu ukuran sampai sejauh mana suatu sumber
daya alam, teknologi, atau manusia digunakan

16 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


dengan baik dalam suatu proses produksi untuk
mewujudkan hasil tertentu yang diinginkan.
Secara sederhana produktivitas merupakan
perbandingan antara keluaran ( output ) dan
masukan ( input ).

Untuk variabel output biasanya digunakan


keluaran nasional atau regional berupa nilai
produksi dan nilai tambah masing – masing sektor
lapangan usaha. Sedangkan sebagai input
biasanya digunakan variabel tenaga kerja dan
variabel modal / kapital.

Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan


dua pendekatan yakni pendekatan total dan
pendekatan parsial. Produktivitas total merupakan
ukuran produktivitas yang dihitung dengan
membagi output dengan dua atau lebih faktor
input.

Sedangkan produktivitas parsial dihitung dengan


membagi output dengan hanya satu jenis input
dalam hal input yang digunakan adalah tenaga
kerja maka ia menjadi produktivitas tenaga kerja,
sedangkan bila input yang digunakan adalah
modal/kapital maka disebut sebagai produktivitas
kapital.

Produktivitas merupakan suatu indeks tingkat


seberapa besar elemen input telah digunakan.
Ukuran output dalam produktivitas biasanya
digunakan dalam bentuk jumlah satuan fisik
produk/jasa, jumlah nilai rupiah dari produksi,

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 17


nilai penjualan rupiah produk/jasa, nilai
pendapatan rupiah dan nilai tambah.

Untuk perhitungan produktivitas ditingkat makro


biasanya digunakan ukuran nilai tambah yang
dalam hal ini ekuivalen dengan angka Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Ukuran input
dapat dinyatakan dalam bentuk biaya produksi,
biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, jumlah
tenaga kerja ekuivalen, dan jumlah jam orang.

1.7. Kerangka Isi

Penulisan Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi


Selatan Tahun 2014–2018 ini dibagi dalam 7 (tujuh)
Bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan Latar Belakang, maksud dan


tujuan, dasar hukum, hasil yang diharapkan,
metodologi dan sumber data, pengertian
dasar, konsep serta defenisi istilah
ketenagakerjaan yang digunakan dalam
penulisan RencanaTenaga Kerja Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2014–2018.

BAB II GAMBARAN UMUM SITUASI


KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI
SELATAN
Menguraikan tentang analisis–analisis
terhadap unsur–unsur yang digunakan dalam
perencanaan tenaga kerja provinsi yaitu :
penduduk usia kerja, angkatan kerja,

18 encana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


penduduk yang bekerja dan penganggur
terbuka.

BAB III PERKIRAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA


Menjabarkan tentang prospek
ketenagakerjaan pada tahun 2014–2018 yang
berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja
provinsi yaitu : penduduk, penduduk usia
kerja, angkatan kerja, dan tingkat partisipasi
angkatan kerja.

BAB IV PERKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA


Menjabarkan tentang prospek
ketenagakerjaan pada tahun 2014–2018 yang
berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja
provinsi yaitu : penduduk yang bekerja,
produktivitas.

BAB V PERKIRAAN KESEIMBANGAN ANTARA


PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN TENAGA
KERJA
Menjabarkan tentang prospek
ketenagakerjaan pada tahun 2014–2018 yang
berkaitan dengan penganggur terbuka
dengan berbagai karakteristiknya.

BAB VI REKOMENDASI KEBIJAKAN


KETENAGAKERJAAN
Menguraikan tentang kebijakan umum,
kebijakan sektoral, kebijakan regional, dan
kebijakan khusus.

BAB VII PENUTUP

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 19


BAB II
GAMBARAN UMUM
SITUASI KETENAGAKERJAAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN
2.1. Perekonomian

Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun telah


menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif walaupun
pertumbuhannya berfluktuatif tetapi telah memberikan
gambaran bahwa sektor andalan Sulawesi Selatan terus
dikembangkan yang kemudian menjadi pendorong tumbuh
kembangnya roda perekonomian sehingga membawa dampak
positif terhadap kondisi pertumbuhan ekonomi di Sulawesi
Selatan. Angka pertumbuhan ekonomi ditahun 2012
mengalami kenaikan dari 7,65 persen ditahun 2011 menjadi
8,37 persen ditahun 2012, ini memberikan gambaran bahwa
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan jauh lebih tinggi
jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara
nasional yang hanya berada pada angka 6,40 persen.

Struktur ekonomi Sulawesi Selatan dapat pula


digambarkan apabila ditinjau dari sektor primer, sekunder
dan tersier yang sampai dengan tahun 2012 masih didominasi

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 21


oleh sektor tersier sebesar 50,8 persen mengalami peningkatan
sebesar 1 persen jika dibandingkan ditahun 2011 sebesar 49,8
persen sektor ini didukung oleh perdagangan, perhotelan dan
restaurant, pengangkutan dan komunikasi persewaan,
keuangan dan jasa.

Sektor primer memberikan konstribusi sebesar 30,3


persen mengalami peningkatan sebesar 27,2 persen dari tahun
2011 yang sebesar 3,1 persen yang didukung oleh pertanian
dan pertambangan galian sedangkan sektor sekunder sebesar
18,8 persen yang mengalami peningkatan sebesar 0,1 persen
dari tahun 2011 yang sebesar 18,7 persen yang sektor ini
didukung oleh industri pengolahan, listrik dan bangunan.
Secara rinci dapat digambarkan pada tabel-tabel dibawah ini :

Tabel 2.1
Konstribusi Sektor Perekonomian Atas Dasar Harga Berlaku
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011-2012 (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha 2011 2012
I. Primer
1. Pertanian 34.788.232,48 39.518.438,57
2. Pertambangan dan Galian 8.345.845,13 8.803.049,57
II. Sekunder
1. Industri Pengolahan 16.789.287,78 19.492.461,56
2. Listrik,Gas & Air Bersih 1.245.911,97 1.439.212,70
3. Bangunan 7.760.900,52 9.109.827.80
III. Tersier
1. Perdagangan,Hotel, Restaurant 24.236.346,66 28.349.561,34
2. Pengangkutan & Komunikasi 10.849.773,13 12.982.894,59
3. Keuangan, Persewaan dan Jasa 9.513.693,76 11.803.265,52
Perusahaan
4. Jasa-Jasa 23.859.819,93 27.928.385,32
Jumlah 137.389.811,17 159.427.096,97

22 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


SedangkanPDRB atas dasar harga konstan juga
menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada
tahun 2011 baru mencapai Rp 55.098.349,80 triliun
mengalami peningkaan sebesar 8,3 persen jika dibandingkan
ditahun 2012 yang telah berhasil mencapaiRp 59.708.627,06
triliun. Ini dapat digambarkan secara rinci pada tabel berikut
ini :

Tabel 2.2
PDRB Atas Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Sulsel Tahun 2011-2012 (Milyar Rupiah)

Tahun
No Lapangan Usaha
2011 2012
1 Pertanian 14.757.350,72 15.494.185,17
2 Pertambangan & Penggalian 4.170.845,33 4.251.572,22
3 Industri Pengolahan 7.394.453,42 8.083.476,55
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 575.411,09 647.520,73
5 Konstruksi 3.250.223,41 3.638.699,95
6 Perdagangan, Hotel & Restaurant 9.631.361,99 10.605.640,58
7 Pengangkutan & Komunikasi 5.179.271,29 5.949.629,90
Keuangan, Persewaan & Jasa
8 4.297.327,30 4.979.138,82
Perusahaan
9 Jasa-jasa 5.579.575,24 6.058.763,14
Jumlah 55.098.349,80 59.708.627,06

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012

Keadaan perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan pada


tahun2012 mengalami pertumbuhan sebesar 8,3 persen
dibanding tahun 2011. Nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan pada tahun 2012 mencapai
59,708 milyar rupiah, sedangkan pada tahun 2011 dan 2010
masing – masing sebesar 7,6 persen dan 8,1 persen.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 23


Tabel 2.3
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 – 2012 (Milyar Rupiah)
Tahun
Lapangan Usaha
2008 2009 2010 2011 2012
1. Pertanian 12.923 13.529 13.845 14.737 15.494
2. Pertambangan 4.035 3.853 4.459 4.153 4.251
3. Industri Pengolahan 6.241 6.469 6.869 7.394 8.083
4. Listrik, Gas dan Air 451 490 530 575 647
5. Bangunan 2.328 2.657 2.900 3.251 3.639
6. Perdagangan 7.035 7.792 8.699 9.632 10.606
7. Angkutan 3.651 4.024 4.620 5.179 5.950
8. Keuangan 2.881 3.204 3.742 4.297 4.979
9. Jasa Kemasyarakatan 5.004 5.308 5.535 5.880 6.059
Jumlah 44.549 47.326 51.199 55.098 59.708
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan

2.2. Penduduk Usia Kerja (PUK)

Penduduk Usia Kerja (PUK) tahun 2008 – 2012 masih


mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat yaitu dari
5.559.748 orang pada tahun 2008, meningkat pada tahun
2009 menjadi 5.660.624 orang, namun pada tahun 2010
menurun menjadi 5.567.601 orang, meningkat lagi pada tahun
2011 menjadi 5.616.709 orang dan pada tahun 2012 juga
meningkat 5.667.985 orang. Hal ini diduga akibat perubahan
faktor-faktor demografis seperti fertilitas, moralitas dan
migrasi yang relatif masih cukup tinggi.

2.2.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin

Penduduk usia kerja menurut jenis kelamin pada


tahun 2008–2012 di Sulawesi Selatan menunjukkan
kecenderungan perbedaan yang hampir sama setiap
tahunnya antara penduduk usia kerja laki–laki dan

24 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


penduduk usia kerja perempuan dengan selisih sekitar
5 persen. Penduduk Usia Kerja Perempuan lebih tinggi
daripada penduduk usia kerja laki–laki. Meskipun
demikian penduduk usia kerja laki–laki setiap
tahunnya mengalami kenaikan bila dilihat dari sisi
persentase, berbanding terbalik dengan penduduk usia
kerja perempuan yang justru mengalami penurunan.
Tahun 2008 PUK laki–laki sebesar 47,25 persen dan
PUK Perempuan sebesar 52,75 persen. Pada Tahun
2009 PUK Laki – Laki sebesar 47,38 persen dan PUK
perempuan sebesar 52,62 persen. Tahun 2010 PUK
Laki–Laki sebesar 47,61 persen dan PUK Perempuan
sebesar 52,39 persen. Tahun 2011 PUK laki–laki
sebesar 47,68 persen dan PUK perempuan 52,32
persen. Sedangkan pada tahun 2012 PUK laki–laki
sebesar 47,69 persen dan PUK perempuan sebesar
52,31 persen. (Lihat Tabel 2.4)

Tabel 2.4
Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2012
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011 2012
Laki - Laki 2,627,036 2,681,599 2,650,714 2,677,944 2,702,849
Perempuan 2,932,712 2,979,025 2,916,887 2,938,765 2,965,136
Jumlah 5,559,748 5,660,624 5,567,601 5,616,709 5,667,985
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008-2012

2.2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur


Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan menurut
umur pada tahun 2008 – 2012 memperlihatkan situasi
dimana penduduk usia kerja masih didominasi oleh

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 25


golongan umur muda (15–29 tahun) dengan proporsi
hingga 38,19 persen. Pada golongan umur 55 tahun
keatas menunjukkan fluktuasi yang cenderung
meningkat. Hal ini diduga terjadi karena adanya
perbaikan gizi dan kesehatan serta kesadaran
masyarakat untuk berprilaku hidup yang lebih sehat
sehingga memungkinkan golongan umur ini mengalami
kondisi fisik yang lebih sehat.

Selama 5 tahun tersebut terjadi fluktuasi pada


golongan umur 15–29 tahun, tahun 2008 sebesar
39,61 persen dan 2009 sebesar39,25 persen,menurun
pada tahun 2010 menjadi 36,72 persen, meningkat
lagi pada tahun 2011 menjadi 37,17 persen, dan pada
tahun 2012 sedikit menurun menjadi 36,94 persen.

Proporsi terbanyak adalah golongan umur 30–49


tahun meski juga masih berfluktuasidimana
persentasenya mencapai 38,24 persen pada tahun
2008, pada tahun 2009 sebesar 38,70 persen,
meningkat pada tahun 2010 menjadi 39,65 persen,
dan sedikit menurun menjadi 39,26 persen pada tahun
2011.Namun pada tahun 2012 turun drastis menjadi
32,04 persen.

Pada tahun 2008 dan 2009 penduduk usia kerja


pada golongan umur 15–19 tahun masing–masing
sebesar 14,54 persendan 14,77 persen,sedangkan pada
tahun 2010 menurun menjadi 14,10 persen, dan
menurun lagi pada tahun 2011 menjadi 13,61 persen.
Pada tahun 2012 sebesar 14,33 persen.( Lihat Tabel
2.5 )

26 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 2.5
Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 - 2012
Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012
15 – 19 808.144 836.176 785.249 764.433 812.452
20 – 24 701.601 701.644 626.866 668.309 633.306
25 – 29 692.749 684.008 632.471 654.841 647.831
30 – 34 623.595 656.467 653.837 644.041 663.040
35 – 39 596.233 596.022 601.920 586.749 584.744
40 – 44 486.446 506.849 531.271 555.569 568.148
45 – 49 419.614 431.533 420.753 418.953 439.301
50 – 54 358.179 360.129 365.805 374.016 360.836
55 – 59 249.079 247.308 259.377 277.905 272.646
60 + 624.108 640.488 690.052 671.893 685.681
Jumlah 5.559.748 5.660.624 5.567.601 5.616.709 5.667.985
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 - 2012

2.2.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Secara kualitatif, kualitas penduduk usia kerja


mengalami fluktuasi yang cukup bervariasi. Hal ini
dapat dilihat pada komposisi penduduk usia kerja
menurut tingkat pendidikan.

Penduduk usia kerja dengan latar belakang


pendidikan Sekolah Dasar masih menduduki peringkat
tertinggi dengan persentase sebesar 51,27 persen pada
tahun 2008 dan tidak mengalami penurunansecara
persentase pada tahun 2009 yaitu pada kisaran 50,80
persen, kemudian pada tahun 2010 terjadi penurunan
dari dua tahun sebelumnya sekitar 0,4 persen sehingga
persentase penduduk usia kerja lulusan Sekolah Dasar
pada tahun 2010 berkurang menjadi 50,40 persen,
dan menurun pada tahun 2011 menjadi 49,09persen.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 27


Pada tahun 2012 menurun menjadi sebesar 46,85
persen.

Dalam periode yang sama, penduduk usia kerja


berpendidikan SMTP juga mengalami fluktuasi yakni
21,01 persen pada tahun 2008, tahun 2009 menurun
menjadi 20,05 persen, dan mengalami penurunan
tahun 2010 menjadi 19,53 persen, kemudian sedikit
meningkat pada tahun 2011 menjadi 19,81 persen
serta tahun 2012 menurun menjadi sebesar 19,55
persen.

Penduduk usia kerja berpendidikan SMTA Umum


dan Kejuruan pada tahun 2008 sebesar 21,41 persen,
pada tahun 2009 sebesar 22,57 persen, namun
mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 0,26
persen sehingga mencapai 22,31 persennamun
meningkat pada tahun 2011 menjadi 23,26 persen
dan meningkat tahun 2012 menajdi sebesar 23,96
persen.

Pada tingkat pendidikan yang semakin tinggi


Diploma/Akademi dan Universitas, komposisi
penduduk usia kerja terjadi peningkatan selama lima
tahun terakhir dimana pada tahun 2008 sebesar 6,32
persen, meningkat pada tahun 2009 sebesar 6,58
persen, tahun 2010 sebesar 7,76 persen, terus
meningkat pada tahun 2011 sebesar 7,84 persen dan
pada tahun 2012 semakin positif dengan peningkatan
sebesar 9,64 persen.

Dari kondisi ini dapat dilihat adanya


kecenderungan kondisi penduduk usia kerja menurut
tingkat pendidikan sudah mengarah positif dimana

28 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


persentase penduduk usia kerja pada tingkat
pendidikan menengah berangsur menurun, berbanding
terbalik dengan penduduk usia kerja berpendidikan
tinggi justru semakin meningkat. Hal ini dapat
diterjemahkan bahwa kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan sudah semakin baik, sehingga
pendidikan menengah tidak lagi cukup bagi mereka,
namun harus memiliki pendidikan tinggi untuk
memperkuat daya saing dan kompetensi mereka untuk
memasuki dunia kerja. (Lihat Tabel 2.6)

Tabel 2.6
Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

Maksimum S D 2.850.405 2.875.701 2.806.211 2.757.280 2.655.444


SMTP 1.167.878 1.134.679 1.087.122 1.112.611 1.107.957
SMTA Umum 916.656 968.190 954.553 1.005.934 1.036.307
SMTA Kejuruan 273.546 309.457 287.434 300.406 321.808
Diploma 119.261 118.464 126.341 119.979 118.672
Universitas 232.002 254.133 305.940 320.499 427.797
Jumlah 5.559.748 5.660.624 5.567.601 5.616.709 5.667.985
Sumber : BPS , Sakernas Agustus 2008 - 2012

2.2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Penduduk usia kerja pada Kabupaten/Kota di


Sulawesi Selatan sejak tahun 2008 sampai 2012
mengalami fluktuasi yang cukup beragam antara
setiap kabupaten/kota dimana ada yang mengalami
peningkatan namun ada juga yang mengalami
penurunan. Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi
memiliki persentase PUK tertinggi diantara semua

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 29


daerah yaitu pada tahun 2008 sebesar 17,40 persen
dan pada tahun 2009 sebesar 17,42 persen, tahun
2010 mengalami penurunan menjadi 17,35 persen dan
menurun lagi pada tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar
17,24 persen dan 16,99 persen.

Tabel 2.7
Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2012

Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012


Selayar 86,061 87,647 84,002 84,170 85,805
Bulukumba 284,004 288,532 276,540 279,295 282,797
Bantaeng 123,895 125,838 123,944 124,157 126,361
Jeneponto 237,436 239,762 237,552 241,850 244,430
Takalar 183,699 186,670 190,379 191,766 194,651
Gowa 424,613 434,733 451,402 454,424 458,460
Sinjai 159,589 162,042 154,817 155,692 158,469
Maros 206,604 210,081 218,855 221,557 223,263
Pangkep 204,932 208,338 209,526 211,537 214,653
Barru 115,643 117,143 115,720 116,109 118,393
Bone 504,545 511,516 502,741 511,945 514,845
Soppeng 176,917 178,576 164,639 166,777 168,205
Wajo 288,472 291,978 283,629 281,005 290,208
Sidrap 185,253 187,690 192,631 193,115 196,858
Pinrang 243,830 247,875 237,973 243,003 243,620
Enrekang 124,952 127,173 122,685 123,287 125,602
Luwu 206,361 209,774 215,725 223,022 222,324
Tana Toraja 298,420 305,416 142,783 140,784 145,663
Luwu Utara 196,586 202,847 189,143 192,001 195,058
Luwu Timur 150,956 156,227 160,887 163,563 164,521
Toraja Utara 133,967 138,424 138,839
Kota Makasar 967,356 986,279 965,757 968,433 962,867
Kota Pare-Pare 86,246 87,149 89,717 89,044 89,600
Kota Palopo 103,378 107,338 102,587 101,749 102,493
Jumlah 5,559,748 5,660,624 5,567,601 5,616,709 5,667,985
Sumber : SakernasAgustus 2008-2012

30 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Selanjutnya di Kabupaten Bone PUK pada tahun
2008 sebesar 9,07 persen, tahun 2009 sebesar 9,04
persen, tahun 2010 sebesar 9,03 persen, tahun 2011
sebesar 9,11 persen dan pada tahun 2012 sebesar 9,08
persen. Di Kabupaten Gowa pada tahun 2008 PUK
sebesar 7,64 persen, pada tahun 2009 sebesar 7,68
persen, tahun 2010 meningkat menjadi 8,11 persen,
pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 8,09 persen.
Kabupaten dengan PUK terendah adalah Kabupaten
Selayar dengan jumlah PUK pada tahun 2008 – 2012
hanya sebesar 1,5 persen. Sedangkan salah satu
Kabupaten termuda dan baru terbentuk pada tahun
2010 yaitu Toraja Utara memiliki PUK yang berkisar
pada angka 2,4 persen. (Lihat Tabel 2.7)

2.3. Angkatan Kerja

Secara struktural angkatan kerja merupakan bagian dari


penduduk usia kerja, sehingga jumlah angkatan kerja sangat
tergantung kepada jumlah penduduk usia kerja yang masuk
dalam angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja setiap
tahunnya terus mengalami peningkatan sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk usia kerja.

Pada tahun 2008 jumlah angkatan kerja sebesar


3.447.879 orang dan pada tahun 2009 menjadi 3.536.920
orang, tahun 2010 meningkat lagi menjadi 3.571.317 orang
dan tahun 2011 sebesar 3.612.424 orang. Pada tahun 2012
mengalami penurunan menjadi sebanyak 3.560.891 orang.

2.3.1. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin

Perbedaan antara angkatan kerja laki – laki dan


perempuan selama 5 (lima) tahun terakhir

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 31


menunjukkan fluktuasi yang beragam namun masih
berkisar pada rata-rata 24 persen setiap tahun. (Lihat
Tabel 2.8)

Tabel 2.8
Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012

Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011 2012


Laki - Laki 2,147,163 2,198,179 2,184,151 2,272,453 2,209,849
Perempuan 1,300,716 1,338,741 1,387,166 1,339,971 1,351,042
Jumlah 3,447,879 3,536,920 3,571,317 3,612,424 3,560,891
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008–2012

2.3.2. Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur

Bila dilihat dari sisi kelompok umur, angkatan


kerja Sulawesi Selatan pada dua tahun awal masih
didominasi golongan umur 30-34 tahun yaitu
sebanyak 490.831 orang, juga pada kelompok umur
25-29 tahun yaitu sebanyak 490.033 orang pada
tahun 2008 dan 489.755 orang pada tahun 2009,
sedangkan untuk tahun 2010, 2011 dan 2012
angkatan kerja tertinggi adalah golongan umur 30-34
tahun yaitu pada kisaran 490 ribuan orang, dan
golongan umur 25-29 sebanyak 492.020 orang. Hal
ini diduga karena golongan umur ini telah
menyelesaikan pendidikannya baik pada tingkat
pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi,
sehingga memungkinkan golongan umur ini mampu
menembus pasar kerja dan lebih bersaing dalam
dunia kerja demi mengisi lowongan yang umumnya

32 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


sekarang ini banyak mengutamakan latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi. (Lihat Tabel 2.9)

Tabel 2.9
Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012

Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012

15 – 19 291.677 296.560 289.372 284.438 264.971


20 – 24 439.048 431.308 387.943 421.004 380.621
25 – 29 490.033 489.755 469.983 492.020 476.790
30 – 34 457.094 490.831 490.430 477.093 495.687
35 – 39 442.424 449.322 464.937 444.925 447.822
40 – 44 357.244 383.549 402.996 424.679 447.295
45 – 49 311.692 319.571 317.776 322.056 338.075
50 – 54 248.159 254.114 269.675 274.542 264.486
55 – 59 164.878 161.669 178.745 182.686 183.180
60 + 245.630 260.241 299.460 288.981 261.964

Jumlah 3.447.879 3.536.920 3.571.317 3.612.424 3.560.891

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 – 2012

2.3.3. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi angkatan kerja menurut tingkat


pendidikan selama tahun 2008–2012 masih
didominasi oleh angkatan kerja dengan latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar yaitu pada tahun
2008 sebanyak 1.760.898 orang atau 51,07
persen1.767.856 orang atau 49,98 persen pada tahun
2009 dan 1.787.625 orang atau 50,06 persen pada
tahun 2010, dan 1.757.138 orang atau 48,64 persen
pada tahun 2011. Pada tahun 2012 sebanyak
1.665.050 orang atau 46,76 persen.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 33


Sedangkan angkatan kerja pada tingkat
pendidikan SMTP ke atas, masih berfluktuasi, dan
pertambahan angkatan kerja yang cukup
mengesankan akan terjadi pada mereka yang
berpendidikan SMTA Umum. Meskipun perubahan
jumlah angkatan kerja pada tingkat SMTA keatas
selama tahun 2008-2012 menunjukkan itu, namun
menunjukkan kondisi sebaliknya, dimana pada
tahun 2008 jumlah tersebut sebesar 16,76 persen,
mengalami kenaikan tahun 2009 sebesar 17,31
persen, dan meningkat kembali pada tahun 2010
menjadi sebesar 16,97 persen dan sedikit meningkat
pada tahun 2011 menjadi 17,54 persen. Pada tahun
2012 sebesar 18,19 persen.

Hal ini terjadi karena adanya pergeseran yaitu


angkatan kerja yang berpendidikan SMTA Umum
bergeser ke angkatan kerja yang berpendidikan SMTA
Kejuruan, hal ini menunjukkan bahwa pada periode
2008-2012 sebesar 5,43 persen pada tahun 2008,
meningkat pada tahun 2009 menjadi sebesar 6,20
persen, kemudian menurun lagi pada tahun 2010
sebesar 5,87 persen, pada tahun 2011 menjadi 6,69
persen, dan pada tahun 2012 sebesar 5,98 persen.

Sejalan dengan diterapkannya sistem pendidikan


melalui Program Pendidikan Dasar 9 (sembilan)
Tahun, diharapkan jumlah angkatan kerja
berpendidikan SD dari tahun ke tahun akan semakin
menurun. Demikian pula sebaliknya, angkatan kerja
berpendidikan SMTP keatas diharapkan akan terus
mengalami peningkatan, sehingga struktur angkatan

34 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


kerja beberapa tahun kedepan diperkirakan akan
banyak mengalami perubahan dibandingkan tahun–
tahun sebelumnya. (Lihat Tabel 2.10)

Tabel 2.10
Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012
Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
Maksimum S D 1.760.898 1.767.856 1.787.625 1.757.138 1.665.050
SMTP 623.641 613.361 597.575 630.778 565.610
SMTA Umum 577.950 612.169 606.095 633.765 647.669
SMTA Kejuruan 187.093 219.152 209.525 211.551 212.615
Diploma 98.998 98.558 101.857 95.997 92.624
Universitas 199.299 225.824 268.640 283.195 377.323
Jumlah 3.447.879 3.536.920 3.571.317 3.612.424 3.560.891
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 – 2012

2.3.4. Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota

Angkatan kerja pada Kabupaten/Kota di


Sulawesi Selatan sejak tahun 2008 sampai 2012
mengalami fluktuasi yang cukup beragam dimana
Kota Makassar sebagai ibukota provinsi memiliki
persentase angkatan kerja tertinggi diantara semua
daerah yaitu pada tahun 2008 sebesar 16,39 persen
dan pada tahun 2009 sebesar 16,95 persen, tahun
2010 mengalami penurunan menjadi 16,41 persen
dan menurun lagi pada tahun 2011 dan 2012 yaitu
sebesar 16,35 persen dan 15,67 persen.

Selanjutnya di Kabupaten Bone angkatan kerja


pada tahun 2008 sebesar 9,38 persen, tahun 2009
sebesar 9,17 persen, tahun 2010 sebesar 9,10 persen,
tahun 2011 sebesar 9,07 persen dan pada tahun
2012 sebesar 9,3 persen. Di Kabupaten Gowa pada

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 35


tahun 2008 angkatan kerja sebesar 7,05 persen, pada
tahun 2009 sebesar 7,62 persen, tahun 2010
meningkat menjadi 8,18 persen, pada tahun 2011
dan 2012 sebesar 8,25 persen dan 7,99 persen.

