DEXA MEDIA
jurnal kedokteran dan farmasi
Sidang Pembaca yang terhormat,
Dexa Media di edisi ini menampilkan dua artikel utama yang berjudul “The Role of
Penasehat Cefepime: Empirical Treatment in Critical Illness” . Cefepime merupakan
Ir. Ferry Soetikno, M.Sc., M.B.A. antibiotika dari kelas beta-lactam yang mana Cefepime dapat digunakan sebagai
terapi empiris pada infeksi Nosokomial, khususnya dalam artikel ini dibahas
Ketua Pengarah/Penanggung Jawab penggunaan Cefepime di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sedangkan artikel utama
Dr. Raymond R. Tjandrawinata, M.S., M.B.A. lainnya yang berjudul “Pemakaian Cetirizine dan Kortikosteroid pada Penyakit
Alergi Anak”. Di mana Cetirizine merupakan antihistamin yang sangat kuat dan
Pemimpin Redaksi spesifik. Cetirizine juga merupakan antagonis reseptor histamin-1 (H1) generasi
Dwi Nofiarny, Pharm., Msc. kedua yang aman digunakan pada terapi alergi.
Laporan Kasus yang kami tampilkan membahas mengenai Light Chain
Redaktur Pelaksana
Myeloma. Kasus ini melaporkan seorang penderita laki-laki berusia 66 tahun
Tri Galih Arviyani, S.Kom.
dengan tanda-tanda dan gejala klasik multiple myeloma disertai lytic bone le-
Staf Redaksi sions, tetapi gambaran elektroforesa protein serum normal, sedangkan
Drs. Karyanto, MM elektroforesa protein urine menunjukkan adanya light chain proteinuria. Dari
dr. Prihatini Hendri pemeriksaan aspirasi sumsum tulang didapatkan infiltrasi sel plasma sebanyak
dr. Della Manik Worowerdi Cintakaweni 95%. Kasus ini memenuhi kriteria multiple myeloma menurut Durie & Salmon.
dr. Lydia Fransisca Hermina Tiurmauli Tambunan Untuk membuktikan tipe light chain myeloma lebih lanjut dapat dilakukan urine
Gunawan Raharja, S.Si., Apt. immunofixation test. Untuk lebih jelasnya lagi silahkan membaca artikel ini.
Liana W. Susanto, Mbiomed Kami juga menampilkan beberapa artikel menarik lainnya dari rubrik
dr. Ratna Kumalasari Tinjauan Pustaka.
Yohannes Wijaya, S.Si., Apt.
Kami terus mengundang para dokter dan apoteker untuk memberikan hasil
Peer Review karya tulisannya dalam bentuk Tinjauan Pustaka, Laporan Kasus dan Artikel
Prof. dr. Arjatmo Tjokronegoro, Ph.D., Sp.And. Penelitian.
Prof. Dr. dr. Darmono, Sp.PD-KEMD
Prof. Dr. dr. Djokomoeljanto, Sp.PD-KEMD Salam!!!!!!!
Jan Sudir Purba, M.D., Ph.D.
Prof. Dr. Med. Puruhito, M.D., F.I.C.S., F.C.T.S.
Prof. dr. Sudradji Soemapraja, Sp.OG. DAFTAR ISI
Prof. Dr. dr. H. Sidartawan Soegondo, Sp.PD-KEMD, FACE
Prof. dr. Wiguno Prodjosudjadi, Ph.D., Sp.PD-KGH Pengantar Redaksi 57
Petunjuk untuk Penulisan Dexa Media 58
Redaksi/Tata Usaha
Jl. R.S. Fatmawati Kav. 33 Artikel Utama
Telp. (021) 7509575 The Role of Cefepime: Empirical Treatment in Critical Illness 59
Fax. (021) 75816588 Pemakaian Cetirizin dan Kortikosteroid pada Penyakit Alergi Anak 68
Email: tri.galih@dexa-medica.com
Laporan Kasus:
Rekomendasi Depkes RI Light Chain Myeloma 74
0358/AA/III/88
Tinjauan Pustaka:
Ijin Terbit Efek Kortikosteroid Terhadap Metabolisme Sel; Dasar Pertimbangan
1289/SK/Ditjen PPG/STT/1988 Sebagai Tujuan Terapi Pada Kondisi Akut Maupun Kronik 77
Infeksi Gonore Pada Anak 81
Terapi Antibiotika Empiris Pada Sepsis Berdasarkan Organ Terinfeksi 85
Terapi Hemorheologi 91
Terapi Bedah Pada Varises 96
Profil:
Prof. Dr. dr. H. Achmad Guntur Hermawan, Sp.PD-KPTI 99
Redaksi menerima tulisan asli/tinjauan pustaka, penelitian atau cancer patient and the effects of blood transfusion on an-
laporan kasus dengan foto-foto asli dalam bidang Kedokteran dan titumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33
Farmasi. 11. Nomor halaman dalam angka romawi
1. Tulisan yang dikirimkan kepada Redaksi adalah tulisan yang Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology
belum pernah dipublikasikan di tempat lain dalam bentuk and hematology. Introduction Hematol Oncol Clin North Am
cetakan. 1995; Apr; 9(2):xi-xii
2. Tulisan berupa ketikan dan diserahkan dalam bentuk disket,
diketik di program MS Word dan print-out dan dikirimkan ke Buku dan monograf lain
alamat redaksi atau melalui e-mail kami. 12.Penulis perseorangan
3. Pengetikan dengan point 12 spasi ganda pada kertas ukuran Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills
kuarto (A4) dan tidak timbal balik. for nurses. 2nd ed. Albany (NY):Delmar Publishers; 1996
4. Semua tulisan disertai abstrak dan kata kunci (key words). 13.Editor sebagai penulis
Abstrak hendaknya tidak melebihi 200 kata. Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for eldery
5. Judul tulisan tidak melebihi 16 kata, bila panjang harap di pecah people. New York:Churchill Livingstone; 1996
menjadi anak judul. 14.Organisasi sebagai penulis
6. Nama penulis harap di sertai alamat kerja yang jelas. Institute of Medicine (US). Looking at the future of the
7. Harap menghindari penggunaan singkatan-singkatan medicaid program. Washington:The Institute; 1992
8. Penulisan rujukan memakai sistem nomor (Vancouver style), 15.Bab dalam buku
lihat contoh penulisan daftar pustaka. Catatan: menurut pola Vancouver ini untuk halaman diberi tanda p,
9. Bila ada tabel atau gambar harap diberi judul dan keterangan bukan tanda baca titik dua seperti pola sebelumnya).
yang cukup. Phillips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh
10. Untuk foto, harap jangan ditempel atau di jepit di kertas tetapi JH, Brenner BM, editors. Hypertension: Patophysiology,
dimasukkan ke dalam sampul khusus. Beri judul dan keterangan Diagnosis and Management. 2nded. New York:Raven Press;
yang lengkap pada tulisan. 1995.p.465-78
11. Tulisan yang sudah diedit apabila perlu akan kami konsultasikan 16.Prosiding konferensi
kepada peer reviewer. Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent Advances in clinical
12. Tulisan disertai data penulis/curriculum vitae, juga alamat email neurophysiology. Proceedings of the 10 t h International
(jika ada), no. telp/fax yang dapat dihubungi dengan cepat. Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-
19; Kyoto, Japan. Amsterdam:Elsevier; 1996
Contoh Penulisan Daftar Pustaka 17.Makalah dalam konferensi
Daftar pustaka di tulis sesuai aturan Vancouver, diberi nomor sesuai Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection,
urutan pemunculan dalam keseluruhan tulisan, bukan menurut abjad. privacy and security in medical information. In: Lun KC,
Bila nama penulis lebih dari 6 orang, tulis nama 6 orang pertama diikuti Degoulet P, Piemme TE, editors. MEDINFO 92. Proceedings of
et al. Jumlah daftar pustaka dibatasi tidak lebih dari 25 buah dan terbitan the 7 th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-
satu dekade terakhir. 1 0 ; G e n e va , S w i t ze r l a n d . A m s t e r d a m : N o r t h - H o l l a n ;
Artikel dalam jurnal 1992.p.1561-5
1. Artikel standar 18.Laporan ilmiah atau laporan teknis
Vega KJ,Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:
with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Smith P, Golladay K. Payment for durable medi-cal
Med 1996; 124(11):980-3. Lebih dari 6 penulis: Parkin DM, Clayton equipment billed during skilled nursing facility stays. Final
D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leu- report. Dallas(TX):Dept.of Health and Human Services (US),
kaemia in Europe after Chernobyl: 5 years follow-up. Br J Cancer Office of Evaluation and Inspections; 1994 Oct. Report No.:
1996; 73:1006-12 HHSIGOEI69200860
2. Suatu organisasi sebagai penulis Diterbitkan oleh unit pelaksana:
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical Exercise Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Health Services
Stress Testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust R e s e a r c h : W o r k F o r c e a n d E d u c a t i o n I s s u e s.
