LP DHF STLH Uts
LP DHF STLH Uts
A. Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada
demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Suhendro, Nainggolan:
2009)
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.(
Hendarwanto; 417; 2014 ).
Dengue Hemorrhagic Fever atau DBD adalah penyakit infeksi yang disebakan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang
disertai leucopenia, ruam, limfadeopati, trombositopenia dan ditesis hemoragic. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo Aru,dkk 2009).
B. KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat
(>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80
mmHg, 120/100 mmHg, 120/110 mmHg, 90/70 mmHg, 80/70 mmHg)
4. Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³ 140x/mnt ) anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
C. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang temasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak
mempunyai imunitas silang. Serotipe virus dengue tersebut yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3
dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak(Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. In:
Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 2773-79. )
D. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Manifestasi klinis infeksi virus
dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala
(asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam
Dengue (DD), atau bentuk yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Sindrom Syok Dengue (SSD).
Gejala klinis DBD diawali dengan demam mendadak, disertai dengan muka kemerahan
(flushed face) dan gejala klinis lain yang tidak khas, menyerupai gejala demam dengue,
seperti anoreksia, muntah, nyeri kepala, dan nyeri pada otot dan sendi. Pada beberapa
pasien mengeluh nyeri tenggorokan dan pada pemeriksaan ditemukan faring hiperemis.
Arbovirus (melalui nyamuk Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue
aedes aegypti) (Viremia)
Mual, muntah
Ketidakefektifan pola
Penekanan intra abdomen
nafas
Ketidakseimbangan
Nyeri nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium bersama pemeriksaan klinis merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan untuk menegakkan diagnosis infeksi dengue.
1. Hematologi
a. Jumlah leukosit
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45%
dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (>15% dari jumlah total
leukosit) yang pada fase syok meningkat.11 Hitung leukosit ini cukup penting untuk
diperhitungkan dalam menentukan prognosis pada fase-fase awal infeksi leucopenia
(<5000 sul/μl) merupakan pertanda bahwa dalam 24 jam ke depan demam akan turun
dan penderita akan memasuki fase kritis.
b. Jumlah trombosit
Pada umumnya trombositopenia terjadi sebelum ada peningkatan hematokrit dan
terjadi sebelum suhu turun. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/μl)
biasanya ditemukan pada hari ke 3-8.1,11
c. Nilai hematokrit
Peningkatan hematokrit mengambarkan hemokonsentrasi dan merupakan indikator
yang peka akan terjadinya perembesan plasma. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya peningkatan hematokrit ≥20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke-3 demam. Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh
penggantian cairan atau perdarahan.1,11
2. Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan. Tetapi apabila
terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto toraks sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral dekubitas kanan
(pasien tidur di sisi kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG.
3. Diagnosis serologis
Dikenal 5 uji serologis yang dipakai untuk menentukan adanya virus dengue, yaitu:
a. uji hemaglutinasi inhibisi ((Haemagglutination Inhibition test = HI test).
b. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation test = CF test).
c. Uji netralisasi (Neutralization test= NT test).
d. IgM Elisa (Mac. Elisa)
e. IgM Elisa
4. Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi
dari pasien yang meninggal melalui otopsi ( Hendarwanto; 422; 2004 )
H. PENATALAKSANAAN
a. Tirah baring
b. Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5
– 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah
dengan garam saja.
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi
kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang
diberikan asetosal karena bahaya pendarahan.
d. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a. Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta
Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
1) Kaji keluhan mual, muntah dan anoreksia yang dialami pasien
Rasional : untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien
2) Kaji pola makan pasien, catat porsi makan yang dihabiskan setiap hari
Rasional : mengetahui masukan nutrisi pasien
3) Timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional : mengetahui kecukupan nutrisi pasien
4) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan dalam porsi kecil tetapi
sering
Rasional : mencegah pengosongan lambung
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy antiemetik dan vitamin
Rasional : antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah, vitamin untuk
meningkatkan selera makan dan daya tahan tubuh pasien
e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : pasien mampu untuk beraktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hsil:
1) Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
2) Klien dapat mandiri untuk mandi, makan, eliminasi dan berpakaian
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas
Rasional : mengetahui kemampuan pasien dalam beraktivitas
2) Libatkan keluarga/orang tua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien
Rasional : memberikan dorongan kepada pasien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
3) Anjurkan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien
Rasional : agar klien berpartisipasi dalam perawatan diri
4) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari jika pasien belum mampu
sendiri
Rasional : bantuan yang tepat perlu dilakukan agar pasien tidak memaksakan diri
beraktivitas sementara dirinya belum mampu sehingga kelelahan pasien dapat
dihindari
DAFTAR PUSTAKA
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. 2009 In:
Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi
keempat.Jakarta : Internal Publishing.