Daerah dengan angkatan kerja terendah adalah


Kota Parepare dan Kabupaten Selayar dengan
persentase angkatan kerja pada tahun 2008 – 2012
hanya berkisar pada angka 1,5 persen – 1,6 persen.
Angkatan kerja di Kota Pare – Pare pada tahun 2008
sebesar 1,52 persen, tahun 2009 sebesar 1,55 persen,
tahun 2010 sebesar 1,64 persen, tahun 2011 sebesar
1,53 persen dan tahun 2012 sebesar 1,52 persen.
Sedangkan di Kabupaten Selayar angkatan kerja
tahun 2008 sebesar 1,52 persen, tahun 2009 sebesar
1,55 persen, tahun 2010 sebesar 1,59 persen, tahun
2011 sebesar 1,52 persen dan tahun 2012 sebesar
1,51 persen.

Kondisi yang terjadi di Kabupaten Selayar dan


Kota Parepare sebagai kota pelabuhan dimana
angkatan kerjanya paling rendah diantara 24
kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan
kiranya perlu dikaji dengan lebih mendalam dimana
seharusnya daerah ini memiliki angkatan kerja yang
lebih besar mengingat potensi bahari yang
dimilikinya. (Lihat Tabel 2.11).

36 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 2.11
Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2012
Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012
Selayar 52,083 54,996 56,886 54,791 53,814
Bulukumba 202,798 195,722 183,755 179,363 193,496
Bantaeng 85,482 90,539 96,583 81,326 91,228
Jeneponto 156,233 150,287 158,822 156,073 163,723
Takalar 107,925 111,143 113,743 123,648 121,317
Gowa 243,021 269,388 292,030 298,089 284,628
Sinjai 97,043 103,782 103,177 101,317 115,778
Maros 128,723 120,926 140,270 143,857 143,570
Pangkep 120,871 124,697 127,854 137,482 123,574
Barru 62,018 60,736 65,907 74,576 67,192
Bone 323,583 324,189 325,112 327,771 333,803
Soppeng 104,371 105,064 95,030 105,796 104,376
Wajo 188,753 186,905 180,682 188,353 173,902
Sidrap 104,812 103,279 111,338 124,680 112,583
Pinrang 149,411 149,148 140,074 156,732 133,883
Enrekang 88,275 93,309 91,171 82,075 93,577
Luwu 128,674 123,558 138,551 145,583 132,656
Tana Toraja 194,314 212,207 97,979 94,481 111,070
Luwu Utara 128,371 132,708 130,718 126,624 128,024
Luwu Timur 98,703 106,213 122,037 111,759 110,759
Toraja Utara 93,166 87,880 94,810
Kota Makasar 565,099 599,605 586,178 590,718 557,904
Kota Pare-Pare 52,478 54,825 58,522 55,230 54,095
Kota Palopo 64,838 63,694 61,732 64,220 61,129
Jumlah 3,447,879 3,536,920 3,571,317 3,612,424 3,560,891
Sumber : Sakernas Agustus 2008-2012

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 37


2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi


Selatan pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 secara
umum cenderung menunjukkan sentimen positif dan
mengalami kenaikan, meskipun di beberapa kelompok umur
maupun tingkat pendidikan tertentu masih fluktuatif secara
kuantitas, TPAK selama periode tersebut masing-masing 62,02
persen pada tahun 2008,tahun 2009 sebesar 62,48 persen,
tahun 2010 sebesar 64,14 persen,dan tahun 2011 sebesar
64,32 persen. Pada tahun 2012 sebesar 62,82 persen.

Fluktuasi TPAK tersebut salah satunya disebabkan oleh


adanya perubahan sistem pendidikan yakni melalui
pendidikan dasar 9 tahun disatu sisi, sedangkan disisi lain
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap
jenjang pendidikan yang lebih tinggi sejalan dengan tuntutan
dunia kerja. Hal tersebut tampaknya memberikan pengaruh
terhadap laju pertumbuhan Angkatan Kerja. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka pertambahan jumlah angkatan
kerja pada tahun–tahun berikutnya relatif lebih kecil
dibandingkan dengan pertambahan jumlah penduduk usia
kerja. Sedangkan pada tahun 2012mengalami sedikit
penurunan yaitu 62,82 persen.

2.4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut


Jenis Kelamin

Tingkat partisipasi angkatan kerja laki–laki dari


tahun 2008–2012 berada pada kisaran 80 persen
sementara tingkat partisipasi angkatan kerja
perempuan berada pada kisaran 40 persen sehingga
selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir ini

38 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


perbedaan antara TPAK laki–laki dan perempuan
cukup tinggi yakni sekitar 50 persen.

Tabel 2.12
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012 (%)
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011 2012
Laki - Laki 81.73 81.97 82.40 84.86 81.76
Perempuan 44.35 44.94 47.56 45.60 45.56
Jumlah 62.02 62.48 64.14 64.32 62.82
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008-2012 (Data Diolah)

2.4.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut


Golongan Umur

Secara umum, semakin tinggi golongan umur,


maka tingkat partisipasi angkatan kerja semakin
meningkat sejalan dengan bertambahnya tuntutan
dalam pemenuhan kebutuhan hidup, dan mulai pada
golongan golongan umur tertentu mulai menurun.
Kondisi tersebut terlihat pada golongan umur 15-19
tahun sedangkan mulai umur 35-49 tahun selama
tahun 2008-2012 menunjukkan peningkatan,
sedangkan golongan umur 50-54 hingga diatas 60
tahun lebih dalam periode yang sama menunjukkan
penurunan di beberapa tahap.

TPAK pada golongan umur 15-19 tahun pada


periode 2008-2012 cenderung fluktuatif dimana pada
tahun 2008 sebesar 36,09 persen, terjadi penurunan
menjadi 35,47 persen pada tahun 2009 namun dalam
periode yang sama mengalami peningkatan sebesar
36,85 persen pada tahun 2010, meningkat lagi pada

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 39


tahun 2011 sebesar 37,21 persen dan pada tahun
2012 mengalami penurunan menjadi sebesar 32,61
persen.

Begitu pula dengan TPAK pada golongan umur 20-


24 tahun dalam periode yang sama juga mengalami
fluktuasi dimana pada tahun 2008 sebesar 62,58
persen menurun menjadi 61,47 persen pada tahun
2009, kemudian meningkat lagi pada tahun 2010
menjadi 61,89 persen, bahkan juga meningkat 63,00
persen pada tahun 2011. Pada tahun 2012 menurun
menjadi sebesar 60,10 persen. Sedangkan TPAK pada
golongan umur yang lebih tua cenderung berfluktuasi.
(Lihat Tabel 2.13)

Tabel 2.13
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012 ( % )
Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 2012
15 – 19 36,09 35,47 36,85 37,21 32,61
20 – 24 62,58 61,47 61,89 63,00 60,10
25 – 29 70,74 71,60 74,31 75,14 73,60
30 – 34 73,30 74,77 75,01 74,08 74,76
35 – 39 74,20 75,39 77,24 75,83 76,58
40 – 44 73,44 75,67 75,86 76,44 78,73
45 – 49 74,28 74,05 75,53 76,87 76,96
50 – 54 69,28 70,56 73,72 73,40 73,70
55 – 59 66,20 65,37 68,91 65,74 67,19
60 + 39,36 40,63 43,40 43,01 38,20
Jumlah 62,02 62,48 64,14 64,32 62,82
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008-2012 (Data diolah)

40 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


2.4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut
Pendidikan
Salah satu indikator yang menunjukkan kualitas
tenaga kerja secara umum adalah tinggi rendahnya
tingkat pendidikan.Sejalan dengan perubahan sistem
pendidikan diharapkan TPAK lulusan SD dari tahun
ketahun semakin menurun, TPAK lulusan SD walau
sempat menurun di tahun 2009 justru mengalami
peningkatan pada tahun berikutnya. Ini berarti bahwa
sistem pendidikan belum terlaksana dengan baik.
Seperti pada tahun 2008 lulusan pendidikan SD
sebesar 61,78 persen menurun pada tahun 2009
menjadi 61,48 persen, namun pada tahun 2010
meningkat menjadi 63,70 persen, dan kembali
meningkat pada tahun 2011 sebesar 63,73 persen, dan
pada tahun2012 sebesar 62,70 persen. Sedangkan
TPAK lulusan pendidikan SMTP dalam periode yang
sama menunjukkan peningkatan meskipun terjadi
fluktuasi, dimana pada tahun 2008 sebesar 53,40
persen, meningkat menjadi 54,06 persen pada tahun
2009, dan meningkat lagi menjadi 54,97 persen pada
tahun 2010 dan bertambah pada tahun 2011 sebesar
56,69 persen. Pada tahun 2012 menurun signifikan
menjadi sebesar 51,05 persen.

TPAK lulusan SMTA keatas dalam periode yang


sama juga menunjukkan peningkatan meskipun tetap
berfluktuasi. Tahun 2008 sebesar 63,05 persen, tahun
2009 sebesar 63,23 persen, tahun 2010 sebesar 63,50
persen, dan tahun 2011 turun menjadi 63,00 persen,
sedangkan tahun 2012 sebesar 62,50 persen.Disisi lain

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 41


terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka tingkat partisipasi terhadap dunia
kerja menjadi semakin tinggi, kecuali TPAK pendidikan
SMTP.Hal ini mencerminkan bahwa sebagian besar
lulusan SMTP melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, sehingga lulusan SMTP yang memasuki
pasar kerja jumlahnya relatif kecil.Seperti pada tahun
2008 sampai tahun 2012 menunjukkan bahwa TPAK
lulusan Universitas, merupakan angka yang tertinggi,
namun terjadi fluktuasi pada tahun 2008 sebesar
85,90 persen, meningkat pada tahun 2009 menjadi
88,86 persen, dan menurun pada tahun 2010 sebesar
87,81 persen, tahun 2011 sebesar 88,36 persen. Pada
tahun 2012 sebesar 88,20 persen. (Lihat Tabel 2.14)

Tabel 2.14
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )
Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012 ( % )
Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012
Maksimum S D 61,78 61,48 63,70 63,73 62,70
SMTP 53,40 54,06 54,97 56,69 51,05
SMTA Umum 63,05 63,23 63,50 63,00 62,50
SMTA Kejuruan 68,40 70,82 72,89 70,42 66,07
Diploma 83,01 83,20 80,62 80,01 78,05
Universitas 85,90 88,86 87,81 88,36 88,20
Jumlah 62,02 62,48 64,14 64,32 62,82
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 – 2012

42 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


2.4.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut
Kabupaten/Kota
Ada beberapa kabupaten dengan TPAK diatas
TPAK provinsi selama tahun 2008-2012 diantaranya
Kabupaten Bulukumba dengan TPAK pada tahun 2008
sebesar 74,41 persen, tahun 2008 sebesar 67,85
persen, tahun 2010 sebesar 66,45 persen, tahun 2011
sebesar 64,22 dan tahun 2012 sebesar 68 persen.
Selanjutnya di Kabupaten Bantaeng dengan TPAK
tahun 2008 sebesar 69 persen, tahun 2009 sebesar
71,95, tahun 2010 sebesar 77,92 persen, tahun 2011
dan 2012 sebesar 65,50 dan 72,20 persen. Kabupaten
yang cukup stabil adalah kabupaten Enrekang yang
pada tahun 2008 sebesar 70,65 persen dan sampai
pada tahun 2012 mencapai 74,50 persen.(Lihat Tabel
2.15).

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 43


Tabel 2.15
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008-2012
Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012
Selayar 60.52 62.75 67.72 65.10 62.72
Bulukumba 71.41 67.83 66.45 64.22 68.42
Bantaeng 69.00 71.95 77.92 65.50 72.20
Jeneponto 65.80 62.68 66.86 64.53 66.98
Takalar 58.75 59.54 59.75 64.48 62.33
Gowa 57.23 61.97 64.69 65.60 62.08
Sinjai 60.81 64.05 66.64 65.08 73.06
Maros 62.30 57.56 64.09 64.93 64.31
Pangkep 58.98 59.85 61.02 64.99 57.57
Barru 53.63 51.85 56.95 64.23 56.75
Bone 64.13 63.38 64.67 64.02 64.84
Soppeng 58.99 58.83 57.72 63.44 62.05
Wajo 65.43 64.01 63.70 67.03 59.92
Sidrap 56.58 55.03 57.80 64.56 57.19
Pinrang 61.28 60.17 58.86 64.50 54.96
Enrekang 70.65 73.37 74.31 66.57 74.50
Luwu 62.35 58.90 64.23 65.28 59.67
Tana Toraja 65.11 69.48 68.62 67.11 76.25
Luwu Utara 65.30 65.42 69.11 65.95 65.63
Luwu Timur 65.39 67.99 75.85 68.33 67.32
Toraja Utara 69.54 63.49 68.29
Kota Makasar 58.42 60.79 60.70 61.00 57.94
Kota Pare-Pare 60.85 62.91 65.23 62.03 60.37
Kota Palopo 62.72 59.34 60.18 63.12 59.64
Jumlah 62,02 62,48 64,14 64,32 62,82
Sumber : Sakernas Agustus 2008-2012

44 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


2.5. Penduduk Yang Bekerja

Perekonomian di Sulawesi Selatan dalamlima tahun


terakhir (2008-2012) menunjukkan perkembangan yang
cukup signifikan, dimana pertumbuhan ekonomi melewati
ambang 5,12 persen pada tahun 2008, kemudian tumbuh
6,72 persen pada tahun 2009, walaupun sedikit ada
penurunan pada tahun 2010 menjadi 6,34 persen, namun di
tahun 2011 menunjukkan peningkatan yang sangat berarti
hingga mencapai 8,1 persen yang melampaui pertumbuhan
ekonomi nasional yang hanya menyentuh angka 6,7 persen.
Sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Selatan mencapai angka 8,3 persen, masih berada diatas
pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 6,3 persen.
Meskipun pertumbuhan ekonomi dalam periode tersebut
cukup baik, namun sementara ini kemampuan ekonomi masih
cukup rendah dalam menciptakan lapangan kerja.

2.5.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin

Kecenderungan laki-laki untuk berperan aktif


dalam dunia kerja terlihat masih sangat dominan
dengan selisih rata-rata sekitar 25,7 persen dengan
perempuan yang bekerja, dimana pada tahun 2012
laki–laki yang bekerja sebesar 62,85 persen sedangkan
perempuan yang bekerja hanya sebesar 37,15 persen.
Hal ini dimungkinkan karena dalam masyarakat masih
beranggapan bahwa laki-laki adalah pencari nafkah
utama dalam keluarga sehingga kontribusi perempuan
dalam dunia kerja masih kurang diperhitungkan.
(Lihat Tabel 2.16)

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 45


Tabel 2.16
Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012

Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011 2012


Laki - Laki 1,989,733 2,026,732 2,077,953 2,155,593 2,106,671
Perempuan 1,146,378 1,195,524 1,194,412 1,219,905 1,245,237
Jumlah 3,136,111 3,222,256 3,272,365 3,375,498 3,351,908
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 - 2012

2.5.2. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur

Komposisi penduduk yang bekerja selama


periode 2008-2012 secara umum didominasi oleh
golongan umur 25-29 tahun, 30-34 tahun dan 35-39
tahun yang jumlahnya mengalami perubahan secara
berfluktuasi.

Golongan umur 25-29 tahun pada tahun 2008


sebesar 13,51 persen kemudian menurun pada tahun
2009 menjadi 13,19 persen, tahun 2010 mencapai
13,81persen, dan tahun 2011 sebesar 13,67 persen,
pada tahun 2012 sebesar 13,25 persen. Pada golongan
umur 30-34 tahun sebesar 13,24 persen pada tahun
2008, meningkat pada tahun 2009 menjadi 13,97
persen, dan terus mengalami kenaikan hingga
mencapai 14,07 persen pada tahun 2010, kemudian
tahun 2011 menurun 13,61 persen, dan pada tahun
2012 sebesar 14,23 persen. Sedangkan golongan umur
35-39 tahun, pada tahun 2008 sebesar 12,97 persen,
ditahun berikutnya menjadi sebesar 13,04 persen pada
tahun 2009, dan kembali meningkat pada tahun 2010
sebesar 13,54 persen tahun 2011 mengalami

46 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


penurunan sebesar 12,82 persen, dan pada tahun
2012 sedikit meningkat sebesar 12,93 persen.

Golongan umur yang juga cukup diperhitungkan


selama periode 2008-2012 adalah golongan umur 20-
24 tahun dan golongan umur 40-44 tahun. Golongan
umur 20-24 tahun pada tahun 2008 sebesar 11,29
persen, tahun 2009 sebesar 11,06 persen, tahun 2010
sebesar 9,71 persen,tahun 2011sebesar 10,91 persen,
dan pada tahun 2012 sebesar 9,43 persen. Golongan
umur 40-44 tahun pada tahun 2008 sebesar 11,77
persen, tahun 2009 sebesar 10,15 persen, tahun 2010
sebesar 11,2 persen, tahun 2011 meningkat sebesar
12,23 persen dan tahun 2012 sebesar 13,01 persen.

Tabel 2.17
Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012
Golongan
2008 2009 2010 2011 2012
Umur
15 – 19 234.312 246.701 230.906 210.975 216.494
20 – 24 354.064 356.385 317.642 368.157 316.083
25 – 29 423.795 425.174 419.160 461.400 444.116
30 – 34 415.071 450.015 460.283 459.298 476.865
35– 39 406.749 420.314 443.164 432.682 433.590
40 – 44 343.697 361.798 385.520 411.673 435.801
45 – 49 307.520 304.251 306.404 314.698 329.341
50 – 54 244.959 244.226 261.130 268.292 256.220
55 – 59 162.584 156.428 169.922 175.628 182.074
60 + 243.360 256.964 278.234 272.695 261.324
Jumlah 3.136.111 3.222.256 3.272.365 3.375.498 3.351.908
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 – 2012

Pada periode yang sama menunjukkan bahwa


penduduk yang bekerja pada golongan umur 50-54

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 47


tahun dan 55-59 tahun jumlahnya juga menunjukkan
perubahan yang fluktuatif. Kondisi seperti ini
dimungkinkan sebagai akibat adanya kecenderungan
bahwa mereka yang sudah habis masa kerjanya,
setelah beberapa tahun kemudian tetap menjalankan
kegiatan yang memiliki nilai ekonomi baik dalam
kegiatan ekonomi formal maupun kegiatan ekonomi
informal. Namun bila dilihat secara keseluruhan
golongan umur yang tidak pernah mengalami
penurunan selama periode 5 tahun terakhir ini adalah
golongan umur 30-34 tahun, dimana golongan umur
ini setiap tahun mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dan menunjukkan kecenderungan yang
positif bagi dunia kerja. (Lihat Tabel 2.17)

2.5.3. Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat


Pendidikan

Kualitas sumberdaya manusia selain dapat


dilihat menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan,
juga dapat dilihat dari Human Development Index
(HDI). Sejalan dengan membaiknya perekonomian
memberikan dampak positif terhadap tingkat
pendidikan penduduk yang bekerja. Kondisitersebut
disatu sisi tercermin dari komposisi penduduk yang
bekerja dengan pendidikan universitas yang
diharapkan terus meningkat dan dalam periodeempat
tahun terakhir telah menunjukkan hal tersebut, tahun
2008 sebesar 4,09 persen, meningkat pada tahun 2009
menjadi 4,50 persen, dan semakin meningkat pada
tahun 2010 menjadi 5,49 persen bahkan bertambah di

48 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


tahun 2011 menjadi 7,6 persen. Sedangkan pada
tahun 2012 meningkat lagi menjadi 10,51 persen.

Penduduk yang bekerja dengan pendidikan SD


kebawah, meskipun masih menduduki peringkat
pertama dari segi kuantitas namun mulai
menunjukkan sentimen positif yaitu terjadi penurunan
dari 54,22 persen pada tahun 2008, turun menjadi
53,75 persen pada tahun 2009 dan menurun lagi
menjadi 51,05 persen pada tahun 2010, dan tahun
2011 sebesar 48,88 persen. Sedangkan pada tahun
2012 menurun lagi menjadi 47,91 persen. Ini sangat
berarti bagi dunia pendidikan karena Program
Pendidikan Dasar 9 Tahun telah menunjukkan hasil
yang baik meskipun mungkin masih jauh dari target,
tapi telah dapat dikategorikan sebagai momentum yang
tepat untuk hasil yang lebih dimasa datang. Pada
tingkat pendidikan SMTP pada tahun 2008
persentasenya mencapai 18,57 persen kemudian
meningkat pada tahun 2009 ke level 19,25 persen,
namun kembali turun pada tahun 2010 menjadi 18,37
persen, tahun 2011 sebesar 18,19 persen. Pada tahun
2012 sebesar 15,71 persen. Pendudukyang bekerja
berpendidikan SMTA sampai dengan lulusan
universitas masih tetap berfluktuasi. Kondisi tersebut
kemungkinan disebabkan semakin meningkatnya
jumlah pencari kerja lulusan perguruan tinggi,
sementara lapangan kerja yang sesuai dengan latar
belakang pendidikannya sangat terbatas, maka dengan
sukarela mereka menerima jenis pekerjaan pada
tingkatan yang lebih rendah. Demikian juga bagi

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 49


mereka yang berpendidikan dibawahnya seperti
diploma, SMTA umum/kejuruan dan SMTP dengan
sukarela menerima jenis pekerjaan pada level
bawahnya demi memenuhi kebutuhan dasar setiap
manusia yaitu bekerja.(Lihat Tabel 2.18)

Tabel 2.18
Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

SD 1.682.808 1.710.611 1.684.142 1.682.868 1.605.877


SMTP 574.089 580.757 558.975 581.536 526.733
SMTA UMUM 482.715 506.254 526.822 559.637 588.542
SMTAKEJURUAN 151.763 175.029 180.891 197.960 191.140
DIPLOMA 82.132 71.565 86.154 89.555 87.226
UNIVERSITAS 162.604 178.040 235.381 263.942 352.390
Jumlah 3.136.111 3.222.256 3.272.365 3.375.498 3.351.908
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008–2012

2.5.4. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha


Utama

Meskipun komposisi penduduk yang bekerja


menurut lapangan usaha menunjukkan jumlah
penduduk yang bekerja di sektor angkutan,
perdagangan, jasa dari tahun ke tahun menuju
peningkatan, namun karakter Provinsi Sulawesi
Selatan sebagai daerah agraris menyebabkan
komposisi penduduk yang bekerja di sektor pertanian
masih cukup mendominasi dalam penyerapan tenaga
kerja dibandingkan dengan sektor lain, namun pada
periode lima tahun terakhir ini mulai mengalami

50 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


penurunan. Pada tahun 2008 sebesar 52,75 persen,
tahun 2009 turun menjadi 50,69 persen, tahun 2010
menurun lagi menjadi 49,44 persen, tahun 2011
sebesar 46,95 persen dan pada tahun 2012 semakin
menurun hingga menyentuh 44,03 persen.

Menurunnya proporsi penduduk yang bekerja di


sektor pertanian menunjukkan kecenderungan yang
positif dimana para pencari kerja mulai melirik sektor
pekerjaan lain selain bidang pertanian.

Tabel 2.19
Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
1. Pertanian 1.613.949 1.588.626 1.572.479 1.469.245 1.475.783
2. Pertambangan 18.230 17.509 16.902 29.038 25.753
3. Industri 183.430 214.668 197.342 223.246 225.880
4. Listrik, Gas, Air 7.473 8.845 10.552 7.831 14.256
5. Bangunan 148.467 168.301 158.753 178.717 181.433
6. Perdagangan 578.961 636.714 603.655 654.516 614.082
7. Angkutan 194.483 187.010 174.098 181.214 181.602
8. Keuangan 38.545 38.123 38.646 55.828 58.143
9. Jasa Kemasyarakatan 352.573 362.460 499.938 575.863 574.976
Jumlah 3.136.111 3.222.256 3.272.365 3.375.498 3.351.908
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 – 2012

Fenomena ini mencerminkan bahwa pekerjaan di


sektor pertanian bukan merupakan pilihan akhir bagi
sebagian pencari kerja, terlebih bagi mereka yang
memiliki latar belakang pendidikan SMTP keatas dan
berdomisili di daerah perkotaan. Jika tidak sedang
musim tanam mereka menjadi pekerja di sektor lain
seperti buruh bangunan, penggalian, dll.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 51


Meskipun sektor–sektor pekerjaan yang lain tidak
memiliki fleksibilitas yang sama seperti halnya sektor
pertanian dalam penyerapan tenaga kerja, namun
dalam perkembangannya para pencari kerja lebih
menunggu kesempatan kerja di sektor non pertanian
daripada sektor pertanian. (Lihat Tabel 2.19)

2.5.5. Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Secara umum status pekerjaan dapat


dikelompokkan menjadi 2 (dua) besaran utama yakni
sektor formal (kegiatan ekonomi formal) dan sektor
informal (kegiatan ekonomi informal). Sektor formal
terdiri dari mereka yang berusaha dengan buruh tetap
dan pekerja/buruh/karyawan. Sedangkan sektor
informal terdiri atas mereka yang berusaha sendiri
tanpa bantuan, berusaha dengan dibantu buruh tetap,
pekerja bebas di sektor non pertanian, dan pekerja tak
dibayar.

Adanya kecenderungan perubahan perekonomian


ternyata ikut mendorong peningkatan proporsi
penduduk yang bekerja dengan status formal.
Penduduk yang bekerja sebagai
pekerja/buruh/karyawan pada tahun 2008 sebanyak
726.281 orang sementara yang berusaha dengan
dibantu buruh tetap sebanyak 103.010 orang. Pada
tahun 2009-2012 pekerja/buruh/karyawan terus
mengalami kenaikan dan mencapai 1.065.676 pada
tahun 2012, sedangkan yang berusaha dengan dibantu
buruh tetap sempat mengalami penurunan pada tahun
2009 menjadi 93.464 orang namun pada tahun

52 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


selanjutnya kembali meningkat dan mencapai 143.543
orang pada tahun 2012.

Secara proporsional walaupun jumlahnya masih


lebih kecil dibanding pekerja sektor informal, pekerja
sektor formal cenderung mengalami kenaikan dimana
pada tahun 2008 sebesar 26,44 persen, tahun 2009
meningkat menjadi 27,01 persen selanjutnya
meningkat sampai tahun 2012 sebesar 36,08 persen.

Sementara itu, pekerja sektor informal selama


lima tahun terakhir mengalami penurunan dimana
pada tahun 2008 sebesar 73,56 persen, tahun 2009
sebesar 72,99 persen, tahun 2010 sebesar 70,82
persen, tahun 2011 sebesar 66,92 persen dan tahun
2012 menurun lagi menjadi 63,92 persen. Masih
dominannya jumlah penduduk yang bekerja pada
sektor informal dari tahun ke tahun mengindikasikan
berbagai hal antara lain masih rendahnya
produktivitas kerja, rendahnya kemampuan ekonomi
dalam menyerap tenaga kerja sehingga berdampak
pada tingginya angka setengah penganggur dan
meningkatnya pekerja paruh waktu. Disamping itu
pekerja informal tidak terikat oleh suatu peraturan
hukum yang mengikat dan tidak terdaftar, berdampak
pada kurangnya perlindungan jaminan kerja bagi
pekerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa secara riil
sektor informal masih berfungsi sebagai filter dalam
penyerapan tenaga kerja. (Lihat Tabel 2.20).

