Anda di halaman 1dari 229

ASUHAN KPEREWATAN JIWA PADA NY.

DENGAN HALUSINASI PENGLIHATAN

OLEH :

NAMA : AINA

NIM : 15202563

SEMESTER : VI

STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


Jiwa Halusina Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi (Askep Jiwa
Halusinasi)

A. KONSEP DASAR HALUSINASI

1. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien


mengalami perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)

Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh


proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada
perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari
tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)

2. Etiologi

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan


jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi
dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis,
dan genetic. (Yosep, 2009)

1) Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan


interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.

2) Faktor sosiokultural

Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa


disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya.

3) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika


seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).

4) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus


pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada
ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.

5) Faktor genetic

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil


studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Factor presipitasi

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,


penasaran, tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya.

Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5


dimensi yaitu :

1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.

2) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan
menakutkan.

3) Dimensi intelektual

Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang


menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien.

4) Dimensi sosial

Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam


nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual

Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak


bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :

a. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.

b. Melihat seseorang yang sudah meninggal.

c. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain

d. Bicara atau tertawa sendiri.

e. Marah-marah tanpa sebab.

f. Menutup mata.

g. Mulut komat-kamit

h. Ada gerakan tangan

i. Tersenyum

j. Gelisah

k. Menyendiri, melamun

4. Proses terjadinya halusinasi

Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4


tahap yaitu:

a. Tahap pertama

Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat
ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang
berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian,
merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk
mengurangi ansietas.

b. Tahap kedua

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat
kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu
yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin
merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang
lain.

c. Tahap ketiga

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat
ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi
penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang
yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya
dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.

d. Tahap keempat

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat
ansietas panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah
pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau
beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada


pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara
langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi
diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan
orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain
(sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang
bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme),
mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek
lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

6. Penatalaksanaan (Yosep, 2009)


a. Medis (Psikofarmako)

1) Chlorpromazine

a) Indikasi

Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma
social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan
kegiatan rutin.

b) Mekanisme kerja

Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya


system ekstra pyramidal.

c) Efek samping

- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar


sadar atau tidak sadar.

- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik,


seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung.

- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia


syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.

d) Kontra indikasi

Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.

e) Penggunaan obat

Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.


Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg
pada malam hari saja.

2) Haloperidol (HLP)

a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.

b) Mekanisme kerja

Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.

c) Efek samping

- Sedasi dan inhibisi psikomotor

- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat,


mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.

d) Kontra indikasi

Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.

e) Penggunaan obat

Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.

3) Trihexyphenidil (THP)

a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit


parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan
oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas).
Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.

b) Mekanisme kerja

Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson,
dan antikolinergik lainnya.

c) Efek samping

Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi


(gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine.

d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),
glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat,
dan obstruksi saluran edema.

e) Penggunaan obat

Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai
anti parkinson.

b. Keperawatan

Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi


berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


HALUSINASI

1. Pengkajian Pasien Halusinasi

a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,


tanggal pengkajian, nomor rekam medic

b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi


factor biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic

c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap


persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.

d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social


dan spiritual

e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas


motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.

f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun


maladaptive

g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara


dapatkan adalah:

a. Jenis halusinasi

Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data


objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien.
Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis halusinasi

Data objektif

Data subjektif

Halusinasi dengar

- Bicara atau tertawa sendiri

- Marah-marah tanpa sebab

- Menyedengkan telinga kearah tertentu

- Menutup telinga

- Mendengar suara atau kegaduhan

- Mendengar suara yang bercakap-cakap

- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

Halusinasi Penglihatan
- Menunjuk-nunjuk kearah tertentu

- Ketakutan pada sesuatu

Yang tidak jelas

- Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat


hantu atau monster

Halusinasi penghidu

- Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

- Menutup hidung

- Membaui bau-bauan sperti bau darah, urin, feces, kadang-kadang


bau itu menyenangkan

Halusinasi pengecapan

- Sering meludah

- Muntah

- Merasakan rasa seprti darah, urin atau feces

Halusinasi

Perabaan

- Menggaruk-garuk permukaan kulit

- Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit

- Merasa seperti tersengat listrik


b. Isi halusinasi

Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.

c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya


halusinasi

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya


halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi
terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi
terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu.
Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.

d. Respon halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu


muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau
dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada
keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

2. Pohon masalah

Resiko perilaku mencederai diri

Menurut Yosep, 2009

Akibat

Gangguan sensori/persepsi:

Halusinasi penglihatan
Masalah utama

Isolasi sosial

Penyebab

Harga diri rendah

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

b. Isolasi sosial

c. Resiko periaku mencederai diri

d. Harga diri rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan

b. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dpat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

c. Tindakan keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi


Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat
melakukannya dengan cara berdiskusikan dengan pasien tentang isi
halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul dan respon
pasien saat muncul.

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara


dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :

a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap


halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini
dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang
ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi :

1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi

2) Memperagakan cara menghardik

3) Meminta pasien memperagakan ulang

4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.

b) Bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap


dengan halusinasi orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang
lain maka terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari
halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

c) Melakukan aktifitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan


menyibukkan diri dengan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien
mengalami halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya
dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :

· Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi


halusinasi

· Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien

· Melatih pasien melakukan aktiftas

· Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang


telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.

· Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan


terhadap perilaku pasien yang positif.

d) Menggunakan obat secara teratur

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk


menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila terjadi
kekambuhan maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih
sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program
dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

· Jelaskan guna obat

· Jelaskan akibat bila putus obat

· Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

· Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar


obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

5. Implementasi

Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang


disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan perawat
perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di
butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
6. Strategi Pelaksanaan

Halusinasi

Pasien

Sp1

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi


dalam jadwal kegiatan harian

SP II p

1. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap


dengan orang lain.

3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian


SP III p

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan


kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien)

3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian

SP IV p

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat


secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian

Keluarga

SP 1 k

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam rawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis


halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

3. Mejelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

SP II k

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan


halusinasi

2. Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada pasien


halusinasi

SP III k

1. Membantu keluarga membuat jadwal kegiatan aktifitas di rumah


termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

7. Evaluasi

Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk


menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.

Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.

S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan

O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan

A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan


apakah masalah masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang
berlawanan dengan masalah yang masih ada.