1996; 164:282-4 Washington:National Academy Press; 1995. Contract No.:
3. Tanpa nama penulis AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care
Cancer in South Africa (editorial). S Afr Med J 1994; 84:15 Policy and Research
4. Artikel tidak dalam bahasa Inggris 19. Disertasi
Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar Kaplan SJ. Post-hospital home health care: The eldery’s
seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO):
1996; 116:41-2 Washington Univ.; 1995
5. Volum dengan suplemen 20.Artikel dalam koran
Shen HM, Zhang QE. Risk assessment of nickel Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study
carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post
Health Perspect 1994; 102 Suppl 1:275-82 1996 Jun 21; Sept A:3 (col.5)
6. Edisi dengan suplemen 21.Materi audio visual
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women’s psychological HIV + AIDS: The facts and the future [videocassette]. St.
reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996; 23(1 Suppl Louis (MO): Mosby-Year Book; 1995
2):89-97
7. Volum dengan bagian Materi elektronik
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid 22.Artikel jurnal dalam format elektronik
in non-insulin dependent diabetes mellitus. Ann Clin Morse SS. Factors in the emergence of infection diseases.
Biochem 1995;32(Pt 3):303-6 Emerg Infect Dis [serial online] 1995 jan-Mar [cited 1996 Jun
8. Edisi dengan bagian 5];1(1):[24 screens]. Available from: URL:HYPERLINK
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap 23.Monograf dalam format elektronik
lacerations of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990; CDI, Clinical dermatology illustrated [monograph on CD-
107(986 Pt 1):377-8 ROM]. Reeves JRT, maibach H. CMEA Multimedia Group,
9. Edisi tanpa volum producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle 24.Arsip komputer
arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995; Hemodynamics III: The ups and downs of hemodynamics
(320):110-4 [computer program]. Version 2.2. Orlando [FL]: Computerized
10.Tanpa edisi atau volum Educational Systems
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of the
Abstrak. Terapi secara empiris pada suatu daerah, dilakukan berdasarkan pada pola kuman yang didapatkan
pada rumah sakit setempat berdasarkan pola kuman dan uji kepekaan. Penelitian yang dilakukan pada infeksi
nosokomial di RSUD Dr Moewardi menunjukkan bahwa cefepime dapat digunakan sebagai terapi secara
empiris.
Pendahuluan ini bertanggung jawab untuk penetrasi yang cepat dari cefepime
Cefepime merupakan antibiotik dari kelas beta-lactam. melalui membran luar dari bakteri gram-negatif dan sebagai
Cefepime merupakan generasi keempat dari cephalosporin. salah satu kunci dari potensi antibakterialnya.
Kebanyakan turunan semisintetik dan strukturnya Hal ini dibuktikan dari terjadinya penetrasi sel yang cepat,
berhubungan dengan analog rumus bangunnya yang telah disebabkan dari efek penolakan dari anion tertentu pada
diidentifikasi sebagai dasar molekul cephalosporin (7-amino- periplasma tidak terjadi pada campuran ion dipolar ini.
cephalosporanic acid), yang terdiri dari suatu cincin hexagonal Modifikasi struktur inti cephem untuk menghasilkan
(dihydrothiaziolidine) yang dipadukan ke dalam cincin beta- cefepime menciptakan suatu antibiotik dengan suatu spektrum
lactam. Molekul dasar ini adalah sebagai inti cephem. antimikrobial yang seimbang dan lebar dan suatu potensi yang
Penggantian pada posisi 3 dan 7 telah dibuat untuk berharga untuk perawatan infeksi, baik gram positif maupun
meningkatkan spektrum antimikrobial dan sifat farmakokinetik gram negatif.1
dari cephalosporins.
Cefepime mirip generasi ketiga aminothiazole Infeksi Nosokomial
cephalosporins di mana di dalamnya mempunyai suatu gugus Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan setelah
aminothiazolyl-methoxyimino pada posisi 7 inti cephem. Gugus penderita dirawat di rumah sakit baik tumbuh pada saat
ini akan mempengaruhi stabilitas dari beta-lactamase dan dirawat di rumah sakit juga pada penderita yang pulang dari
peningkatan aktivitas terhadap gram-negatif. rumah sakit.2,3
Cefepime adalah suatu zwitter ion, artinya merupakan suatu Infeksi Nosokomial sangat nyata merupakan penyebab
ion dipolar yang tidak mempunyai muatan. Cefepime adalah kesakitan dan kematian. Infeksi nosokomial dapat terjadi
zwitter ion sebab mempunyai suatu muatan negatif pada posisi oleh karena tindakan iatrogenik terutama yang mengalami
4 pada inti cephalosporin dan suatu substituen yang tindakan-tindakan instrumenisasi ataupun intervensi pada saat
mengandung nitrogen kuartener (muatan positif) pada posisi dirawat di rumah sakit, misalnya pemasangan kateter, infus,
3 dari inti. Hal ini sebagai bullet-shaped. Konfigurasi tertentu tindakan-tindakan operatif lainnya.4
Norfloxacin 1
terhadap antibiotika Sam
Tetracyclin
2 1
1
1 1
antibiotika yang sangat tepat Tabel 4. Hasil Uji Kepekaan Kuman (Pus, THT dan LCS) di
merupakan bagian dari pencegahan RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2004
PUS THT LCS
JENIS ANTIBIOTIK
resistensi antibiotika. Untuk itu Amikacin
Gram - Gram +
2 1
Gram - Gram + Gram - Gram +
1
Salah satu pertimbangan dokter dalam pemilihan preparat c. Eritroblastopenia (RBC anemia) &
obat terutama untuk pasien anak-anak adalah RASANYA. d. Anemia hipoplastik kongenital (erythroid)
Sebaik apapun efek suatu obat, tetapi bila tidak bisa Penyakit neoplastik: leukemia akut
diterima dengan baik oleh pasien anak, maka obat tersebut Penyakit dermatologi:
tidak akan berguna. a. Erythema multiforme berat (Stevens-Johnson
Khusus untuk golongan kortikosteroid oral, hampir Syndrome)
semua preparat kortikosteroid oral berasa pahit bahkan b. Exfoliative dermatitis
sangat pahit, sehingga sulit diterima oleh anak-anak. c. Psoriasis berat
Namun saat ini PT Ferron Par Pharmaceutical telah Penyakit kolagen:
meluncurkan satu preparat kortikosteroid oral YANG a. Acute rheumatic carditis
TIDAK PAHIT, dengan nama dagang KETRICIN. b. Systemic lupus erythematosus
Ketricin tablet mengandung triamcinolon 4 mg, Keadaan alergi:
preparat ini terutama bekerja sebagai glukokortikoid dan a. Seasonal atau perinneal allergic rhinitis
mempunyai daya antiinflamasi yang kuat, mempunyai efek b. Asma bronkial
hormonal dan metabolik seperti kortison. Ketricin berbeda c. Dermatitis kontak
dengan glukokortikoid alami, yaitu: dalam hal efek d. Dermatitis atopik
antiinflamasi dan glukoneogenesis yang lebih besar dan e. Serum sickness
sifat retensi garamnya yang lebih sedikit.1-3 f. Angioedema
Dibandingkan dengan kortikosteroid lain, Ketricin yang g. Urtikaria
termasuk dalam golongan intermediate acting, yang
1-3
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: Dosis:
• RASA TIDAK PAHIT. Hal ini sangat menguntungkan Dosis triamsinolon pada awalnya bervariasi 4-48 mg/hari
terutama untuk pasien anak-anak yang sangat sensitif dan tergantung pada kondisi penyakit & respon pasien.
terhadap rasa. Penghentian steroid setelah terapi jangka panjang dianjurkan
1,2
• Dibandingkan dengan sediaan intermediate acting yang untuk dilakukan secara perlahan-lahan atau tapering off.
lain (prednisolon), Ketricin memiliki efek samping Pengaturan dosis pada bayi dan anak-anak mengacu
mineralokortikoid (efek peningkatan tekanan darah dan pertimbangan kondisi penyakit pasien dan disesuaikan usia
moon face) dan memiliki efek samping gastrointestinal atau berat badan, yaitu:
yang lebih minimal. • Berat badan:2
0,117-1,66 mg/kgBB/hari terbagi 4 kali
• Dibandingkan dengan sediaan long acting (dexametason pemberian
2
dan betametason), Ketricin memiliki efek supresi HPA • Luas permukaan 2
tubuh: 3,3-50 mg/m /hari terbagi 4
axis dan efek samping gastrointestinal yang lebih kali pemberian
minimal.