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 53


Tabel 2.20
Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012
Status Pekerjaan 2008 2009 2010 2011 2012
Berusaha Sendiri 570,471 563,232 595,311 552,027 538,997
Berusaha dibantu Buruh
862,061 846,819 834,573 842,490 757,676
Tdk Tetap
Berusaha dgn Buruh
103,010 93,464 112,117 136,612 143,543
Tetap
Pekerja/buruh/karyawan 726,281 777,005 842,855 979,860 1,065,676
Pekerja bebas di
127,756 141,251 125,039 91,015 81,535
Pertanian
Pekerja bebas di Non
70,292 96,673 78,093 94,276 95,426
pertanian
Pekerja Keluarga 676,240 703,812 684,377 679,218 669,055
Jumlah 3,136,111 3,222,256 3,272,365 3,375,498 3,351,908
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008-2012

2.5.6. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan


Sejalan dengan komposisi penduduk yang bekerja
menurut lapangan usaha, ditinjau berdasarkan
jabatannya penduduk yang bekerja menurut jabatan
atau jenis pekerjaan selama tahun 2008–2012 ini
masih didominasi oleh tenaga usaha pertanian, tenaga
produksi/operator/pekerja kasar dan tenaga usaha
penjualan, dimana jenis jabatan ini terdapat pada
sektor lapangan usaha pertanian, sektor industri dan
sektor perdagangan.

54 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 2.21
Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008–2012
Jenis Pekerjaan/Jabatan 2008 2009 2010 2011 2012
Tenaga Profesional 167,605 161,688 239,639 270,861 281,457
Tenaga Kepemimpinan
27,818 25,934 36,026 40,710 38,115
dan Ketatalaksanaan
Tenaga Tata Usaha 140,278 132,072 176,937 196,086 191,532
Tenaga Usaha Penjualan 530,475 580,407 513,377 586,165 542,336
Tenaga Usaha Jasa 101,958 97,885 111,322 123,114 118,331
Tenaga Usaha Pertanian 1,592,722 1,581,837 1,562,437 1,456,400 1,464,124
Tenaga Produksi,
Operator, dan Pekerja 560,936 627,918 609,227 662,462 677,075
Kasar
Lainnya 14,319 14,515 23,400 39,700 38,938
Jumlah 3,136,111 3,222,256 3,272,365 3,375,498 3,351,908
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008-2012

Proporsi penduduk yang bekerja sebagai tenaga


usaha pertanian pada tahun 2008 mencapai 50,79
persen, menurun pada tahun 2009 menjadi 49,09
persen dan terlihat terus menurun sampai tahun 2012
menjadi 43,68 persen. Penurunan tersebut diimbangi
dengan kenaikan pada tenaga produksi yang pada
tahun 2008 sebesar 17,89 persen, tahun 2009 sebesar
19,49 persen sampai tahun 2012 sebesar 20,2 persen.
Kenaikan juga terjadi di beberapa sektor jabatan
seperti tenaga profesional, tenaga
kepemimpinan/ketatalaksanaan, tenaga tata usaha,
tenaga usaha jasa dan tenaga lainnya. Sedangkan
tenaga usaha penjualan cenderung mengalami
fluktuasi yang beragam dimana pada tahun 2008
sebesar 16,92 persen, meningkat pada tahun 2009
menjadi 18,01 persen namun menurun pada tahun
2010 sebesar 15,69 persen, meningkat lagi pada tahun

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 55


2012 sebesar 17,37 persen, namun kembali mengalami
penurunan pada tahun 2012 sebesar 16,18 persen.
(Lihat Tabel 2.21).

2.5.7. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja

Perekonomian yang membaik dari suatu daerah


biasanya dapat terlihat dari meningkatnya berbagai
kegiatan produksi barang/jasa di berbagai sektor
lapangan usaha. Peningkatan tersebut dapat dicapai
jika penduduk yang bekerja melaksanakannya diatas
jam kerja normal yaitu lebih dari 35 jam seminggu.

Dilihat dari penduduk yang bekerja menurut jam


kerja pada tahun 2008-2012 menggambarkan bahwa
penduduk yang bekerja dengan jam kerja diatas 35 jam
seminggu masih terjadi fluktuasi meskipun ada juga
kenaikan yaitu pada tahun 2008-2009 terjadi kenaikan
pada penduduk yang bekerja 35-44 jam seminggu
sebesar 2,55 persen dari tahun 2008 sebesar 22,90
persen menjadi 25,44 persen pada tahun 2009,
selanjutnya menurun pada tahun 2010 menjadi 20,13
persen dan kembali meningkat pada tahun 2012
sebesar 21,68 persen.

Demikian pula halnya dengan penduduk yang


bekerja 45-59 jam seminggu juga cenderung
berfluktuasi dengan kondisi pada tahun 2008 sebesar
24,22 persen, meningkat pada tahun 2010 menjadi
25,01 persen dan kembali turun pada tahun 2012
menjadi 23,42 persen. Sementara untuk penduduk
yang bekerja diatas 60 jam seminggu menurun secara
absolut maupun proporsi.

56 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 2.22
Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2012
Jam Kerja 2008 2009 2010 2011 2012
0 104,990 117,148 140,304 177,416 187,083
1-9 112,972 117,721 124,595 177,061 157,014
10 - 14 149,234 158,144 175,191 217,362 198,868
15 - 24 415,153 427,821 472,643 509,323 490,794
25 - 34 472,426 434,131 487,545 484,739 458,294
35 - 44 718,119 819,888 658,729 707,189 726,549
45 - 59 759,628 757,695 818,558 734,491 785,130
60+ 403,589 389,708 394,800 367,917 348,176
Jumlah 3,136,111 3,222,256 3,272,365 3,375,498 3,351,908
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008-2012

Hal ini kemungkinan disebabkan karena


membaiknya beberapa indikator perekonomian
nasional masih belum memberikan dampak langsung
terhadap perkembangan kegiatan produksi dan
kesejahteraan pekerja pada beberapa sektor lapangan
usaha tertentu. Akibat langsung yang dapat terlihat
adalah masih tingginya kasus perselisihan hubungan
industrial yang berujung pada unjuk rasa/pemogokan
dan pemutusan hubungan kerja. Sebaliknya penduduk
yang bekerja dibawah jam kerja normal atau disebut
bekerja tidak penuh/setengah penganggur justru
cenderung mengalami peningkatan. (Lihat Tabel 2.22).

2.5.8. Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota

Penduduk bekerja di kabupaten/kota tahun


2008-2012 tertinggi adalah Kota Makassar dengan
persentase 14-16 persen, kemudian kabupaten Bone
dengan persentase 9 persen,selanjutnya kabupaten
Gowa dengan persentase 6-8 persen.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 57


Tabel 2.23
Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2012
Kabupaten/K
2008 2009 2010 2011 2012
ota
Selayar 46,103 49,478 52,223 52,226 52,064
Bulukumba 187,729 184,544 170,069 169,567 188,255
Bantaeng 77,519 84,069 91,266 76,823 84,827
Jeneponto 146,372 138,110 148,761 148,183 156,601
Takalar 97,395 100,868 105,128 116,802 113,782
Gowa 219,351 243,654 269,407 277,060 273,211
Sinjai 92,013 98,812 99,251 95,654 112,493
Maros 116,663 106,961 126,605 133,867 134,344
Pangkep 106,862 110,446 115,522 129,103 113,656
Barru 55,801 55,508 60,013 70,288 63,983
Bone 296,830 306,120 303,534 308,168 322,088
Soppeng 96,273 95,376 87,123 100,335 97,953
Wajo 177,193 176,077 172,026 174,317 168,455
Sidrap 93,310 95,007 101,589 118,720 104,710
Pinrang 133,152 135,218 129,156 146,463 126,724
Enrekang 82,620 87,712 87,416 76,608 90,720
Luwu 119,957 112,982 129,119 134,791 118,667
Tana Toraja 183,847 201,701 94,177 89,224 105,929
Luwu Utara 121,697 123,826 124,319 120,961 121,584
Luwu Timur 86,464 90,064 105,898 103,754 101,769
Toraja Utara 84,975 82,566 89,993
Kota Makassar 498,653 522,462 507,962 541,050 502,308
Kota Pare-
44,755 51,819
Pare 47,355 51,587 50,829
Kota Palopo 55,552 55,906 55,239 58,139 55,973
Jumlah 3,136,111 3,222,256 3,272,365 3,375,498 3,351,908
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008-2012

58 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


2.6. Penganggur Terbuka

Penganggur terbuka terdiri atas mereka yang mencari


pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang
tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapat
pekerjaan, dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja. Jumlah penganggur selama tahun 2008
– 2012 secara umum cenderung menurun yakni dari 343.764
orang pada tahun 2008, turun menjadi 296.559 orang pada
tahun 2009, dan turun lagi pada tahun 2010 menjadi 284.370
orang, tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 243.021
orang, dan tahun 2012 sebesar 208.983 orang.

2.6.1. Penganggur Terbuka MenurutJenis Kelamin

Pada tahun 2008, jumlah penganggur laki – laki


hanya berbeda sedikit dengan penganggur
perempuan, kemudian pada tahun 2009 terjadi
peningkatan jumlah penganggur laki–laki sebanyak
14.017 orang dimana jumlah penganggur laki–laki
lebih besar daripada jumlah penganggur perempuan.
Namun pada tahun 2010 dan 2011 justru berbanding
terbalik dengan peningkatan jumlah penganggur
perempuan yang cukup signifikan. Sedang pada
tahun 2012 kondisinya hampir sama dengan tahun
2008 namun yang lebih tinggi justru penganggur
perempuan.

Menurunnya jumlah penganggur laki–laki dan


perempuan mencerminkan bahwa para pencari kerja
laki–laki dan perempuan telah memiliki kapasitas
yang cukup memadai sehingga mampu mengisi
lapangan kerja baru. Disamping itu gema “Kesetaraan
Gender” yang sekarang ini semakin memasyarakat

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 59


memungkinkan tenaga kerja perempuan untuk ikut
bersaing secara sehat dengan tenaga kerja laki–laki
untuk memenuhi tuntutan kualitas yang diinginkan
oleh pasar kerja. Dilihat dari jenis kelamin selama
periode tahun 2008–2012 mengalami fluktuasi yang
beragam, namun lebih menunjukkan kecenderungan
untuk semakin menurun dari tahun ke tahun. (Lihat
Tabel 2.24)
Tabel 2.24
PenganggurTerbuka Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012
Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011 2012

Laki - Laki 157,430 171,447 106,198 116,860 103,178

Perempuan 154,338 143,217 192,754 120,066 105,805


Jumlah 311,768 314,664 298,952 236,926 208,983
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 - 2012

2.6.2. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur

Kelompok umur yang mendominasi penganggur


terbuka dalam kurun waktu lima (5) tahun terakhir
ini masih saja dikuasai oleh kelompok usia muda
yang merupakan pencari kerja terbesar dari segala
kelompok umur dalam hal ini mereka adalah
penganggur dengan kelompok umur 15–29 tahun.
Sedangkan pada kelompok umur 30 tahun keatas
mulai menunjukkan penurunan. (Lihat Tabel 2.25)

60 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 2.25
Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2012
Golongan
2008 2009 2010 2011 2012
Umur

15 – 19 57.365 49.859 58.466 73.463 48.477


20 – 24 84.984 74.923 70.301 52.847 64.538
25 – 29 66.238 64.581 50.823 30.620 32.674
30 – 34 42.023 40.816 30.147 17.795 18.822
35 – 39 35.675 29.008 21.773 12.243 14.232
40 – 44 13.547 21.751 17.476 13.006 11.494
45 – 49 4.172 15.320 11.372 7.358 8.734
50 – 54 3.200 9.888 8.545 6.250 8.266
55 – 59 2.294 5.241 8.823 7.058 1.106
60 + 2.270 3.277 21.226 16.286 640
Jumlah 311.768 314.664 298.952 236.926 208.983
Sumber:BPS, Sakernas Agustus 2008-2012

2.6.3. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan


Sejalan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, peranan sektor pendidikan menjadi sangat
strategis dan menentukan dalam upaya memenuhi
tuntutan dunia kerja. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka sektor pendidikan dituntut agar
keluarannya memiliki kualitas dan daya saing yang
tinggi sehingga mampu bersaing di pasar kerja, baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Masyarakat
telah berupaya untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih tinggi, sehingga dalam perkembangannya
jumlah penganggur berpendidikan tinggi dari tahun
ke tahun diharapkan akan semakin menurun.
Namun jumlah penganggur berpendidikan
Universitas pada tahun 2008–2010 justru mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2008 sebesar 10,93

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 61


persen, tahun 2009 sebesar 12,47 persen, dan tahun
2010 meningkat lagi mencapai 17,08 persen,namun
menurun sangat drastis pada tahun 2011 menjadi
8,04 persen, sedangkan pada tahun 2012 meningkat
lagi menjadi 11,93 persen.

Sebaliknya jumlah penganggur berpendidikan


SD, SMTP, dan SMTA Umum dalam periode yang
sama mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 jumlah
penganggur berpendidikan SD sebesar 25,17 persen,
sedikit meningkat pada tahun 2009 menjadi 25,40
persen, tapi kembali menurun pada tahun 2010
menjadi 20,70 persen, dan meningkat lagi pada
tahun 2011 dan 2012 sebesar 24,33 persen dan
28,31 persen .

Tabel 2.26
Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012

Tingkat Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012


Maksimum S D 78.090 57.245 103.483 74.270 59.173
SMTP 49.552 32.604 38.600 49.242 38.877
SMTA Umum 95.235 105.915 79.273 74.128 59.127
SMTA Kejuruan 35.330 44.123 28.634 13.591 21.475
Diploma 16.866 26.993 15.703 6.442 5.398
Universitas 36.695 47.784 33.259 19.253 24.933
Jumlah 311.768 314.664 298.952 236.926 208.983
Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2008 – 2012

Penganggur berpendidikan SMTP cenderung


mengalami penurunan dalamperiodeini, dimana pada
tahun 2008 sebesar 17,24 persen, menurun menjadi
13,08 persen pada tahun 2009, menurun pada tahun

62 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


2010 sebesar 10,26 persen, meningkat pada tahun
2011 menjadi 16,79 persen dan tahun 2012 sebesar
18,60 persen.Kemudian yang berpendidikan SMTA
Umum menunjukkan fluktuasi, tahun 2008 sebesar
26,65 persen, tahun 2009 sebesar 29,83 persen dan
tahun 2010 sebesar 27,62 persen, sedang pada tahun
2011 sebesar 35,11 persen, tahun 2012 menurun
sebesar 28,29 persen. Penganggur tamatan SMTA
Kejuruan juga terjadi fluktuasi yaitu pada tahun
2008 sebesar 11,11 persen, menurun pada tahun
2009 menjadi 11,07 persen, kemudian di tahun 2010
justru meningkat menjadi 13,40 persen, dan
menurun pada tahun 2011 sebesar 8,86 persen
namun kembali menunjukkan peningkatan pada
tahun 2012 menjadi 10,27 persen. (Lihat Tabel 2.26)

2.6.4. Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota

Kondisi penganggur terbuka di Kabupaten/Kota


terus menunjukkan kecenderungan menurun. Kota
Makassar masih menjadi penyumbang penganggur
terbuka terbesar di Sulawesi Selatan dengan proporsi
sebesar 21,31 persen pada tahun 2008, meningkat
pada tahun 2009 menjadi 24,52 persen, meningkat
lagi pada tahun 2010 menjadi 26,16 persen,
menurun pada tahun 2011 menjadi 20,96 persen
namun meningkat lagi menjadi 26,60 persen pada
tahun 2012. Di kabupaten Gowa kondisi penganggur
berfluktuasi mencapai 7,59 persen pada tahun 2008,
meningkat pada tahun 2009 menjadi 8,18 lalu
menurun pada tahun 2010 menjadi 7,57 persen,
kemudian pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 63


8,88 persen namun mengalami penurunan yang
cukup signifikan pada tahun 2012 sebesar 5,46
persen. Selanjutnya adalah Kabupaten Bone dengan
proporsi penganggur pada tahun 2008 mencapai 8,58
persen. Kondisinya cukup fluktuatif dan menurun
pada tahun 2009 menjadi 5,74 persen, meningkat
lagi pada tahun 2010 dan 2011 menjadi 7,22 persen
dan 8,27 persen, kemudian menurun cukup
signifikan pada tahun 2012 yaitu sebesar 5,61
persen. (Lihat Tabel 2.27).

64 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 2.27
Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan,Tahun 2008 – 2012
Kabupaten/Kota 2008 2009 2010 2011 2012
Selayar 5,980 5,518 4,663 2,565 1,750
Bulukumba 15,069 11,178 13,686 9,796 5,241
Bantaeng 7,963 6,470 5,317 4,503 6,401
Jeneponto 9,861 12,177 10,061 7,890 7,122
Takalar 10,530 10,275 8,615 6,846 7,535
Gowa 23,670 25,734 22,623 21,029 11,417
Sinjai 5,030 4,970 3,926 5,663 3,285
Maros 12,060 13,965 13,665 9,990 9,226
Pangkep 14,009 14,251 12,332 8,379 9,918
Barru 6,217 5,228 5,894 4,288 3,209
Bone 26,753 18,069 21,578 19,603 11,715
Soppeng 8,098 9,688 7,907 5,461 6,423
Wajo 11,560 10,828 8,656 14,036 5,447
Sidrap 11,502 8,272 9,749 5,960 7,873
Pinrang 16,259 13,930 10,918 10,269 7,159
Enrekang 5,655 5,597 3,755 5,467 2,857
Luwu 8,717 10,576 9,432 10,792 13,989
Tana Toraja 10,467 10,506 3,802 5,257 5,141
Luwu Utara 6,674 8,882 6,399 5,663 6,440
Luwu Timur 12,239 16,149 16,139 8,005 8,990
Toraja Utara 8,191 5,314 4,817
Kota Makassar 66,446 77,143 78,216 49,668 55,596
Kota Pare-Pare 7,723 7,470 6,935 4,401 2,276
Kota Palopo 9,286 7,788 6,493 6,081 5,156
Jumlah 311,768 314,664 298,952 236,926 208,983
Sumber : Sakernas Agustus 2008-2012

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 65


BAB III
PERKIRAAN
PERSEDIAAN TENAGA KERJA
Persediaan tenaga kerja merupakan bagian yang sangat
penting dalam perencanaan tenaga kerja, karena pada
hakekatnya persediaan tenaga kerja tersebut merupakan fokus
perhatian utama dalam rangka mendayagunakan seluruh
sumber daya manusia yang ada secara optimal.

Dalam konteks perencanaan tenaga kerja, persediaan


tenaga kerja tersebut sering disebut sebagai angkatan kerja.
Oleh karena itu maka perlu dilakukan perkiraan terhadap
angkatan kerja yaitu tentang berapa dan bagaimana kuantitas
dan kualitasnya di masa yang akan datang,sesuai dengan
periode perencanaan yang telah ditentukan.Sehubungan
dengan hal itu, maka upaya memperkirakan persediaan tenaga
kerja tersebut akan dilakukan dalam tiga langkah yaitu
perkiraan penduduk usia kerja, perkiraan tingkat partisipasi
angkatan kerja, dan perkiraan angkatan kerja.

3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja

Penduduk Usia Kerja (PUK) dipengaruhi oleh dua faktor


utama, yaitu faktor demografi dan faktor ekonomi. Demografi

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 67


memberikan pengaruh yang bersifat langsung misalnya
terjadinya pertambahan penduduk dari tahun ketahun.
Pertambahan penduduk tersebut berdampak terhadap
tingginya jumlah penduduk yang masuk kelompok Penduduk
Usia Kerja. Disisi lain fenomena pertambahan penduduk
dipengaruhi oleh membaiknya berbagai kondisi ekonomi baik
yang bersifat makro maupun yang bersifat mikro individual.
Perbaikan kondisi ekonomi tersebut dapat berwujud menjadi
peningkatan kemampuan untuk memenuhi konsumsi gizi dan
nutrisi yang berkualitas, kemampuan untuk merawat dan
memelihara kesehatan dan kemampuan – kemampuan lain
yang berkaitan dengan peningkatan derajat hidup.
Kesemuanya itu, baik faktor demografi maupun ekonomi,
dapat saling terkait dan bermuara pada peningkatan jumlah
Penduduk Usia Kerja.Seiring dengan itu maka Penduduk Usia
Kerja ( PUK ) Sulawesi Selatan diperkirakan akan terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun .

3.1.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis


Kelamin

Pada Tahun 2014–2018 diperkirakan terjadi


peningkatan secara kuantitas penduduk usia kerja
perempuan yang cukup signifikan sehingga jumlahnya
akan lebih besar dari Penduduk Usia Kerja Laki – Laki,
namun bila dilakukan persentase kondisi yang terjadi
justru menunjukkan peningkatan pada penduduk usia
kerja laki–laki dan penurunan pada penduduk usia kerja
perempuan. Pada tahun 2014 penduduk usia kerja laki–
laki diperkirakan akan mencapai 47,91 persen,
meningkat pada tahun 2015 menjadi 48,02 persen dan

68 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun
2018 sehingga mencapai angka 48,35 persen.
Sedangkan penduduk usia kerja perempuan pada
tahun 2014 diperkirakan sebesar 52,09 persen,
menurun pada tahun 2015 menjadi 51,98 persen dan
terus mengalami penurunan sampai pada tahun 2018
diperkirakan akan menyentuh angka 51,65 persen.
(Lihat Tabel 3.1)

Tabel 3.1
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Jenis
2014 2015 2016 2017 2018
Kelamin
Laki-laki 2.743.056 2.763.421 2.783.963 2.804.683 2.825.584
Perempuan 2.982.662 2.991.504 3.000.400 3.009.350 3.018.355
Jumlah 5.725.718 5.754.925 5.784.362 5.814.033 5.843.940

3.1.2. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut


Golongan Umur

Golongan umur menjadi bagian penting dalam


memperkirakan persediaan tenaga kerja, karena dari
golongan umur dapat merefleksikan kondisi fisik dan
psikis secara umum tenaga kerja. Secara umum
struktur PUK Sulawesi Selatan menurut golongan umur
didominasi golongan umur muda yaitu umur 15-34
tahun yang mencapai besaran 48,51 persen pada tahun
2014, menurun pada tahun 2015 menjadi 48,45 persen
dan terus mengalami penurunan hingga mencapai 48,25
persen pada tahun 2018. Sedangkan golongan umur
yang kita sebut golongan dewasa atau rentang umur
antara 35–59 tahun sebesar 39,36 persen pada tahun

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 69


2014, meningkat pada tahun 2015 menjadi 39,41 persen
dan terus mengalami peningkatan dan menyentuh angka
39,56 persen pada tahun 2018.

Sedangkan sisanya yang kita sebut sebagai


golongan usia lanjut umur 60 tahun keatas sebesar
12,13 persen pada tahun 2014, mengalami peningkatan
yang tidak terlalu signifikan karena masih berkisar pada
angka 12 persen yaitu 12,18 persen pada tahun
2018.(Lihat Tabel 3.2)

Tabel 3.2
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Golongan
2014 2015 2016 2017 2018
Umur
15 – 19 819.795 823.491 827.204 830.934 834.680
20 – 24 637.253 639.236 641.225 643.220 645.221
25 – 29 652.204 654.401 656.606 658.818 661.038
30 – 34 668.331 670.993 673.665 676.348 679.041
35 – 39 588.497 590.383 592.275 594.173 596.077
40 – 44 586.169 595.393 604.762 614.278 623.944
45 – 49 443.068 444.963 446.867 448.778 450.698
50 – 54 362.604 363.491 364.380 365.271 366.165
55 – 59 273.428 273.820 274.212 274.605 274.998
60 + 694.369 698.754 703.167 707.608 712.077

Jumlah 5.725.718 5.754.925 5.784.362 5.814.033 5.843.940

3.1.3. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut


Tingkat Pendidikan
Bila dilihat dari aspek pendidikan, maka terlihat
suatu kesenjangan yang cukup tinggi, yaitu hampir
separuh penduduk usia kerja Sulawesi Selatan yang
tergolong paling tinggi adalah tamatan sekolah

70 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


dasaryang pada tahun 2014 mencapai 46,40 persen.
Namun diperkirakan akan terjadi kecenderungan
menurun meskipun tidak terlalu banyak, diharapkan
dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan hingga
pada tahun 2018 akan menjadi 45,50 persen.

Pada titik ekstrim lainnya, yaitu tamatan diploma


yang hanya 2,09 persendan SMTA Kejuruan tampak
porsinya masih cukup rendah yaitu pada kisaran 5,95
persen. Tamatan SMTA Kejuruan yang diasumsikan
lebih berorientasi pada dunia kerja ternyata jumlahnya
jauh lebih rendah dibanding tamatan SMA Umum yang
persentasenya mencapai 19,05 persen.

Pada prinsipnya, semakin tinggi tingkat pendidikan


penduduk usia kerja, maka semakin meningkat pula
kualitas penduduk usia kerja tersebut. Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan merupakan
variabel yang sangat menentukan tingkat kualitas
penduduk usia kerja.

Selama kurun waktu 2014–2018 tampak bahwa


komposisi penduduk usia kerja menurut pendidikan
menunjukkan adanya perbaikan yang ditandai oleh
semakin besarnya komposisi penduduk usia kerja yang
berpendidikan lebih tinggi, dan menurunnya proporsi
penduduk usia kerja yang berpendidikan rendah.
Kelompok paling tinggi tamatan SD, secara konsisten
walaupun sangat landai, menunjukkan fluktuasi namun
dibeberapa titik tetap terjadi penurunan yang
proporsional.( Lihat Tabel 3.3 )

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 71


Tabel 3.3
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Tingkat
2014 2015 2016 2017 2018
Pendidikan
Maksimum SD 2.656.917 2.657.558 2.658.135 2.658.647 2.659.094
SLTP 1.113.382 1.116.064 1.118.726 1.121.366 1.123.985
SMTA Umum 1.061.522 1.074.320 1.087.246 1.100.301 1.113.485
SMTA Kejuruan 330.298 334.614 338.978 343.391 347.853
Diploma 119.875 120.477 121.079 121.681 122.283
Universitas 443.723 451.891 460.198 468.646 477.238
Jumlah 5.725.718 5.754.925 5.784.362 5.814.033 5.843.940

3.1.4. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut


Kabupaten/Kota
Perkiraan penduduk usia kerja bila dilihat
menurut kabupaten/kota selama lima tahun kedepan,
diperkirakan terbanyak masih di kota Makassar dengan
persentase 16,89 persen pada tahun 2014 dan
mengalami penurunan pada tahun 2018 sebesar 16,68
persen. Selanjutnya adalah kabupaten Bone yang
diperkirakan sebesar 9,06 persen pada tahun 2014 dan
sedikit menurun pada tahun 2018 sebesar 9,02 persen.

