Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

SKABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER

Disusun Oleh :
dr. Nita Juliana Anggraini

Dokter Pembimbing Internship :


dr. Sri Hartati

PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK


DOKTER INTERNSHIP
PERIODE FEBRUARI 2018 – MEI 2018
1
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS

Pada hari ini, tanggal 22 April 2018 telah dipresentasikan laporan kasus oleh:

Nama Peserta : dr. Nita Juliana Anggraini

Dengan Judul/Topik : Skabies dengan infeksi sekunder

Nama Pembimbing : dr. Sri Hartati

Nama Wahana : Puskesmas Kecamatan Cilandak

No. Nama Peserta Presentasi Keterangan


1 dr. Fhaiqotul Vizky Amalia S
2 dr. Andreas Wongso
3 dr. Hana Handwiratna
4 dr. Kamila Fitri Islami
5 dr. Ihsan Azka Andriansyah
6 dr. Kenny Andrianus J

Pendamping Internsip

dr. Sri Hartati

2
BAB I

PENDAHULUAN

Skabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei
var hominis. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau
bersifat mikroskopis. Penyakit skabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya, penyakit ini dikenal
juga dengannama lain yang berbeda seperti the itch, atau gudik oleh karena itu peran kulit
sebagai pelindung sangat penting dijaga dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur,
virus, bakteri dan parasit.

Saat ini Badan Dunia seperti WHO menganggap penyakit skabies sebagai pengganggu
danperusak kesehatan yang tidak hanya dianggap sebagai penyakit orangmiskin, akan tetapi
dapat menjangkit semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi. Tingkat
pendidikan ternyata berhubungan dengan tingkat prevalensi skabies, pendidikan yang rendah
cenderung lebih tinggi prelevansi skabiesnya secara signifikan dibandingan dengan orang
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Diberbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan
lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan
kualitashigienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang
ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu
kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur sehingga
kegiatan yang akan dilakukan disiang hari akan ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan
berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya
mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.

Skabies merupakan penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang
menderita scabies atau penderita yang bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara
tidak langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain.

Predileksi dari scabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki lapisan stratum
korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae, sekitar umbilicus, genital,

3
bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-sela jari tangan, siku flexor,telapak tangan dan
telapak kaki. Karena sifatnya yang sangat menular, maka scabies ini popular dikalangan
masyarakat padat.

4
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS

Nama : Tn. M

No. RM : P317106017100823

Umur : 24 tahun

Alamat : Jl. Cilandak Barat II

Pekerjaan : Karyawan Swasta

2.2 ANAMNESA
Keluhan utama : Gatal di sela-sela jari tangan, badan dan sela-sela jari kaki

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan gatal di sela-sela jari tangan dan
kaki sejak 3 minggu yang lalu, awalnya timbul bentol kemerahan di tangan, sela tangan, badan
dan sela kaki disertai dengan gatal. Gatal terasa semakin hebat pada malam hari sehingga
mengganggu waktu tidur dan berkurang di pagi hari. Rasa gatal tersebut menyebabkan pasien
ingin menggaruk sampai bentolan yang kemerahan pecah, dan timbul kehitaman serta ada bintil
yang terasa panas & kemudian muncul luka berisi nanah pada bagian tubuh dan telapak tangan.
Luka yang berisi nanah tersebut pecah dengan sendirinya dan terasa nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga : Anggota keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti
pasien, tetapi teman satu kamar kos dengan pasien mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
Riwayat Sosial:

- Pasien tinggal di kamar kos-kosan berdua dengan teman sekantornya.


- Pasien bekerja di pabrik rakitan kendaraan roda dua sebagai sales marketing

5
Riwayat Penggunaan Obat : Pasien pernah periksa ke klinik sebelumnya dan diberikan obat
minum 1x sehari serta obat oles yang diberikan sekali seminggu sepanjang malam tetapi tidak
ada perbaikan.