P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada


respon klien
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. PENGKAJIAN

RUANG RAWAT : Ruang Kabela

TANGGAL DIRAWAT : 18 Mei 2013

1. IDENTITAS PASIEN

Inisial : Nn.R.M

Umur : 34 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Liningan Lingkungan III, Tondano

Pendidikan : SD Tidak Tamat

Status pernikahan : Belum Menikah

Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Jam : 09.00 WITA

No. Rekam Medik : 14918

2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

Pasien bicara-bicara sendiri, minum obat tidak teratur

3. FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI

Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang.
Pertama kali masuk pada bulan September tahun 2008 dan masuk keluar
RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ pada bulan
Mei 2013. Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil
karena pasien berobat tidak teratur. Pasien pernah putus dengan
pacarnya dahulu. Disebabkan karena pacarnya sudah punya kekasih lain.
Dalam anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit jiwa.

4. PSIKOSOSIAL

a. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

111 : Pasien

: Orang yang tinggal serumah

b. Konsep diri

1) Citra tubuh

Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya


2) Identitas diri

Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur,


agama, alamat, status perkawinan

3) Peran

Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah


sakit pasien berperan sebagai pasien.

4) Ideal diri

Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.

5) Harga diri

Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang


tuanya dalam keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.

c. Hubungan Sosial

Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua.


Namun di tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah
teman.

d. Kehidupan Spiritual

Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum


dirawat di RSJ Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah
di gereja. Saat masuk rumah sakit pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari
rabu bersama pasien lain.

5. STATUS MENTAL

a. Penampilan

Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor

b. Pembicaraan

Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan

c. Aktivitas motorik

Aktivitas pasien tenang

d. Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya

e. Afek pasien

Tidak ada gangguan

f. Interaksi selama wawancara

Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya


sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata baik

g. Gangguan persepsi

Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu


selalu muncul pada malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam,
isinya adalah melihat seorang hantu laki-laki yang ingin memeluknya.
Sedangkan responnya, pasien memanggil perawat yang bertugas di
ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya dan pasien pun merasa
kesepian dan menyendiri.

h. Proses pikir

Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.

i. Tingkat kesadaran

Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.

j. Memori

Gangguan pada memori jangka panjang

k. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar


pertanyaan

l. Kemampuan penilaian

Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat


mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.

m. Daya tilik diri

Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.

6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan dan minum

Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri

b. BAB/BAK

Pasien BAB 1x/hr, BAK ±4x/hr, secara mandiri

c. Mandi

Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun

d. Berpakain dan berhias

Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain

e. Istiraht dan tidur

Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur

f. Penggunaan obat

Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C (2 x 1),
Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2 x 1)

7. MEKANISME KOPING

Asertif yaitu cerita dengan orang lain

8. ASPEK MEDIS

a. Diagnosa medis : Skisofrenia

b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap

Haloperidol 5 mg 2x1 tab

Diazepam 5 mg 0-0-1 tab

Vit. B Complex 2x1 tab


B. ANALISA DATA

NO

DATA

MASALAH

1.

2.

3.
DS :

- Pasien mengatakan melihat bayangan hantu laki-laki yang ingin


memeluknya

DO :

- Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang berhasil karena


putus obat

- Pasien takut

DS :

- Pasien mengatakan merasa lemah

- Pasien mengatakan lelah untuk beraktifitas

DO :

- Penampilan kurang Rapi

- Rambut jarang disisir

- Gigi tampak kotor dan bau

- Kuku kaki kotor

DS :

- Pasien mengatakan sendiri pada malam hari

- Pasien mengatakan kesepian pada malam hari

DO :

- Pasien tampak sedih dan murung

Gangguan persepsi sensorik : halusinasi penglihatan


Defisit perawatan diri

Isolasi sosial
C. POHON MASALAH

Masalah utama Perubahan persepsi sensorik :


halusinasi penglihatan

Isolasi Sosial Defisit perawatan diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan

2. Isolasi sosial

3. Defisit perawatan diri


NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

KRITERIA EVALUASI

INTERVENSI

RASIONAL

Gangguan persepsi sensorik : halusinasi penglihatan.

DS :

- Pasien mengatakan melihat bayangan hantu laki-laki

DO :

- Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang berhasil karena


putus obat

TUM

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 hari, pasien dapat


mengontrol halusinasi.

TUK

1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

2. Pasien dapat mengenal halusinasinya

3. Pasien dapat mengontrol halusinasinya


4. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik

- Ekpresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak


mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, dan mau
mengutarakan masalah yang dihadapinya.

- Pasien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya


halusinasi

- Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi


- Pasien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk
mencegah halusinasi

1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.

(Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan nama, tanyakan nama pasien,


buat kontrak, tanyakan perasaan pasien.

2.1.Adakan kontak secara sering dan singkat

2.2.Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya.

2.3.Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan dan beri kesempatan


pasien mengungkapkan perasaannya.

2.4.Diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk menghadapi


halusinasi
3.1. Identifikasi cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi

3.2.Diskusikan caramengontrol halusinasi

3.3.Bantu pasien memilih cara yang sudah diajarkan

3.4.Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih

3.5.Jika berhasil beri pujian

4.1.Diskusikan dengan pasien manfaat dan kerugian tidak minum obat

4.2.Pantau pasien saat penggunaan obat

4.3.Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar

4.4.Diskusikan akibat berhenti minum obat

1. Dengan adanya hubungan saling percaya menjadi dasar interaksi


perawat dengan pasien

2.1.Agar mengetahui perilaku yang pasien lakukan

2.2.Agar mengetahui perilaku yang pasien lakukan

2.3.Agar mengetahui apa yang dirasakan pasien


3. Agar dapat mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol
halusinasinya

4.1. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang fungsi obat

4.2. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang fungsi obat

4.3 Meningkatkan semangat agar bisa mempraktekkan apa yang sudah


diajarkan

2.

Defisit pearawatan diri

TUM

pasien dapat mandiri dalam perawatan diri

TUK :

1. Pasien dapt membina hubungan saling percaya dengan perawat


2. Pasien mengetahui pentingnya perawatan diri

3. Pasien mengetahui cara-cara melakukann perawatan diri

4. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat

5. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri

- menunjukkan tnada-tanda percaya kepada perawat :

Wajah cerah, tersenyum


Mau berkenalan

Ada kontak mata

- Pasien dapat menyebutkan :

Penyebab tidak merawat diri, Manfaat menjaga perawatan diri, Tanda-


tanda bersih dan rapih

- Pasien menyebutkan frekuensi menjaga dan pasien dapat


menjelaskan cara perawatan diri :Frekuensi gosok gigi, Frekuensi
berhias/berdandan, Frekuensi gunting kuku

- Pasien mempraktekkan perawatan diri dengan bantuan oleh


perawat :

Gosok gigi, Berhias/berdandan, Gunting kuku

- pasien melaksanakan praktek perawatan diri secara mandiri :

Gosok gigi bangun pagi dan sesudah makan, Berhias/berdandan sehabis


mandi, Gunting kuku setelah mulai panjang

1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.

(Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan nama, tanyakan nama pasien,


buat kontrak, tanyakan perasaan pasien

2. Diskusikan dengan pasien penyebab pasien tidak merawat diri,


manfaat menjaga perawatan diri, tanda-tanda perawatan diri yang baik
3.1.Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama mandi, gosok
gigi, keramas, berpakaian, berhias, gunting kuku

3.2.Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar

3.3.Berikan pujian positif

3.1.Bantu pasien saat perawatan diri mandi, gosok gigi, keramas, ganti
pakaian, berhias, gunting kuku

3.2.Beri pujian setelah pasien melaksanakan perawatan diri

5.1.Pantau pasien dalam melaksanakan perawatan diri mandi, gosok gigi,


keramas, ganti pakaian, berhias, gunting kuku

5.2.Beri pujian saat pasien melaksanakan perawatan diri secara mandiri

1. Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.

2. Membantu pasien agar mengerti apa itu kebersihan diri dengan


penjelasan-penjelasan yang singkat dan mudah dimengerti

3. Mengetahui potensi pengetahuan klien tentang kebersihan diri


membantu pasien untuk mengerti mengenai kebersihan diri
4. Mendorong motivasi pasien dalam merawat dirinya

5. Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam merawat dirinya.

E. Implementasi Keperawatan

DX

JAM, HARI/ TANGGAL


IMPLEMENTASI

EVALUASI

1.
2.
Selasa, 18 Juni 2013

08.00
10.00
Rabu, 19 Juni 2013

08.00
Kamis, 20 Juni 2013

08.00
Rabu, 19 Juni 2013

14.00
Kamis, 20 Juni 2013

08.30

SP 1

Bina hubungan saling percaya dengan pasien

Fase Orientasi
P : Selamat pagi

PS : Selamat pagi ses

P : Kenalkan nama saya Christiany Porong, bisa di panggil Titie adalah


mahasiswa Keperawatan yang praktek di RS ini selama 3 hari dan ini
adalah hari peratama saya praktek disini. Nama anda ? dan senang
dipanggil apa ?

PS: Nama saya Nn. R, dipanggil rina

P : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?

PS : Baik ses

P : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena ses disini ingin membantu Nn. R
untuk memberikan solusi dari masalah Nn. R

PS : iya ses, tadi malam di kamar mandi saya melihat bayangan laki-laki
yang ingin memeluk saya.

P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-bincang sebentar ? Nn. R mau ?


Nn. R mau didalam atau diluar ?

PS : didalam ses

P : baiklah, kita akan berbicang-binang tentang halusinasi penglihatan


yang Nn. R alami. Maunya berapa lama ?

PS : 20 menit ses

Fase Kerja

P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu adalah halusinasi. Nn. R tau apa itu
halusinasi ?

PS : tidak ses

P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn. R lihat tapi tidak nyata.
Halusinasi ada 5 macam, pendengaran, penglihatan, perabaan,
penciuman, pengecapan. Yang Nn. R alami saat ini adalah halusinasi
penglihatan. Tapi ses akan memberikan Nn. R cara untuk mengatasinya
agar sembuh. Nn. R maukan ?

PS : mau ses

P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan ses akan mengajarkan cara yang
pertama yaitu dengan menghardik. Kalau Nn. R melihat bayangan itu lagi,
Nn. R harus mengatakan “Pergi, kamu tidak nyata” sambil menutup mata.
Apa Nn. R sudah mengerti ?

PS : iya, saya mengerti ses

P : kalau begitu coba ulangi yang saya katakan tadi sambil


mempragakannya

PS : “pergi, kamu tidak nyata” (sambil menutup mata)

P : Bagus, sekarang Nn. R sudah mengerti cara menghardik jika bayangan-


bayangan itu datang lagi. Bagaimana perasaan Nn. R sekarang setelah
mengetahui bagaimana cara menghardik halusinasi?

PS : saya senang ses

P : kalau begitu Nn. R bisa mempraktekkannya dalam jadwal kegiatan Nn.


R yang akan di buat oleh perawat

PS : Iya ses

Fase Terminasi

P : Sepertinya waktu kita sudah habis yah, nanti kita lanjutkan sebentar
dan ses akan mengajarkan Nn. R cara yang kedua. Nn. R bisa jam 10
sebentar ?

PS : iya ses

P : maunya dimana diluar atau di dalam sini ?

PS : disini saja ses

P : baiklah kalau begitu kita ketemuan ditempat ini pada jam 10 yah.
Sampai ketemu sebentar

SP 2

Bina hubungan saling percaya dengan pasien

Fase Orientasi

P : selamat siang Nn. R

PS : selamat siang ses

P : bagaimana perasaan hari ini ? apakah Nn. R masih melihat bayangan


itu? Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan berbincang-bincang sedikit
yah. Mau Nn. R berapa lama ?
PS : iya ses, 20 menit

P : maunya dimana ? disini saja atau di tempat lain?

PS : disini saja

Fase Kerja

P : cara yang kedua untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan

bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Nn. R melihat bayangan lagi
Nn. R bisa bercakap-cakap dengan orang lain seperti “tolong saya melihat
bayangan, mari kita berakap-cakap”. Nn. R mengerti kan ?

PS : iya ses

P : coba Nn. R ulagi apa yang ses katakan tadi?

PS : (mengulangi sambil memperagakannya)

P : bagus, ternyata Nn. R mampu melakukannya.

Fase Terminasi

P : bagaimana perasaan Nn. R setelahm saat latihan tadi?

PS : senang ses

P : bagaimana kalau latihan bercakap-cakap kita masukkan dalam daftar


kegiatan harian ? maunya jam berapa ?

PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses

P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga bisa mempragakan saat melihat


bayangan itu lagi

PS : iya ses

P : sepertinya waktu kita sudah selesai, nanti ses datang besok pagi lagi
untuk mengajarkan cara yang ketiga. Kita jumpa disini lagi jam 8 yah

PS : iya ses

P : kalau begitu ses permisi dulu, sampai bertemu besok lagi

SP 3

Bina hubungan saling percaya.

Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R, masih ingat dengan saya ?

PS : selamat pagi ses, iya ses Titie

P : bagaimana perasaan hari ini ? Apakah Nn. R masih melihat bayangan ?

PS : iya ses

P : apakah Nn. R sudah pakai 2 cara yang kita latih sebelumnya ?

PS : iya ses

P : bagus, kalau begitu sesuai janji kita kemarin kita akan belajar cara
yang ketiga yaitu kegiatan terjadwal. Mau dimana kita bicara ?