Kemudian Kabupaten Gowa dengan penduduk


usia kerja diperkirakan sebesar 8,06 persen pada tahun
2014 dan sedikit menurun pada tahun 2018 sebesar 8
persen. Proporsi terendah masih di kabupaten Selayar
yaitu diperkirakan hanya sebesar 1,5 persen dari total
penduduk usia kerja Sulawesi Selatan tahun 2014. Hal
yang perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam pada

72 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


kabupaten Selayar dengan posisinya tersebut agar pada
tahun–tahun selanjutnya dapat ditingkatkan mengingat
potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Selayar tidak kalah
dengan daerah lainnya di Sulawesi Selatan. (Lihat Tabel
3.4)

Tabel 3.4
Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018

Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018


Selayar 86,273 86,508 86,745 86,982 87,220
Bulukumba 283,278 283,520 283,763 284,007 284,253
Bantaeng 127,132 127,520 127,910 128,302 128,695
Jeneponto 246,369 247,345 248,326 249,312 250,302
Takalar 197,898 199,542 201,201 202,875 204,563
Gowa 461,377 462,845 464,320 465,800 467,287
Sinjai 162,000 163,795 165,611 167,448 169,306
Maros 227,280 229,317 231,373 233,448 235,543
Pangkep 218,098 219,843 221,602 223,376 225,165
Barru 121,468 123,035 124,624 126,233 127,864
Bone 518,925 520,980 523,045 525,119 527,204
Soppeng 169,504 170,158 170,815 171,475 172,138
Wajo 293,716 295,488 297,271 299,066 300,873
Sidrap 201,856 204,403 206,983 209,597 212,244
Pinrang 244,519 244,971 245,424 245,880 246,337
Enrekang 127,630 128,657 129,692 130,736 131,790
Luwu 224,736 225,953 227,177 228,409 229,648
Tana Toraja 147,979 149,152 150,334 151,527 152,729
Luwu Utara 198,654 200,478 202,320 204,179 206,056
Luwu Timur 165,560 166,083 166,608 167,135 167,664
Toraja Utara 140,309 141,050 141,796 142,546 143,301
Kota Makassar 966,819 968,806 970,800 972,802 974,812
Kota Parepare 91,310 92,178 93,054 93,939 94,832
Kota Palopo 103,029 103,298 103,569 103,841 104,113
Jumlah 5,725,718 5,754,925 5,784,362 5,814,033 5,843,940

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 73


3.2. Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu faktor


penting dalam pembangunan ekonomi khususnya dalam
upaya pemerintah mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Hal ini karena tenaga kerja akan terus mengalami perubahan
seiring dengan berlangsungnya proses demografi.

Pada umumnya yang menjadi fokus perhatian di bidang


ketenagakerjaan adalah penduduk usia kerja termasuk
didalamnya angkatan kerja. Angkatan kerja ini memiliki
sensitivitas yang cukup tinggi terhadap pasar kerja. Oleh
sebab itu, perubahan yang terjadi pada kelompok ini akan
mempengaruhi persediaan tenaga kerja. Untuk mengetahui
partisipasi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja
dapat dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK).

Secara umum TPAK pada tahun 2014-2018diperkirakan


mengalamikenaikan. Walaupun kalau dilihat pergeserannya
tidak terlalu besar yaitu dari 63,37 persen pada tahun 2014
menjadi 63,64 persen pada tahun 2015. Selanjutnya pada
tahun 2016 meningkat lagi menjadi 63,92 persen, tahun 2017
menjadi 64,20 persen dan tahun 2018 diperkirakan akan
menyentuh angka 64,48 persen. Meningkatnya TPAK tersebut
diperkirakan karena adanya kesadaran masyarakat yang
semakin tinggi terhadap tingkat pendidikan yang lebih baik
sejalan dengan tuntutan dunia kerja. Sehubungan dengan hal
tersebut,maka pertambahan jumlah angkatan kerja pada
tahun–tahun berikutnya relatif lebih kecil dibandingkan
dengan pertambahan jumlah penduduk usia kerja.

74 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


3.2.1. Perkiraan TPAK Menurut Jenis Kelamin

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pada tahun–


tahun mendatang diperkirakan masih lebih besar
persentaselaki–laki daripada perempuan yang mana
TPAK laki–laki berada pada posisi 82,53 persen pada
tahun 2014 dan mencapai 84,11 persen pada tahun
2018. Sedangkan TPAK perempuan pada tahun 2014
baru mencapai 45,74 persen mengalami peningkatan
sampai pada tahun 2018 menjadi 46,09 persen. (Lihat
Tabel 3.5)

Tabel 3.5
Perkiraan TPAK Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018

Jenis Kelamin 2014 2015 2016 2017 2018


Laki-laki 82,53 82,93 83,32 83,71 84,11
Perempuan 45,74 45,83 45,92 46,01 46,09
Total 63,37 63,64 63,92 64,20 64,48

3.2.2. Perkiraan TPAK Menurut Golongan Umur

Konsep angkatan kerja menjelaskan bahwa


terdapat beberapa alasan mengapa sebagian penduduk
menjadi angkatan kerja, antara lain karena faktor
ekonomi, faktor sosial maupun faktor psikologis. Dengan
terdapatnya perkembangan sosial ekonomi maka kondisi
angkatan kerja juga berkembang dengan berbagai variasi
yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat
partisipasi angkatan kerja.

Secara umum semakin semakin tinggi golongan


umur, maka tingkat partisipasi angkatan kerja akan
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 75


tuntutan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. TPAK
tersebut akan mengalami peningkatan kembali pada
golongan umur 50–54 tahun namun pada golongan
umur 55 tahun keatas mengalami penurunan.

TPAK pada golongan umur 15–19 tahun masih


cukup rendah, dan selama 5 (lima) tahun kedepan
diperkirakan persentasenyaakan selalu menurun,
meskipun pergeserannya sangat sedikit namun cukup
menunjukkan sentimen positif karena usia ini adalah
usia sekolah yang seharusnya masih bersekolah
daripada masuk kedalam dunia kerja.Penurunan pada
kelompok umur ini dimungkinkan dipengaruhi oleh
keberhasilan program wajib belajar 9 tahun sehingga
angkatan kerja golongan umur ini lebihbanyak duduk di
bangku sekolah ketimbang turut meramaikan pasar
kerja, yang pada akhirnya jumlah angkatan kerja selama
lima tahun terus berkurang.

Tabel 3.6
Perkiraan TPAK Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 - 2018

Golongan Umur 2014 2015 2016 2017 2018


15 – 19 32,50 32,45 32,39 32,33 32,28
20 – 24 61,32 61,94 62,57 63,21 63,85
25 – 29 74,35 74,74 75,12 75,50 75,89
30 – 34 75,12 75,30 75,48 75,66 75,84
35 – 39 76,78 76,88 76,98 77,08 77,18
40 – 44 79,47 79,85 80,22 80,60 80,98
45 – 49 78,06 78,61 79,17 79,74 80,31
50 – 54 73,93 74,25 74,57 74,89 75,21
55 – 59 67,47 67,61 67,75 67,89 68,03
60 + 38,58 38,77 38,96 39,15 39,34
Total 63,37 63,64 63,92 64,20 64,48

76 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Kelompok umur yang menunjukkan kenaikan
yang cukup signifikan adalah kelompok umur 20–24
tahun yang pada tahun 2014 sebesar 61,32 persen dan
terus mengalami kenaikan sampai tahun 2018 menjadi
63,85 persen. Hal ini dimungkinkan bahwa kelompok
umur ini telah menyelesaikan sekolah hingga jenjang
Diploma atau Perguruan Tinggi sehingga mereka menjadi
lebih siap bersaing dalam dunia kerja. (Lihat Tabel 3.6)

3.2.3. Perkiraan TPAK Menurut Tingkat Pendidikan

Seiring dengan perubahan sistem pendidikan,


diperkirakan TPAK lulusan pendidikan Sekolah Dasar
dari tahun ketahun akan semakin menurun, sedangkan
TPAK yang akan mengalami peningkatan terjadi pada
tingkat pendidikan SMTA Kejuruan, pada tahun 2014
sebesar menjadi 67,40 persen, meningkat pada tahun
2015 menjadi 68,06 persen dan pada tahun 2018
diperkirakan mencapai 70,03 persen. Tingkat Pendidikan
Diploma juga mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dimana pada tahun 2014 sebesar 79,29
persen dan tahun 2015 sebesar 79,90 persen sampai
tahun 2018 mencapai 81,68 persen.

TPAK pada tingkat pendidikan Universitas juga


mengalami kenaikan dan menduduki proporsi terbesar
dari semua tingkat pendidikan yang ada dimana pada
tahun 2014 sebesar 88,65 persen, tahun 2015 sebesar
88,86 persen dan sampai pada tahun 2018 menyentuh
angka 89,40 persen.

Dengan meningkatnya lulusan SMTA Kejuruan,


Diploma dan Universitas menunjukkan sentimen yang

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 77


positif bagi dunia kerja dimana dapat terlihat dengan
sangat jelas bahwa pasar kerja untuk lima tahun
kedepan diperkirakan akan sangat memperhitungkan
tingkat pendidikan dan keahlian atau keterampilan yang
dimiliki oleh pencari kerja yang dapat dipenuhi oleh
pencari kerja lulusan SMTA Kejuruan, Diploma dan
Perguruan Tinggi. (Lihat Tabel 3.7)

Tabel 3.7
Perkiraan TPAK Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Tingkat
2014 2015 2016 2017 2018
Pendidikan
Maksimum SD 61,99 61,62 61,25 60,87 60,48
SLTP 53,73 55,11 56,52 57,96 59,42
SMTA Umum 63,30 63,69 64,07 64,45 64,81
SMTA Kejuruan 67,40 68,06 68,72 69,38 70,03
Diploma 79,29 79,90 80,50 81,09 81,68
Universitas 88,65 88,86 89,05 89,23 89,40
Total 63,37 63,64 63,92 64,20 64,48

3.2.4. Perkiraan TPAK Menurut Kabupaten/Kota

Melihat kondisi di dua puluh empat


kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan, pada
tahun 2014–2018 diperkirakan hampir semuanya
mengalami peningkatan, kecuali kota Makassar yang
kondisinya berfluktuasi bahkan sedikit mengalami
penurunan pada tahun 2018. Tingkat partisipasi
angkatan kerja tertinggi di kabupaten Tana Toraja yaitu
sebesar 77,71 persen pada tahun 2014, tumbuh sebesar
0,62 persen pada tahun 2015 menjadi 78,33 persen dan
meningkat sampai tahun 2018 sebesar 1,13 persen dari
tahun sebelumnya menjadi 81,19 persen.

78 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 3.8
Perkiraan TPAK Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018
Selayar 63.20 63.54 63.67 63.83 63.99
Bulukumba 68.70 68.92 68.97 69.04 69.11
Bantaeng 72.41 72.63 72.68 72.77 72.85
Jeneponto 67.15 67.73 67.97 68.38 68.78
Takalar 62.66 62.92 62.99 63.07 63.16
Gowa 62.44 62.71 62.78 62.88 62.98
Sinjai 73.35 73.61 73.70 73.76 73.80
Maros 64.81 65.16 65.63 66.13 66.63
Pangkep 57.97 58.26 58.95 59.67 60.39
Barru 57.40 58.04 58.85 59.70 60.55
Bone 65.09 65.31 65.40 65.44 65.48
Soppeng 62.19 62.35 62.44 62.42 62.41
Wajo 61.77 62.06 62.91 63.79 64.67
Sidrap 58.74 59.03 59.73 60.46 61.19
Pinrang 56.87 57.19 57.91 58.83 59.76
Enrekang 75.76 76.13 76.65 77.19 77.73
Luwu 60.29 60.70 60.91 61.15 61.39
Tana Toraja 77.71 78.33 78.94 80.06 81.19
Luwu Utara 66.17 66.54 66.70 66.88 67.07
Luwu Timur 67.86 68.03 68.19 68.37 68.56
Toraja Utara 68.96 69.13 69.35 69.60 69.85
Kota Makassar 57.87 57.92 58.02 57.91 57.79
Kota Parepare 61.09 61.54 61.80 62.09 62.37
Kota Palopo 60.16 60.51 60.67 60.85 61.04
Total 63.37 63.64 63.92 64.20 64.48

Selanjutnya adalah kabupaten Enrekang yang


pada tahun 2014 diperkirakan memiliki tingkat
partisipasi angkatan kerja sebesar 75,76 persen dan
tumbuh 0,37 persen pada tahun 2015 menjadi 76,13
persen, selanjutnya meningkat lagi pada tahun 2018
sebesar 77,73 persen atau bertumbuh 0,55 persen dari

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 79


tahun sebelumnya. Kabupaten yang juga memiliki
tingkat partisipasi angkatan kerja cukup besar adalah
kabupaten Sinjai dan Bantaeng yang pada tahun 2014
masing–masing sebesar 73,35 persen dan 72,41
persen.(Lihat Tabel 3.8)

3.3. Perkiraan Angkatan Kerja

Tahun 2014 jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi


Selatan diperkirakan sebanyak 5.725.718 orang dengan
jumlah angkatan kerja sebesar 3.628.228 orang. Secara
struktural angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk
usia kerja, sehingga jumlah angkatan kerja sangat tergantung
pada jumlah penduduk usia kerja yang masuk kedalam
angkatan kerja.

3.3.1. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis


Kelamin

Kondisi angkatan kerja laki–laki dan perempuan


pada tahun 2014–2018 diperkirakan tidak akan berbeda
terlalu jauh dengan kondisi data masa lalu selama 5
(lima) tahun terakhir yaitu tahun 2008–2012 dimana
angkatan kerja laki–laki masih lebih tinggi dibanding
dengan angkatan kerja perempuan dengan
kecenderungan yang hampir sama pula yaitu sama–
sama mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
(Lihat Tabel 3.9)

80 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 3.9
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Jenis Kelamin 2014 2015 2016 2017 2018
Laki-laki 2.263.978 2.291.589 2.319.572 2.347.933 2.376.677
Perempuan 1.364.250 1.370.933 1.377.670 1.384.461 1.391.307
Jumlah 3.628.228 3.662.522 3.697.242 3.732.394 3.767.985

3.3.2. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan


Umur
Perkiraan struktur angkatan kerja menurut
golongan umur pada tahun 2013–2014 yang tidak
berubah dari tahun sebelumnya dimana kondisi ini
memang nampaknya seiring dengan komposisi pada
penduduk usia kerja yang juga cenderung meningkat.

Angkatan kerja dengan golongan umur 20–49


tahun yang merupakan usia produktif bagi seseorang
dalam bekerja proporsinya diperkirakan mencapai 72,80
persen pada tahun 2014 dan diperkirakan terus
meningkat menjadi 72,88 persen pada tahun 2015, dan
73,14 persen pada tahun 2018. Kelompok umur ini
sangat mendominasi diantara kelompok umur yang
lainnya dengan persentase yang mencapai angka diatas
70 persen. Tentu saja karena kelompok umur ini
menjadi masa keemasan bagi seseorang untuk berkarir
dan berkarya dalam kehidupan sosial dan masyarakat.

Angkatan kerja pada golongan umur 30–34 tahun


cukup besar diantara kelompok umur lainnya yaitu
502.042 orang atau 13,84 persen pada tahun 2014.
Angkatan kerja dengan golongan umur ini adalah

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 81


angkatan kerja yang sudah mempunyai referensi
mengenai duniakerja. Oleh karena itu upaya
peningkatan pemanfaatan mereka dalam hal
peningkatan kompetensi dapat dimaksimalkan melalui
kegiatan pelatihan. (Lihat Tabel 3.10)

Tabel 3.10
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 - 2018

Golongan Umur 2014 2015 2016 2017 2018


15 – 19 266.449 267.191 267.936 268.682 269.430
20 – 24 390.788 395.973 401.227 406.550 411.944
25 – 29 484.942 489.070 493.234 497.432 501.667
30 – 34 502.042 505.250 508.478 511.727 514.997
35 – 39 451.868 453.905 455.951 458.007 460.071
40 – 44 465.846 475.408 485.166 495.124 505.287
45 – 49 345.849 349.802 353.801 357.845 361.936
50 – 54 268.073 269.885 271.710 273.546 275.395
55 – 59 184.475 185.125 185.779 186.434 187.092
60 + 267.896 270.912 273.962 277.046 280.166
Jumlah 3.628.228 3.662.522 3.697.242 3.732.394 3.767.985

3.3.3. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat


Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting
dalam kehidupan serta diakui sebagai kebutuhan pokok
manusia secara keseluruhan. Semakin tinggi pendidikan
masyarakat, semakin tinggi kualitas sumber dayanya.
Angkatan kerja tersebut masih didominasi oleh tingkat
pendidikan rendah yaitu Sekolah Dasar kebawah
sebesar 45,39 persen, SMTP 16,49 persen, SMTA Umum
18,52 persen, SMTA Kejuruan 6,14 persen, Diploma 2,62
persen, dan Perguruan Tinggi 10,84 persen.

82 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Peningkatan angkatan kerja yang berpendidikan
SMTA mengalami peningkatan secara proporsi yang
cukup signifikan, hal ini diperkirakan karena lulusan
SMTP lebih memilih melanjutkan di SMTA Umum ketika
akan melanjutkan sekolah, sementara SMTA Kejuruan
masih menjadi alternatif kedua, setelah kesempatan
untuk mendaftar di SMTA Umum tipis karena minimnya
nilai persyaratan. Oleh karena itu setiap tahunnya
lulusan SMTA mencari pekerjaan, sementara mereka
tidak memiliki keterampilan yang memadai.

Angkatan kerja lulusan Diploma dan Perguruan


Tinggi juga mengalami peningkatan, walaupun tidak
sebanyak SMTA. Peningkatan angkatan kerja didorong
oleh tuntutan permintaan dunia kerja sebab angkatan
kerja yang kurang berkualitas akan sulit bersaing dalam
mendapatkan pekerjaan maupun berkompetisi dalam di
lingkungan kerja. Selain itu semakin mudahnya
melanjutkan sekolah sampai dengan tingkat SMTA
mengakibatkan peningkatan terbesar angkatan kerja di
jenjang ini.Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah,
dengan adanya paket – paket belajar baik Paket A setara
SD, Paket B setara SMTP, dan paket C setara SMTA.

Untuk angkatan kerja berpendidikan SMTP


diperkirakan meningkat menjadi 16,49 persen pada
tahun 2014, meningkat pada tahun 2015 menjadi 16,79
dan meningkat lagi sampai menyentuh angka 17,73
persen pada tahun 2018.(Lihat Tabel 3.11)

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 83


Tabel 3.11
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018

Tingkat Pendidikan 2014 2015 2016 2017 2018


Maksimum SD 1.647.020 1.637.658 1.628.072 1.618.267 1.608.247
SLTP 598.247 615.107 632.334 649.933 667.909
SMTA Umum 671.921 684.210 696.606 709.105 721.705
SMTA Kejuruan 222.627 227.750 232.952 238.231 243.589
Diploma 95.047 96.258 97.467 98.675 99.881
Universitas 393.366 401.538 409.811 418.182 426.653
Jumlah 3.628.228 3.662.522 3.697.242 3.732.394 3.767.985

3.3.4. Perkiraan Angkatan Kerja Menurut


Kabupaten/Kota
Kondisi angkatan kerja di Sulawesi Selatan
menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2014 – 2018
diperkirakan tidak mengalami perbedaan yang terlalu
mencolok dan hampir sama dengan kondisi penduduk
usia kerja pada rentang waktu yang sama dimana
angkatan kerja yang terbesar jumlahnya adalah di kota
Makassar dengan persentase 15,42 persen pada tahun
2014, cenderung menurun pada tahun 2015 menjadi
15,32 persen dan 14,95 persen pada tahun 2018.
Selanjutnya adalah kabupaten Bone dengan angkatan
kerja sebesar 9,31 persen pada tahun 2014, menurun
pada tahun 2015 sebesar 9,29 persen dan juga
cenderung menurun sampai tahun 2018 sebesar 9,16
persen. (Lihat Tabel 3.12)

84 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 3.12
Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018
Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018
Selayar 54,523 54,964 55,232 55,524 55,814
Bulukumba 194,612 195,404 195,700 196,070 196,435
Bantaeng 92,057 92,613 92,970 93,364 93,757
Jeneponto 165,429 167,534 168,796 170,469 172,153
Takalar 124,004 125,556 126,727 127,957 129,196
Gowa 288,077 290,249 291,516 292,897 294,277
Sinjai 118,831 120,567 122,064 123,503 124,955
Maros 147,299 149,422 151,850 154,375 156,937
Pangkep 126,438 128,085 130,633 133,282 135,980
Barru 69,723 71,412 73,345 75,358 77,425
Bone 337,767 340,274 342,059 343,639 345,217
Soppeng 105,411 106,091 106,650 107,039 107,427
Wajo 181,425 183,393 187,006 190,761 194,586
Sidrap 118,574 120,667 123,630 126,713 129,868
Pinrang 139,047 140,102 142,120 144,648 147,217
Enrekang 96,694 97,951 99,403 100,915 102,446
Luwu 135,500 137,148 138,380 139,674 140,977
Tana Toraja 114,988 116,825 118,670 121,305 123,995
Luwu Utara 131,450 133,396 134,944 136,562 138,194
Luwu Timur 112,354 112,990 113,611 114,278 114,946
Toraja Utara 96,759 97,505 98,338 99,216 100,098
Kota Makassar 559,503 561,139 563,251 563,328 563,389
Kota Parepare 55,782 56,729 57,511 58,325 59,149
Kota Palopo 61,982 62,506 62,836 63,191 63,546
Jumlah 3,628,228 3,662,522 3,697,242 3,732,394 3,767,985

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 85


BAB IV
PERKIRAAN
KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Kesempatan Kerja menginformasikan jumlah lapangan
pekerjaan yang tersedia. Berbagai kegiatan ekonomi diberbagai
lapangan usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang
pada gilirannya memberikan kesempatan kepada penduduk
untuk bekerja. Bila disadari bahwa tidak semua lapangan
pekerjaan yang tersedia dapat dimanfaatkan oleh penduduk
karena berbagai faktor oleh karena data real terkait hal itu
belum tersedia, selain itu terdapat kesulitan untuk
memperoleh data dimaksud, maka kesempatan kerja
diproyeksikan dari jumlah penduduk yang bekerja.

Problema yang dihadapi terkait dengan kesempatan


kerja adalah pertambahan yang cenderung masih kecil
jumlahnya, sehingga penggunaan sumber daya manusia
menjadi semakin terbatas. Sebagai konsekuensinya, maka
pada setiap pekerjaan di berbagai lapangan usaha
membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian /
kompetensi dan professional di bidangnya masing – masing.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 87


Sementara kompetensi yang ketat dalam berbagai bidang
usaha menuntut pelaku usaha untuk mampu bersaing baik
dari sisi kualitas maupun kuantitas, yang pada gilirannya
mengarah pada tindakan efisiensi dan rasionalisasi.

Jumlah angkatan kerja setiap tahunnya terus


meningkat, yang sebagian besar masih berpendidikan rendah
dan belum memiliki keahlian atau keterampilan yang
memadai. Oleh karena itu segala upaya harus dilakukan agar
pertambahan angkatan kerja baru dan juga pengangguran
yang ada dapat terserap.

Namun demikian sektor pertanian yang memiliki


tingkat fleksibilitas cukup tinggi dalam penyerapan tenaga
kerja kurang diminati oleh para pencari kerja. Para pencari
kerja lebih tertarik untuk memasuki lapangan pekerjaan
disektor non pertanian.Perkiraan kesempatan kerja
memberikan indikasi besaran kebutuhan tenaga kerja pada
berbagai sektor ekonomi, baik dalam aspek kuantitas maupun
kualitasnya. Perkiraan kesempatan kerja juga memiliki
manfaat yang cukup luas sebagai masukan dan evaluasi bagi
perencanaan pendidikan dan pelatihan, yang pada gilirannya
keluaran sistem pendidikan dan pelatihan dapat diusahakan
sedekat mungkin dengan tuntutan syarat pekerjaan.

4.1. Perkiraan Perekonomian 2014-2018

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator


yang sangat penting dalam menilai kinerja perekonomian
suatu daerah, terutama untuk melakukan analisis tentang

88 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh
suatu daerah bahkan Negara. Ekonomi dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat
dari tahun sebelumnya. Dengan demikian pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian
dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau
kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang terus menunjukkan
peningkatan menggambarkan bahwa perekonomian daerah
tersebut berkembang dengan baik.

Dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu


daerah dapat menentukan serangkaian sasaran ekonomi
secara kuantitatif dalam periode tertentu. Perekonomian
Sulawesi Selatan pada tahun 2014–2018 diperkirakan akan
terus menunjukkan perbaikan yang nantinya diharapkan
dapat membawa perubahan positif pada kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Hal ini tidak terlepas dari kinerja
perekonomian pada tahun 2012 yang mengalami
pertumbuhan sampai 8,37 persen, ini memberikan gambaran
bahwa pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan mampu
melampaui pertumbuhan ekonomi secara nasional yang hanya
berada pada angka 6,40 persen. Pada tahun 2014 dan 2018
diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat
meskipun pada perkiraan tahun 2014 sedikit mengalami
penurunan yaitu hanya sebesar 7,88 persen, namun pada
tahun 2018 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Selatan dapat menyentuh angka 8,96 persen.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 89


Tabel 4.1
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014-2018 (%)
Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018
1. Pertanian 4,47 4,55 4,60 4,68 4,78
2. Pertambangan 1,85 1,93 2,01 2,23 2,25
3. Industri Pengolahan 9,36 9,41 9,50 9,61 9,71
4. Listrik, Gas dan Air 10,25 10,31 10,40 10,43 10,53
5. Bangunan 10,32 10,35 10,41 10,46 10,51
6. Perdagangan 10,14 10,21 10,27 10,33 10,39
7. Angkutan 12,59 13,06 13,54 13,62 13,69
8. Keuangan 13,04 13,18 14,22 14,26 14,40
9. Jasa Kemasyarakatan 3,48 3,50 3,64 3,69 3,80
Total 7,88 8,18 8,52 8,74 8,96

Rata–rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor


keuangan yang diperkirakan mencapai 13,04 persen pada
tahun 2014 dan diperkirakan akan terus meningkat sampai
tahun 2018 mencapai 14,40 persen. Selanjutnya sektor
bangunan diperkirakan tumbuh sebesar 10,32 persen pada
tahun 2014 dan sedikit meningkat pada tahun 2018 sebesar
10,51 persen. Sektor Listrik, Gas, dan Air diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 10,25 persen pada tahun
2014 dan 10,53 persen pada tahun 2018. Selanjutnya sektor
perdagangan diperkirakan tumbuh sebesar 10,14 persen pada
tahun 2014 dan 10,39 persen pada tahun 2018. Sektor yang
paling sedikit pertumbuhannya adalah sektor pertambangan
yaitu 1,85 persen pada tahun 2014 dan 2,25 persen pada
tahun 2018.

Struktur ekonomi Sulawesi Selatan tahun 2014 – 2018


diperkirakan akan didominasi oleh sektor pertanian,

90 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


perdagangan, industri pengolahan, angkutan, keuangan dan
jasa kemasyarakatan. Sumbangan sektor pertanian pada
tahun 2014 diperkirakan sebesar 24,11 persen dan
kemungkinan akan mengalami penurunan pada tahun 2018
sebesar 20,79 persen. Meskipun diperkirakan akan adanya
penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Sulawesi Selatan, namun bukan berarti adanya penurunan
kinerja sektor pertanian tapi lebih disebabkan oleh adanya
kemajuan dari sektor lain.