2.3 PEMERIKSAAN KLINIS


Status generalis:
Keadaan Umum: Compos mentis
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi: 82x/ menit, reguler, kuat angkat
Respiration Rate: 18x/menit
Suhu: 36,7˚C
Tinggi Badan : 165 cm
Berat badan : 64 kg
Kepala dan leher : anemia, ikterus, sianosis, pembesaran KGB (-)
Thorax - Pulmo: suara napas vesikuler (+/+), tidak ada ronchi dan wheezing,
Cor: S1, S2 tunggal, tidak ada murmur dan gallop
Abdomen : Datar, tidak ada massa, tidak ada striae, bising usus (+) normal, timpani.
Ekstremitas: Perfusi hangat, kering, dan merah. CRT < 2 detik, edema (-).

Status lokalis:
Pada Regio manus dextra et sinistra tampak papul-papul multipel, diameter 1-1,5cm,
ada erosi, ada pustul, ada krusta (+) kering dan basah

6
2.4 DIAGNOSIS
Skabies dengan infeksi sekunder

2.5 DIAGNOSIS BANDING


- Skabies dengan infeksi sekunder
- Prurigo
- Insect Bite

2.6 TERAPI
- oral : amoksilin 3x500 mg (selama 5 hari)
cetirizine 2x10 mg
- topical : permetrin 5%, pemberiannya satu kali selama 8 - 10 jam, jika masih ada gejala
diulangi seminggu kemudian.
- luka yang basah dikompres dengan air bersih sampai luka kering atau di cuci dengan
revanol.

2.7 EDUKASI
 Jika luka terasa gatal jangan digaruk menggunakan kuku untuk menghindari infeksi
sekunder
 Jaga kebersihan badan (mandi 2x sehari dengan sabun)
 Baju, seprei, selimut, handuk selama pemakaian 1 minggu terakhir di rendam dengan
air panas dan dicuci dengan sabun yang bersih
 Menjemur kasur dan bantal dibawah sinar matahari
 Hindari saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain
 Hindari kontak dengan orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau
skabies
 Menjaga kebersihan rumah dan kamar kos serta berventilasi cukup
 Mengobat orang atau kelompok orang yang sudah terinfeksi tanpa terkecuali

2.8 PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

7
BAB III

PEMBAHASAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
sarcoptes scabiei var. hominis yang ditularkan dengan ditandai keluhan utama gatal terutama
pada malam hari. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis yang
secara morfologik merupakan tungau kecil, translusen, berwarna putih kotor, tidak memiliki
mata, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.

Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan
cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. Diperkirakan sanitasi lingkungan yang buruk di
pondok pesantren (ponpes) merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan
tingginya angka prevalensi skabies diantara santri di ponpes. Faktor paling dominan adalah
kemiskinan dan higieni perseorangan yang buruk di negara berkembang yang merupakan
kelompok masyarakat yang banyak menderita penyakit skabies. Pada kasus ini, penderita
tertular tungau skabies dari teman-temannya di pesantren yang juga mengalami penyakit yang
sama.

Gambaran klinis dari skabies dikenal dengan 4 tanda cardinal, yakni:

1. Pruritus nocturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Sehingga dapat mengganggu penderita.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya. Dikenal juga keadaan hiposensitisasi, yakni seluruh anggota
keluarga yang terkena infeksi. Dan juga dikenal pembawa, yakni walaupun mengalami
infestasi tungau tetapi tidak memberikan gejala.

3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-
abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok (bila belum ada infeksi sekunder) panjangnya
kurang lebih 10mm. Pada ujung terowongan berupa papula atau vesikula, bila timbul infeksi
sekunder terdapat pustule, ekskoriasi, urtikari dan lain-lain yang dapat mengaburkan lesi
primernya. Tempat-tempat predileksinya pada sela-sela jari tangan, telapak tangan,

8
pergelangan tangan sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae (pada wanita), daerah pusar
dan perut bagian bawah, daerah genitalis eksterna (pada pria) dan pantat. Pada anak-anak
terutama bayi dapat mengenai bagian lain seperti telapak tangan, telapak kaki, sela-sela jari
kaki dan juga muka (pipi).