PS : disini saja ses

P : mau berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ?

PS : iya ses

Fase Kerja

P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. R lakukan ?

PS : mandi, menyanyi, ibadah, bermain bersama, makan,

P : wah banyak sekali kegiatannya yah. Bagaimana kalau kita latih 2


kegiatan hari ini ? sekarang Nn. R menyanyi setelah itu berdoa yah. Nn. R
bisa kan ?

PS : iya ses, (sambil memperagakan)

P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa memperagakannya. Kegiatan ini bisa


Nn. R lakukan agar mencegah bayangan tersebut muncul.

PS : iya ses

Fase terminasi

P : bagaimana perasaan Nn. R setelah bercakap-cakap cara yang ketiga ?

PS : senang ses

P : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara yang sudah kita belajar untuk
mencegah bayangan tersebut.

PS : menyebutkan (menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain,


melakukan kegiatan yang sudah terjadwal)

P : bagus sekali! Mari kita masukkan dalam kegiatan jadwal harian Nn. R
yahh. Bagaimana kalau besok kita belajar cara keempat cara mencegah
halusinasi yaitu dengan menggunakan obat yang baik. Bagaimana kalau
jam 8 ?

PS : iya ses

P : kita bertemu disini lagi yah, sampai jumpa besok lagi yah

SP4

Membina hubungan saling percaya dengan pasien

Fase Orientasi

P : selamat pagi Nn. R

PS : selamat pagi ses

P : bagaimana perasaan Nn. R hari ini ? apakah bayangannya masih


muncul lagi ? apakah Nn. R memakai ketiga cara yang kita diskusikan
pada hari sebelumnya ?

PS : iya ses

P : apakah pagi ini Nn. R sudah minum obat ?

PS : sudah ses

P : oh bagus! Bagaimana kalau kita mendiskusikan obat-obat yang Nn. R


minum ? kita akan mendiskusikan 20 menit saja yah di tempat ini

PS : iya ses

Fase Kerja

P : Nn. R minum obat sangatlah penting supaya bayangan yang Nn. R lihat
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
diminum?

PS : ada 4 ses

P : iya warna yang putih (THP) 2 kali sehari jamnya 7 pagi dan 7 malam,
gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HLP)
2 kali sehari jamnya sama gunanya untuk pikiran biar tenang dan yang
kuning untuk daya tahan tubuh biar Nn. R tidak sakit.

PS : iya ses

P : Kalau bayangan sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan.


Nanti dikonsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Nn. R akan
kambuh dan sulit mengembalikan kekeadaan yang semula.

PS : iya ses

P : Kalau obat habis Nn. R bsia minta ke dokter untuk mendapatkan obat
lagi. Nn. R harus minum obat teratur dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya.

PS : iya ses

P : bagaimana perasaan Nn. R setelah kita bercakap-cakap tentang obat?

PS : senang ses

P : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah bayangannya?

PS : sudah 4 ses

P : bagus ternyata Nn. R masih ingat. Mari kita masukan jadwal minum
obat pada kegiatan harian Nn. R .

PS : iya ses

P : kalau begitu ses permisi dulu yah karena waktu kita sudah habis. Nanti
kita bertemu lagi lain waktu. Selamat siang Nn. R

SP1

Bina hubungan saling percaya dengan pasien

Fase Orientasi

P : Selamat Pagi. Kenalkan nama saya Christiany Porong mahasiswa


Poltekkes Jurusan Keperawatan yang praktek di RS ini selama 3 hari mulai
dari hari ini sampai tanggal 20 Juni 2013. Nama Nona siapa ? Senang
dipanggil sapa ?

PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama panggilan Rina.

P : Bagaimana perasaan R saat ini ? R sudah mandi dan gosok gigi ?

PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi, tidak ada sikat gigi

P : baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang


kebersihan diri tujuannya untuk R dapat mengetahui jenis-jenis
kebersihan diri, sehingga tidak terserang penyakit. Pertama yaitu mandi.
Sebelum diajarkan Berapa lama kita berbicara ? 20 menit ya ? Mau
dimana ? disini aja ya di ruang tengah. Setuju ?

PS : setuju Suster.

Fase Kerja

P : Berapa kali R mandi dalam sehari? Menurut R apa kegunaannya


mandi ? Menurut R apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?
Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa ya ?

PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi, alasannya tidak ada sikat gigi,
agar gigi bersih mulut bau.

P : Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri terutama gigi


masalah apa menurut R yang bisa muncul ?

PS : gigi ompong.

P :Betul sekali, jadi, suster disini akan mengajarkan cara gosok gigi yang
benar sesuai janji kita 20 menit. Baiklah caranya . Pertama, kumur-kumur
dengan air bersih. Lalu oleskan pasta gigi ke sikat gigi. Gosok gigi dengan
sikat gigi dari atas ke bawah beberapa kali, lalu gosok kesisi depan gigi
sampai kebelakang gigi, depan gigi dan bagian dalam gigi, tengah-tengah
gigi juga. Lalu buang busa atau cairan dari gosok gigi tadi. Dan terakhir
kumur-kumur 2-3x. Apa R bisa mengerti? Coba di praktekkan kembali ?

PS : R dapat mempraktekkan kembali.

P : Bagus, baiklah kegiatan menggosok gigi kita masukkan ke jadwal


kegiatan harian,setelah makan pagi dan makan siang jam 8 pagi dan jam
2 siang. Setuju ?

PS : iya suster.
Fase Terminasi

P : bagaimana perasaan R saat berbincang-bincang tadi, coba R jelaskan


dan mempraktekkan kembali cara menggosok gigi dengan benar. R dapat
melakukannya dengan baik, baiklah pertemuan kita sampai disini. Besok
kita akan berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan perawatan diri yang kedua dan ketiga yaitu
berdandan/berhias dengan gunting kuku.

PS : iya ses

P : berapa lama R punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya


besok? Bagaimana kalau 20 menit saja?”

di mana R mau berbincang-bincang dengan saya besok?

PS : disini saja ses

P : Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di ruangan


tengah ini lagi ?selamat pagi sampai jumpa besok.

SP 2

Membina hubungan saling percaya dengan pasien.

Fase orientasi

P :Selamat Pagi R masih ingat dengan saya?

PS : Masih suster Titie

P : Benar, Bagaimana perasaannya hari ini ? masih ingat dengan yang


kemarin R lakukan? sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini R akan
melakukan perawatan diri yang kedua yaitu berdandan/berhias sesuai
dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 20
menit, kesepakatan kita kemarin Kita akan melakukannya di ruang
tengah, Agar tubuh tetap terawat apakah setuju ?