Tabel 4.2
Perkiraan Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018 (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018
1. Pertanian 16.751 17.513 18.319 19.176 20.092
2. Pertambangan 4.389 4.473 4.563 4.665 4.770
3. Industri Pengolahan 9.704 10.617 11.626 12.744 13.982
4. Listrik, Gas dan Air 787 868 959 1.059 1.170
5. Bangunan 4.482 4.946 5.461 6.032 6.666
6. Perdagangan 12.925 14.244 15.706 17.327 19.127
7. Angkutan 7.573 8.563 9.722 11.046 12.559
8. Keuangan 6.370 7.209 8.234 9.409 10.763
9. Jasa Kemasyarakatan 6.488 6.716 6.960 7.217 7.491
Jumlah 69.468 75.149 81.550 88.674 96.620

Apalagi bila ditinjau dari segi pertumbuhannya, sektor


pertanian masih mengalami pertumbuhan walaupun tidak
terlalu mencolok yaitu tumbuh sebesar 4,47 persen pada
tahun 2014, meningkat 4,55 persen pada tahun 2015,
meningkat lagi pada tahun 2016 sebesar 4,6 persen dan pada
tahun 2017 dan 2018 sebesar 4,68 persen dan 4,78 persen.
Adanya penurunan sumbangan sektor pertanian terhadap
pendapatan regional bruto dan kenaikan pertumbuhan sektor

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 91


ini diharapkan akan membuka kesempatan kerja baru yang
lebih banyak karena seperti diketahui bahwa sektor pertanian
masih merupakan sektor andalan bagi Sulawesi Selatan
dengan target surplus beras di Sulawesi Selatan yang telah
tercapai sebanyak 2 juta ton pada tahun 2012.

Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB Sulawesi


Selatan pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 18,6 persen
dan meningkat pada tahun 2018 sebesar 19,79 persen. Sektor
yang juga cukup besar berkontribusi adalah sektor industri
pengolahan sebesar 13,96 persen pada tahun 2014 dan
diperkirakan meningkat sebesar 14,47 persen pada tahun
2018. Sektor yang juga diharapkan mengalami peningkatan
adalah sektor angkutan dengan kontribusi sebesar 10,9 persen
pada tahun 2014 dan mencapai 12,99 persen pada tahun
2018. Sedangkan sektor yang paling kecil kontribusinya
adalah sektor listrik, gas dan air yang berkontribusi sebesar
1,13 persen pada tahun 2014, namun juga mulai mengalami
peningkatan sebesar 1,21 persen pada tahun 2018.

4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja

4.2.1. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis


Kelamin

Kesempatan kerja menurut jenis kelamin


menggambarkan bahwa seberapa besar
kesempatan kerja untuk tenaga kerja
perempuan dan tenaga kerja laki –laki dimana
bila melihat kenyataan yang ada kesempatan
kerja yang tersedia bagi perempuan masih jauh
lebih kecil bila dibandingkan dengan

92 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


kesempatan kerja yang tersedia bagi laki – laki.
Hal ini dimungkinkan karena pekerjaan yang
umum tersedia, kemungkinan tidak cocok atau
dianggap tidak cocok bagi fisik seorang
perempuan yang lemah lembut. Atau keadaan
yang kemudian dianggap dapat menghambat
kinerja seorang pekerja perempuan yang
memiliki siklus bulanan berupa menstruasi,
bahkan hamil dan menyusui, yang mana akan
lebih menguntungkan bagi pengusaha untuk
mempekerjakan pekerja laki–laki karena kinerja
mereka yang lebih maksimal karena tidak ada
beban seperti seorang pekerja perempuan yang
harus berperan ganda sebagai seorang istri, ibu
rumah tangga, sekaligus pencari nafkah bila
mereka masuk kedalam dunia kerja.
Pada tahun 2014 - 2018 kesempatan kerja
untuk tenaga kerja laki–laki rata–rata 64
persen, sementara kesempatan kerja untuk
tenaga kerja perempuan hanya sebesar 36
persen. (Lihat Tabel 4.3)

Tabel 4.3
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Jenis Kelamin 2014 2015 2016 2017 2018
Laki-laki 2.169.972 2.200.287 2.232.676 2.266.803 2.302.933
Perempuan 1.268.628 1.279.299 1.291.013 1.303.561 1.317.077
Jumlah 3.438.600 3.479.586 3.523.689 3.570.364 3.620.010

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 93


4.2.2. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut
Golongan Umur

Komposisi jumlah penduduk yang bekerja


menurut golongan umur pada tahun 2014–2018
diperkirakan meningkat sampai pada golongan
umur 40–44 tahun, selanjutnya mulai menurun
pada golongan umur diatas 55 tahun. Komposisi
ini menunjukkan besarnya sumbangan
lapangan usaha yang membutuhkan tenaga
kerja muda dan produktif dalam memberikan
kesempatan kerja.( Lihat Tabel 4.4 )

Tabel 4.4
PerkiraanKesempatan Kerja Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014-2018
Golongan Umur 2014 2015 2016 2017 2018
15 – 19 219.257 220.489 221.899 223.443 225.600
20 – 24 332.086 340.138 348.654 357.584 367.723
25 – 29 459.142 466.501 474.343 482.588 487.948
30 – 34 481.827 483.970 486.498 489.313 493.461
35 – 39 441.157 443.783 446.770 450.028 453.624
40 – 44 455.916 465.975 476.624 487.789 499.577
45 – 49 338.018 342.189 346.679 351.424 357.188
50 – 54 261.090 263.366 265.866 268.540 271.967
55 – 59 183.036 183.384 183.874 184.469 185.192
60 + 267.070 269.791 272.482 275.185 277.729
Jumlah 3.438.600 3.479.586 3.523.689 3.570.364 3.620.010

4.2.3. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat


Pendidikan

Kesempatan Kerja (Penduduk Yang Bekerja)


menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan

94 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


merupakan indikator untuk melihat kualitas
penting dalam merencanakan kesempatan kerja
Tingkat Pendidikan, dalam hal ini
diklasifikasikan menjadi 5 (lima) tingkatan
mulai dari tingkat SekolahDasar sampai
dengan Perguruan Tinggi /Universitas. Pada
tingkat Sekolah Dasar didalamnya termasuk
mereka yang tidak tamat SD dan tidak
bersekolah sama sekali. Sementara pada tingkat
SMTA dibedakan antara SMTA Umum dan
SMTA Kejuruan. Sedangkan pada tingkat
Diploma mencakup Diploma I, II, dan Akademi
/Diploma III, pada puncaknya pada tingkat
Universitas meliputi Strata I, II, dan III.
Komposisi kesempatan kerja menurut
tingkat pendidikan pada tahun 2014-2018
diperkirakan masih akan didominasi oleh yang
berpendidikan rendah namun secara relatif
diperkirakan jumlahnya cenderung menurun.
Penduduk yang bekerja dan berpendidikan SD/
Tidak Tamat SD/Tidak bersekolah pada tahun
2014 diperkirakan sebesar 46,35 persen, pada
tahun 2015 menurun menjadi 45,56 persen
dan akan terus mengalami penurunan sehingga
mencapai 43,19 persen pada tahun 2018. Data
ini secara kualitatif memang menunjukkan
penurunan baik dari segi jumlah maupun bila
dilihat dari sisi persentasenya.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 95


Kesempatan kerja untuk mereka yang
berpendidikan lebih tinggi juga mengalami
peningkatan baik dalam jumlah maupun
persentase. Pada tingkat pendidikan SMTA
Umum pada tahun 2014 diperkirakan sebesar
17,94 lalu meningkat pada tahun 2015 menjadi
18,12 persen dan sampai tahun 2018
diperkirakan mencapai 18,65 persen.Pada
tingkat pendidikan SMTA Kejuruan juga
meningkat dari5,92 persen pada tahun 2014,
meningkat menjadi 6,02 persen pada tahun
2015 dan selanjutnya pada tahun 2018 sedikit
bergeser ke angka 6,34 persen.
Peningkatan lulusan SMTA Kejuruan
diperkirakan hasil dari program reposisi sekolah
umum ke sekolah kejuruan yang dimulai sejak
tahun 2007. Adapun program ini bertujuan
untuk mewujudkan pendidikan yang
menghasilkan manusia mandiri, dengan kata
lain lulusan SMTA Kejuruan diharapkan mampu
memasuki dunia kerja baik yang bekerja dengan
orang lain maupun berusaha
sendiri/berwirausaha. Jumlah penduduk
bekerjayang berpendidikan tinggi seperti
Diploma dan Universitas masing–masing
menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan terutama pada tingkat pendidikan
universitas yang pada tahun 2014 sebesar 10,97

96 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


persen, meningkat pada tahun 2015 menjadi
11,13 persen, kemudian terus meningkat pada
tahun 2018 sehingga mencapai angka 11,42
persen. (Lihat Tabel 4.5)

Tabel 4.5
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 - 2018
Tingkat Pendidikan 2014 2015 2016 2017 2018
Maksimum SD 1.593.669 1.585.126 1.577.390 1.570.165 1.563.577
SLTP 563.460 581.864 601.160 621.283 642.328
SMTA Umum 616.850 630.527 644.818 659.632 675.047
SMTA Kejuruan 203.398 209.493 215.873 222.515 229.451
Diploma 89.053 90.700 92.422 94.204 96.059
Universitas 372.170 381.876 392.025 402.565 413.548
Jumlah 3.438.600 3.479.586 3.523.689 3.570.364 3.620.010

4.2.4. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut


Lapangan Usaha

Selama tahun 2014-2018 komposisi


penduduk yang bekerja menurut lapangan
usaha diperkirakantidak mengalami perubahan
yang berarti dan cenderung mengikuti trend
data masa lalunya. Sektor pertanian masih
mendominasi dalam penyerapan tenaga kerja
namun dengan proporsi yang semakin mengecil.
Hal ini karena adanya pergeseran minat para
pencari kerja dari sektor pertanian ke sektor
non pertanian. Selain itu adanya alih fungsi
lahan pertanian menjadi perumahan ataupun
bangunan lain yang menyebabkan penurunan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 97


luas lahan garapan untuk pertanian. Sementara
itu, diperkirakan jumlah penduduk yang bekerja
disektor perdagangan juga mengalami
peningkatan.
Berdasarkan asumsi demikian maka pada
tahun 2014 proporsi penduduk yang bekerja
pada sektor pertanian sebesar 42,13 persen,
mengalami penurunan pada tahun 2015
menjadi 41,24 persen dan pada tahun 2018
turun lagi menjadi 38,49 persen. Hal ini
disebabkan tenaga kerja masih menjadikan
lapangan usaha pertanian sebagai basis untuk
mencari pekerjaan pada sektor lainnya, namun
kebutuhan pasar kerja yang mulai bergeser ke
arah perdagangan dan jasa turut berperan
dalam menekan pekerja pada sektor pertanian.
Sektor perdagangan diperkirakan akan
semakin mengalami peningkatan dimana pada
tahun 2014 sebesar 18,42 persen, meningkat
pada tahun 2015 menjadi 18,48 persen dan
pada tahun 2018 menjadi 18,62 persen.
Demikian pula sektor jasa yang juga mengalami
peningkatan dengan menyerap 18,12 persen
tenaga kerja pada tahun 2014, meningkat pada
tahun 2015 menjadi 18,48 persen, kemudian
secara cukup signifikan meningkat lagi pada
tahun 2018 menjadi 19,62 persen.(Lihat Tabel
4.6)

98 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 4.6
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018
1. Pertanian 1.448.577 1.434.914 1.421.221 1.407.443 1.393.498
2. Pertambangan 26.668 27.158 27.679 28.268 28.875
3. Industri Pengolahan 248.460 260.650 273.560 287.269 301.815
4. Listrik, Gas dan Air 14.987 15.369 15.763 16.169 16.590
5. Bangunan 197.678 206.360 215.473 225.040 235.076
6. Perdagangan 633.226 643.079 653.144 663.426 673.931
7. Angkutan 183.617 184.671 185.769 186.881 188.006
8. Keuangan 62.143 64.267 66.638 69.102 71.682
9. Jasa Kemasyarakatan 623.243 643.120 664.442 686.766 710.537
Jumlah 3.438.600 3.479.586 3.523.689 3.570.364 3.620.010

4.2.5. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status


Pekerjaan Utama

Status pekerjaan utama yang diperkirakan


akan terus mengalami peningkatan adalah
karyawan yang pada tahun 2014 diproyeksi
sebesar 35,03 persen, tahun 2015 sebesar 36,68
persen hingga mencapai 41,72 persen pada
tahun 2018. Sektor kedua terbesar adalah
berusaha sendiri tanpa bantuan dan berusaha
dengan dibantu yang juga proporsinya cukup
besar yaitu diperkirakan sebesar 35,98 persen
pada tahun 2014, menurun menjadi 34,62
persen pada tahun 2015 dan menjadi 30,56
persen pada tahun 2018. Selanjutnya adalah
pekerja tidak dibayar yang umumnya adalah
pekerja keluarga sebesar 19,42 persen pada
tahun 2014 dan menyentuh angka 18,03 persen
pada tahun 2018. (Lihat Tabel 4.7)

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 99


Tabel 4.7
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Status Pekerjaan 2014 2015 2016 2017 2018
1. Brsh Sendiri tanpa bantuan 518,714 507,205 495,548 483,678 471,669
2. Brsh Dengan Dibantu 718,632 697,594 676,621 655,627 634,714
3. Brsh. Dengan Buruh 156,653 163,118 169,712 176,397 183,180
4. Pekerja/Buruh/karyawan 1,204,383 1,276,201 1,351,201 1,429,189 1,510,321
5. Pkj. Bebas di Pertanian 69,694 64,226 59,138 54,399 49,996
6. Pkj. Bebas di Non Pertanian 102,872 106,462 110,088 113,724 117,375
7. Pekerja tak dibayar 667,651 664,779 661,382 657,349 652,754
Jumlah 3,438,600 3,479,586 3,523,689 3,570,364 3,620,010

4.2.6. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut


Jabatan

Jenis pekerjaan yang diperkirakan dapat


menyerap tenaga kerja paling banyak masih
pada sektor pertanian yaitu mereka yang
bekerja sebagai tenaga usaha pertanian yaitu
pada tahun 2014 sebesar 42,36 persen, tahun
2015 sebesar 41,71 persen dan akan sedikit
mengalami penurunan sehingga pada tahun
2018 diperkirakan sebesar 39,73 persen. Sektor
lainnya yang juga cukup menyerap tenaga kerja
adalah tenaga produksi yang berkisar antara 22
– 23 persen dari tahun 2014 – 2018. Selain itu
tenaga usaha penjualan masih menjadi sektor
yang cukup diminati oleh tenaga kerja dengan
kompetensi yang agak minim dan tingkat
pendidikan rendah karena tidak terlalu
membutuhkan kompetensi yang spesifik dan
sulit. Sektor ini menyerap tenaga kerja sebesar
15 – 16 persen. (Lihat Tabel 4.8)

100 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 4.8
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Jenis Pekerjaan Utma 2014 2015 2016 2017 2018
0/1. Tenaga Profesional 309,654 324,367 339,939 356,362 373,717
2. Tenaga Kepemimpinan 39,127 39,591 40,079 40,585 41,112
3. Tenaga Tata Usaha 196,414 198,638 200,984 203,415 205,953
4. Tenaga Usaha Penjualan 554,550 560,020 565,811 571,828 578,123
5. Tenaga Usaha Jasa 123,443 125,914 128,496 131,169 133,947
6. Tenaga Usaha Pertanian 1,456,796 1,451,227 1,446,365 1,441,936 1,438,055
7/8/9. Tenaga Produksi &
758,616 779,829 802,014 825,069 849,102
lainnya
Jumlah 3,438,600 3,479,586 3,523,689 3,570,364 3,620,010

4.2.7. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam


Kerja

Penduduk yang bekerja dibawah 35 jam


dalam seminggu dan tergolong setengah
penganggur cenderung masih cukup besar dan
sedikit mengalami peningkatan yang
diperkirakan sebesar 38,97 persen pada tahun
2014, pada tahun 2015 sebesar 38,99 persen
dan pada tahun 2018 sebesar 39,04 persen.
Sementara itu penduduk yang bekerja
penuh diatas 35 jam seminggu tetap menjadi
yang paling besar karena menduduki proporsi
sebesar 55,36 persen pada tahun 2014, pada
tahun 2015 sebesar 55,29 persen dan 55,09
persen pada tahun 2018. Diluar dari kedua
sektor tersebut adalah penduduk yang belum /
tidak sedang bekerja. (Lihat Tabel 4.9).

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 101


Tabel 4.9
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Jam Kerja 2014 2015 2016 2017 2018
0 195,081 199,021 203,189 207,559 212,158
1-9 163,318 166,408 169,681 173,114 176,729
10-14 204,354 206,960 209,752 212,700 215,826
15-24 505,632 512,738 520,325 528,315 536,771
25-34 466,711 470,536 474,740 479,247 484,104
35-44 744,062 752,271 761,128 770,515 780,514
45-59 806,566 816,736 827,642 839,156 851,372
≥ 60 352,876 354,916 357,231 359,759 362,536
Jumlah 3,438,600 3,479,586 3,523,689 3,570,364 3,620,010

4.2.8. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut


Kabupaten/Kota
Sampai dengan tahun 2018 perkiraan
kesempatan kerja di Kabupaten/Kota terbanyak
masih di Kota Makassar sebagai ibukota
provinsi yaitu 14,75 pada tahun 2014, menurun
pada tahun 2015 sebesar 14,61 persen dan
cenderung terus mengalami penurunan sampai
tahun 2018 mencapai 14,20 persen. Selanjutnya
pada urutan kedua adalah Kabupaten Bone
dengan perkiraan masih berkisar pada angka 9
persen, kemudian Kabupaten Gowa dengan
perkiraan 8 persen namun menurun pada tahun
2018 sebesar 7,97 persen. Kabupaten yang
masih tergolong rendah dibanding kabupaten
lainnya masih dipegang oleh Selayar dengan
persentase hanya sebesar 1,5 persen.

102 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 4.10
Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018
Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018
Selayar 52,633 53,043 53,333 53,687 54,135
Bulukumba 190,812 191,593 191,848 192,326 193,133
Bantaeng 88,050 88,851 90,167 90,973 91,851
Jeneponto 160,829 162,875 164,407 166,807 169,195
Takalar 116,633 118,122 119,596 121,227 123,090
Gowa 278,964 281,137 283,239 285,486 288,443
Sinjai 116,734 118,481 120,219 121,760 123,286
Maros 138,452 140,458 142,776 145,257 147,887
Pangkep 119,721 122,547 125,777 129,241 133,026
Barru 63,573 65,268 67,386 69,653 71,979
Bone 329,708 332,699 334,944 337,594 340,845
Soppeng 98,500 99,253 100,079 100,477 101,048
Wajo 171,912 173,896 177,540 181,531 186,112
Sidrap 109,943 112,357 115,337 118,439 121,712
Pinrang 132,212 134,686 137,574 140,687 144,115
Enrekang 94,544 96,260 97,882 99,499 100,913
Luwu 124,993 127,940 130,407 133,995 136,631
Tana Toraja 111,052 113,403 116,115 119,030 122,225
Luwu Utara 124,456 126,332 128,072 129,728 131,629
Luwu Timur 105,208 106,686 108,261 109,659 110,681
Toraja Utara 93,001 94,291 95,476 97,173 98,283
Kota Makassar 507,283 508,435 510,957 512,026 513,972
Kota Parepare 53,500 54,539 55,418 56,377 57,449
Kota Palopo 55,889 56,435 56,877 57,733 58,370
Jumlah 3.438.600 3.479.586 3,523,689 3,570,364 3.620.010

4.3. Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja

Besarnya produktivitas tenaga kerja merupakan


gambaran besarnya aktifitas tenaga kerja yang dapat
dihasilkan. Tinggi rendahnya tingkat produktivitas tenaga
kerja yang dicapai setiap sektor lapangan usaha tergantung
pada nilai pendapatan dan jumlahnya bergantung pada nilai
pendapatan dan banyaknya jumlah pekerja yang bekerja di
sektor tersebut. Secara umum pada tahun 2014 produktivitas
tenaga kerja di Sulawesi Selatan diperkirakan akan mencapai
Rp 20,203 juta/tenaga kerja. Jumlah ini diperkirakan akan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 103


meningkat sampai dengan tahun 2018 mencapai Rp 26,690
juta/tenaga kerja.
Bila dilihat menurut sektor/lapangan usaha maka pada
tahun 2014 produktivitas tertinggi adalah sektor
pertambangan yang mencapai Rp 164,572 juta/tenaga kerja
dan diperkirakan mengalami peningkatan sampai tahun 2018
sebesar Rp 165,190 juta/tenaga kerja. Selanjutnya adalah
sektor keuangan yang mencapai Rp 102,498 juta/tenaga kerja
dan meningkat cukup signifikan pada tahun 2018 mencapai
Rp 150,155 juta/tenaga kerja. Sektor yang juga cukup tinggi
adalah sektor listrik, gas, air yang diperkirakan sebesar Rp
52,520 juta/tenaga kerja pada tahun 2014 yang meningkat
pada tahun 2018 mencapai Rp 70,525 juta/tenaga kerja.
Selanjutnya sektor angkutan sebesar Rp 41,245 juta/tenaga
kerja pada tahun 2014, diperkirakan juga mengalami
peningkatan sampai dengan tahun 2018 mencapai Rp 66,799
juta/tenaga kerja. Sektor yang paling rendah adalah sektor
jasa kemasyarakatan, namun secara umum semua sektor
meningkat dan diharapkan terus mengalami peningkatan.
(Lihat Tabel 4.11)

Tabel 4.11
Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014-2018
(Juta Rp/TK)
Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018
1. Pertanian 11,563 12,205 12,890 13,625 14,419
2. Pertambangan 164,572 164,713 164,861 165,025 165,190
3. Industri Pengolahan 39,056 40,734 42,499 44,362 46,325
4. Listrik, Gas dan Air 52,520 56,495 60,809 65,467 70,525
5. Bangunan 22,674 23,968 25,342 26,804 28,356
6. Perdagangan 20,411 22,149 24,046 26,118 28,381
7. Angkutan 41,245 46,367 52,334 59,107 66,799
8. Keuangan 102,498 112,175 123,571 136,157 150,155
9. Jasa Kemasyarakatan 10,410 10,442 10,475 10,508 10,543
Jumlah 20,203 21,597 23,143 24,836 26,690

104 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


BAB V
PERKIRAAN KESEIMBANGAN
ANTARAPERSEDIAAN
DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA

Penganggur terbuka dimaksudkan sebagai angkatan


kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
Terdapatnya pengangguran menunjukkan bahwa
perekonomian belum sepenuhnya dapat menyerap angkatan
kerja yang ada. Dalam Rencana Tenaga Kerja Provinsi (RTKP)
jangka menengah 2014-2018 jumlah penganggur terbuka pada
tahun 2014 ditarget menurun menjadi 189.628 orang dengan
tingkat pengangguran terbuka (TPT) 5,23 persen, sedangkan
jumlah penganggur terbuka pada tahun 2018 diperkirakan
sebanyak 147.975 orang dengan Tingkat Pengangguran
Terbuka 3,93 persen.

5.1. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis


Kelamin

Penganggur laki–laki pada tahun 2014-2018


diperkirakan akan mengalami fluktuasi dimana pada tahun
2014 sebesar 49,57 persen, sedikit mengalami peningkatan
pada tahun 2016 menjadi 50,07 persen kemudian turun algi

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 105


pada tahun 2018 menjadi 49,84 persen. Sementara itu
penganggur perempuan juga berfluktuasi walaupun dengan
pergeseran yang tidak terlalu besar. Pada tahun 2014
diperkirakan penganggur perempuan sebesar 50,43 persen,
menurun pada tahun 2016 menjadi 49,93 persen dan kembali
mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2018 menjadi 50,16
persen. (Lihat Tabel 5.1)

Tabel 5.1
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Jenis Kelamin 2014 2015 2016 2017 2018
Laki-laki 94.006 91.301 86.896 81.130 73.744
Perempuan 95.622 91.634 86.657 80.901 74.231
Jumlah 189.628 182.936 173.553 162.030 147.975

5.2. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan


Umur

Secara keseluruhan jumlah penganggur menunjukkan


penurunan pada tahun 2014- 2018. Apabila ditinjau menurut
golongan umur, jumlah penganggur berusia 15–19 tahun
menunjukkan penurunan yang cukup berarti, pada kurun
waktu tersebut penganggur terbuka di Sulawesi Selatan akan
didominasi oleh kelompok penganggur mudameskipun
beberapa diantaranya juga mengalami fluktuasi yang cukup
beragam.

Besarnya proporsi penganggur muda, mengindikasikan


bahwa dalam dua tahun kedepan sebagian penganggur masih
berada dalam kelompok usia muda dengan pendidikan yang
rendah, putus sekolah, dan sebagian berpendidikan menengah
/tinggi serta minim pengalaman. (Lihat Tabel 5.2)

106 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 5.2
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 - 2018
Golongan Umur 2014 2015 2016 2017 2018
15 – 19 47.192 46.702 46.037 45.239 43.830
20 – 24 58.702 55.835 52.572 48.966 44.221
25 – 29 25.800 22.569 18.890 14.845 13.718
30 – 34 20.215 21.280 21.981 22.415 21.537
35 – 39 10.712 10.122 9.182 7.978 6.447
40 – 44 9.929 9.432 8.541 7.335 5.710
45 – 49 7.831 7.613 7.122 6.421 4.748
50 – 54 6.983 6.520 5.844 5.006 3.428
55 – 59 1.438 1.741 1.904 1.965 1.899
60 + 826 1.121 1.480 1.861 2.436
Jumlah 189.628 182.936 173.553 162.030 147.975

5.3. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat


Pendidikan
Kelompok penganggur terbuka pada tahun 2014 – 2018
diprediksikan masih didominasi oleh yang berpendidikan
rendah (Maksimal SD), namun jumlah penganggur
berpendidikan rendah dimaksud diharapkan akan terus
mengalami penurunan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
kedepan. Namun bila melihat kondisi yang ada terlihat bahwa
kemungkinan yang akan terjadi justru akan meningkat karena
kebutuhan pasar kerja yang semakin membutuhkan
kompetensi sehingga kelompok berpendidikan rendah akan
tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu bersaing
dengan kelompok berpendidikan tinggi yang memiliki
kompetensi yang jauh lebih baik dari mereka.
Pada tahun 2014 penganggur berpendidikan maksimum
SD diperkirakan sebesar 28,13 persen dan pada tahun 2015
meningkatmenjadi 28,72 persen, kemudian meningkat lagi
pada tahun 2018 menjadi 30,19 persen. Jika dilihat dari
Tingkat Pengangguran Terbuka maka penganggur yang

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 107


berpendidikan SMTA adalah merupakan penganggur yang
tertinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah
angkatan kerja yang berpendidikan SMTA Umum lebih besar
daripada yang berpendidikan SD, SMTP, dan SMTA Kejuruan.
Hal ini perlu mendapat perhatian secara lebih serius karena
dengan bekal keterampilan yang diberikan di bangku sekolah
maka tamatan SMTA Kejuruan diharapkan mampu
menciptakan lapangan kerja secara mandiri. Adapun
pemerintah perlu mendorong dengan memberikan bantuan
kemudahan dalam mendapatkan modal usaha. (Lihat Tabel
5.3 )
Tabel 5.3
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2013– 2014

Tingkat Pendidikan 2014 2015 2016 2017 2018


Maksimum SD 53.351 52.532 50.682 48.102 44.670
SLTP 34.787 33.242 31.174 28.650 25.581
SMTA Umum 55.071 53.683 51.788 49.473 46.659
SMTA Kejuruan 19.229 18.258 17.078 15.716 14.138
Diploma 5.995 5.558 5.046 4.471 3.822
Universitas 21.196 19.662 17.786 15.618 13.105
Jumlah 189.628 182.936 173.553 162.030 147.975

5.4. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut


Kabupaten/Kota
Jumlah penganggur menurut Kabupaten/Kota secara
umum pada tahun 2014–2018 diperkirakan menurun, hal ini
terlihat di Kota Makassar yang memiliki jumlah penganggur
terbesar yaitu pada tahun 2014 sebesar 52.220 orang,
menurun sampai tahun 2018 menjadi 49.418 orang. Demikian
pula halnya dengan dua puluh tiga kabupaten/kota lainnya
yang juga menurun sebagaimana terlihat dalam Tabel 5.4 di
bawah ini.