• Dibandingkan dengan sediaan short acting (kortison Kemasan:
dan hidrokortison) efek mineralokortikoid (peningkatan Kotak, 10 strip @ 10 tablet
tekanan darah dan moon face) serta efek samping
gastrointestinal Ketricin lebih minimal Kesimpulan:
Ketricin tablet merupakan kortikosteroid oral TANPA RASA
3
Tabel konversi dosis dari molekul kortikosteroid lain: PAHIT (bermanfaat untuk meningkatkan penerimaan pasien
Waktu
Dosis glukokortikoid
Potensi relatif
paruh Masa kerja
anak-anak), masa kerja menengah (efek supresi HPA axis
AGEN
yang ekuivalen (mg) Antiinflamasi Mineralokortikoid eliminasi
(jam)
(jam) minimal), efek antiinflamasi kuat (setara dengan
Prednison 5 4 0.8 3.5 18-36 methylprednisolone), efek mineralokortikoid minimal, indikasi
Triamsinolon 4 5 0.0 3.0 18-36
Metilprednisolon 4 5 0.5 2-3 18-36 luas dan kualitas terjamin.
Deksametason 0,75 20-50 0.0 3.5 18-36
Referensi:
Indikasi: 1. Ketricin, PT Dexa Medica. Package Insert.
Penyakit saluran pernapasan: 2. McEvoy GK, et al. Triamcinolone. In: McEvoy GK, et
a. Symptomatic sarcoidosis al (editors). AHFS drugs Information 2005. Bethesda:
b. Tuberkulosis yang memburuk & mendapat kemoterapi American Society of Healthy System Pharmacist, Inc.
c. Pulmonary emphysema 2005.p.2941-3.
d. Asma2 3. Millier JW. Drugs and the endocrine & metabolic
Gangguan hematologi: systems. In: Page C, et al (editors). Chapter 15
a. Idiopatik & trombositopenia Integrated pharmacology, 2nd ed. Philadelphia: Mosby
b. Anemia hemolitika International Ltd; 2002.p.281-326.
Abstrak. Penyakit atopi seperti asma dan eksim merupakan kondisi alergi yang cenderung diturunkan dalam
keluarga dan dikaitkan dengan pembentukan antibodi IgE spesifik terhadap alergen lingkungan. Tatalaksana
medikamentosa yang diberikan berdasarkan pada reaksi inflamasi alergi yang mendasari penyakit. Pada
individu yang rentan terhadap alergi, paparan dengan alergen menghasilkan aktivasi sel Th2 dan produksi
antibodi IgE. Reaksi kerusakan jaringan yang disebabkan oleh respons imun tersebut merupakan reaksi
hipersensitivitas dan istilah alergi sering disamakan dengan hipersensitivitas segera (tipe I). Pada reaksi alergi
juga terjadi proses inflamasi yang terjadi pada fase lambat. Histamin merupakan mediator utama dalam reaksi
alergi. Oleh karena itu, salah satu terapi utama dalam alergi adalah pemberian antihistamin. Cetirizine
merupakan antihistamin yang sangat kuat dan spesifik. Cetirizine merupakan antagonis reseptor histamin-
1(H1) generasi kedua yang aman digunakan pada terapi alergi. Selain mempunyai efek antihistamin, cetirizine
juga mempunyai efek antiinflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine terutama ditunjukkan melalui penghambatan
kemotaksis sel inflamasi. Efek antiinflamasi cetirizine juga tercapai melalui penghambatan ekspresi molekul
adhesi yang berperan dalam proses penarikan sel inflamasi.
Kortikosteroid juga mengurangi jumlah sel inflamasi dengan menghambat penarikan sel inflamasi ke jaringan
inflamasi melalui penekanan produksi mediator kemotaktik dan molekul adesi, serta juga menghambat
keberadaan (survival) sel inflamasi tersebut. Penggunaan kortikosteroid oral pada keadaan alergi fase cepat/
akut membutuhkan potensi glukokortikoid yang lebih tinggi dibandingkan potensi mineralkortikoid untuk
menghindari efek samping retensi natrium. Selain itu pemilihan bentuk formula dan rasa juga berperan dalam
kepatuhan anak dalam berobat dengan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid pada inflamasi alergi tergantung
pada beberapa faktor yang menentukan manfaat dan risiko pada tiap anak.
Abstrak. Light chain myeloma merupakan salah satu jenis multiple myeloma, di mana protein M yang terdetksi
adalah light chain protein. Kasus ini melaporkan seorang penderita laki-laki berusia 66 tahun dengan tanda-
tanda dan gejala klasik multiple myeloma disertai lytic bone lesions, tetapi gambaran elektroforesa protein
serum normal, sedangkan elektroforesa protein urine menunjukkan adanya light chain proteinuria. Dari
pemeriksaan aspirasi sumsum tulang didapatkan infiltrasi sel plasma sebanyak 95%. Kasus ini memenuhi
kriteria multiple myeloma menurut Durie & Salmon. Untuk membuktikan tipe light chain myeloma lebih lanjut
dapat dilakukan urine immunofixation test.
4
terbaik untuk mendeteksi protein Bence Jones dalam urin. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 1999.p.2631-80
Sitologi, klinis dan kriteria laboratoris untuk diagnosa 5. Lichtman MA, Beutler E, Kipps TJ, et al. Myeloma. Williams Manual of Hematology.
th
6 ed. Boston: McGraw-Hill; 2003.p.367-75
multiple myeloma merujuk pada Durie dan Salmon :
6. Carrer DL. Serum protein electrophoresis & immunofixation illustrated
Kriteria mayor : interpretations. France: SA Sebia; 1994.p.29-81
1. Plasmasitoma pada biopsi jaringan 7. Henry JB, Lauzon RB, Schumann GB. Basic examination of urine. In: Henry
th
2. Plasmasitosis pada sumsum tulang dengan sel plasma >30% JB. Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods.19 ed.
Philadelphia, Pennsylvania: WB Saunders Company; 1996.p.423
3. Monoclonal globulin spike pada elektroforesa serum: IgG
Abstrak. Kortikosteroid yang juga diketahui sebagai glukokortikoid adalah sintetik kortikosteroid endogen
yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal melalui aktivitas aksis hypotalamic-pituitary adrenal (HPA).
Kortikosteroid dibutuhkan oleh tubuh secara vital dalam mempertahankan keseimbangan tubuh yang sehat
baik terhadap gangguan yang berasal dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar. Pentingnya kortikosteroid
dalam kehidupan dapat dilihat jika terjadi defisiensi atau juga hiperproduksi maka muncul beberapa tanda
patologi menyangkut gangguan metabolisme sel seperti muncul alergi dan gangguan imunitas, gangguan
metabolisme protein, lemak dan mineral. Dalam penggunaanya sebagai terapi beberapa jenis kortikosteroid
bisa lebih spesifik untuk kasus tertentu. Triamcinolone merupakan kortikosteroid yang berpotensi tinggi
dalam hal imunosupresi, antiinflamasi, serta antiproliferasi. Walaupun penggunaan triamcinolone
mengandung efek terapeutik yang potent namun juga tidak terlepas dari efek negatif seperti katabolisme
baik protein dan mineral, lemak serta gangguan hormon lainnya, seperti hormon pertumbuhan pada anak
jika penggunaannya kurang tepat.
Pendahuluan pada dosis serta lamanya penggunaan yang bisa berefek pada
Kortikosteroid yang disekresi di kelenjar adrenal penting atrofi dari kelenjar korteks adrenal sampai pada glaukoma,
untuk kelangsungan hidup, sebagai hormon homeostasis gangguan keseimbangan natrium, kalium, kalsium serta
dalam mempertahankan gangguan ketidakseimbangan, baik nitrogen demikian juga sistem imunitas dan hormon-hormon
yang berasal dari biologis organisme itu sendiri maupun lainnya seperi hormon pertumbuhan.8-10
dalam menghadapi dan menyesuikan dengan lingkungan.