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.

Pada kasus ini tanda kardinal yang didapatkan adalah pasien yang merasa sangat gatal
pada malam hari sampai mengganggu tidurnya, pasien tertular tungau skabies dari teman
sekamarnya yang sering bersama-sama dan mengalami penyakit yang sama, lesi yang
didapatkan berupa papul, vesikel, erosi dan infeksi sekunder berupa pustul, bula, ekskoriasi
dan krusta. predileksi lesi pada pasien ini terdapat di kemaluan, badan dan sela-sela jari tangan.

Penyakit ini menular secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya dengan
berjabat tangan dari orang ke orang lain (teman atau anggota keluarga), tidur bersama dan pada
orang dewasa dapat menular melalui kontak seksual. Dapat pula menular secara tak langsung
(melalui benda) misalnya melalui alas tempat tidur, handuk, bantal, pakaian dan lain-lain. Pada
kasus ini pasien tertular secara langsung (berjabat tangan dengan temannya dan tidur bersama,
serta secara tidak langsung melalui pakaian dan alas tidur.

Diagnosa banding dari kasus ini adalah skabies dan prurigo, berikut ini adalah
perbandingan skabies dengan prurigo:

• skabies:

Penyebabnya Sarcoptes scabiei. Insiden pada semua usia tanpa memandang jenis kelamin, ras,
dan umur. Kelainan kulit berupa papula atau vesikula, bila timbul infeksi sekunder terdapat
pustule, ekskoriasi, urtikari dan lain-lain yang dapat mengaburkan lesi primernya. Lokasinya
sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan sebelah dalam, siku, ketiak, daerah
mammae (pada wanita), daerah pusar dan perut bagian bawah, daerah genitalis eksterna (pada
pria) dan pantat. Pada anak-anak terutama bayi dapat mengenai bagian lain seperti telapak
tangan, telapak kaki, sela-sela jari kaki dan juga muka (pipi). Penularan secara kontak langsung
dan tak langsung. Lesi gatal terasa semakin berat saat malam hari.

• Prurigo:

9
Penyebabnya belum diketahui. Insidennya banyak pada anak, lebih banyak pada penderita
wanita daripada laki-laki. Kelainan kulit berupa papul-papul milier tidak berwarna, berbentuk
kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat. Terdapat erosi, krusta, ekskoriasi, hiperpigmentasi
dan likenifikasi, serta sering terjadi infeksi sekunder. Lokasi pada ekstremitas bagian ekstensor
dan simetrik, dapat meluas ke bokong dan perut, wajah, bagian distal lengan dan tungkai lebih
parah dibandingkan bagian proksimal. Tungkai lebih parah daripada lengan. Cara
penularannya tidak diketahui, diduga secara herediter (diturunkan). Lesi terasa gatal tidak
melihat waktu, bisa saat beraktivitas ataupun istirahat

• Yang ditemukan pada pasien:

Penyebabnya diduga Sarcoptes scabiei. Kelainan kulit berupa papula, vesikula, dengan infeksi
sekunder berupa pustule, bula berisi nanah, ekskoriasi, dan krusta berwarna kekuningan,
kecoklatan, dan kehitaman yang dapat mengaburkan lesi primernya. Lokasinya lesi pada pasien
di sela-sela jari tangan, badan dan selangkangan. Penularan pada pasien ini secara kontak tidur
bersama dengan temannya dan tak langsung seperti pakaian. Lesi gatal terasa semakin berat
saat malam hari sampai mengganggu tidur pasien.