PS : Setuju Suster.

Fase Kerja

P : Sebelum kita lanjut , coba R perlihatkan kepada saya bagaimana cara


menggosok gigi sesuai yang kemarin dijelaskan dan dipraktekkan ?

PS : pasien dapat mempraktekkan dengan benar

P : Hebat, R dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari kita


mempraktekkannya perawatan diri yang kedua berdandan/berhias.
Caranya siapkan sisir, bedak, dan kaca. sisir rambut, kemudian mulai
berdandan sesuai yang dinginkan. Ketiga menggunting kuku kaki, caranya
siapkan alat gunting kuku, kemudian gunting kuku dari ibu jari samapi jari
kelinci. bagaimana masih bisa ???

PS : R dapat mempraktekkannya meskipun masih malu.

P : Bagus... R dapat mempraktekkan dengan baik..bagaimana kalau


kegiatan di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?apabila kuku R
mulai panjang.

PS : iya ses

Fase Terminasi

P : Bagaimana perasaan setelah kita berbincang-bincang tadi?

Apa-apa perawatan yang telah dilakukan ?

PS : iya suster, menggosok gigi, berdandan/berhias dan menggunting


kuku.

P : bagus, nah R sudah dapat mempraktekkan 3 perawatan diri yang


telah diajarkan, Baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Nanti kita
bertemu lagi di lain waktu karena ses sudah selesai praktek disini yah
DX JAM, HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. Selasa, 18 SP 1
Juni 2013 Bina hubungan saling
08.00 percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya
Christiany Porong, bisa di
panggil Titie adalah
mahasiswa Keperawatan
yang praktek di RS ini
selama 3 hari dan ini
adalah hari peratama saya
praktek disini. Nama
anda ? dan senang
dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R,
dipanggil rina
P : Bagaimana perasaan
Nn.R saat ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada
keluhan ? karena ses
disini ingin membantu
Nn. R untuk memberikan
solusi dari masalah Nn. R
PS : iya ses, tadi malam
di kamar mandi saya
melihat bayangan laki-
laki yang ingin memeluk
saya. 08.20
P : Oh, bagaimana kalau S : Pasien
kita berbinang-bincang mengatakan
sebentar ? Nn. R mau ? mengerti cara
Nn. R mau didalam atau menghardik
diluar ? halusinasi
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan O : Pasien
berbicang-binang tentang sudah
halusinasi penglihatan melakukan apa
yang Nn. R alami. yang diajarkan
Maunya berapa lama ?
PS : 20 menit ses A : halusinasi
Fase Kerja mulai teratasi
P : baiklah, Nn. R yang
Nn. R lihat itu adalah P : latihan
halusinasi. Nn. R tau apa menghardik
itu halusinasi ? halusinasi 2x
PS : tidak ses sehari
P : Halusinasi itu adalah
sesuatu yang Nn. R lihat
tapi tidak nyata.
Halusinasi ada 5 macam,
pendengaran,
penglihatan, perabaan,
penciuman, pengecapan.
Yang Nn. R alami saat ini
adalah halusinasi
penglihatan. Tapi ses
10.00 akan memberikan Nn. R
cara untuk mengatasinya
agar sembuh. Nn. R
maukan ?
PS : mau ses
P : Ada 4 cara untuk
mengatasinya dan ses
akan mengajarkan cara 10.30
yang pertama yaitu S : Pasien
dengan menghardik. Mengatakan
Kalau Nn. R melihat Mengerti Cara
bayangan itu lagi, Nn. R Bercakap-
harus mengatakan “Pergi, Cakap Dengan
kamu tidak nyata” sambil Orang Lain
menutup mata. Apa Nn.
R sudah mengerti ? O : Pasien
PS : iya, saya mengerti Sudah
ses Melakukan Apa
P : kalau begitu coba Yang Diajarkan
ulangi yang saya katakan
tadi sambil A : Masalah
mempragakannya Teratasi, Sp2
PS : “pergi, kamu tidak Bisa Dilakukan
nyata” (sambil menutup Secara Mandiri
mata)
P : Bagus, sekarang Nn. P : Lanjutkan
R sudah mengerti cara Intervensi
menghardik jika Berikutnya
bayangan-bayangan itu
datang lagi. Bagaimana
perasaan Nn. R sekarang
setelah mengetahui
bagaimana cara
menghardik halusinasi?
PS : saya senang ses
Rabu, 19 P : kalau begitu Nn. R
Juni 2013 bisa mempraktekkannya
08.00 dalam jadwal kegiatan
Nn. R yang akan di buat
oleh perawat
PS : Iya ses
Fase Terminasi
P : Sepertinya waktu kita
sudah habis yah, nanti
kita lanjutkan sebentar
dan ses akan mengajarkan
Nn. R cara yang kedua.
Nn. R bisa jam 10
sebentar ?
PS : iya ses
P : maunya dimana diluar
atau di dalam sini ?
PS : disini saja ses
P : baiklah kalau begitu
kita ketemuan ditempat
ini pada jam 10 yah.
Sampai ketemu sebentar
SP 2
Bina hubungan saling
percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : selamat siang Nn. R
PS : selamat siang ses
P : bagaimana perasaan
hari ini ? apakah Nn. R
masih melihat bayangan
itu? Sesuai dengan janji
kita tadi, kita akan
berbincang-bincang
sedikit yah. Mau Nn. R 08.30
berapa lama ? S : Pasien
PS : iya ses, 20 menit Mengatakan
P : maunya dimana ? Dapat
disini saja atau di tempat Melakukan
lain? Aktifitas
PS : disini saja Terjadwal
Kamis, 20 Fase Kerja Sesuai
Juni 2013 P : cara yang kedua untuk Kegiatan
08.00 mengontrol halusinasi
yaitu dengan O : Pasien
bercakap-cakap dengan Sepakat
orang lain. Jadi kalau Nn. Dengan
R melihat bayangan lagi Rencana
Nn. R bisa bercakap- Kegiatan,
cakap dengan orang lain Pasien
seperti “tolong saya Kooperatif,