Kortikosteroid pertama kalinya digunakan tahun 1949 di Regulasi sekresi kortikosteroid
klinik sebagai terapi artritis reumatik. 1,2 Penggunaan ini Sekresi kortikosteroid oleh kelenjar adrenal merupakan hasil
berkembang terus sampai pada kasus dermatologi, imunologi rangkaian stimulasi corticotropin-releasing hormone (CRH)
dan onkologi. Dalam perjalanannya, penggunaan terhadap adrenocorticotropin hormone (ACTH) di hipofisis
11,12
kortikosteroid mempunyai berbagai ragam efek negatif . CRH adalah neuropeptida yang terdiri dari 41 asam
namun dengan mempertimbangkan secara mendasar amino, disekresi oleh neuron di nukleus paraventrikularis
terhadap efek positifnya, maka penggunaan kortikosteroid (PVN) hipotalamus untuk seterusnya melalui eminentia
ini tetap populer. Aktivitas biologis dari kortikosteroid mediana akan ditransportasikan lewat sirkulasi porta
umumnya bergantung pada potensi alamiah maupun sintetik hipofisis ke adenohipofisis. Stimulasi CRH di hipofisis akan
yang secara fisiofarmakologis ditentukan oleh besarnya efek mengaktivasi adenyl cyclase dengan demikian
retensi natrium dan penyimpanan glikogen di hepar serta memperbanyak cyclic AMP sehingga terjadi peningkatan
sifat sebagai antiinflamasi. 3-5 Oleh sebab itu penggunaan mRNA ACTH.4,6,7,13,14 ACTH adalah neuropeptida asam amino
kortikosteroid di klinik mendasar pada efek metabolisme dan yang tergabung dan disintesa melalui suatu prekursor
efek katabolisme, antiinflamasi, imunosupresi dan juga protein yaitu proopiomelanocortin (POMC), dan mempunyai
sebagai antiproliferasi. 6,7 Kortikosteroid mempengaruhi efek stimulasi terhadap kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan mineral pada yang mempunyai berat sekitar 4 gram terletak di bagian atas
sel yang berperan pada fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, ginjal. Kelenjar ini terdiri dari medula dan korteks. Medula
otot lurik dan tulang, sistem saraf dan organ lainnya. yang terdiri dari sekitar 20% mensintesis epinefrin,
Pertimbangan pemberian kortikosteroid tentu mendasar norepinefrin dan dopamin sedangkan korteks adrenal yang
pada efek positif dan efek negatif. Efek negatif bergantung terdiri dari sekitar 80% berat kelenjar mensintesis dua
Abstrak. Ditemukannya infeksi gonore pada anak, merupakan suatu petunjuk adanya penyalahgunaan
seksual. Pada bayi baru lahir, penularan dapat terjadi melalui jalan lahir yang terinfeksi organisme ini, sehingga
pada bayi baru lahir dapat ditemukan oftalmia neonatorum.
Kata kunci: infeksi gonore, N. gonorrhoeae, penyalahgunaan seksual pada anak, oftalmia neonatorum
spesimen dari orofaring, rektum, atau traktus genital seorang anak. Gambar 1. Pedoman penatalaksanaan infeksi gonokokal pada
Spesimen dari vagina, uretra, faring, atau rektum, harus pada bayi baru lahir
media selektif isolasi N. gonorrhoeae dan semua ditentukan
setidaknya dengan dua uji dengan prinsip berbeda (biokimia, Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi gonokokal. Jika
substrat enzim atau semua serologik). Isolat harus disimpan untuk profilaksis diberikan dengan benar, bayi yang lahir dari ibu dengan
24
uji ulang atau tambahan lainnya. infeksi gonore biasanya jarang terdapat oftalmia gonokokal.23
Menurut Siegel et al, pada anak perempuan prepubertas, kultur
N. gonorrhoeae hanya dibutuhkan jika terdapat duh tubuh saat Infeksi Diseminata. Terapi yang direkomendasikan,
29,30
pemeriksaan, atau jika anak itu beresiko tinggi mendapat PMS. termasuk untuk oftalmia neonatorum, adalah ceftriaxone (25-
Sedangkan menurut American Academy of Pediatrics 50 mg/kg, IV atau IM, dosis tunggal, tidak melebihi 125 mg).
(AAP), jika terdapat sangkaan akan penyalahgunaan seksual Bayi dengan oftalmia gonokokal harus mendapat irigasi pada
pada anak perempuan prepubertas dilakukan pemeriksaan mata dengan larutan salin fisiologis sesegera mungkin sampai
kultur pada oral, rektal uretral dan vaginal. Sementara pada anak duh tersebut tereliminasi. Bayi tersebut harus dirawat.2,5,23
laki-laki dilakukan kultur oral dan rektal, bukan kultur uretral Antimikroba topikal dapat diberikan tapi tidak terlalu berguna.4,24
kecuali terdapat duh tubuh uretra, disuria, tes esterase lekosit urin
2,29
yang positif dan atau eritema. Infeksi Nondiseminata. Terapi yang direkomendasikan
untuk artritis dan septikemia adalah ceftriaxone 25-50 mg/kg/
Penatalaksanaan hari dosis tunggal atau cefotaxime selama 7 hari. Cefotaxime
Rekomendasi terapi pada anak dengan gonore berdasarkan direkomendasikan untuk bayi dengan hiperbilirubinemia. Jika
pedoman dari Centers for Disease Control (CDC) dari terdapat meningitis, terapi harus dilanjutkan 10 sampai 14 hari.4,23
Amerika adalah sebagai berikut: pasien anak-anak/pediatrik
mencakup mulai dari sejak lahir hingga remaja. Ketika Infeksi Gonokokal pada Anak dan Remaja. Rekomendasi
seorang anak telah pubertas atau berat badan melebihi 45 terapi untuk infeksi gonokokal, berdasarkan usia dan berat
kg, maka harus diterapi dengan regimen dosis sebagaimana badan (lihat tabel 2 dan 3). Pasien dengan infeksi endoserviks
orang dewasa.4,24 yang tidak komplikasi, uretritis, atau proktitis yang alergi
Akibat prevalensi resistensi penisilin dan tetrasiklin pada dengan sefalosporin harus diterapi dengan spectinomycin (40
N. gonorrhoeae, pemberian golongan cephalosporin mg/kg, maksimum 2 g, IM dosis tunggal), jika mereka belum
direkomendasikan sebagai terapi awal pada anak. 2,16 cukup umur untuk mendapat fluoroquinolones. Doxycycline
Cephalosporin secara parenteral direkomendasikan atau azithromycin dihydrate harus diberikan jika diduga
penggunaannya pada anak-anak; ceftriaxone terbukti dapat terdapat infeksi chlamydia yang bersamaan.23,24
diberikan pada semua infeksi gonokokal pada anak 4 dan Pasien dengan infeksi gonokokal faring yang tidak
cefotaxime sodium hanya dapat diberikan pada oftalmia komplikasi mendapat terapi ceftriaxone 125 mg IM dosis
gonokokal. Antimikroba lain yang diberikan secara oral, telah tunggal. Bagi yang tidak dapat mentoleransi ceftriaxone
terbukti efektif untuk pengobatan uretritis gonokokal dan servisitis harus mendapat ciprofloxacin 500 mg, oral, dosis tunggal.
pada dewasa dan remaja yang lebih tua meliputi ciprofloxacin, Spectinomycin cukup efektif 50% untuk terapi gonore
ofloxacin dan levofloxacin. Fluoroquinolones secara umum faringeal, jadi dapat digunakan pada mereka yang tidak dapat
tidak direkomendasikan pada mereka yang kurang dari 18 menerima ceftriaxone atau ciprofloxacin, dan kultur
tahun, juga di kontraindikasikan pada wanita hamil.23 faringeal harus dilakukan dalam 3 sampai 5 hari terapi untuk
mengetahui eradikasi.23,24
3
banyak ahli merekomendasikan perawatan di RS untuk pasien PID, terutama remaja
23 pasien dengan respon inadekuat terapi setelah 72 jam harus direevaluasi
komplikasi: terapi pada anak dan remaja kemungkinan salah diagnosis dan harus mendapat terapi parenteral
4
Penyakit Anak Prepubertas BB<45 kg Penyakit Anak BB≥45 kg dan usia > 8 thn Fluoroquinolones dikontraindikasikan untuk pasien kurang dari 18 tahun, wanita hamil
Vulvovaginitis, Ceftriaxone sodium, 125 mg, IM, Endocervicitis, Ceftriaxone, 125 mg, IM, dosis dan menyusui
cervicitis, urethritis, dosis tunggal urethritis, tunggal 5
rejimen alternatif parenteral termasuk ofloxacin atau levofloxacin plus metronidazole;
proctitis, atau ATAU epididymitis, ATAU
proctitis, atau
dan ampicillin-sulbactam sodium plus doxycycline
pharyngitis tanpa Spectinomycin,3 40 mg/kg Ciprofloxacin, 5 500 mg, oral, dosis 6
komplikasi (maximum 2 g), IM, dosis pharyngitis4 tanpa tunggal Data indikasi tentang sefalosporin spektrum luas (ceftizoxime, cefotaxime,
tunggal komplikasi ATAU ceftriaxone) dapat menggantikan cefoxitin atau cefotetan masih terbatas. Banyak
PLUS 1
Ofloxacin,5 400 mg, oral, dosis penulis berpendapat, ini juga efektif untuk terapi PID, tapi kurang aktif terhadap
Azithromycin, 20 mg/kg tunggal anaerob
(maximum 1 g), oral, dosis ATAU
tunggal Levofloxacin, 5 250 mg, oral, dosis
ATAU tunggal
Erythromycin, 50 mg/kg per hari
(maximum 2 g/hr), oral, 4 dosis
terbagi selama 14 hari
PLUS1
Azithromycin 1 g, oral, dosis tunggal
ATAU
Daftar Pustaka
Doxycycline 100 mg, oral, 2 kali
1. Feingold DS, Mansur CP. Gonorrhea. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF,
th
sehari, selama 7 hari Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 6 ed. New
1
Tambahan sebagai rekomendasi terapi infeksi gonokokkal, terapi untuk Chlamydia trachomatis juga York: McGraw-Hill; 2003.p.2205-9
direkomendasikan untuk dugaan adanya infeksi bersamaan.