108 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Tabel 5.4
Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014–2018
Kabupaten/Kota 2014 2015 2016 2017 2018
Selayar 1,891 1,920 1,899 1,837 1,680
Bulukumba 3,800 3,812 3,853 3,745 3,302
Bantaeng 4,007 3,762 2,803 2,391 1,906
Jeneponto 4,601 4,659 4,389 3,661 2,958
Takalar 7,371 7,434 7,132 6,730 6,105
Gowa 9,113 9,112 8,277 7,412 5,834
Sinjai 2,097 2,086 1,845 1,742 1,669
Maros 8,846 8,964 9,073 9,117 9,050
Pangkep 6,717 5,539 4,857 4,041 2,954
Barru 6,150 6,144 5,959 5,705 5,446
Bone 8,059 7,574 7,114 6,045 4,372
Soppeng 6,911 6,838 6,571 6,563 6,379
Wajo 9,514 9,497 9,466 9,230 8,475
Sidrap 8,631 8,310 8,293 8,274 8,156
Pinrang 6,835 5,416 4,546 3,961 3,101
Enrekang 2,150 1,691 1,521 1,415 1,533
Luwu 10,507 9,208 7,973 5,679 4,345
Tana Toraja 3,936 3,422 2,554 2,275 1,770
Luwu Utara 6,995 7,065 6,873 6,834 6,565
Luwu Timur 7,146 6,304 5,350 4,619 4,265
Toraja Utara 3,759 3,214 2,862 2,043 1,815
Kota Makassar 52,220 52,705 52,293 51,302 49,418
Kota Parepare 2,281 2,190 2,092 1,948 1,700
Kota Palopo 6,093 6,071 5,958 5,458 5,176
Jumlah 189,628 182,936 173.553 162.030 147.975

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 109


BAB VI
REKOMENDASI
KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN

Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang


kompleks dan luas, sehingga bersifat multi dimensional yang
dipengaruhi faktor ekonomi, faktor sosial, faktor politik dan
sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
membutuhkan suatu kebijakan yang komperehensif dan multi
dimensi pula. Oleh karena itu, adalah hal yang kurang tepat
bila ada anggapan bahwa pemecahan masalah
ketenagakerjaan dapat dilakukan dengan mengandalkan suatu
kebijakan tunggal. Demikian juga halnya dengan aspek
kelembagaan fungsional yang terlibat dalam bidang
ketenagakerjaan, adalah suatu hal yang tidak mungkin apabila
tanggung jawabnya hanya diletakkan pada satu atau beberapa
instansi saja. Pembangunan ketenagakerjaan harus dilakukan
mulai dari hulu hingga hilir serta melibatkan segenap sektor
yang ada sesuai dengan tugas dan fungsi masing–masing
sektor/lembaga sehingga pembangunan ketenagakerjaan
tersebut lebih bersifat menyeluruh, terpadu dan berhasil guna.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 111


Masalah pokok ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi
Selatan antara lain besarnya jumlah penganggur terbuka dan
setengah penganggur, rendahnya tingkat produktivitas tenaga
kerja, serta rendahnya perlindungan dan kesejahteraan
pekerja.

Sehubungan dengan itu, maka kebijakan komperehensif


yang dibutuhkan adalah kebijakan berkaitan dengan
perluasan kesempatan kerja, pembinaan angkatan kerja,
peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja, secara
lebih rinci uraian kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

6.1. Rekomendasi Kebijakan Umum

Kebijakan umum adalah kebijakan yang erat kaitannya


dengan penciptaan iklim yang kondusif dalam rangka
perluasan dan penciptaan kesempatan kerja. Oleh karena itu,
kebijakan dimaksud harus dikembangkan secara serasi dan
terpadu serta saling mendukung guna perluasan dan
penciptaan kesempatan kerja yang produktif dan remuneratif
yang antara lain melalui :

a. Menyusun perencanaan tenaga kerja daerah sebagai


acuan dalam rangka pelaksanaan pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
b. Menciptakan kesempatan kerja melalui investasi.
c. Menciptakan iklim investasi yang sehat.
d. Memperbaharui program-program perluasan kesempatan
kerja yang antara lain melalui kredit mikro,
pengembangan UKM, serta program pengentasan
kemiskinan.

112 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


e. Menyempurnakan kebijakan program pendukung pasar
kerja dengan mendorong terbentuknya informasi pasar
kerja.
f. Menyediakan informasi pasar kerja yang akurat dengan
mengoptimalkan bursa kerja on line dan
menyebarluaskan infomasi pasar kerja.
g. Pemberdayaan kelembagaan serta meningkatkan
koordinasi fungsional antar instansi/lembaga, baik secara
vertikal maupun horizontal, guna lebih mengefektifkan
program-program pemecahan permasalahan
ketenagakerjaan, baik dalam rangka penciptaan lapangan
kerja baru, pendidikan dan pelatihan kerja serta
perlindungan dan pengawasan tenaga kerja agar tidak
tumpang tindih antara satu dengan lainnya.
h. Pemberdayaan lembaga-lembaga ketenagakerjaan dan
dunia usaha.
i. Pengembangan potensi daerah dan produk unggulan
daerah serta pemanfaatan sumber daya alam secara
optimal melalui pengembangan ekonomi kreatif.
j. Meningkatkan kesempatan kerja melalui antar kerja lokal
(AKL), antar kerja antar daerah (AKAD) dan antar kerja
antar negara (AKAN).
k. Membuat peraturan daerah yang tidak bertentangan
dengan perluasan dan penciptaan kesempatan kerja.
l. Mengurangi biaya transaksi dan praktek ekonomi biaya
tinggi baik untuk tahapan memulai (start-up) maupun
tahapan operasi suatu bisnis.
m. Penataan yang berkesinambungan terhadap aturan main
serta pemangkasan birokrasi dalam prosedur perijinan
dan pengelolaan usaha dengan prinsip transparansi dan
tata kepemerintahan yang baik.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 113


n. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakan
hukum.
o. Meningkatkan sarana dan prasarana (infrastruktur) guna
memfasilitasi pembangunan ekonomi dan pemberdayaan
ekonomi.
p. Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi di
dalam dan di luar negeri.
q. Meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat.
r. Meningkatkan akses UKM kepada sumber daya produktif.
s. Memfasilitasi peningkatan kapasitas kelembagaan dalam
pengurusan perijinan investasi dan koordinasi antar
lembaga di lingkungan pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan untuk kemudahan investasi.
t. Memfasilitasi pengembangan kapasitas aparatur
pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan prioritas
peningkatan kemampuan dalam pelayanan publik dan
penyiapan strategi investasi.
u. Memfasilitasi peningkatan kemampuan Provinsi Sulawesi
Selatan untuk peningkatan PAD tanpa memberatkan
dunia usaha dan kegiatan investasi.

6.2. Rekomendasi Kebijakan Perluasan Kesempatan Kerja

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah


dengan daya tarik wisata yang sangat beragam sehingga
menjadi salah satu tujuan utama para pencari kerja baik dari
daerah sekitar maupun dari luar daerah. Jumlah penganggur
terbuka di provinsi Sulawesi Selatan ini jumlah relatif cukup
besar, dimana pada tahun 2008 sebanyak 311.768 orang
dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) 9,04 persen, pada
tahun 2009 meningkat dari segi jumlah menjadi 314.664
orang namun TPT menurun menjadi8,90 persen dan berdasar

114 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Sakernas BPS tahun 2010 jumlah penganggur di Provinsi
Sulawesi Selatan sebesar 298.952 orang dengan TPT 8,37
persen. Selanjutnya penganggur terus mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2011 sebesar 236.926 orang dengan TPT
6,56 persen, dan pada tahun 2012 menurun menjadi 208.983
orang dengan TPT 5,87 persen.

Penganggur terbuka dengan jumlah sebanyak itu


merupakan suatu pemborosan secara ekonomi yang sangat
mahal karena mereka tidak mempunyai mata pencaharian
namun membutuhkan biaya untuk hidup sehari-hari. Selain
itu, penganggur terbuka ini memiliki potensi negatif yang
besar yaitudapat menimbulkan kerawanan sosial yang dapat
mengganggu keamananan politik secara keseluruhan.

Sehubungan dengan itu, maka kebijakan


ketenagakerjaan perlu diarahkan pada upaya perluasan
lapangan kerja yang produktif dan remuneratif sekaligus
mampu menanggulangi penggangur, pembinaan angkatan
kerja dan perlindungan serta peningkatan kesejahteraan
pekerja. Perluasan kesempatan kerja tersebut ditentukan oleh
banyak faktor baik yang berkaitan dengan aspek permintaan
terhadap tenaga kerja maupun aspek penyediaan tenaga kerja
untuk berbagai kegiatan ekonomi.

Faktor utama yang berkaitan dengan upaya


menciptakan permintaan terhadap tenaga kerja adalah
perkembangan usaha ekonomi yang produktif dengan
berbagai skala dan jenis yang tentu membutuhkan tenaga
kerja sebagai salah satu faktor produksi. Sedangkan faktor
utama yang berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja adalah
pembinaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 115


sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja yang ada. Selain itu,
kebijakan tersebut harus pula dapat mencakup seluruh
wilayah provinsi Sulawesi Selatan dengan efektifitas yang
sama serta mampu menggerakkan dan merangkul partisipasi
seluruh elemen masyarakat, seperti dunia usaha, serikat
pekerja, dunia pendidikan dan lain sebagainya .

6.2.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan


Perikanan

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor


yang menopang pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sulawesi Selatan. Tenaga kerja yang terserap di sektor
ini cukup besar biladilihat secara proporsi dimana
sektor pertanian berada di urutan pertama penyumbang
pertumbuhan perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan.
Tenaga kerja di sektor pertanian ini antara lain sebagai
peternak , petani, penggarap, agro industri dan lain
sebagainya. Pada tahun - tahun mendatang penciptaan
kesempatan kerjanya diperkirakan akan mengalami
penurunan seiring dengan semakin berkembangnya
sektor – sektor lainnya.

Kebijakan sektor pertanian yang mungkin bisa


dilakukan antara lain :

 Pembinaan dan penyuluhan kepada para petani


secara intensif dan berkesinambungan untuk
mempersiapkan petani lokal menyongsong kawasan
pertanian baik dari sisi on farm maupun off farm.
 Pengembangan bidang keirigasian untuk
menunjang keberhasilan sistem ketahanan pangan.

116 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


 Peningkatan pemanfaatan lahan pertanian dalam
mendukung ekonomi dan tetap menjaga kelestarian
alam.
 Peningkatan produksi, produktivitas dan nilai
produksi tanaman pangan dan hortikultura.
 Penanganan hasil pertanian pasca panen,
pengolahan hasil, standarisasi, pelayanan
pengawasan mutu hasil, promosi dan pemasaran
hasil secara lebih baik dan terpadu sehingga dapat
memaksimalkan hasil pertanian.
 Penguatan sistem pemasaran dan manajemen
usaha untuk mengelola resiko usaha serta untuk
mendukung pengembangan agroindustri.
 Pengawasan dan pengendalian pemeriksaan
kualitas bahan asal hewan dan nabati.
 Penguatan teknologi tepat guna dalam pengelolaan
hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan.

6.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor ekonomi yang kontribusinya paling rendah


dalam PDRB Provinsi Sulawesi Selatan adalah sektor
pertambangan dan penggalian. Keberadaan kontribusi
sektor pertambangan dan penggalian relatif sulit
dipertahankan dalam jangka menengah hingga jangka
panjang mengingat status sumberdayanya yang tidak
dapat diperbaharui. Tetapi meskipun demikian,
sumberdaya bahan galian di Sulawesi Selatan
keberadaannya tidak terlepas dari sejarah geologi
pembentukannya, tatanan geologi Pulau Sulawesi dan
sekitarnya termasuk kompleks, yang disebabkan oleh

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 117


proses divergensi dari tiga lempeng litosfer, yaitu :
Lempeng Australia yang bergerak ke utara, Lempeng
Pasifik yang bergerak ke barat, dan Lempeng Eurasia
yang bergerak ke selatan sampai tenggara.

Dari penelitian – penelitian yang dilakukan,


hasilnya telah mulai mengarah kepada suatu
kesimpulan bahwa Sulawesi Selatan memiliki
sumberdaya bahan galian yang cukup dapat diandalkan
yang terdiri atas bahan galian strategi, bahan galian vital
dan bahan galian industri. Sumberdaya bahan galian
dimaksud yang bisa dioptimalkan diantaranya :

a. Bahan galian strategi, berupa batubara.

Batubara merupakan bahan galian yang tersusun


dari mineral organik dan sedikit unsur
anorganik.Batubara dibentuk oleh tumbuh-
tumbuhan yang hidup pada lingkungan air tawar,
umumnya tumbuh pada daerah tropis dengan masa
pembentukan yang sangat lama bahkan hingga
ribuan tahun.Bahan galian Batubara sebagai salah
satu bahan bakar pengganti minyak bumi, dimasa
akan datang peranannya diharapkan makin besar di
Indonesia terkhusus juga di Provinsi Sulawesi
Selatan, yaitu sebagai bahan bakar alternatif.
Pemanfaatan bahan bakar batubara saat ini telah
dimanfaatkan pada industri semen, pembangkit
listrik, industri metalurgi, tekstil, dan pembuatan
briket peruntukan energi rumah tangga.Tak
terkecuali di provinsi Sulawesi Selatan, batubara
tersingkap dan beberapa diantaranya telah
dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana

118 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


kondisi dan kadar batubara pada masing-masing
daerah ditemukannya batubara tersebut. Batubara
di Sulawesi Selatan dapat ditemukan antara lain di
Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sinjai, Kabupaten
Maros, Kabupaten Barru, Kabupaten Pangkep,
Kabupaten Sidrap, Kabupaten Enrekang dan
Kabupeten Bone dengan karakteristik yang berbeda-
beda pada tiap formasinya. Umumnya batubara di
Sulawesi Selatan termasuk batubara muda karena
terbentuk pada zaman Tersier, berumur Eosen dan
Neogen.Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
batubara di Sulawesi Selatan memang tergolong
batubara muda namun cukup menjanjikan dan
berprospek cerah, mengingat kebutuhan batubara
domestik yang semakin lama semakin tinggi, apalagi
jika dilakukan peningkatkan kualitas dengan
melakukan beberapa cara antara lain :

1. Upgrading Brown Coal (UBC), untuk


peningkatan kalori dan mengurangi kadar air /
moisture untuk pembuatan briket peruntukan
industri.
2. Karbonisasi / Desulfurisasi untuk menambah
kadar karbon dan mengurangi kadar sulfur.
3. Konversi : Gasifikasi dan Pencairan (convertion
Liquid Coal - high rate combustion).
4. Pemilahan dan pencucian untuk mengurangi
kadar abu yang agak tinggi.

Dengan melakukan pemanfaatan teknologi dan


peningkatan kualitas batubara, maka batubara di

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 119


Sulawesi Selatan dapat dimanfaatkan untuk industri
manufaktur seperti pada pabrik pembuatan
semen.Ataupun dimanfaatkan pada pembangkit
listrik tenaga uap yang menggunakan batubara
muda sehingga lebih ekonomis dalam pembiayaan.
Salah satunya dengan menggunakan sistem proses
pengeringan dan gasifikasi batubara (IDGCC-
Integrated Drying Gasification Combine Cycle) seperti
yang telah dilakukan di PLTU Berau sejak tahun
2003 yang menggunakan jenis batubara muda (lignit)
sebagai pengganti BBM. Tentunya dengan
memperhatikan pula aspek dan dampaknya pada
lingkungan sekitar industri.Dibutuhkan peran pihak-
pihak terkait mulai dari pusat hingga ke daerah agar
pemanfaatan batubara daerah ini dapat
dikembangkan, sehingga dapat memacu peningkatan
sektor ekonomi daerah pada provinsi Sulawesi
Selatan.

b. Bahan galian vital berupa :


- Nikel di Kabupaten Luwu Timur
- BijihBesi di Kabupaten Luwu Timur dan
Kabupaten Bone
- Kromit di Kabupaten Barru, Segeri Mandalle
Kabupaten Pangkep, dan Towuti Kabupaten
Luwu Timur.

c. Bahan galian industri berupa :


- Marmer di Kabupaten Maros, Bone, Pangkep,
Enrekang, Luwu, Luwu Utara dan Barru.

120 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


- Granit di Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu
Timur, Selayar, Maros dan Bone
- Batu Gamping /Kapur sebagai bahan utama
industri semen yang dapat dijumpai di
Kabupaten Maros, Sidrap, Bulukumba, Bone,
Takalar, Soppeng, Selayar, Enrekang, Tana
Toraja, Barru dan Jeneponto.

Kebijakan pada sektor energi bertujuan antara


lain menjamin pasokan yang berkesinambungan
dengan:

 Mengoptimalkan pemanfaatan dan alokasi


sumber daya energi.
 Mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi fosil
sebagai bahan bakar maupun sebagai bahan
baku agar diperoleh nilai tambah maksimal.
 Mendorong upaya penyediaan energi secara lebih
merata.
 Mendorong dan meningkatkan upaya ekspor jasa
dan teknologi energi.
 Meningkatkan upaya komersialisasi pemanfaatan
energi baru dan terbarukan serta peningkatan
pemanfaatan energi setempat.
 Mengarahkan penggunaan energi di sektor
transportasi agar lebih efisien, beragam, dan
bersih.
 Menyertakan dan mempertimbangkan aspek
lingkungan hidup mulai dari kegiatan ekploitasi
sampai pemanfaatan terakhir.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 121


Dengan kondisi di atas, maka pada tahun-tahun
mendatang penciptaan kesempatan kerja diharapkan
akan terus meningkat mengingat masih banyak potensi
dan hasil – hasil tambang potensial yang ada di
Sulawesi Selatan yang belum dieksplorasi dan dikelola
dengan baik, sehingga selama tahun 2014 hingga
2018diperkirakan kesempatan kerjanya mampu
menyerap lebih banyak tenaga kerja.

6.2.3. Sektor Industri Pengolahan

Provinsi Sulawesi Selatan telah dapat


digolongkan sebagai daerah kawasan industri, hal ini
bila dilihat bahwa sektor industri menjadi menyumbang
kontribusi ketiga terbesar terhadap PDRB Provinsi
Sulawesi Selatan. Sehubungan dengan itu dalam
penciptaan kesempatan kerja maupun pembangunan
ekonomi sektor ini cukup memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi
Sulawesi Selatan.

Sektor industri mempunyai peran yang sangat


penting dalam bidang penyediaan lapangan pekerjaan
formal yang produktif dan remuneratif dalam skala besar
bagi masyarakat karena pada sektor ini terdapat
teknologi yang cukup canggih yang mampu
menghasilkan nilai tambah ekonomi lebih
tinggi.Sehubungan dengan itu, sangatlah penting untuk
memacu pertumbuhan sektor industri, baik sebagai
pendorong pertumbuhan PDRB maupun sebagai
sebagai pendorong dalam perluasan dan penciptaan
kesempatan kerja.

122 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Untuk itu, Provinsi Sulawesi Selatan juga sangat
antusias dalam mendorong pertumbuhan sektor
industri di wilayahnya. Berbagai kebijakan di sektor ini
perlu dirumuskan secara hati- hati agar industri yang
terbangun nantinya, selain mampu menghasilkan nilai
tambah yang tinggi dalam perekonomian provinsi
Sulawesi Selatan, juga tetap dapat menyediakan
kesempatan kerja yang produktif dan remuneratif bagi
angkatan kerja dalam jumlah yang besar. Artinya
implikasi pembangunan sektor industri berupa
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetap selaras (in-line
with) dengan penyerapan angkatan kerja di Provinsi
Sulawesi Selatan.\Industri unggulan di Provinsi
Sulawesi Selatan antara lain :

a. Industri pengolahan hasil pertanian


b. Industri hasil laut / perikanan
c. Industri pengolahan kakao
d. Industri pengolahan jagung
e. Industri rumput laut
f. Industri persuteraan alam
g. Industri kerajinan sulaman/tenun
h. Industri maritim
i. Industri semen

Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian


adalah bahwa pembangunan dan pengembangan sektor
industri juga harus selaras dengan pembangunan sektor
lainnya, terutama dengan sektor pertanian yang masih
merupakan basis utama perekonomian Sulawesi
Selatan. Artinya pembangunan dan pengembangan
sektor industri harus mendukung pembangunan dan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 123


pengembangan sektor lainnya, bukan justru
mematikannya.

Berikut adalah berbagai kebijakan di sektor


industri yang dapat ditempuh dalam rangka
pembangunan ketenagakerjaan di Sulawesi Selatan :

- Membangun industri yang berbasis pertanian


(agribisnis dan agroindustri) yang diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan sektor pertanian.
- Membangun industri di setiap Kabupaten/Kota
sesuai dengan potensi unggulan masing – masing
daerah.
- Meningkatkan kuantitas dan kualitas kemitraan
antara UKM di Sulawesi Selatan dengan
pengusaha/badan usaha lainnya.
- Meningkatkan kemampuan perajin di sektor UKM,
baik secara kuantitas maupun kualitas.
- Menyediakan perencanaan tata ruang yang mampu
menunjang investasi di bidang industri.
- Membuat regulasi yang mendorong tumbuhnya
ekonomi kerakyatan, mendorong berkembangnya
BUMD danlembaga-lembaga ekonomi produktif,
serta mampu menciptakan peluang usaha yang
kondusif.
- Membangun sentra industri dan produk unggulan
daerah di setiap desa/kelurahan.
- Membangun jejaring (networking) kerja
pembangunan perekonomian daerah.

124 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


- Membangun dan membentuk lembaga keuangan
mikro dan kecil, di setiap desa/kelurahan.
- Menyediakan pinjaman lunak bagi UMKM dalam
rangka meningkatkan kemampuan permodalan.
- Menerapkan teknologi tepat guna (TTG) dalam
membangun UMKM.
- Membangun industri berdasarkan kategori penting
dan mendesak dengan mengacu kepada kemampuan
keuangan dan modal yang tersedia.
- Menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan yang
mempunyai basic agribisnis di pedesaan.
- Inovasi pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan kualitas, produktivitas dan efisiensi
kegiatan agribisnis serta argo industri yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan .
- Pemantapan dan pendalaman struktur industri yang
dilakukan melalui penguatan struktur industri,
peningkatan keterkaitan antara sektor industri
dengan sektor yang lainnya, peningkatan kandungan
lokal, peningkatan produktivitas dan nilai tambah
sektor industri terutama agroindustri, peningkatan
kemampuan penguasaan teknologi dan peningkatan
persebaran industri.
- Peningkatan koordinasi antara pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan, dunia usaha, dan masyarakat,
sehingga terwujud kekuatan bersama yang saling
mendukung peningkatan efisiensi, produktivitas,
profesionalisme dan peran serta seluruh pelaku di
sektor industri.
- Membangun kemitraan yang diformulasikan sebagai
kerjasama antara usaha kecil dengan usaha

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 125


menengah dan atau usaha besar, yang disertai
adanya pembinaan dan pendampingan oleh usaha
menengah dan atau usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memperkuat, saling
menghidupi serta saling menguntungkan.
- Pengembangan pendidikan, pelatihan dan
penyuluhan untuk meningkatkan kemampuan di
bidang teknologi industri yang disesuaikan dengan
arah pengembangan industri rumah tangga dan
pedesaan.

6.2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Kontribusi sektor ini dalam penyerapan tenaga


kerja relatif kecil. Namun demikian, sesuai dengan
karakteristinya sektor ini sangat terkait dengan sektor
dan aspek lain seperti sektor industri, bangunan,
perdagangan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, maka kebijakan yang perlu ditempuh
disektor ini harus disesuaikan dengan sektor dan bidang
terkait seperti : pengembangan listrik yang ramah
lingkungan untuk mendukung kebutuhan kawasan
industri, permukiman, pengembangan jaringan pipa gas
untuk melayani kebutuhan kawasan industri,
permukiman, dan kepentingan komersial. Seiring
dengan menurunnya kualitas dan volume air tanah
sebagai sumber kebutuhan air bagi masyarakat, maka
penyediaan fasilitas air minum menjadi mempunyai
peluang lapangan kerja yang lebih besar.

126 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


6.2.5. Sektor Konstruksi (Bangunan)

Perkembangan sektor konstruksi tidak saja


berdampak pada kehidupan ekonomi, namun juga
berimbas positif kepada kehidupan sosial masyarakat.
Kohesi sosial di masyarakat dan kemajuan ekonomi bisa
terbangun dengan berbagai hasil kerja para pelaku di
industri konstruksi. Keberadaan berbagai macam hasil
pekerja konstruksi, seperti pasar, sekolah, pusat bisnis,
gedung pemeritahan, jembatan hingga sarana jalan raya
akan menciptakan gerak perekonomian, sekaligus
menopang kehidupan sosial budaya suatu daerah.

Sesuai dengan proyeksi perkembangan dan


pertumbuhan dan pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi
Selatan tahun 2014 -2018, perkembangan sektor
konstruksi di provinsi Sulawesi Selatan masih cukup
tinggi meskipun diperkirakan mengalami penurunan
selama periode tersebut. Hal ini bisa terjadi seiring
terealisirnya berbagai proyek pembangunan yang
dikebut untuk mendinamisasi perekonomian Provinsi
Sulawesi Selatan. Jadi jelas, bahwa potensi bisnis
konstruksi di Provinsi Sulawesi Selatan sangat besar
akibatnya banyak peluang yang terbuka di sektor ini.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan
beberapa tahun terakhir ini cukup menggembirakan,
mengindikasikan bahwa gerak ekonomi di Provinsi
Sulawesi Selatan semakin bergairah. Untuk itu, dengan
sendirinya permintaan terhadap bisnis jasa konstruksi
juga terangkat. Bukan itu saja tumbuhnya sektor
konstruksi yang umumnya padat karya akan berdampak

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 127


pada perluasan dan penciptaan kesempatan kerja di
Provinsi Sulawesi Selatan itu sendiri.

Sehubungan dengan itu, diperlukan berbagai


kebijakan yang tepat agar sektor konstruksi dapat
bertumbuh tinggi dan menciptakan banyak
kesempatan kerja bagi masyarakat Provinsi Sulawesi
Selatan . Berikut adalah berbagai kebijakan yang dapat
ditempuh dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan
di Provinsi Sulawesi Selatan :

- Meningkatkan pembangunan proyek-proyek


konstruksi dan infrastruktur yang bersifat padat
karya, seperti jalan, pasar, irigasi, gedung
perkantoran, pertokoan, sekolah dan sebagainya
meningkatkan pembangunan infrastruktur yang
mendukung investasi serta pertumbuhan dan
perkembangan sektor lainnya.
- Meningkatkan pembangunan infrastruktur yang
mendukung investasi serta pertumbuhan dan
perkembangan sektor lainnya.
- Mempersiapkan tenaga ahli dan tenaga terampil di
bidang jasa konstruksi untuk menopang besarnya
bisnis jasa konstruksi di Provinsi Sulawesi Selatan.