melihat bayangan, mari Pasien Tenang
kita berakap-cakap”. Nn.
R mengerti kan ? A : Sp3 Sudah
PS : iya ses Mampu
P : coba Nn. R ulagi apa Dilakukan
yang ses katakan tadi? Pasien Secara
PS : (mengulangi sambil Mandiri
memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R P : Lanjutkan
mampu melakukannya. Intervensi
Fase Terminasi Selanjutnya
P : bagaimana perasaan
Nn. R setelahm saat
latihan tadi?
PS : senang ses
P : bagaimana kalau
latihan bercakap-cakap
kita masukkan dalam
daftar kegiatan harian ?
maunya jam berapa ?
PS : Jam 8 dan jam 6 sore
ses
P : baiklah kalau begitu,
Nn. R juga bisa
mempragakan saat
melihat bayangan itu lagi
PS : iya ses
P : sepertinya waktu kita 08.20
sudah selesai, nanti ses S : Pasien
datang besok pagi lagi Mengatakan
untuk mengajarkan cara Mengerti
yang ketiga. Kita jumpa Tentang
disini lagi jam 8 yah Penggunaan
PS : iya ses Obat
P : kalau begitu ses
permisi dulu, sampai O : Pasien
bertemu besok lagi Dapat Minum
SP 3 Obat Secara
Bina hubungan saling Teratur, Pasien
percaya. Tampak
Fase Orientasi Tenang
P : selamat pagi Nn. R,
masih ingat dengan saya A : Sp4 sudah
? bisa dilakukan
2. PS : selamat pagi ses, iya pasien secara
Rabu, 19 ses Titie mandiri
Juni 2013 P : bagaimana perasaan
14.00 hari ini ? Apakah Nn. R P : Anjurkan
masih melihat bayangan ? untuk minum
PS : iya ses obat teratur
P : apakah Nn. R sudah
pakai 2 cara yang kita
latih sebelumnya ?
PS : iya ses
P : bagus, kalau begitu
sesuai janji kita kemarin
kita akan belajar cara
yang ketiga yaitu
kegiatan terjadwal. Mau
dimana kita bicara ?
PS : disini saja ses
P : mau berapa lama ?
bagaimana kalau 30
menit ?
PS : iya ses
Fase Kerja
P : apa saja kegiatan yang
bisa Nn. R lakukan ?
PS : mandi, menyanyi,
ibadah, bermain bersama,
makan,
P : wah banyak sekali
kegiatannya yah.
Bagaimana kalau kita
latih 2 kegiatan hari ini ?
sekarang Nn. R menyanyi
setelah itu berdoa yah.
Nn. R bisa kan ?
PS : iya ses, (sambil
memperagakan)
P : bagus sekali ternyata
Nn. R bisa
memperagakannya.
Kegiatan ini bisa Nn. R
lakukan agar mencegah
bayangan tersebut
muncul.
PS : iya ses
Fase terminasi
P : bagaimana perasaan
Nn. R setelah bercakap-
cakap cara yang ketiga ? 14.20
PS : senang ses S : Pasien
P : wah bagus! Coba masih
mengatakan
sebutkan 3 cara yang
merasa lemah
sudah kita belajar untuk
mencegah bayangan O : Pakaian
tersebut. masih belum
PS : menyebutkan rapih, Gigi
(menghardik, bercakap- kotor, Kuku
cakap dengan orang lain, masih panjang
melakukan kegiatan yang
A : Masalah
sudah terjadwal)
P : bagus sekali! Mari belum teratasi
Kamis, 20 kita masukkan dalam
Juni 2013 kegiatan jadwal harian P : Lanjutkan
intervensi
08.30 Nn. R yahh. Bagaimana
keperawatan
kalau besok kita belajar
cara keempat cara
mencegah halusinasi
yaitu dengan
menggunakan obat yang
baik. Bagaimana kalau
jam 8 ?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini
lagi yah, sampai jumpa
besok lagi yah
SP4
Membina hubungan
saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R
PS : selamat pagi ses
P : bagaimana perasaan
Nn. R hari ini ? apakah
bayangannya masih
muncul lagi ? apakah Nn.
R memakai ketiga cara
yang kita diskusikan pada
hari sebelumnya ?
PS : iya ses
P : apakah pagi ini Nn. R
sudah minum obat ?
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana
kalau kita mendiskusikan
obat-obat yang Nn. R
minum ? kita akan
mendiskusikan 20 menit
saja yah di tempat ini
PS : iya ses
Fase Kerja
P : Nn. R minum obat
sangatlah penting supaya
bayangan yang Nn. R
lihat dan mengganggu
selama ini tidak muncul
lagi. Berapa macam obat
yang diminum?
PS : ada 4 ses
P : iya warna yang putih
(THP) 2 kali sehari
jamnya 7 pagi dan 7
malam, gunanya untuk
rileks dan tidak kaku. 08.50
Sedangkan yang merah S : Pasien
jambu (HLP) 2 kali sehari megatakan
jamnya sama gunanya bajunya masih
untuk pikiran biar tenang belum rapih,
dan yang kuning untuk Pasien
mengatakan
daya tahan tubuh biar Nn.
kukunya sudah
R tidak sakit. bersih
PS : iya ses
P : Kalau bayangan O : Baju masih
sudah hilang obatnya belum rapih,
tidak boleh diberhentikan. Gigi kotor,
Kuku pendek
Nanti dikonsultasikan
dengan dokter, sebab A : Masalah
kalau putus obat, Nn. R belum teratasi
akan kambuh dan sulit
mengembalikan P : Lanjutkan
kekeadaan yang semula. intervensi
PS : iya ses keperawatan
P : Kalau obat habis Nn.
R bsia minta ke dokter
untuk mendapatkan obat
lagi. Nn. R harus minum
obat teratur dengan cara
yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan
dan tepat jamnya.
PS : iya ses
P : bagaimana perasaan
Nn. R setelah kita
bercakap-cakap tentang
obat?
PS : senang ses
P : Sudah berapa cara
yang kita latih untuk
mencegah bayangannya?
PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R
masih ingat. Mari kita
masukan jadwal minum
obat pada kegiatan harian
Nn. R .
PS : iya ses
P : kalau begitu ses
permisi dulu yah karena
waktu kita sudah habis.
Nanti kita bertemu lagi
lain waktu. Selamat siang
Nn. R