2
2. Darville T. Gonorrhea. Pediatrics 1999; 20:125-8
Perawatan di RS dipertimbangkan, terutama untuk mereka yang rawat jalan respon gagal terhadap terapi dan
mereka yang tidak sesuai dengan terapi yang diberikan. 3. Todd G, Krause W. Sexual transmitted diseases. In: Schachner LA, Hansen RC. Pediatric
rd
3
Spectinomycin tidak direkomendasikan untuk infeksi faring. Bagi yang tidak dapat menerima ceftriaxon atau Dermatology. 3 ed. Edinburgh: Mosby; 2003.p.1195-201
ciprofloxacin, spectinomycin dapat digunakan untuk faringitis, tapi diperlukan kultur follow-up.
4
Rejimen alternatif meliputi spectinomycin (2 g, IM, dosis tunggal), ceftizoxime, cefotaxime, dan cefoxitin. 4. Gutman LT. Gonococcal diseases in infants and children. In: Holmes KK, Mardh P, Sparling
rd
Hanya ceftriaxone dan ciprofloxacin direkomendasikan untuk faringitis; pada mereka yang tidak dapat ML, Walter ES, Piot P, eds. Sexually Transmitted Diseases. 3 ed. New York (USA). McGraw-Hill;
menerima dapat diberikan spectromycin tapi diperlukan kultur follow-up.
5
Fluoroquinolones dikontraindikasikan untuk wanita hamil, nursing women, dan biasanya pada mereka yang 1999.p.1145-53
kurang dari 18 tahun. Fluoroquinolones sebaiknya tidak diberikan untuk infeksi yang didapat dari Asia, Pulau 5. Young H, McMillan A. Gonorrhea. In: McMillan A, Young H, Ogilvie MM, Scott GR, eds.
Pasifik termasuk Hawai, atau Kalifornia.
Clinical practice in sexually transmissible infections. London:WB Saunders; 2002.p.313-49
Tabel 2. Pedoman penatalaksanaan infeksi gonokokal dengan 6. Faro. Sexually transmitted diseases in women. Philadelphia:Lippincot Williams &
komplikasi: terapi pada anak dan remaja Wilkins; 2003
Penyakit Anak Prepubertas BB<45 kg Penyakit Anak BB≥45 kg dan usia > 8 thn 7. Clutterbuck D. Sexually transmitted infections and HIV. Edinburg: Elsevier Mosby; 2004
Infeksi gonokokal Ceftriaxone, 50 mg/kg per hari Infeksi gonokokal Ceftriaxone, 1 g, IV atau IM, sekali 8. Ram S, Rice PA. Gonococcal infections. Available at http://www.harrisononline.com.
diseminata (maximum 1 g/hr), IV atau IM, diseminata sehari selama 7 hari4
sekali sehari selama 7 hari ATAU Accessed April 2006
PLUS1 Cefotaxime, 1 g, IV, setiap 8 jam
Azithromycin atau erythromycin selama 7 hari4
9. Webster SB. Nontreponemal sexually transmissible diseases. In: Moschella SL,
rd
PLUS1 Hurley HJ. Dermatology. 3 ed. Philadelphia:WB Saunders; 1992.p.987-91
Azithromycin, 1 g, oral, dosis
tunggal
10. Thomas A, Forster G, Robinson A, et al. National guideline for the managementof
ATAU suspected sexually transmitted infections in children and young people. Arch
Doxycycline, 100 mg, oral, 2 kali
sehari selama 7 hari Dis Child 2003; 88:303-11
11. Thomas A, Forster G, Robinson A, et al. National guideline for the management of
Meningitis atau Ceftriaxone, 50 mg/kg per hari Meningitis atau Ceftriaxone, 1-2 g, IV, setiap 12
endokarditis (maksimum 2 g/hari), IV atau IM, endokarditis jam; untuk meningitis, selama 10-14 suspected sexually transmitted infections in children and young people. Available
setiap 12 jam; untuk meningitis, hari; untuk endocarditis, selama at http://www.bashh.org/guidelines/2002/adolescent_final_0903.pdf Accesed April 2006
selama 10-14 hari; untuk paling tidak 28 hari.
endocarditis, selama paling tidak 12. Thomas A, Forster G, Robinson A, et al. National guideline for the management of
28 hari
PLUS1
suspected sexually transmitted infections in childrens and young people. Sex
Azithromycin atau erythromycin Transm Inf. 2002; 78:324-31
Konjungtivitis5 Ceftriaxone, 50 mg/kg Konjungtivitis5 Ceftriaxone, 1 g, IM, dosis tunggal 13. Dirjen P2M Depkes RI. Pedoman penatalaksanaan infeksi menular seksual. Jakarta, 2004
(maximum 1 g), IM, dosis
tunggal 14. American Academy of Pediatrics. Gonorrhea in prepubertal children. Pediatrics 1998;
Penyakit inflamasi Lihat tabel...
pelvis
101:134-5
15. Hammerschlag M. Sexually transmitted diseases in sexualy abused children: medical and
1
Tambahan sebagai rekomendasi terapi infeksi gonokokal, terapi untuk Klamidia trakomatis juga
direkomendasikan untuk dugaan adanya infeksi bersamaan. legal implication. Sex Transm Inf. 1998; 74:167-74
2
Perawatan di RS dipertimbangkan, terutama untuk mereka yang rawat jalan respon gagal terhadap terapi dan 16. Sung L, MacDonald NE. Gonorrhea: a pediatric perspective. Pediatrics 1998; 19:13-6
mereka yang tidak sesuai dengan terapi yang diberikan.
3
Jika alergi obat β-lactam: ciprofloxacin (400 mg, IV, setiap 12 j) atau ofloxacin (400 mg, IV, setiap 12 j) atau 17. McMillan A. Some social, ethical, and medico-legal aspects of sexually transmissible
levofloxacin (250 mg, IV, setiap hari), atau spectinomycin (2 g, IM, setiap 12 j). Terapi spectinomycin infections. In: McMillan A, Young H, Ogilvie MM, Scott GR, eds. Clinical practice in sexually
memerlukan kultur follow-up jika terdapat infeksi faring. Direkomendasikan perawatan di RS.