6.2.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan merupakan sektor kedua


terbesar penopang pertumbuhan perekonomian setelah
sektor pertanian di Provinsi Sulawesi Selatan, sektor ini
mencakup perdagangan besar, eceran dan rumah
makan serta hotel. Kegiatan yang tercakup dalam sektor
perdagangan tergolong sangat luas dan beragam, mulai

128 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


dari perdagangan kecil seperti warung rokok dan
warung makanan hingga perdagangan besar seperti
keagenan dan distributor. Perdagangan adalah salah
satu sektor yang diperkirakan mampu menyerap tenaga
kerja yang cukup besar selama periode 2014-2018 yaitu
sebesar 3.266.805 orang. Khusus untuk kegiatan
perdagangan kecil sektor ini mempunyai ciri yaitu seolah
tanpa hambatan untuk dimasuki oleh siapa saja tanpa
persyaratan yang berat. Perkembangan usaha
perdagangan eceran khususnya yang tergolong modern,
walaupun bersifat padat karya, namun perlu diwaspadai
dampaknya terhadap usaha perdagangan tradisional
yang memang lebih ramah terhadap tenaga kerja .

Namun demikian seiring dengan terus


meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap
penyediaan berbagai barang dan jasa yang
penyampaiannya adalah melalui aktivitas perdagangan
maka prospek pengembangan usaha perdagangan ini
menjadi cerah.

Secara lebih rinci, kebijakan yang perlu ditempuh


diantaranya adalah :

- Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta


menumbuhkan wirausaha baru berkeunggulan ;
- Mengembangkan UKM untuk makin berperan
sebagai barang dan jasa ;
- Mengembangkan UKM yang bergerak di bidang
kerajinan/souvenir khas daerah sebagai pendukung
potensi pariwisata yang dimiliki oleh setiap daerah.
- Membangun koperasi yang kuat dan tangguh.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 129


Sub sektor rumah makan dan hotel, merupakan
kegiatan yang tergabung dalam kepariwisataan. Kegiatan
kepariwisataan dapat menjadi andalan pembangunan,
baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun penciptaan
nilai tambah ekonomi. Keindahan alam dan budaya di
Provinsi Sulawesi Selatan yang ada sudah terkenal dan
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai objek
wisata. Umumnya tiap kabupaten dan kota di Provinsi
Sulawesi Selatan mempunyai objek wisata minimal satu
kategori yang potensial untuk dijadikan daerah tujuan
wisata alam dan budaya.Berbagai suku yang terdiri dari
Makassar, Mandar, Bugis, dan Toraja termasuk salah
satu yang unik di nusantara dan menjadi salah satu
daya tarik wisatabagi turis baik domestik maupun
mancanegara.Kategori dari obyek wisata ini dapat
berupa objek pemandangan alam seperti pantai dan
terumbu karang serta hasil laut yang sangat beragam,
wilayah pegunungan yang sangat mempesona dengan
bukit, lembah dan beberapa yang dihiasi air terjun dan
permandian alam, serta wisata sejarah/prasejarah.

Kota Makassar sebagai ibukota provinsi dan pusat


pemerintahan yang terkenal dengan Pantai Losari,
Pantai Akkarena, Pantai Barombong. Wisata pantai di
Pulau Kayangan, Pulau Lae–Lae dan terumbu karang
serta wisata diving di Pulau Samalona. Wisata sejarah di
Fort Rotterdam yang terletak di tepi pantai Losari, ada
juga makam raja–raja Tallo’, Makam Sultan Hasanuddin
dan Benteng Somba Opu. Juga berbagai situs bersejarah
berupa rumah–rumah adat peninggalan dinasti kerajaan
Gowa seperti Balla’ Lompoa. Trans Studio Makassar
menjadi daya tarik wisata paling anyar karena baru

130 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


terbangun akhir tahun 2009. Trans Studio berlokasi di
jalur utama Jalan Metro Tanjung Bunga, Makassar,
sekitar 2 km barat daya atau 3 menit dari kawasan
Pantai Losari. Theme Park seluas 2,7 hektar ini dapat
ditempuh dalam waktu 30 menit dari pusat-pusat
terpenting di kota Makassar. Trans Studio, yang
dikembangkan oleh PT. Trans Kalla Makassar, dibangun
di atas lahan seluas lebih kurang 24 hektar di wilayah
Tanjung Bunga. Di lokasi lapang ini akan hadir sebuah
proyek pembangunan terpadu bertaraf dunia, yang
mencakup pusat hiburan keluarga, pusat perbelanjaan,
hotel dan pemukiman. Setiap unit usaha saling
melengkapi dan mampu merangkul pasar yang luas.
Keberadaannya di kawasan pariwisata, yang dekat
dengan wilayah pemukiman dan usaha, merupakan nilai
tambah. Kawasan pemukiman kelas menengah dan
kelas atas, serta kawasan bisnis di Kota Mandiri Tanjung
Bunga yang berada dalam satu lokasi, adalah pasar
potensial yang menjanjikan. Pantai Selat Makassar yang
terdapat di sebelah utara dan barat lokasi menjadi daya
tarik yang menguntungkan, dan akan menjadi bagian
dari konsep pembangunan secara keseluruhan.

Tak lupa wisata kuliner yang mampu memanjakan


lidah para penggemar makanan seperti Coto Makassar,
Sop Konro, Sop Saudara, Es pisang Ijo, Es Pallu butung,
Jalangkote serta rumah–rumah makan hidangan laut
dan seafood yang terkenal dengan kesegaran ikannya
yang jarang dapat dijumpai di daerah lain.

Sebelah timur Kota Makassar yaitu kabupaten


Maros yang juga memiliki berbagai daya tarik wisata

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 131


diantaranya : Air Terjun Bantimurung, kawasan ini
terletak di Lembah Bukit Kapur/Karst yang curam
dengan vegetasi tropis yang subur, sehingga selain
memiliki air terjun yang spektakuler juga menjadi
habitat yang ideal bagi berbagai spesies dan kupu-kupu,
terdapat pula sebuah gua yang diberi nama gua mimpi
dengan stalaktit dan stalakmitnya yang menakjubkan
sehingga kalau kita berada di gua tersebut serasa seperti
dalam mimpi. Salukang Karang adalah gua terbesar
dengan panjang sekitar 11 KM namun tidak semua
pengunjung diperbolehkan masuk ke gua ini. Tempat
yang disebut juga Taman Prasejarah Leang-Leang ini
terletak pada deretan bukit kapur yang curam, yang
didalamnya terdapat gambar-gambar di dinding gua
yang diperkirakan telah berumur 5 ribu tahun.Gua
Pattunuang, obyek wisata ini selain kaya akan stalaktit
dan stalakmityang menakjubkan juga panorama alam
sekitarnya sangat menawan dan indah.Leang Panninge,
merupakan gua yang memiliki stalaktit dan stalakmit
juga memberikan kenyamanan tersendiri karena gua
tersebut diameternya lapang. Cagar Alam Karaenta,
obyek lainnya yang berada di Desa Samangki adalah
Cagar Alam Karaenta yang merupakan kawasan hutan
lindung. Salah satu daya tarik kawasan ini yaitu
memiliki gua yang panjangnya sekitar 2.200 meter dan
merupakan habitat ideal bagi kera jenis Macaca Maura
yang tergolong langka.

Sebelah selatan kota Makassar yaitu Kabupaten


Gowa ada dataran tinggi Malino yang terkenal dengan
pemandangan alamnya yang cantik dan udara yang

132 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


sejuk, lengkap dengan air terjun Takapala yang indah.
Tersedia banyak villa dan penginapan dengan berbagai
fasilitas bagi wisatawan yang ingin menginap. Bahkan
Malino sudah terkenal sejak jaman Belanda sebagai
tempat wisata dan refreshing bagi orang–orang Belanda.
Berkunjung ke Malino mengingatkan kita dengan kota
kembang Bandung yang sejuk dengan pemandangan
indah, kebun teh, aneka kembang dan sayuran segar
yang dapat dibeli dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Ada pula kawasan bendungan Bili–Bili yang
menyediakan wisata pancing ikan air tawar yang dapat
ditemui sebelum memasuki Malino.

Objek wisata yang sudah terkenal hingga


mancanegara di kabupaten Tana Toraja diantara :Ke'te
Kesu terletak sekitar 4 KM dari tetangga Rantepao
dengan obyek yang mempesona di desa ini berupa
tongkonan, lumbung padi dan bangunan megalit di
sekitarnya. Perkampungan ini juga terkenal dengan seni
ukirannya dan sekaligus tempat menarik untuk
berbelanja cenderamata.Londa adalah tebing yang
curam, di tebing tersebut dibuatlah banyak lubang
mayat (Liang). Pallawa: terletak sekitar 12 Km ke Utara
dari Rantepao, Tongkonan (Rumah Tradisional) Pallawa
adalah satu tongkonan yang menarik, yang terletak
diantara pohon-pohon bambu di puncak bukit.Batu
Tumonga: kawasan pegunungan nan indah ini sekitar
1300 m diatas permukaan laut. Dikawasan ini kita dapat
menemukan sekitar 56 batu menhir dalam 1 lingkaran
dengan 4 pohon dibagian tengah, kebanyakan batu
menhir berketinggian 2-3 m. Lemo: di pemakaman Lemo

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 133


anda dapat melihat hamparan persawahan dan kuburan
tebing (Liang) dan bentuk makam lainnya yang
sederhana seperti rumah-rumah kecil yang permanen
(Patane). Borik: tempat ini adalah berupa lapangan pesta
bagi bangsawan di Tana Toraja dimana ditengah
lapangan ini banyak batu menhir yang tingginya sekitar
3-7 m dengan besar lingkaran (diameter) sekitar 2-5 m.
Ada pula permandian air panas Makula’ dan wisata
arung jeram di Sungai Sa’dang yang merupakan sungai
terpanjang di Sulawesi Selatan dengan panjang 150 km
dan melewati beberapa kabupaten yaitu Tana Toraja,
Enrekang, Pinrang, dan Polewali (Sulawesi Barat).

Di kabupaten Bulukumba dapat dijumpai objek


wisata Pantai Tanjung Bira. Di sepanjang pantai ini
terhampar pasir putih yang bening dan halus seperti
tepung dengan pemandangan batu karang yang
menjorok ke laut seperti Tanah Lot di Bali.Pantai ini
terletak di Kecamatan Bonto Bahari sekitar 45 Km dari
Kota Bulukumba. Tanah Beru, tempat pembuatan
Perahu Phinisi yang menjadi ciri khas masyarakat bugis
yang sejak dahulu kala dikenal sebagai pelaut ulung
yang mampu berlayar melintasi pulau–pulau di
nusantara bahkan lintas benua. Tanah Beru terletak di
Pesisir pantai kelurahan Tana Beru sekitar 24 Km dari
Kota Bulukumba. Kawasan Adat Ammatoa, keindahan
alam berupa kelestarian kawasan hutan merupakan ciri
dari kawasan adat ini, serta budaya masyarakat dengan
hidup yang jauh dari hidup modern. Tempat ini terletak
di Desa Tana Toa kecamatan Kajang sekitar 56 Km dari

134 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Kota Bulukumba, dengan fasilitas tempat penerimaan
tamu.

Beberapa objek wisata yang juga dapat dijumpai di


Sulsel diantaranya : Takabonerate di Kab. Selayar yang
terkenal dengan pemandangan lautnya yang indah di
dalamnya begitu banyak terumbu karang yang masih
murni dan berbagai jenis ikan yang langka di
dunia.Buntu Kabobong atau gunung Nona di kabupaten
Enrekang yang menjadi tempat transit wisatawan dari
Makassar ke Tana Toraja. Ada pula objek wisata unik
berupa kawanan kelelawar yang menetap dan hidup
berdampingan di tengah masyarakat kabupaten
Soppeng, serta permandian air panas Lejja, dan Ompo.

Namun demikian pengembangan potensi ini belum


berjalan dengan optimal, baik yang berkaitan dengan
aspek sarana dan prasarana serta aspek manajemen
pengelolaannya. Prospek pengembangannya sebenarnya
termasuk cerah, bukan saja untuk mendatangkan
wisatawan dari mancanegara, melainkan juga wisatawan
lokal dalam negeri (turis domestik).

Untuk itu dalam mendukung sektor kepariwisataan


dapat ditempuh kebijakan–kebijakan antara lain :

 Membuat event–event berskala nasional maupun


internasional yang dapat menjadi ajang promosi
potensi budaya dan pariwisata di Sulawesi
Selatan.

 Mengembangkan pariwisata di setiap daerah


sesuai dengan potensi dan keragaman

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 135


alam/budaya yang sudah ada secara lebih
maksimal dan profesional.

 Menggalakkan kembali kelompok– kelompok


sadar wisata di setiap daerah sebagai ujung
tombak kepariwisataan di Kabupaten/Kota.

6.2.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki potensi yang


cukup prospektif disektor angkutan dan komunikasi.
Jika hal ini berhasil dikembangkan. Maka akan
berdampak pada tumbuhnya benyak kesempatan kerja
di sektor angkutan dan komunikasi. Untuk itu
diperlukan juga kebijakan-kebijakan yang dapat
mendorong pertumbuhan sektor angkutan dan
komunikasi agar berdampak pada perluasan dan
penciptaan kesempatan kerja. Berikut adalah beberapa
kebijakan yang dapat ditempuh dalam rangka
pembangunan ketenagakerjaan di sektor angkutan dan
komunikasi.

- Pembangunan transportasi darat yang mendukung


pertumbuhan sektor pertanian, industri, dan
perdagangan yang lancar, terpadu, aman, dan
nyaman sehingga mampu meningkatkan efisiensi
pergerakan orang dan barang, memperkecil
kesenjangan pelayanan angkutan antar provinsi dan
antar kabupaten/kota di wilayah.
- Pengembangan transportasi antar pusat-pusat
wilayah pembangunan.

136 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


- Pengembangan transportasi sejalan dengan
pengembangan obyek-obyek wisata terutama daya
tarik wisata alam dan bahari.
- Peningkatan fungsi dan peran ruas jalan tertentu
dari kolektor primer menjadi arteri primer, atau dari
kolektor lokal menjadi kolektor primer sesuai dengan
nilai strategisnya untuk kepentingan masyarakat.
- Pembangunan fasilitas jalan yang memenuhi standar
keselamatan, sehingga semua wilayah dapat diakses
dengan mudah dari arah manapun dengan cepat dan
lancar.

6.2.8. Sektor Keuangan

Peran serta sektor keuangan dalam mendukung


sisi pembiayaan merupakan pilar yang menentukan
dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
dan berkualitas di sektor riil. Jadi kinerja sektor moneter
sangat mempengaruhi kinerja sektor riil, untuk itu
diperlukan peran serta sektor moneter yang lebih agresif
lagi untuk mendorong pertumbuhan sektor riil yang
mana akan mendorong perluasan dan penciptaan
kesempatan kerja. Hal ini diantaranya dapat
diaksanakan melalui peran perbankan dalam
menjalankan fungsi intermediasinya.

Perbankan memiliki fungsi strategis dan penting


dalam pembangunan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan,
khususnya dalam mendukung peningkatan kegiatan
ekonomi serta mendorong pertumbuhan sektor riil,
terutama sektor industri dan perdagangan. Untuk itu,
perbankan diharapkan lebih mampu mengubah struktur
pembiayaannya dari pembiayaan ke sektor konsumsi

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 137


dan penempatan di pasar uang kearah yang lebih
produktif, yakni pembiayaan modal dan investasi,
terutama pada kegiatan usaha yang bersifat padat kerya.
Perbankan juga dituntut untuk lebih mampu mencari
peluang-peluang baru dalam pembiayaan, dan lebih
mengenali karakteristik dunia usaha atau sektor riil,
sehingga dapat mengurangi persepsi risiko bank atas
dunia usaha.

Berikut adalah beberapa kebijakan yang dapat


ditempuh dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan
di sektor keuangan :

- Membangun lembaga keuangan mikro untuk usaha


mikro dan kecil di setiap desa/kelurahan.
- Membentuk badan layanan umum daerah keuangan
mikro di setiap kabupaten.
- Menumbuhkembangkan lembaga keuangan daerah
(LKD) disetiap desa.
- Memberikan pinjaman lunak bagi koperasi dan
UMKM
- Usaha perbankan diarahkan untuk mampu
membantu berkembangnya usaha mikro.
- Mengembangkan sistem perkreditan yang didukung
oleh bantuan teknis dan fasilitasi yang meliputi
pelatihan, penelitian dan penyediaan informasi
- Pembinaan dan penyediaan sumber daya manusia
kualifikasi ahli guna memenuhi kebutuhan bidang
keuangan secara berkelanjutan akan mendorong
peningkatan lingkup dan kaulitas sector keuangan
yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kebutuhan tenaga kerja pada sektor ini.

138 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


- Mengembangkan dan mengefektifkan persyaratan
perijinan pendirian perusahaan jasa keuangan yang
mengharuskan mempekerjakan pegawai tetap guna
mendorong penciptaan kesempatan kerja yang lebih
permanen.

6.2.9. Sektor Jasa

Hampir segala aspek dimulai dari kebutuhan sarana


komunikasi, pendidikan dan ilmu pengetahuan, politik,
dunia kerja dan sarana perkantoran, rumah tangga,
kesehatan, hiburan, pertelevisian hingga kebutuhan
aksesoris dan pernak-pernik kehidupan yang lain sangat
banyak, mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan yang sangat pesat dan kompleks
tersebut mendorong permintaan terhadap jasa tertentu
yang sangat beragam dan pada gilirannya menciptakan
peluang besar dalam bisnis jasa, sehingga akan menyerap
tenaga kerja yang cukup besar, khususnya tenaga kerja
yang memiliki keahlian khusus.Jasa yang sangat
bervariasi dan spesifik terus dibutuhkan oleh masyarakat
secara luas dan akan terus berkembang sejalan dengan
perkembangan dunia secara global, yang ditandai dengan
perkembangan teknologi informasi yang cepat.
Perkembangan yang dinamis memunculkan banyak
peluang kerja di sektor jasa bagi para angkatan
kerja.Peranan kegiatan layanan jasa dalam penyerapan
tenaga kerja tergolong besar yang menduduki urutan
keempat. Mengingat kebutuhan masyarakat akan
pelayanan jasa semakin meningkat dari waktu ke waktu,
maka prospek pengembangan sektor ini menjadi cukup
cerah. Untuk itu perlu dilakukan penyiapan sumberdaya

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 139


manusia yang kompeten di bidang jasa ini. Selain itu,
perlu juga dilakukan pembinaan berupa peningkatan
kapasitas dan kualitas bagi para pekerja di sektor jasa ini
dalam rangka produktivitas.

6.3. Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja

Kebijakan pelatihan tenaga kerja bertujuan untuk


meningkatkan keterampilan, keahlian, dan kompetensi tenaga
kerja dan produktivitas. Peningkatan kualitas tenaga kerja
dilakukan melalui pendidikan formal, pelatihan kerja,dan
pengembangan di tempat kerja sebagai suatu kesatuan sistem
pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu.
Pelatihan kerja akan semakin penting perannya dalam
peningkatan kualitas tenaga kerja dimana dibutuhkan
kemampuan dalam mengantisipasi perubahan teknologi dan
persyaratan kerja.
Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja menurut
status pekerjaan utama, bahwa sebagai prioritas yang perlu
kita lakukan pelatihan adalah mereka-mereka yang akan
berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu dan pekerja atau
buruh pendidikan maksimum SMTA Umum.
Sementara berusaha dengan buruh (pengusaha) tidak
perlu diberikan pelatihan, hal ini karena untuk menjadi
seorang pengusaha sebagian melalui usaha sendiri atau usaha
dibantu dan apabila langsung menjadi pengusaha kemunginan
besar sudah belajar dari keluarganya. Sedangkan mereka yang
akan bekerja dengan status pekerja bebas dan pekerja
keluarga tidak perlu kita lakukan pelatihan. Selain itu mereka-
mereka yang berpendidikan SMTA Kejuruan diperkirakan
sewaktu sekolah sudah mendapat pengetahuan praktek sesuai
dengan bidangnya dinilai sudah cukup, sedangkan yang

140 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


berpendidikan diploma dan universitas rata-rata memiliki
kemampuan yang cukup apabila ingin bekerja sebagai
karyawan maupun berusaha.

Tabel 6.1
Kapasitas Lembaga Latihan dan Instruktur
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2012
Kapasitas Jumlah Peserta
No. BLK / LLK
Terpasang Instruktur Pelatihan
1. BLKI Makassar 486 63 365
2. Kantor Pelatihan Kerja Parepare 120 20 96
3. UPTD LLK Bulukumba 180 9 140
4. UPTD LLK Jeneponto 140 8 112
5. UPTD LLK UKM Bone 140 7 128
6. UPTD Kab. Pangkep 360 22 248
7. UPTD LLK dan BLK Kota Palopo 80 5 63
8. Kantor Latihan Kerja Kab. Luwu Utara 150 6 128
9. BLK Sosial & Tenaga Kerja Kab.Sinjai 140 22 112
10. UPTD Disnakertrans Kab. Selayar 20 1 16
11. Loka Bina Karya Kab. Bantaeng 120 9 96
12. BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan 160 14 128
Transmigrasi Kab. Wajo 60 7 48
13. BLK Dinas Tenaga Kerja Kab. Pinrang 160 8 128
14. UPTD Barru 60 2 48
15. BLK Gowa 60 2 48
16. BLK Takalar 80 5 60
Jumlah 2.516 210 1.964
Sumber : Disnakertrans Provinsi Sulawesi Selatan

Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tahun 2014-


2018 bahwa perlu dilakukan pelatihan tentang :
a. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak
130.963 orang
b. Karyawan sebanyak 305.938 orang

Jumlah sasaran yang perlu dilatih selama tahun 2014-2018


adalah sebanyak 436.901 orang.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 141


Dengan melihat kebutuhan pelatihan pada tahun 2014-
2018, serta melihat kapasitas lembaga latihan yang masih
sedikit dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang harus
dilatih maka target kebutuhan latihan tersebut semestinya
terus ditingkatkan selama lima tahun mendatang. Peningkatan
jumlah peserta dan kapasitas lembaga latihan mengandung
konsekuensi terhadap peningkatan anggaran maupun
infrastruktur.
Berikut akan diuraikan beberapa kebijakan yang
berkaitan dengan pelatihan yang difokuskan kepada
kewirausahaan dan untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan:

6.3.1. Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan Utama

6.3.1.1. Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan dan


Berusaha Dengan Dibantu

Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja,


dengan banyaknya tenaga kerja yang perlu dilatih
maka dibutuhkan pula biaya besar yang harus
dikeluarkan. Selain itu, jumlah lembaga pelatihan,
instruktur, serta daya tampung lembaga pelatihan
itu sendiri perlu ditambah mengingat besarnya
tenaga kerja yang perlu dilatih.

Program pelatihan yang potensial


dikembangkan untuk kelompok berusaha sendiri
tanpa bantuan dan dibantu antaranya :

1. Pelatihan tata boga


2. Pelatihan kerajinan tangan
3. Pelatihan pertukangan
4. Pelatihan meubel
5. Pelatihan elektronika
6. Pelatihan otomotif

142 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


6.3.1.2. Pekerja/Buruh/Karyawan

Berdasarkan pada perkiraan tambahan


kesempatan kerja diperkirakan akan terdapat
tambahan 305.938 orang pada tahun 2014-2018
yang perlu dilatih untuk menjadi
pekerja/buruh/karyawan, jumlah tersebut adalah
merekayang berpendidikan SMTA ke bawah.
Prioritas pelatihan bisa dikembangkan bagi
mereka yang akan menjadi
pekerja/buruh/karyawan diantaranya :
1. Pelatihan otomatif
2. Pelatihan teknologi mekanik
3. Pelatihan elektronika
4. Pelatihan komputer, sekretaris
5. Pelatihan operator mesin
6. Pelatihan pembukaan / akuntansi
7. Pelatihan perhotelan dan lain-lain

6.3.2. Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Selain prioritas pelatihan tersebut di atas,


pelatihan yang perlu dilakukan juga bisa didasarkan pada
jenis pekerjaan yang akan dimasuki pencari kerja. Dari
beberapa jenis jabatan yang ada, dapat kita bedakan jenis
pelatihan prioritasnya agar pelatihannya lebih terarah
dan luarannya dapat diserap pasar kerja.

1. Pertanian
Di sektor pertanian ada beberapa jenis pelatihan
yang bisa dikembangkan, misalnya :

a. Pelatihan peternak unggas

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 143


b. Pelatihan operator mesin pertanian dan
kehutanan
c. Pelatihan pekerjapertanian,perkebunan,dan
pembibitan
d. Pelatihan petani dan nelayan
e. Pelatihan pekerja pertanian dan peternakan

2. Industri Manufaktur

Untuk sektor industri manufaktur sebisa


mungkin disesuaikan dengan potensi daerah dan
jenis industri yang ada di daerah masing-masing. Hal
ini diperlukan agar jenis pelatihan yang dilakukan
sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Beberapa
jenis pelatihan yang bisa dikembangkan,
diantaranya:

a. Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang


gula
b. Pelatihan menjahit, konveksi
c. Pelatihan penyulam
d. Pelatihan tukang kayu dan meubel
e. Pelatihan operator mesin jahit

3. Konstruksi / Bangunan

Di bidang konstruksi, jenis pelatihan yang


masih bisa dikembangkan diantaranya :

a. Pelatihan tukang pemula (tukang kayu,tukang


konstruksi, tukang batu)
b. Pelatihan mandor / Pengawas Bangunan
c. Pelatihan operator alat berat, mekanik (enginer)
d. Pelatihan pelaksana lapangan (pekerjaan jalan,
jembatan, irigasi dan pekerjaan gedung)

144 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


e. Pelatihan teknisi laboratorium bahan bangunan
f. Pelatihan manajer kontraktor kecil dan menengah
g. Pelatihan quantity surveyor
h. Pelatihan estimasi biaya (jalan, jembatan, irigasi,
dan pekerjaan gedung)
i. Pelatihan K-3 konstruksi
j. Pelatihan tukang bekisting dan perancah
k. Pelatihan operator tower crane
l. Pelatihan pengawas lapangan
m. Pelatihan juru hitung quantitas

4. Jasa-jasa

Untuk sektor jasa, sebenarnya banyak pelatihan


yang bisa dikembangkan. Karena sektor ini memang
mengharuskan memiliki tingkat keterampilan yang
tinggi. Beberapa jenis pelatihan yang bisa
dikembangkan diantaranya:

a. Pelatihan montir kendaraan


b. Pelatihan pemangkas rambut, perias, dan
perawat kecantikan
c. Pelatihan pembantu dan pembersih rumah
tangga
d. Pelatihan pengemudi taksi
e. Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan
pembuat topi, dan berbagai kerajinan lainnya.