SP1
Bina hubungan saling percaya
dengan pasien
Fase Orientasi
P: Selamat Pagi. Kenalkan
nama saya Christiany
Porong mahasiswa
Poltekkes Jurusan
Keperawatan yang
praktek di RS ini selama
3 hari mulai dari hari ini
sampai tanggal 20 Juni
2013. Nama Nona siapa ?
Senang dipanggil sapa ?
PS : Pagi, suster. Nama saya
Rina nama panggilan
Rina.
P : Bagaimana perasaan R
saat ini ? R sudah mandi
dan gosok gigi ?
PS : sudah mandi jam 5 dan
belum sikat gigi, tidak
ada sikat gigi
P : baiklah bagaimana kalau
kita berbincang-bincang
tentang kebersihan diri
tujuannya untuk R dapat
mengetahui jenis-jenis
kebersihan diri, sehingga
tidak terserang penyakit.
Pertama yaitu mandi.
Sebelum diajarkan
Berapa lama kita
berbicara ? 20 menit ya ?
Mau dimana ? disini aja
ya di ruang tengah. Setuju
?
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
P : Berapa kali R mandi
dalam sehari? Menurut R
apa kegunaannya mandi ?
Menurut R apa
manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri?
Kira-kira tanda-tanda
orang yang
tidak merawat diri
dengan baik seperti apa
ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak
gosok gigi, alasannya
tidak ada sikat gigi, agar
gigi bersih mulut bau.
P : Kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri
terutama gigi masalah apa
menurut R yang bisa
muncul ?
PS : gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster
disini akan mengajarkan
cara gosok gigi yang
benar sesuai janji kita 20
menit. Baiklah caranya .
Pertama, kumur-kumur
dengan air bersih. Lalu
oleskan pasta gigi ke
sikat gigi. Gosok gigi
dengan sikat gigi dari atas
ke bawah beberapa kali,
lalu gosok kesisi depan
gigi sampai kebelakang
gigi, depan gigi dan
bagian dalam gigi,
tengah-tengah gigi juga.
Lalu buang busa atau
cairan dari gosok gigi
tadi. Dan terakhir kumur-
kumur 2-3x. Apa R bisa
mengerti? Coba di
praktekkan kembali ?
PS : R dapat mempraktekkan
kembali.
P : Bagus, baiklah kegiatan
menggosok gigi kita
masukkan ke jadwal
kegiatan harian,setelah
makan pagi dan makan
siang jam 8 pagi dan jam
2 siang. Setuju ?
PS : iya suster.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan R
saat berbincang-bincang
tadi, coba R jelaskan dan
mempraktekkan kembali
cara menggosok gigi
dengan benar. R dapat
melakukannya dengan
baik, baiklah pertemuan
kita sampai disini. Besok
kita akan berbincang-
bincang lagi tentang
jadwal yang telah kita
buat dan mempraktekkan
perawatan diri yang
kedua dan ketiga yaitu
berdandan/berhias dengan
gunting kuku.
PS : iya ses
P : berapa lama R punya
waktu untuk berbincang-
bincang dengan saya
besok? Bagaimana kalau
20 menit saja?”
di mana R mau
berbincang-bincang
dengan saya besok?
PS : disini saja ses
P : Ya sudah... bagaimana
kalau besok kita
melakukannya di ruangan
tengah ini lagi ?selamat
pagi sampai jumpa besok.
SP 2
Membina hubungan saling
percaya dengan pasien.
Fase orientasi
P :Selamat Pagi R masih
ingat dengan saya?
PS : Masih suster Titie
P : Benar, Bagaimana
perasaannya hari ini ?
masih ingat dengan yang
kemarin R lakukan?
sesuai dengan janji kita
kemarin, hari ini R akan
melakukan perawatan diri
yang kedua yaitu
berdandan/berhias sesuai
dengan kesepakatan kita
kemarin, kita akan
melakukannya selama 20
menit, kesepakatan kita
kemarin Kita akan
melakukannya di ruang
tengah, Agar tubuh tetap
terawat apakah setuju ?
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
P : Sebelum kita lanjut , coba
R perlihatkan kepada
saya bagaimana cara
menggosok gigi sesuai
yang kemarin dijelaskan
dan dipraktekkan ?
PS : pasien dapat
mempraktekkan dengan
benar
P : Hebat, R dapat
melakukannya dengan
baik... sekarang, mari kita
mempraktekkannya
perawatan diri yang
kedua berdandan/berhias.
Caranya siapkan sisir,
bedak, dan kaca. sisir
rambut, kemudian mulai
berdandan sesuai yang
dinginkan. Ketiga
menggunting kuku kaki,
caranya siapkan alat
gunting kuku, kemudian
gunting kuku dari ibu jari
samapi jari kelinci.
bagaimana masih bisa ???
PS : R dapat
mempraktekkannya
meskipun masih malu.
P : Bagus... R dapat
mempraktekkan dengan
baik..bagaimana kalau
kegiatan di masukkan
kedalam jadwal kegiatan
harian?apabila kuku R
mulai panjang.
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan setelah
kita berbincang-bincang
tadi?
Apa-apa perawatan yang
telah dilakukan ?
PS : iya suster, menggosok
gigi, berdandan/berhias
dan menggunting kuku.
P : bagus, nah R sudah dapat
mempraktekkan 3
perawatan diri yang telah
diajarkan, Baiklah...
pertemuan hari ini kita
akhiri. Nanti kita bertemu
lagi di lain waktu karena
ses sudah selesai praktek
disini yah
08.20

S : Pasien mengatakan mengerti cara menghardik halusinasi


O : Pasien sudah melakukan apa yang diajarkan

A : halusinasi mulai teratasi

P : latihan menghardik halusinasi 2x sehari

10.30

S : Pasien Mengatakan Mengerti Cara Bercakap-Cakap Dengan Orang Lain


O : Pasien Sudah Melakukan Apa Yang Diajarkan

A : Masalah Teratasi, Sp2 Bisa Dilakukan Secara Mandiri

P : Lanjutkan Intervensi Berikutnya


08.30

S : Pasien Mengatakan Dapat Melakukan Aktifitas Terjadwal Sesuai


Kegiatan

O : Pasien Sepakat Dengan Rencana Kegiatan, Pasien Kooperatif, Pasien


Tenang
A : Sp3 Sudah Mampu Dilakukan Pasien Secara Mandiri

P : Lanjutkan Intervensi Selanjutnya

08.20

S : Pasien Mengatakan Mengerti Tentang Penggunaan Obat

O : Pasien Dapat Minum Obat Secara Teratur, Pasien Tampak Tenang

A : Sp4 sudah bisa dilakukan pasien secara mandiri

P : Anjurkan untuk minum obat teratur


14.20

S : Pasien masih mengatakan merasa lemah

O : Pakaian masih belum rapih, Gigi kotor, Kuku masih panjang

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan


08.50
S : Pasien megatakan bajunya masih belum rapih, Pasien mengatakan
kukunya sudah bersih

O : Baju masih belum rapih, Gigi kotor, Kuku pendek

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan

Diposting oleh Konny Liane Rako di 16.13

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke


FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien


mengalami perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa
suara, Asuhan penglihatan, pengecapanperabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)

Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh


proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada
perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari
tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)

2. Etiologi

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan


jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi
dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis,
dan genetic. (Yosep, 2009)

1) Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan


interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.

2) Faktor sosiokultural

Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa


disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya.

3) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika


seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).

4) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus


pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada
ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.