4
Secara alternatif, terapi parenteral dapat dihentikan 24 sampai 48 jam setelah ada perbaikan dan 7 hari transmissible infections. In: McMillan A, Young H, Ogilvie MM, Scott GR, eds. Clinical practice
dilanjutkan dengan agen antimikroba yang sesuai seperti ciprofloxacin (500 mg, oral, 2 kali sehari), ofloxacin
(400 mg, oral, dua kali sehari), atau levofloxacin (500 mg, oral, sekali sehari). Fluoroquinolones in sexually transmissible infections. London:WB Saunders; 2002.p.29-44
dikontraindikasikan untuk wanita hamil, nursing women, dan biasanya pada mereka yang kurang dari 18 tahun. 18. Margesson LJ. Pediatric vulvar disorders. In: Black MM, McKay M, Braude PR, Jones SAV,
Fluoroquinolones sebaiknya tidak diberikan untuk infeksi yang didapat dari Asia, Pulau Pasifik termasuk Hawai,
atau Kalifornia. Margesson LJ. Obstetric and Gynecologic Dermatology. 2nd ed. Edinburg. Mosby; 2002.p.119-36
19. Johnson CF. Sexual abuse in children. Pediatrics 2006; 27:17-27
20. Morse SA. Neisseria, moraxella, kingella, and eikenella. Available at http://
Rekomendasi terapi penyakit inflamasi
gsbs.utmb.edu/microbook/ch014.htm Accessed April 2006
Parenteral: Rejimen A2 Ambulatory: Rejimen A3 (oral)
Cefotetan, 2 g, IV, setiap 12 j Ofloxacin,4 400 mg, oral, dua kali
21. Lau KH, Ho HF. Gonorrhea. Handbook of dermatology and venereology. Available at
sehari selama 14 hari http://www.hkmj.com Accessed April 2006
ATAU ATAU 22. Talhari S, Benzaquen A, Orsi TA. Diseases presenting as urethritis/vaginitis:
Cefoxitin, 2 g, IV, setiap 6 j Levofloxacin,4 500 mg, oral, dua kali
gonorrhea, chlamydia, trichomoniasis candidiasis, bacterial vaginosis. Available
sehari selama 14 hari
PLUS DENGAN atau TANPA at http://www.aifo.it/english/resources/online/books/other/std/-Urethritis.pdf Accessed
Doxycycline, 100 mg, oral Metronidazole, 500 mg, oral, dua kali April 2006
atau IV, setiap 12 j sehari selama 14 hari 23. Gonococcal infections. Summary of infectious diseases. Available at http://
ATAU ATAU
Parenteral: Rejimen B5 Ambulatory: Rejimen B
aapredbook.aappublications.org/cgi/content/full/2003/1/3.43
Clindamycin, 900 mg, IV, Ceftriaxone, 250 mg, IM, sekali 24. Centers for Diseases Control and Prevention. Guidelines for treatment of sexually
setiap 8 j transmitted diseases. MMWR 2002
PLUS ATAU 25. Berhman AJ. Gonorrhea. Available at http://www.emedicine.com Accessed April 2006
Gentamicin: dosis awal, IV atau IM (2 mg/kg), Cefoxitin, 2 g, IM, plus probenecid, 1
lalu dosis maintenance (1.5 mg/kg) setiap 8 j. g, oral, dosis tunggal berturut-turut
26. Brown TJ. Yen-Moore A, Trying SK. An overview of sexually transmitted diseases
Dosis satu kali sehari dapat digunakan ATAU part I. J Am Acad Dermatol 1999; 41:511-29
27. MacDonald NE, Brunham R. The effects of undetected and untreated sexually
CATATAN
Generasi ketiga parenteral lain
cephalosporin6 (eg, ceftizoxime atau
transmitted diseases: pelvic inflammatory disease and ectopic pregnancy in
cefotaxime) Canada. Can J Human Sex 1997; 6:1-9
Terapi parenteral dapat dihentikan 24 jam PLUS 28. Pelvic inflammatory disease. Summary of infectious diseases. Available at http://
setelah klinis membaik; terapi oral lanjutan Doxycycline, 100 mg, oral, dua kali
aapredbook.aappublications.org/cgi/content/full/2003/1/3.94 Accessed April 2006
harus terdiri dari doxycycline (100 mg, oral, sehari, 14 hari
dua kali sehari) atau clindamycin (450 mg, oral, DENGAN atau TANPA 29. Ingram DM, Miller WC, Schoenbach VJ, et al. Risk assessment for gonococcal and
4 kali sehari) untuk menyelesaikan total 14 hari Metronidazole, 500 mg, oral, dua kali chlamydial infections in young children undergoing evaluation for sexual abuse.
terapi sehari, 14 hari Pediatrics 2001; 107:e73-73
1
Untuk alternatif rejimen terapi, lihat CDC. STD treatment guidelines – 2002. MMWR 30. Ingram DL, Everett VD, Flick LAR, et al. Vaginal gonococcal cultures in sexual abuse
Recomm Rep. 2002; 51 (RR-6):1-80 evaluations: evaluation of selective criteria for preteenaged girl. Pediatrics 1999;99:e8-8
Abstrak. Meskipun teknologi diagnostik dan terapi serta perawatan suportif semakin berkembang namun
angka kesakitan dan kematian akibat sepsis berat dan syok septik masih tinggi. Manajemen sepsis berat dan
syok septik bersifat kompleks dan multidisipliner. Terapi antibiotika bukan merupakan terapi penentu dan
terapi utama. Terapi antibiotika hanya merupakan satu komponen penunjang keberhasilan dalam pengobatan
sepsis. Terapi antibiotika empirik harus segera dimulai dalam 1-2 jam pertama diagnosis sepsis berat
ditegakkan, sambil menunggu hasil pemeriksaan kultur. Karena keterlambatan dalam pemberian antibiotika
dalam waktu 24 jam setelah sepsis berat ditegakkan berkorelasi kuat dengan meningkatnya kematian dalam
kurun 28 hari. Pemilihan antibiotik secara empiris harus rasional, adekuat dan tepat. Karena pemberian
antibiotika yang tidak tepat dan tidak adekuat disamping memicu terjadinya resistensi, peningkatan biaya
perawatan, juga meningkatkan risiko mortalitas. Pemilihan antibiotika sebaiknya mempertimbangkan beberaha
hal, seperti: faktor spesifik pasien (usia, fungsi organ, organ terinfeksi dan derajat penyakit), faktor organisme
penyebab (peta kuman/pola resistensi, kuman bersifat komunitas/nosokomial) dan faktor antibiotika. Pemilihan
antibiotik empiris pada sepsis berat sebaiknya didasarkan pada pertimbangan organ terinfeksi yang mendasari
terjadinya sepsis. Pertimbangan ini penting mengingat tipikal pola kuman patogen penyebab sering tidak
sama pada organ tertentu. Contohnya: pola kuman penyebab urosepsis dengan pneumonia nosokomial
berbeda, sehingga pemilihan antibiotika juga berbeda. Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang bertujuan
untuk memberikan pedoman bagaimana memilih pemberian antibiotika secara emperis pada sepsis
berdasarkan organ yang terinfeksi.
sp). Peritonitis tersier merupakan manifestasi peritonitis Streptococcus agalactiae Ampicillin / penicillin G (kombinasi Sefalosporin generasi III
aminoglikosida bila perlu) (ceftriaxone / cefotaxime)
yang bersifat rekurensi dan persisten, yang sering disertai
dengan adanya abses, flegmon dengan atau tanpa fistula. Haemophilus influenzae Sefalosporin generasi III Chloramphenicol, cefepime,
(ceftriaxone / cefotaxime) meronem, fluoroquinolone
Dasar pemilihan terapi antibiotika pada infeksi intra
abdomen dengan penyulit adalah dengan mempertimbangkan:
(1) Apakah infeksi bersifat komunitas (community acquired) Secara prosedural apabila seseorang diduga menderita
atau diperoleh selama dalam perawatan rumah sakit (infeksi meningitis bakterial harus segera diambil kultur darah,
nosokomial/health care associated), (2) Berat ringannya punksi lumbal (bila memungkinkan) kemudian segera
penyakit (dinilai menggunakan APACHE skor, status imunitas, diberikan antibiotika secara empiris sampil menunggu hasil
kelainan kardiovaskuler). Pasien dengan infeksi intra abdomen kultur kuman. Terapi empiris didasarkan pada pola
yang diperoleh selama dalam perawatan rumah sakit umumnya kepekaan kuman patogen terhadap antibiotika, bila
disebabkan oleh patogen yang resisten, seperti Pseudomonas memungkinkan pemberian antibiotik berdasarkan penilaian
aeruginosa, Enterobacter sp, Proteus sp dan MRSA. Jenis hasil Gram stain (tabel 8 dan tabel 9). Lama pemberian
antibiotika yang diberikan pada infeksi intra-abdominal dengan antibiotika tergantung dari patogen penyebab, Neisseria
penyulit yang terjadi di komunitas dapat dilihat pada tabel 7.16 meningitidis dan H. influenza selama 7 hari, Streptococcus
Infeksi intra abdominal dengan penyulit dan bersifat berat pneumonia 10-14 hari, Streptococcus agalactiae selama 14-
akibat infeksi nosokomial perlu antibiotika kombinasi. 21 hari dan bakteri gram negatif aerob dan Listeria
Pemberian imipenem, piperacillin/tazobactam, monocytogenes selama 21 hari. 20
dikombinasikan dengan aminoglycosida dan metronidazole
memberikan hasil yang lebih efektif. Tabel 9. Rekomendasi terapi antibiotika empiris meningitis
20
purulen berdasarkan usia dan kondisi predisposisi spesifik.