5. Sektor lainnya

Untuk sektor lainnya yang masih bisa


dikembangkan, untuk menambah keterampilan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 145


tenaga kerja yang akan memasuki pasar kerja
diantaranya :

a. Pelatihan operator mesin forklift


b. Pelatihan teknisi mesin
c. Pelatihan teknisi listrik
d. Pelatihan juru masak
e. Pelatihan operator komputer dan pengolah data
f. Pelatihan pelayan restoran dan bar
g. Pelatihan perakit peralatan listrik, dan lain-lain

Dari uraian di atas, diperlukan strategi yang dapat


mendukung terlaksananya pelatihan yang terencana dan
terarah. Strategi dimaksud antara lain :

1. Adanya perencanaan pelatihan berdasarkan pada


kebutuhan sektor, jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan dan status pekerjaan.
2. Mendayagunakan seluruh potensi lembaga pelatihan
baik yang dikelola oleh pemerintah, swasta dan
perusahaan serta membangun BLK baru.
3. Memberikan pelatihan kepada angkatan kerja baru
untuk meningkatkan kualitasnya agar mampu
mengisi kesempatan kerja yang ada di dalam negeri
maupun di luar negeri.
4. Membangun link and match antara program
pendidikan dan program pelatihan dengan dunia
kerja.

6.4. Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja

Kebijakan penempatan tenaga kerja diarahkan untuk


pengembangan pasar kerja, penempatan tenaga kerja dalam
negeri dan luar negeri, pengembangan kesempatan kerja dan

146 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


pengendalian penggunaan tenaga kerja asing. Keempat
kebijakan tersebut dilaksanakan dalam rangka untuk
mengatasi permasalahan di bidang ketenagakerjaan yaitu
masalah pengangguran dan setengah pengangguran.
Pendekatan yang digunakan adalah untuk
memformulasikan kebijakan penempatan tenaga kerja dalam
Rencana Tenaga Kerja Provinsi (RTKP) tahun 2014 - 2018 ini
adalah dengan cara menentukan target utama penempatan
tenaga kerja berdasarkan jenis status pekerjaan dan lapangan
usaha (sektor).
Adapun ketiga jenis status pekerjaan yang menjadi target
utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2014 - 2018
adalah kesempatan kerja dengan status berusaha sendiri
tanpa bantuan, berusaha dengan dibantu, dan
pekerja/buruh/karyawan. Dasar pertimbangan penetapan
kesempatan kerja dengan status berusaha sendiri tanpa
bantuan serta berusaha dengan dibantu sebagai target utama
penempatan tenaga kerja pada tahun 2014-018 adalah karena
kedua jenis pekerjaan tersebut merupakan bentuk dari
kewirausahaan. Dengan menciptakan banyak kewirausahaan,
maka akan mendorong terciptanya kesempatan kerja baru,
sedangkan dasar pertimbangan penetapan kesempatan kerja
dengan status pekerja/buruh. Karyawan sebagai salah satu
target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2014-2018
adalah karena pekerjaan ini merupakan jenis pekerjaan yang
bersifat formal. Seperti diketahui bersama bahwa penciptaan
kesempatan kerja formal dalam jumlah yang banyak
merupakan salah satu sasaran pembangunan
ketenagakerjaan. Hal ini disebabkan pekerja sektor formal
merupakan pekerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan
yang mendapat perlindungan, menghasikan pendapatan yang

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 147


tetap, dengantempat kerja yang memiliki keamanan kerja (job
security), serta dengan status permanen pada unit usaha atau
lembaga yang berbadan hukum.
Sektor prioritas dan ditetapkan sebagai target utama
penempatan tenaga kerja pada tahun 2014-2018 adalah sektor
industri, sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor
jasa. Sektor industri merupakan representasi lapangan
pekerjaan sektor formal. Sektor perdagangan merupakan
sektor yang diharapkan memiliki kesempatan kerja terbesar
selama periode 2014–2018. Sektor keuangan dan sektor jasa
merupakan jenis lapangan usaha yang diharapkan terus
berkembang pesat. Bersama sektor industri, sektor keuangan
dan sektor jasa ini merupakan ciri dari negara yang berbasis
perekonomian modern.
Kesempatan kerja kemudian diperkirakan menurut jenis
jabatan dengan menggunakan basis 5 (lima) digit berdasarkan
Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Kesempatan
kerja menurut jenis jabatan ini difokuskan hanya pada
lapangan usaha yang menjadi sektor prioritas, yaitu sektor
industri, sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor
jasa. Dengan demikian, dapat diketahui jenis jabatan yang
dibutuhkan pada tahun 2014–2018, sehingga dapat
diidentifikasi spesifikasi dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh
angkatan kerja guna mengisi jabatan-jabatan tersebut.
Selanjutnya dapat dirancang program-program pelatihan yang
mengacu kepada kebutuhan jabatan tersebut.
Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan akan terdapat
tambahan kesempatan kerja sebesar 181.410 orang pada
tahun2014–2018 (Lihat Tabel 6.1). Berdasarkan status
pekerjaan utama, tambahan kesempatan kerja terbesar selama
lima tahun kedepan adalah untuk pekerja/buruh/karyawan.

148 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Sedangkan berdasarkan lapangan usaha utama, tambahan
kesempatan kerja terbesar adalah pada sektor perdagangan.

6.5. Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja

Dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan, tenaga


kerja merupakan pelaku utama sekaligus tujuan
pembangunan ketenagakerjaan. Peran serta tenaga kerja
dalam pembangunan nasional ini semakin meningkat begitu
pula dengan berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya.
Karenanya kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan,
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada
gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas.

Selain itu kebijakan perlindungan tenaga kerja ditujukan


untuk menciptakan suasana hubungan kerja yang harmonis
melalui peningkatan pelaksanaan fungsi dan peranan sarana
hubungan industrial bagi pelaku proses produksi barang dan
jasa. Dengan demikian kebijakan perlindungan tenaga kerja
ini berguna baik pada tenaga kerja itu sendiri maupun bagi
para pelaku usaha dan lainnya sehingga mampu menciptakan
iklim usaha yang kondusif, menimbulkan ketenangan bekerja
dan berusaha, meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan
pekerja, pengusaha, dan berbagai pihak terkait. Dengan upaya
ini pada akhirnya juga berpotensi membuka berbagai peluang
berusaha dan berinvestasi untuk menciptakan perluasan
kesempatan kerja baru.

6.5.1. Pengawasan Ketenagakerjaan

Bentuk perlindungan, pemeliharaan dan


peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan
dalam bentuk pengawasan ketenagakerjaan, penyelesaian
perselisihan hubungan industrial dan program jaminan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 149


sosial tenaga kerja. Bentuk perlindungan ini berlaku
umum untuk seluruh kegiatan yang menyangkut upaya
produksi yang melibatkan bidang ketenagakerjaan baik
formal maupun informal, untuk kelas industri berskala
besar, menengah, kecil bahkan mikro dan perorangan
atau tidak dapat diklasifikasikan sekalipun. Hanya saja
untuk proses pengukuran dan perencanaan perlindungan
yang terstruktur dan sistematis perlu adanya landasan
berupa data tempat usaha/perusahaan.

Dalam bidang ketenagakerjaan, perusahaan adalah


setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik
badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara
yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain. Untuk itu,
berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor
ketenagakerjaan, pada tahun 2008 terdapat 10.177
perusahaan yang telah melapor dan tahun 2009 sebanyak
11.348 perusahaan. Tahun 2010 12.059 perusahaan,
Tahun 2011 sebanyak 11.067 perusahaan dan Tahun
2012 sebanyak 11.358 perusahaan. Dan selama lima
tahun kedepan diharapkan jumlah perusahaan yang
melaporkan perusahaannya semakin meningkat.

Tabel 6.2
Perusahaan, Tenaga Kerja dan Pegawai Pengawas
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2012
Tahun
No. Keterangan
2008 2009 2010 2011 2012
1. Perusahaan Yg Melaporkan 10.177 11.348 12.059 11.067 11.358
2. Tenaga Kerja 153.492 174.166 175.783 190.736 186.345
3. Pengawas Ketenagakerjaan 37 40 40 41 52
Sumber : Bidang Pengawasan Disnakertrans Provinsi Sulawesi Selatan

150 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Ketimpangan akan perusahaan yang melaporkan
tersebut akan sangat mempangaruhi kualitas
perlindungan ketenagakerjaan. Dengan demikian melalui
sosialisasi yang intensif jumlah perusahaan yang
melaporkan tersebut harus ditingkatkan, sehingga pada
tahun 2014 – 2018 ditargetkan dapat meningkat menjadi
12.768 perusahaan.

Demikian pula dengan jumlah pengawas


ketenagakerjaan yang ada saat ini masih sangat kurang
dan jauh dari ideal. Bila dalam 1 bulan seorang pengawas
mampu mengawasi 8 perusahaan maka melihat
ketersediaan tenaga pengawas yang hanya 52 orang pada
tahun 2012 berarti hanya mampu mengawasi 4.992 atau
44 persen perusahaan pertahunnya. Jumlah perusahaan
sebanyak 11.358 berarti ada sekitar 6.366 perusahaan
atau 56 persen perusahaan yang tidak mampu dicover
oleh tenaga pengawas ketenagakerjaan di Sulawesi
Selatan.

Tabel 6.3
Target Perusahaan, Tenaga Kerja dan Pegawai Pengawas
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Tahun
No. Keterangan
2014 2015 2016 2017 2018
1. Perusahaan Yg Melaporkan 11.828 12.063 12.298 12.533 12.768
2. Tenaga Kerja 199.485 206.055 212.625 219.195 225.765
3. Pengawas Ketenagakerjaan 123 125 128 130 133

Dalam mendukung peningkatan kuantitas dan


kualitas pelaporan serta upaya sosialisasi tersebut sangat
dibutuhkan pengawas ketenagakerjaan yang memadai,

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 151


sementara jumlahnya masih sangat minim dibandingkan
jumlah perusahaan maupun jumlah tenaga kerja yang
ada. Untuk itu pada tahun 2014 – 2018 jumlah pengawas
ketenagakerjaan sedikitnya harus bertambah sebanyak
81 orang sehingga menjadi 133 tenaga pengawas, dengan
demikian setiap pengawas ketenagakerjaan mampu
mengawasi 8 perusahaan tiap bulan.

Untuk mempercepat penambahan pengawas


ketenagakerjaan perlu dilakukan :

a. Pembiayaan bersama (sharing) antara pemerintah


pusat dan daerah. Hal ini karena bidang
ketenagakerjaan merupakan bagian dari
kewenangan/urusan wajib setiap tingkat
pemerintahan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan dasar pada masyarakat
sebagaimana diatur dalam PP Nomor 38 tahun 2007.
b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi
dan teori, praktek di kelas maupun lapangan.
c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi se-Sulawesi Selatan.

6.5.2. Pembinaan Hubungan Industrial dan Program


Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Perlindungan tenaga kerja tidak hanya berkaitan


dengan pengawasan norma ketenagakerjaan sebagaimana
tersebut diatas tetapi juga menyangkut penyelesaian
perselisihan hubungan industrial. Untuk penyelesaian
yang bersifat antisipatif telah diundangkan berbagai
peraturan yang mengatur adanya perangkat hubungan
industrial ini yaitu minimal adanya Peraturan Perusahaan

152 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


(PP) atau lebih baik lagi bila ada Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) yang dapat menjadi acuan bersama bagi pekerja
dan pemebri kerja (pengusaha). Selain itu sebagaimana
aturan yang berlaku secara internasional perlu dibentuk
Serikat Pekerja (SP) yang menjamin kebebasan
berpendapat bagi pekerja. Perangkat hubungan industrial
yang paling utama adalah adanya Lembaga Kerjasama
(LKS) Bipartit karena diharapkan menjadi jembatan
utama dalam pencarian solusi yang menguntungkan
kedua belah pihak.

Jumlah perusahaan yang memiliki PP dan PKB


diharapkan terus meningkat, sehingga pada rentang
tahun 2014 – 2018 jumlah perusahaan yang memiliki PP
diperkirakan sebanyak 429 perusahaan. Kebijakan yang
dapat dilakukan adalah melalui sosialisasi dan
perusahaan yang bermasalah dihimbau segera menyusun
PP dan PKB.

Tabel 6.4
Perangkat Hubungan Industrial
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2012
Tahun
No. Keterangan
2008 2009 2010 2011 2012
1. Perusahaan dengan PP - 108 204 249 269
2. Perusahaan dengan PKB 46 52 69 77 84
3. Jumlah SP/SB berdasar 530 559 611 638 667
Kepmen No.16/2011
4. Jumlah LKS Bipartit 1 27 41 48 49
5. Mediator 35 35 33 27 27
Sumber : Bidang Hubinsyaker Disnakertrans Provinsi. Sulawesi Selatan

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 153


Dalam hal ini penyelesaian perselisihan hubungan
industrial langkah terbaik adalah adanya dialog antara
pekerja dan pengusaha dalam penyelesaian yang
menguntungkan kedua belah pihak (win - win solution).
Untuk itu seharusnya pekerja memiliki kebebasan
berpendapat yang disalurkan secara terarah dan pada
jalurnya melalui Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Dengan demikian upaya perlindungan tetap


menitikberatkan pada upaya preventif sebelum terjadinya
kasus – kasus yang harus diselesaikan secara hukum.

Untuk itu jumlah serikat pekerja/serikat buruh


yang dicatatkan berdasarkan Kepmen Nomor 16 Tahun
2001 diharapkan semakin meningkat sehingga pada
tahun 2014-2018 menjadi 802 serikat pekerja/serikat
buruh.

Kerjasama yang baik antara pekerja dan pengusaha


akan menimbulkan ketenangan bekerja bagi pekerja
karena yakin hak–haknya akan dijamin sesuai dengan
kontribusinya. Pengusaha pun akan memetik keuntungan
dengan peningkatan produktivitas dan terciptanya
budaya kerja yang baik.

Untuk itu dari keseluruhan perangkat hubungan


industrial berupa adanya Peraturan Perusahaan (PP),
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) maupun Serikat Pekerja
(SP) dan Tenaga Mediator maka yang terbaik adalah
keberadaan perangkat hubungan industrial berupa
Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit yang berfungsi baik
akan meminimalisir peran pemerintah melalui Lembaga
Kerjasama (LKS)Tripartit.

154 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Dengan sosialisasi dan penekanan pelaksanaan
pelaksanaan peraturan perundangan yang berlaku maka
pembentukan LKS Bipartit ini diharapkan akan semakin
meningkat sehingga ditargetkan pada tahun 2014 – 2018
menjadi 74 perusahaan yang memiliki LKS Bipartit.

Tidak dapat dipungkiri bahwa walau telah


diupayakan adanya perangkat hubungan industrial yang
memadai tetapi sangat dimungkinkan terjadi perselisihan
hubungan industrial apalagi berbagai perangkat tersebut
diatas dari jumlah masih jauh dari kebutuhan. Hal ini
terutama agar perselisihan tersebut tidak perlu masuk
dalam ranah hukum yang pada akhirnya cenderung
merugikan kedua belah pihak baik dari segi biaya, waktu,
tingkat kerepotan yang ditimbulkan, citra buruk,
rusaknya hubungan baik hingga berbagai kerugian non
materil lainnya. Untuk itu diperlukan banyak tenaga
mediator yang kompeten dalam rangka memediasi
perselisihan yang timbul. Dengan demikian pada tahun
2014–2018 ditargetkan sedikitnya harus bertambah
sebanyak 11 orang sehingga menjadi 38 orang mediator.

Tabel 6.5
Target Perangkat Hubungan Industrial
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014 – 2018
Tahun
No. Keterangan
2014 2015 2016 2017 2018
1. Perusahaan dengan PP 301 333 365 397 429
2. Perusahaan dengan PKB 91 98 105 112 119
3. Jumlah SP/SB berdasar 694 721 748 775 802
Kepmen No.16/2011
4. Jumlah LKS Bipartit 54 59 64 69 74
5. Mediator 30 32 34 36 38

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 155


Perlindungan tenaga kerja erat pula kaitannya
dengan pemenuhan jaminan sosial terahadap tenaga
kerja dan juga bagi keluarganya. Pekerja dan keluarganya
yang hidup sejahtera inilah yang hakekatnya menjadi
tujuan dari konstitusi. Negara diwajibkan menyediakan
pekerjaan yang (berpenghasilan) layak bagi tiap – tiap
warga negaranya. Dengan demikian, masyarakat yang
sejahtera dapat terwujud. Perwujudan ini melalui jalur
yang memang seharusnya, yaitu bukan dari serangkaian
program subsidi dan bantuan namun di sisi lain
mengesampingkan hak–hak pekerja yang telah bekerja
keras bagi peningkatan kesejahteraan diri dan
keluarganya.

Pada kenyataannya, tenaga kerja memang relatif


mempunyai kedudukan yang lemah sehingga
tanggungjawab utama dalam perlindungan dan
kesejahteraan pekerja ini berada di tangan pengusaha,
selain tenaga kerja yang juga turut berperan aktif dalam
pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja ini.
Adanya program jaminan sosial ini berkenaan dengan
pemeliharaan kesejahteraan pada saat tenaga kerja
kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai
akibat terjadinya risiko–risiko sosial seperti kecelakaan
kerja, sakit, meninggal dunia, dan hari tua.

Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa


aspek, antara lain :

a. Memberikan perlindungan dasar untuk


memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi
tenaga kerja beserta keluarganya;

156 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja
yang telah menyumbangkan tenaga dan
pikirannya kepada perusahaan tempatnya
bekerja.

Tabel 6.6
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak
Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2008 – 2013

Tahun UMP (Rp) KHL (Rp)


% UMP/KHL
2008 679.200 754.884 89,97 %
2009 905.000 1.154.080 78,42 %
2010 1.000.000 1.049.321 95,30 %
2011 1.100.000 1.083.000 101,57 %
2012 1.200.000 1.161.395 103,32 %
2013 1.440.000 1.380.500 104,31 %
Sumber : Bidang HI Disnakertrans Provinsi Sulawesi Selatan

Untuk meningkatkan daya beli buruh/karyawan,


UMP setiap tahun harus ditinjau dan ditingkatkan.
Peningkatan ini harus lebih tinggi dari peningkatan inflasi
yang ada sehingga UMP yang ditetapkan akan meningkat
persentasenya bila dibandingkan Kebutuhan Hidup Layak
(KHL). Besarnya UMP Sulawesi Selatan tahun 2012
sebesar Rp 1.200.000,- meningkat sebesar 9,09 persen
dibandingkan tahun 2011 sebesar Rp 1.100.000,- dan
tahun 2010 sebesar Rp 1.000.000,- Tahun 2009 sebesar
Rp 905.000,- meningkat cukup signifikan sebesar 33,24
persen dari tahun 2008 yaitu sebesar Rp 679.200,-.
Diharapkan proporsi UMP terhadap KHL ini terus
meningkat setiap tahunnya sehingga kesejahteraan
buruh/karyawan juga meningkat.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 157


6.6. Rekomendasi Kebijakan Lainnya

6.6.1. Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri

Penempatan tenaga kerja ke luar negeri disamping


mampu memecahkan persoalan pengangguran sekaligus
dapat mendatangkan devisa bagi Negara. Untuk itu
diperlukan penyaluran yang baik agar dapat
meminimalisir permasalahan di Negara penempatan.
Karena kewenangan yang dimiliki pemerintah provinsi
dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dalam pengeluaran SPR (Surat Pengantar Rekrut), maka
yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan
fasilitasi sebelum pemberangkatan terutama pada proses
pembekalan akhir pemberangkatan (PAP). Perlu
ditingkatkan peran sebagai koordinator penyelesaian
permasalahan, pengawasan terhadap Perusahaan
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS)
berupa pengawasan dokumen perijinan keberangkatan
TKI dan sosialisasi di Tingkat Kabupaten/Kota dalam
rangka penempatan TKI yang berkualitas.Dalam rangka
pemberdayaan purna TKI perlu ditingkatkan pemberian
fasilitas berupa pembekalan agar menjadi wirausaha
baru.Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua purna
TKI siap untuk mandiri.

6.6.2. Pemagangan Ke Luar Negeri

Magang ke luar negeri memberikan banyak


peluang dalam pengurangan pengangguran. Ketika
kembali ke daerah asal mereka membawa modal/uang
yang cukup banyak sehingga akan memberikan efek
samping domino bagi terbukanya lapangan usaha baru.

158 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


Untuk efektifitas magang ke luar negeri diperlukan
peranan pemerintah untuk menjalin kerjasama dengan
lembaga–lembaga di beberapa negara yang dapat
memfasilitasi kegiatan magang tersebut. Disamping itu
perlu adanya sosialisasi kepada kelompok masyarakat
tentang persyaratan yang diperlukan seawal mungkin,
missal dilakukan di sekolah menengah tingkat atas,
sehingga bagi siswa yang berminat dapat
mempersiapkan diri dengan baik. Dalam rangka
pembinaan setelah selesai magang diperlukan
pendataan, sehingga mereka yang tidak bisa masuk ke
perusahaan dapat difasilitasi menjadi pelaku usaha
baru.

6.6.3. Padat Karya

Salah satu yang dapat ditempuh dalam perluasan


lapangan kerja adalah penyelenggaraan padat karya.
Pelaksanaannya meliputi padat karya infrastruktur yang
bertujuan untuk membuka aksesibilitas daerah terpencil
sehingga dapat menggerakan roda perekonomian dan
pembentukan kelompok usaha melalui perluasan Kerja
Sistem Padat Karya (PKSPK). Kelompok usaha yang
dibentuk sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah
tersebut.

Untuk memaksimalkan hasil padat karya maka


diperlukan peran aktif kelompok masyarakat dalam
memberikan informasi tentang kebutuhan padat karya
baik infrastruktur maupun PKSPK.Agar padat karya
tepat sasaran maka perlu dilakukan penelitian, proposal
dan pengecekan lokasi.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 159


Dalam rangka pembinaan dan pengembangan
usaha maka diperlukan pendampingan pada setiap
kelompok usaha sehingga tenaga pendamping harus
selalu ada pada PKSPK.

6.6.4. Usaha Sektor Informal

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mampu


menyerap tenaga kerja cukup tinggi dan lebih tahan
terhadap krisis. Namun usaha di sektor ini mayoritas
masih banyak kendala yang dihadapi. Karena itu
diperlukan pembekalan tentang
kewirausahaan/manajemen usaha bagi mereka, perlu
pemanduan dan bimbingan usaha dari pemerintah,
karena hal ini akan memberikan pengaruh yang positif
dalam pengembangan usaha yang dikelola. Untuk
meningkatkan usaha di sektor informal diperlukan
peranan pemerintah dalam memberikan fasilitas-fasilitas
keterampilan berwirausaha, memberikan peluang untuk
dapat memperluas kerjasama dengan pihak-pihak/
lembaga masyarakat untuk mendampingan usaha
mereka, fasilitas konsultasi usaha bagi pengusaha
pemula, stimulant modal sebagai pengembangan usaha
maupun bantuan alat kerja terhadap kelompok usaha
produktif. Dalam rangka pembinaan, pengembangan dan
pendayagunaan sektor informal agar dapat tumbuh dan
berkembang, terarah dan terkoordinasi serta terpantau
dan terlindungi perlu dibentuk lembaga yang dapat
ditangani pihak pemerintah dan swasta.

160 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


6.6.5. Transmigrasi

Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009


tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1997 tentang Ketrasmigrasian, yang dimaksud
transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara
sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan
menetap di kawasan transmigrasi yang di selenggarakan
pemerintah. Animo masyarakat untuk bertransmigrasi
masih cukup tinggi, bahkan ada beberapa yang melebihi
kuota yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Untuk menjamin terpenuhinya harapan


transmigran berupa peningkatan kesejahteraan rakyat
maka dapat ditempuh beberapa kebijakan, antara lain :

a. Perlu adanya perlindungan/advokasi dan


pendampingan secara lebih baik kepada transmigran
oleh daerah pengirim.

b. Perlu adanya jaminan yang lebih kongkrit tentang


peningkatan kesejahteraan transmigran dengan
penguatan peningkatan kerjasama antar wilayah,
antar daerah, antar pelaku dan antar sektor dalam
rangka pengembangan kawasan transmigrasi.

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 161


BAB VII
PENUTUP

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun


2014–2018 merupakan dasar acuan perencanaan
pembangunan ketenagakerjaan dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun kedepan yang berbasis pendayagunaan tenaga kerja
melalui pengendalian tambahan angkatan kerja baru,
penciptaan kesempatan kerja sektoral, serta perencanaan
pelatihan, penempatan tenaga kerja, hubungan industrial dan
jamsostek serta pengawasan ketenagakerjaan. Rencana
Tenaga Kerja Provinsi ini merupakan dasar penyusunan
kebijakan, strategi dan program pembangunan
ketenagakerjaan yang berkesinambungan sebagaimana
diamanatkan dalam pasal 7 ayat (3) Undang-Undang No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Dokumen perencanaan ini untuk mengakomodir


kemungkinan terjadinya perubahan–perubahan yang terjadi di
masa yang akan datang. Oleh karena itu, Rencana Tenaga
Kerja Provinsi ini dapat di-review secara berkala untuk
menyelaraskan berbagai kebijakan dan program yang ada

Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018 163


terhadap perubahan dan perkembangan baru, sehingga tetap
relevan dengan kebutuhan pembangunan ketenagakerjaan di
Sulawesi Selatan.

Keberhasilan melaksanakan Rencana Tenaga Kerja


Provinsi ini akan sangat bergantung pada komitmen, integritas
dan dedikasi seluruh stakeholders (pihak terkait), sehingga
tujuan pembangunan ketenagakerjaan dapat terwujud.

Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dan dedikasi


yang tinggi dari semua pihak, baik itu pemerintah, swasta,
maupun masyarakat dan tenaga kerja itu sendiri. Diharapkan
agar pemerintah dapat bekerjasama dengan swasta dalam
merealisasikan program–program ketenagakerjaan secara lebih
riil, dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan
angkatan kerja yang ada. Masyarakat pun diharapkan agar
lebih menyadari tuntutan dunia kerja dengan membekali diri
dengan pendidikan, pengalaman, dan keahlian yang memadai
sebelum terjun dan bersaing dalam dunia kerja.

Dengan demikian, masalah kependudukan seperti


kemiskinan dan pengangguran, diharapkan dari tahun
ketahun akan semakin menurun untuk kemudian menuju
masyarakat adil, makmur, dan sentosa sebagai cita-cita luhur
bangsa.

164 Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2018


DAFTAR PUSTAKA

BPS, BAPPENAS, UNDP. The Economics of Demografy:


Financing Human Development in Indonesia. Jakarta. 2004

Tukiran. Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan, dalam


Faturochman dan Agus Dwiyanto (Penyunting), Reorientasi
Kebijakan Kependudukan. Yogyakarta : PPK-UGM. 2001

Wimandjaya k. Liotobe dan M. Yasin (terjemahan). Ekonomi


Ketenagakerjaan. LPFE-UI. 1983

BAPPEDA. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2008.


Makassar. 2008

BAPPEDA. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2009.


Makassar. 2009

BAPPEDA. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2010.


Makassar. 2010

BAPPEDA. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2011.


Makassar. 2011

BAPPEDA. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2012.


Makassar. 2012

Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Tentang


Ketenagakerjaan. Jakarta. Sekretariat Negara.

Pusat Perencanaan Tenaga Kerja, 2010. Peraturan Menteri


Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.16/MEN/XI/2010 Tentang Perencanaan Tenaga Kerja
Makro

Anda mungkin juga menyukai