Diagnosa kasus ini ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan perjalanan penyakitnya yaitu
menjelaskan awalnya muncul satu bintil di sela jari tangan, badan dean selangkangan, beberapa
minggu kemudian bekas garukan berubah menjadi pustule dan terasa nyeri. Pada skabies
berupa papula atau vesikula, bila timbul infeksi sekunder terdapat pustule, bula dengan nanah,
ekskoriasi, krusta yang dapat mengaburkan lesi primernya.

Pengobatan untuk penyakit skabies bisa diberikan:

1. Salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur selama 3-4 hari, kemudian dapat diulang
setelah satu minggu.

2. Salep yang mengandung Benzoas benzilicus selama 3 malam, kemudian dapat diulang
setelah satu minggu kemudian.

3. Salep yang mengandung Gamma benzene hexachloride selama 1 malam, kemudian diulang
setelah satu minggu.

4. Malathion 0,5% dalam basis air yang berfungsi sebagai skabisid dioleskan pada kulit dalam
24 jam. Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.

10
5. Krim permetrin 5%, dioleskan pada seluruh tubuh dari leher ke bawah dan dicuci setelah 8-
10 jam.

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi).

Pada kasus ini, penderita mengalami infeksi sekunder. Maka pengobatan pertama kali
diberikan antibiotik sistemik amoksilin 3 x 500 mg selama 5 hari, serta luka dikompres
menggunakan air bersih terlebih dahulu sampai luka kering. Setelah luka mengering, baru
dilakukan pengobatan untuk skabiesnya. Pemberian obat anti skabies pada pasien ini dipilih
salep scabimate cream yang mengandung permethrin 5%. Permethrin sebagai lini pertama anti
scabies bekerja menyebabkan kelumpuhan dan kematian pada hama dengan menghambat
masuknya ion natrium melalui saluran membrane sel saraf yang menyebabkan terjadinya
penundaan repolarisasi. krimini diberikan selama 8-10jam pada malam hari setelah mandi,
dioleskan seluruh badan kecuali wajah dan di diamkan sampai pagi.

Pada pasien ini prognosisnya baik, namun membutuhkan waktu untuk mengatasi
infeksi sekunder yang sudah timbul. Baru dilakukan pengobatan skabiesnya.

11
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi

Pengertian dari scabies itu sendiri adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei var, hominis dan produknya. Penyakit ini sangat
mudah menular dan sangat gatal terutama pada malam hari.

4.2 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis tungau Sarcoptes scabiei varhominis, yang
menyelusup ke bawah kulit namun rash dan gatal yang ditimbulkan menyebar jauh lebih luas
dibanding letak tungau tersebut. Tungau ini dapat dengan mudah ditularkan melalui kontak
langsung dan pada umumnya berawal dari sekitar pergelangan tangan yang mungkin
ditimbulkan akibat berjabat tangan.

Secara morfologik, Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil, berbentuk oval,


punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen, berwarna putih kotor
dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil yaitu 200-240 mikron x 150-200 mikron.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut: setelah kopulasi yang terjadi di atas kulit, tungau
yang jantan akan mati biarpun kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dengan rahang dan kakinya dalam stratum korneum epidermis dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai 40 atau 50 dalam
siklus hidupnya selama 4-6 minggu.

Tungau betina biasanya dapat ditemukan pada akhir terowongan dalam stratum korneum,
dengan kecepatan 2-3milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari
sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup selama
sebulan. Telur menetas biasanya dalam waktu 3-4 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Setelah 2-3 hari larva menjadi nimpa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina
dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya dari telur sampai dewasa memerlukan waktu
8-12 hari.

12
4.3 Patogenesis

Skabies ditandai dengan lesi papul yang gatal yang merupakan rumah bagi skabies betina
dan anaknya. Tempat predileksinya di celah-celah jari, pergelangan tangan, fossa antecubiti,
axillae, areola dan daerah sekitarnya.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi ( perkawinan) yang terjadi
diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang sudah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5
hari, dan mempunyai larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.