Faktor predisposisi Patogen penyebab tersering Antibiotika
Tabel 7. Terapi antibiotika pada infeksi intra abdominal Usia
16
dengan penyulit yang terjadi di komunitas - <1 bulan Strep agalactiae, E coli, L Ampicillin + cefotaxime atau
monocytogenesm Klebsiella sp Ampicillin + aminoglycoside
Antibiotika Infeksi ringan sampai sedang Infeksi berat - 1 – 23 bulan Strep pneumoniae, N Vancomycin + sefalosporin
Monoterapi meningitidis, S agalactiae, H generasi III
- Beta laktam/kombinasi Ampisilin/sulbactam Piperacillin/tazobactam influenza, E coli
Beta laktam inhibitor Ticarcillin/clavulanic acid - 2 – 50 tahun N meningitidis, S pneumoniae Vancomycin + sefalosporin
- Carbapenem Ertapenem Imipenem/cilastatin generasi III
Meronem - >50 tahun S pneumonie, N meningitidis, L Vancomycin + ampicillin plus
monocytogenes, gram negatif sefalosporin generasi III
Kombinasi aerobic
- Sefalosporin Cefazolin atau Sefalosporin generasi III/IV Trauma kepala
Cefuroxime + metronidazol (cefotaxime, ceftriaxone, - Fraktur basilar S pneumoniae, H influenzae, Vancomycin + sefalosporin
- Fluoroquinolone Ciprofloxacin, levofloxacin, Ceftazidime, cefepime) Strep B hemolitikus grup A generasi III
moxifloxacin, gatifloxacin, Ditambah dengan - Trauma penetrasi S aureus, Stap epidermidis, gram Vancomycin + cefepime /
- Monobactam kombinasi dengan metronidazole Metronidazole negatif aerobic (terutama P ceftazidime / meronem
aeruginosa)
Aztreonam kombinasi dengan Post operasi bedah saraf Gram negatif aerobic (teruatam P Vancomycin + cefepime /
metronidazole aeruginosa), S aureus, S ceftazidime / meronem
epidermidis
Shunt cebrebro spinalis S epidermidis, S aureus, gram Vancomycin + cefepime /
negatif aerobic (terutama P ceftazidime / meronem
Pemilihan antibiotika pada meningitis aeruginosa), Propionicbaterium
acnes
Sejauh ini belum ada studi prospektif yang meneliti
hubungan antara waktu pemberian antibiotik terhadap
outcome klinis pada pasien meningitis bakterial, sehingga Antibiotika pada infeksi terkait kateter
belum diketahui kapan pemberian antibiotika harus Berdasarkan penyebab sepsis, bloodstream infection (BSI)
segera dimulai pada kasus meningitis bakterial. menduduki urutan kedua setelah infeksi paru. BSI dapat
Berdasarkan penelitian retrospective terhadap 305 pasien dengan bersifat primer atau sekunder. BSI bersifat primer bila infeksi
bakterial meningitis yang di rawat di Inggris, dilaporkan bahwa yang terjadi berkaitan langsung dengan intervensi sistem
dari 53 pasien yang mendapatkan antibiotika sebelum masuk vaskuler, dimana penyebab utama adalah berkaitan dengan
Abstract . Fluid mechanics of the blood or “hemorrheology” is the essential basic in the treatment of peripheral vascular arterial
diseases. Effort to reduce the energy of blood flow in the blood vessels depends physically by pressure energy, gravitational
energy, kinetic energy and the frictional energy. Beside those factors that affects the blood flow, shear stress and the importance
of the presence of atherosclerosis specially in the blood vessels bifurcations should be considered in the treatment of vascular
arterial diseases based on hemorrheology. Vascular lesions exhibits constellation that depends on its character, which is unique
and individual, so that the approach in hemorrheologic therapy should always obey the principles of physics and blood flow
mechanics.
Drugs or pharmacis that is used for this purpose can affect the vessel wall mechanics, the behaviour of the blood cells which
flows in the vessels, specially the red blood cells and platelets, and also the pressure of the blood which influence the speed and
the flow behaviour inside the blood vessels. Adequate knowledge of pharmacokinetics and phamacodynamics of of drugs that is
being used to treat vascular arterial diseases is oultlined and described in the paper.
Di mana:
Q = aliran; L = panjang pembuluh; m = viskositas; r = radius
dan dapat diterjemahkan lebih mudah: DP = Q x R
di mana R adalah tahanan, yaitu 8.L.m/p.r4
Hukum Poiseulle-
Haganbach akan dapat
berlaku bila diameter
pembuluh darah lebih besar
dari 100 micron, dan terjadinya
kehilangan energi tadi dalam
suatu aliran dinamis dengan
perubahan diameter pembuluh
darah akan menjadi lebih rumit
Gambar 3. Korelasi penyempitan pembuluh darah dan dijabarkan.
konsekuensi pengurangan tekanan/aliran pasca stenosis dan
2
besarnya diameter: terjadi turbulensi darah.
Abstract. Surgical treatment of varicosis of the legs is aimed to remove unsightly varicose veins to prevent its recurrence and
also to treat the symptoms and signs that mostly affect the patients. It also treating and correct underlying abnormal vein physiology.
Prior to surgery, a complete anatomic and physiologic evaluation of the venous system is important and is mandatory to be done
by the surgeons, because it will help to support the surgical intervention.
Various techniques is used to perform the surgery of the veins of the leg, and there are several alternatives of surgical treatment
that is described in the following paper. It includes the ablation of superficial reflux, ligation and stripping of the varicosed saphenous
veins which are incompetence, as well as the endovascular ablation using radiofrequency or laser, and also some specific
techniques includes the subfascial perforator vein surgery and salvation of the leg due to chronic venous insufficiency by means
of deep valve reconstructions and autologous reconstruction pursued by venous bypass.
Dasar teoritis untuk vena. Hal ini kemudian disusul oleh berbagai teknik
rekonstruksi untuk vena, baik katub maupun segmen vena
pembedahan varises yang inkompeten, tanpa harus “membuang” (Stripping)
vena safena magna. Pengalaman di Perang Dunia-II,
adalah membuang/ Perang Korea dan Perang Vietnam di mana perlukaan vena
endovaskular (RF atau LA- dan membawa harapan baru kedepan untuk alternatif
tehnik pengobatan “surgical intervensional non bedah”.
SER) termasuk dalam satu 3-5
Tehnik Dasar Bedah Varises:
kategori yang sama. 1. Ablasi refluks safenous
Cara ini didasarkan pada pendapat bahwa terjadinya
varises ditungkai (atas) adalah jkarena adanya refluks
yang disebabkan oleh insufisiensi katub di vena safena
magna. Maka bila dilakukan ligasi katub yang
Sejarah Pembedahan Varises inkompeten ini, refluks dapat dicegah, sekaligus vena
Perintis pertama pada pembedahan varises tungkai adalah yang sudah terlanjur melebar dan berkelok kelok ini
Sir Benjamin Brodie (1783-1862) 3 y a n g m e nde t e ksi dibuang.
adanya refluks atau backflow aliran vena pada tungkai a. Ligasi safena dan stripping (Exeresis)
atas/paha dan melakukan ligasi vena safena magna. - ligasi tinggi (proksimal) dan stripping VSM
Kemudian Frederich von Trendelenburgh di Jerman - ligasi dan stripping VSP
melakukan pembedahan varises pada tahun 1860 yang b. Ablasi RF vena safena
baru dipublikasikan pada tahun 1890, dan menjadi awal c. Ablasi LASER (panas)
bedah varises modern. Tes atau cara diagnostik deteksi d. Ablasi cryo (dingin)
varises serta insufisiensi vena ditulis berdasarkan e. Flebektomi local atau merusak vena superfisia
pendapat dan pengamatan kedua ahli tersebut, yaitu tes (Babcock)
Brodie-Trendelenburgh.
Kemudian Charles Mayo di USA mengembangkan 2. Ligasi vena perforator
teknik sayatan panjang untuk mengambil varises, dan Cara ini didasarkan pada temuan adanya vena
menciptakan stripper ekstraluminer untuk mengambil perforator pada berbagai tingkat ditungkai bawah,
varises yang inkompeten hanya dengan sayatan yang yang menyebabkan pelebaran vena karena refluks
sedikit dan kecil. Pembuatan stripper intraluminer oleh kearah proksimal dulu dan backflow-nya melalui vena
Keller pada tahun 1905 membawa revousi baru saat itu perorator, hingga apabila vena perforator diligasi atau
untuk stripping v a r i s e s y a n g i n k o m p e t e n , d a n a l a t dihancurkan, akan dapat terjadi aliran vena yang
intraluminer ini kemudian disempurnakan oleh Babcock normal. Hal ini juga membawa konsekuensi bahwa
dengan membuat ujung stripper berupa konus. Robert stripping vena safena magna tidak lagi dianjurkan
Linton (Boston, USA) mengembangkan tehnik ligasi dilakukan mulai dari distal (daerah pergelangan)
subfascial dari vena communicantes, dan menegaskan sampai ke paha (inguinal), tetapi cukup sampai daerah
juga pentingnya refluks dari vena perforator yang dapat lutut. Vena perforator (Dodd, Cockett, Hunter)
menimbulkan inkompetensi dan insufisiensi katub vena merupakan daerah “kebocoran” karena refluks akibat
Membangun Brand,
OTC Dexa Ikuti Fun Bike Hari TB Internasional
H
ari TB Internasional yang jatuh pada 24 Maret, RI), dipandu MC, Shanaz Haque dan Dikdoang. Hari itu,
diperingati meriah di Kabupaten Tangerang tim OTC Dexa di Tangerang tidak mau ketinggalan mo-
pada Sabtu, 31 Maret 2007 lalu, dimulai pukul 06.00 mentum, karena event tersebut dihadiri lebih dari 800
di Boulevard Raya BSD Tangerang dengan serangkaian orang, yang merupakan target market OTC, yaitu:
kegiatan diantaranya: fun bike, gebyar seni dan bazaar. keluarga, komunitas sepeda, artis dan lain-lain. OTC
Kegiatan dibuka Bapak AM Fatwa (Wakil Ketua MPR Dexa, Reach for The Stars! DM Saipul
Dexa Medica dalam dua tahun berturut-turut, yaitu tahun 2006 ment sehingga karyawan menempati posisi tertentu sesuai
dan 2007, meraih Employer of Choice. Tahun 2007 ini, Dexa dengan kompetensinya. Menerapkan filosofi 3 P: pay for
Medica meraih predikat “5 Besar Perusahaan Ternyaman profession, pay for performance, pay for person yang
dan Terbaik 2007”. Sedangkan tahun 2006 diperingkat ke-7 terkait dengan kompetensi, mengusung kepemimpinan
Employer of Choice, yang dilakukan oleh HayGroup dengan dengan prinsip Deal with Care, Strive for Excellence,
menggunakan model Engaged Performance (EP). Act Professionally, juga Leading by Example.
Engaged Performance adalah kinerja yang dicapai 2. Talent Management: Melakukan manajemen talenta
sebuah perusahaan dengan cara menstimuli antusiasme dalam organisasi dengan melihat kinerja dan potensi
karyawan terhadap pekerjaannya, serta mengarahkannya karyawan, memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
kepada kesuksesan perusahaan. Metode ini telah digunakan berorientasi sesuai dengan kompetensinya, sehingga tidak
oleh HayGroup untuk survei sejenis di berbagai negara. terpaku hanya di satu anak perusahaan, melakukan segmentasi
Penghargaan “Indonesian Employer of Choice 2007” untuk mencari talenta yang jadi andalan berdasarkan
diserahkan pada 10 April 2007, di Hotel Shangri-La Jakarta. kompetensi dan kinerja orang per orang, melakukan kegiatan
Lima Besar Employer of Choice 2007 adalah: 1. PT. Astra In- knowledge sharing, terutama dari hasil pelatihan, melalui
ternational Tbk, 2. PT. TNT Indonesia, 3. PT. Bank Niaga Tbk, portal yang dapat diakses oleh setiap karyawan.
4. PT. Dexa Medica dan 5. PT. Microsoft Indonesia. 3. External Business Focus: CEO cepat menangkap
Engaged Performance terdiri dari empat faktor setiap perubahan, melakukan sharing, dan kemudian
pendorong utama (key driver), yaitu: internal effectiveness memberi tantangan kepada setiap karyawan untuk
leadership (kepemimpinan efektif), talent management melakukan inovasi di setiap unit bisnis, menjadi salah
(kesempatan karyawan untuk maju), external business fo- satu dari 405 perusahaan yang mendapat Zero Accident
cus (kemampuan perusahaan merespons perubahan Award. Penghargaan ini diberikan kepada perusahaan
eksternal), internal effectiveness direction (arah perusahaan yang mengimplementasikan keselamatan dan kesehatan
jangka panjang). kerja secara optimal, melakukan berbagai kegiatan CSR
Hasil survei dari HayGroup yang bertujuan untuk melihat (corporate social responsibility) dan memiliki wadah
tingkat komitmen karyawan tersebut, diakui Ferry Soetikno yang bernama Dharma Dexa.
dapat dijadikan sarana untuk menangkap persepsi karyawan, 4. Direction: Mempersiapkan diri menjadi pemain re-
kemudian menganalisisnya untuk menjadi umpan balik yang gional mulai tahun 2006 dan pada 2015 menjadi pemain
berharga bagi perusahaan. global, guna mencapai visi dan misi perusahaan,
manajemen bekerja sama dengan berbagai perusahaan
Key Driver Dexa Medica multinasional dan nasional, berupa pemberian lisensi
Berdasarkan hasil riset tersebut di atas, ada Empat Faktor ataupun melakukan toll manufacturing, giat melakukan
Pendorong Utama (key driver) yang menjadikan Dexa riset dan pengembangan, pemenuhan standar yang
Medica sebagai perusahaan pilihan karyawan, yaitu: ditetapkan ASEAN, fasilitas produksi yang memenuhi
1. Leadership: Menerapkan competency based manage- persyaratan, serta pemasaran yang baik. DM
1. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak Telp.: 021-31900938; 3148705; 081510772557
(PIT IKA III) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) E-mail: isma@pharma-pro.com
Tanggal: 06 - 09 Mei 2007 Contact Person: Ismayanti
Tempat: Graha Sabha, Yogyakarta 6. 3rd National Congress of ISICM - Global Challange
Sekretariat: in Intensive Care Medicine: Patient - Centered So-
Telp.: 021-55960180 lutions
Faks: 021-55960179 Tanggal: 13 - 18 Juni 2007
E-mail: risna@pharma-pro.com Tempat: Hotel Borobudur, Jakarta
Contact Person: Risnawati Sekretariat:
2. The 7th JNHC & Hypertension Course: Chronic Kid- Geoconvex Office & Mailing Address
ney Disease and Its Complications Jl. Kebon Sirih Timur 4 Jakarta Pusat 10340 Indonesia
Tanggal: 18 Mei 2007 Telp.: 62-21-3149318, 3149319, 2305835
Tempat: Hotel Borobudur, Jakarta Faks: 62-21-3153392
Sekretariat: E-mail: marketing@geoconvex.co.id
Sekretariat JNHC & SH 2007 - PB PERNEFRI Divisi Contact Person: Jery Londa
Ginjal dan Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit (HP: 08128586775 / 0811882080)
Dalam FKUI - RSCM, Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta - 7. Konferensi Kerja Perhimpunan Dokter Paru Indo-
Indonesia PO BOX 1169 JKT 13011 nesia (KONKER PDPI) XI 2007
Telp.: 021-3149208; 3903873 New Perspective of Respiratory Disorders:
Faks: 021-3155551 Identifiying & Overcoming the Problems
E-mail: jnhc@cbn.net.id; pernefri@cbn.net.id Tanggal: 04 - 06 Juli 2007
Website: http://www.pernefri.org Tempat: Discovery Kartika Plaza Hotel, Bali
Contact Person: Tety, Linda, Ferdy, Bambang Sekretariat:
3. Symposium in Hypertension: Hypertension and RSU Wangaya, Jl. Kartini 133 Denpasar 80111 Bali
Target Organ - How to Prevent? Telp.: 0361-418838, 222142 pswt 110, 7458927
Tanggal: 19 - 20 Mei 2007 Faks: 0361-418838
Tempat: Hotel Borobudur, Jakarta E-mail: konker11pdpibali@yahoo.com
Sekretariat: 8. Bienniel Scientific Meeting of Indonesian Psychia-
Sekretariat JNHC & SH 2007 - PB PERNEFRI Divisi try Association (PIDT PDSKJI 2007)
Ginjal Hipertensi Departemen Penyakit Dalam FKUI - “Collaboration in Psychiatry for Better Patients
RSCM Jl. Diponegoro 71, Jakarta 10430 Management in Indonesia”
Telp.: 021-3149208; 3903873 Tanggal: 05 - 08 Juli 2007
Faks: 021-3155551 Tempat: Aston Convention Centre, Palembang
E-mail: jnhc@cbn.net.id; pernefri@cbn.net.id Sekretariat:
Website: http://www.pernefri.org Sekretariat PIDT PDSKJI 2007
Contact Person: Teti, Linda, Ferdy, Bambang Jl. Imam Bonjol No. 12 Jakarta
4. Temu Ilmiah Geriatri 2007: The Truth About Aging Telp.: 021-4532202, 30041026, 3147150
and Anti Aging: Scientific Perspective Faks: 021-4535833, 30041027, 3147151
Tanggal: 24 - 27 Mei 2007 E-mail: globalmedica@cbn.net.id;
Tempat: Hotel Borobudur, Jakarta pdskjijakarta@telkom.net
Sekretariat: Contact Person: Yenny/Iwan/Lenny
Sekretariat Temu Ilmiah Geriatri 2007 9. Pertemuan Ilmiah Tahunan Perkumpulan Obstetri
Telp.: 021-30041026; 31900275 dan Ginekologi Indonesia (PIT POGI) 2007 Mataram
Faks: 021-30041027; 31900275 Tanggal: 07 - 11 Juli 2007
E-mail: globalmedica@cbn.net.id, Tempat: Hotel Grand Legi, Mataram
tig_rscmfkui@yahoo.com Sekretariat:
Contact Person: Deri, Daniel, Dewi Sekretariat Panitia PIT POGI XVI SMF RSU Mataram,
5. 1st Indonesian Symposium on Colorectal Disease: Jl. Pejanggik No. 6 Mataram
A Multidisciplinary Approach Telp.: 0370-631975, 641008
Tanggal: 01 - 03 Juni 2007 Faks: 0370-631975
Tempat: Hotel Borobudur, Jakarta E-mail: pitpogi16_mtr@telkom.net;
Sekretariat: p2ks_ntb@telkom.net
Sub.Bagian Digestive, RSCM Salemba Website: http://www.pitpogi16-lombok.com