Setelah sekitar 1 minggu, telur menetas, dan anak Sarcoptes akan tumbuh menjadi
dewasa. Sarcoptes dewasa ini akan keluar dari lorong-lorong untuk mencari pasangannya (hal
ini biasanya terjadi pada malam hari). Oleh karena itu penderita scabies akan merasakan gatal-
gatal pada malam hari.

Gejala gatal timbul akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau, telur, atau skibala.
Tungau meninggalkan liang hanya ketika suhu temperatur tinggi (bed warmth) dan ini
menyebabkan nocturnal itching. Proses imunologis pada skabies masih belum jelas.
Hipersensitivitas yang terjadi adalah hipersensitivitas tipe cepat dan lambat .Pada infeksi
pertama, sensitisasi akan timbul dalam beberapa minggu setelah infeksi parasit. Pada infeksi
kedua (reinfeksi), gatal muncul dalam 24 jam. Pada hipersensitivitas tipe lambat terjadi
pembentukan papul dan nodul inflamatorik. Hal ini tampak dari perubahan histologis dan
banyaknya limfosit T di infiltrat cutaneus. Selain itu terdapat peningkatan IgG dan IgM, IgE
dapat normal atau meningkat.

Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi adalah akibat sensitisasi terhadap sekreta dan
ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu

13
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

4.4 Diagnosis
Manifestasi klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei sangat
bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran klinis berupa keluhan
subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi
skabies, yaitu :
1. Pruritus nocturna

Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti pruritus
akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal
yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.
Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.

2. Sekelompok orang

Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah keluarga
biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang
padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok
mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit
sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi individu
lain.

3. Adanya terowongan

Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada kemampuannya


meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh karena itu parasit sangat
menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relative lebih longgar dan tipis.
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering ditemukan di
daerah sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku,
aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).

14
4. Menemukan Sarcoptes scabies

Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar kita
dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan hal yang
paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan karena hampir
sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak
spesifik. Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit sehingga diperlukan beberapa
lokasi kerokan kulit. Teknik pemeriksaan ini sangat tergantung pada operator pemeriksaan,
sehingga kegagalan menemukan tungau sering terjadi namun tidak menyingkirkan diagnosis
skabies.

Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak khas,
meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik yang dapat
berakibat gagalnya pengobatan. Bentuk-bentuk skabies antara lain :

1. Skabies pada orang bersih : biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Namun bentuk ini
seringkali salah diagnosis karena lesi jarang ditemukan dan sulit mendapatkan terowongan
tungau.
2. Skabies nodular : Skabies nodular memperlihatkan lesi berupa nodul merah kecoklatan
berukuran 2-20 mm yang gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada
genitalia, inguinal dan aksila. Pada nodus yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat
menetap selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat
pengobatan anti skabies.
3. Skabies incognito : Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan
gejala dan tanda pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Sehingga penderita
dapat memperlihatkan perubahan lesi secara klinis. Akan tetapi dengan penggunaan steroid,
keluhan gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan steroid
lesi dapat kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena
penurunan respon imun seluler.
4. Skabies yang ditularkan oleh hewan : Sarcoptes scabiei varian canis bisa menyerang
manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut, misalnya anjing,
kucing dan gembala. Lesi tidak pada daerah predileksi skabies tipe humanus tetapi pada
daerah yang sering berkontak dengan hewan peliharaan tersebut, seperti dada, perut, lengan.
Masa inkubasi jenis ini lebih pendek dan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan

15
mandi bersih-bersih oleh karena varietas hewan tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya
pada manusia.
5. Skabies Norwegia (Skabies berkrusta) : Kondisi yang jarang ini sangat mudah menular
karena tungau berada dalam jumlah yang banyak dan diperkirakan lebih dari sejuta tungau
berkembang di kulit, sehingga dapat menjadi sumber wabah di tempat pelayanan kesehatan.
Kadar IgE yang tinggi, eosinofil perifer, dan perkembangan krusta di kulit yang
hiperkeratotik dengan skuama dan penebalan menjadi karakteristik penyakit ini. Plak
hiperkeratotik tersebar pada daerah palmar dan plantar dengan penebalan dan distrofi kuku
jari kaki dan tangan. Lesi tersebut menyebar secara generalisata seperti daerah leher dan
kulit kepala. telinga, bokong, siku, dan lutut. Kulit yang lain biasanya terlihat xerotik.
Pruritus dapat bervariasi dan dapat pula tidak ditemukan pada bentuk penyakit ini. Bentuk
ini ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi imunologik misalnya
penderita HIV/AIDS, lepra, penderita infeksi virus leukemia type 1, pasien yang
menggunakan pengobatan imunosupresi, penderita gangguan neurologik dan retardasi
mental.
6. Skabies pada bayi dan anak : Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di
wajah dan kulit kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Lesi skabies pada anak
dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki
dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di wajah. Nodul pruritis erithematos keunguan dapat
ditemukan pada axilla dan daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul
berminggu-minggu setelah eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bulla bisa timbul
terutama pada telapak tangan dan jari.

4.5 Diagnosis banding


Adanya pendapat yang menyatakan penyakit scabies ini merupakan the great karena
dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis banding ialah
1. Prurigo : papule multipel gatal, biasanya pada bagian ekstensor ekstremitas.
2. Insect bite : timbul setelah gigitan, berupa urtikaria papular.

4.6 Pemeriksaan penunjang


Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita sering
datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya

16
diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign. Beberapa cara yang
dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
1. Kerokan kulit : Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk
mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan
ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.
2. Mengambil tungau dengan jarum : Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing
ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya
kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang
sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.
3. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)

4.7 Penatalaksanaan Skabies


Penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :
a. Penatalaksanaan secara umum : Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan
mandi teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus dicuci
secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian pula halnya dengan anggota
keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga
kebersihannya dan untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara
umum tingkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan tingkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :
1. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan mungkin semua harus diberi pengobatan secara
serentak.
2. Hygiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat untuk
menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang akan dipakai harus disetrika.
3. Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur, selimut harus
dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa jam.

b. Penatalaksanaan secara khusus : Obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk
topikal antara lain :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim.
Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

17
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin
gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan - gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek
sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,
efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh
diulangi setelah seminggu. Tidak dilanjutkan pada bayi di bawah umur 12 bulan.

4.8 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dapat
menghilangkan faktor predisposisi, maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik.

4.9 Pencegahan Skabies


Penyakit ini sangat eratkaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang kurang baik
oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun

2. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali
dalam seminggu

3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.

4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.

5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau
skabies.

6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.

Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasiparasit. Sebaiknya


mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsungdengan penderita, mengingat parasit
mudah menular pada kulit. Walaupunpenyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan

18
tidak membahayakanjiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila
pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang.
Langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam dicairan antiseptik.

2. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas untuk
membunuh semua telurnya, atau dicuci kering (drycleaned).

3. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket.

4. Hindari barang-barang pemakaian bersama

Beberapa cara pencegahan yang dilakukan penyuluhan kepada masyarakat dan


komunitaskesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara pengobatanpenderita
skabies dan orang-orang yang kontak meliputi :

1. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

2. Laporan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarangdilakukan.

3. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok sampaidilakukan pengobatan.

Penderita yang dirawat di rumah sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan
pengobatan yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei yang digunakan
olehpenderita dalam 48 jam pertama sebelum pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem
pemanasan pada proses pencucian dan pengeringan,hal ini membunuh kutu dan telur. Tindakan
ini tidak dibutuhkan pada infestasi yang berat. Mencuci sprei, sarung bantal dan pakaian pada
penderita.

4.10 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Skabies


Penyakit skabies adalah penyakit yang mudah menular melalui kontak langsung dengan
penderita Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren berisiko mudah
tertular berbagai penyakit skabies. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya skabies
diantaranya:
1. Pengetahuan : Skabies masih merupakan penyakit yang sulit diberantas, pada manusia
terutama dalam lingkungan masyarakat pada hunian padat tertutup dengan pola kehidupan
sederhana, serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah, pengobatan dan
pengendalian sangat sulit.

19
2. Sanitasi/ Lingkungan : Skabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi dan
hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan tidak adanya sarana pembersih tubuh,
kekurangan makan dan hidup berdesak-desakan, terutama di daerah kumuh dengan sanitasi
yang sangat jelek. Skabies juga dapat disebabkan karena sanitasi yang buruk. Kebersihan
lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal/asrama, kebersihan tempat tinggal/asrama
dilakukan dengan cara membersihkan jendela dan perabot santri, menyapu dan mengepel
lantai, mencuci peralatan makan, membersihkan kamar, serta membuang sampah.
Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan dan
membersihkan jalan didepan asrama dari sampah.

3. Perilaku : Salah satu penyebab dari kejadian skabies adalah pakaian yang kurang bersih dan
saling bertukar- tukar pakaian dengan teman satu kamar. Hal itulah yang tidak diperhatikan
serius oleh pimpinan pondok dan santri itu sendiri. Para santri dapat menghindari penyakit
skabies dengan menjaga kebersihan pakaiannya. Dengan rajin mencuci dan menjemur
pakaian sampai kering dibawah terik matahari. Dan jangan menggunakan pakaian yang
belum kering atau lembab, biasakan mencuci sedikit tapi sering.

4. Kepadatan Penduduk : Permasalahan yang berkaitan dengan kejadian skabies di Pondok


Pesantren adalah penyakit skabies merupakan penyakit kulit yang banyak diderita oleh
santri, kasus terjadi pada daerah padat penghuni dan jumlah kasus banyak pada anak usia
sekolah. Penyakit gudik (skabies) terdeteksi manakala menjangkiti lebih dari 1 orang dalam
sebuah keluarga. Kepadatan hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan rumah
pemondokan, karena dengan kepadata hunian yang tinggi terutama pada kamar tidur
memudahkan penularan penyakit Scabies secara kontak dari satu santri kepada santri
lainnya.

5. Air : Penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi kamar mandi yang berperan
terhadap penularan penyakit Scabies pada para santri Ponpes, karena penyakit Scabies
merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan air bersih (water washed disease) yang
dipergunakan untuk membasuh anggota badan sewaktu mandi.

6. Sosial Ekonomi : Laporan terbaru tentang skabies sekarang sudah sangat jarang dan sulit
ditemukan diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak
dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat
mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus
scabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status

20
ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang
baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari,
secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama
tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang
hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan
efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menur unnya kualitas
hidup masyarakat.

21
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Ed.4. Jakarta:
FKUI; 2010. 119-22.
Binic I, Aleksandar J, Dragan J, Milanka L. Crusted (Norwegian) Scabies Following
Systemic And Topikal Corticosteroid therapy. J Korean MedSci;25:2013.88-91.
Scabies and pediculosis, Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine, 7th. USA: McGrawhill; 2010. 2029-31.
Siregar RS, Wijaya C, Anugerah P. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.3. Jakarta:
ECG; 2010. 101-5.
Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.!. Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2014.5-10.
Beege jeniffer. Scabies and control Manual. Michigan. Scabies prevention and control
manual
Johnston G, Sladden M. Scabies: Diagnosis and Treatment. British Med J.2009. 619-
22.
Harahap M. Ilmu penyakit Kulit. Ed.1. Jakarta: Hipokrates; 2013.109-13.
Sadana, Liana Yuliawati. Krim Permethrin 5% untuk pengobatan scabies. 2015
Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals in : Burns T,
Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. Vol.2. USA:
Blackwell publishing; 2013.37-47.

22

Anda mungkin juga menyukai