5) Faktor genetic

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil


studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
penasaran, tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya.

Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5


dimensi yaitu :

1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.

2) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan
menakutkan.

3) Dimensi intelektual

Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang


menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien.

4) Dimensi sosial

Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam


nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.

5) Dimensi spiritual

Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak


bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual
untuk menyucikan diri.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :

a. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.

b. Melihat seseorang yang sudah meninggal.

c. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain


d. Bicara atau tertawa sendiri.

e. Marah-marah tanpa sebab.

f. Menutup mata.

g. Mulut komat-kamit

h. Ada gerakan tangan

i. Tersenyum

j. Gelisah

k. Menyendiri, melamun

4. Proses terjadinya halusinasi

Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4


tahap yaitu:

a. Tahap pertama

Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat
ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang
berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian,
merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk
mengurangi ansietas.

b. Tahap kedua

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat
kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu
yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin
merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang
lain.

c. Tahap ketiga

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat
ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi
penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang
yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya
dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
d. Tahap keempat

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat
ansietas panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah
pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau
beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada


pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara
langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi
diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan
orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain
(sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang
bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme),
mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek
lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

6. Penatalaksanaan (Yosep, 2009)

a. Medis (Psikofarmako)

1) Chlorpromazine

a) Indikasi

Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma
social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan
kegiatan rutin.

b) Mekanisme kerja

Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya


system ekstra pyramidal.

c) Efek samping

- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar


sadar atau tidak sadar.

- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik,


seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung.

- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia


syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.

d) Kontra indikasi

Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.

e) Penggunaan obat

Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.


Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg
pada malam hari saja.

2) Haloperidol (HLP)

a) Indikasi

Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.

b) Mekanisme kerja

Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.

c) Efek samping

- Sedasi dan inhibisi psikomotor

- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat,


mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.

d) Kontra indikasi

Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
e) Penggunaan obat

Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.

3) Trihexyphenidil (THP)

a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit


parkinson, termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan
oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas).
Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.

b) Mekanisme kerja

Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson,
dan antikolinergik lainnya.

c) Efek samping

Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi


(gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine.

d) Kontra indikasi

Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),


glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat,
dan obstruksi saluran edema.

e) Penggunaan obat

Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai
anti parkinson.

b. Keperawatan

Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi


berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


HALUSINASI

1. Pengkajian Pasien Halusinasi

a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,


tanggal pengkajian, nomor rekam medic

b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi


factor biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic

c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap


persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.

d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social


dan spiritual

e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas


motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.

f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun


maladaptive

g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara


dapatkan adalah:

a. Jenis halusinasi

Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data


objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien.
Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis halusinasi
Data objektif

Data subjektif

Halusinasi dengar

- Bicara atau tertawa sendiri

- Marah-marah tanpa sebab

- Menyedengkan telinga kearah tertentu

- Menutup telinga

- Mendengar suara atau kegaduhan

- Mendengar suara yang bercakap-cakap

- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

Halusinasi Penglihatan

- Menunjuk-nunjuk kearah tertentu

- Ketakutan pada sesuatu

Yang tidak jelas

- Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat


hantu atau monster

Halusinasi penghidu

- Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

- Menutup hidung

- Membaui bau-bauan sperti bau darah, urin, feces, kadang-kadang


bau itu menyenangkan

Halusinasi pengecapan

- Sering meludah

- Muntah

- Merasakan rasa seprti darah, urin atau feces

Halusinasi

Perabaan

- Menggaruk-garuk permukaan kulit

- Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit

- Merasa seperti tersengat listrik

b. Isi halusinasi

Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.

c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya


halusinasi

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya


halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah
pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi
terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi
terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu.
Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu


muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau
dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada
keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

2. Pohon masalah

Resiko perilaku mencederai diri

Menurut Yosep, 2009

Akibat

Gangguan sensori/persepsi:

Halusinasi penglihatan

Masalah utama

Isolasi sosial

Penyebab

Harga diri rendah

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :


a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

b. Isolasi sosial

c. Resiko periaku mencederai diri

d. Harga diri rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan

b. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dpat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

c. Tindakan keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat


melakukannya dengan cara berdiskusikan dengan pasien tentang isi
halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul dan respon
pasien saat muncul.

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.

Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara


dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :

a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap


halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini
dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang
ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi :

1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi


2) Memperagakan cara menghardik

3) Meminta pasien memperagakan ulang

4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.

b) Bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap


dengan halusinasi orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang
lain maka terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari
halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

c) Melakukan aktifitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan


menyibukkan diri dengan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien
mengalami halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya
dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut :


· Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi
· Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien
· Melatih pasien melakukan aktiftas
· Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas
yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari
bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
· Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali mengalami
putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila
terjadi kekambuhan maka untuk mencapai kondisi seperti semula
akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan
obat:
· Jelaskan guna obat
· Jelaskan akibat bila putus obat
· Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
· Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan
yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan
perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang
masih di butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.

6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi

Pasien
Sp1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi


8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP II p
1. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien)
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
Keluarga
SP 1 k
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam rawat
pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis
halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Mejelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
halusinasi
2. Melatih keluaraga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien halusinasi
SP III k
1. Membantu keluarga membuat jadwal kegiatan aktifitas di
rumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan
apakah masalah masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data
yang berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon klien

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


A. PENGKAJIAN
RUANG RAWAT : Ruang Kabela
TANGGAL DIRAWAT : 18 Mei 2013

1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Nn.R.M
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Liningan Lingkungan III, Tondano
Pendidikan : SD Tidak Tamat
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik : 14918

2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Pasien bicara-bicara sendiri, minum obat tidak teratur

3. FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI


Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L
Ratumbuysang. Pertama kali masuk pada bulan September tahun
2008 dan masuk keluar RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien
kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2013. Pasien pernah diberikan
pengobatan tapi kurang berhasil karena pasien berobat tidak teratur.
Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan karena
pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien
tidak ada yang menderita sakit jiwa.

4. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
111 : Pasien
: Orang yang tinggal serumah
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota
tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama,
umur, agama, alamat, status perkawinan
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di
rumah sakit pasien berperan sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan
orang tuanya dalam keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya
sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua.
Namun di tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah
teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum
dirawat di RSJ Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu
beribadah di gereja. Saat masuk rumah sakit pasien rutin mengikuti
ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.

5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku
kotor
b. Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c. Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d. Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin
memeluknya
e. Afek pasien
Tidak ada gangguan
f. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan
menjawabnya sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan serta
kontak mata baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan
waktu selalu muncul pada malam hari sebelum pasien tidur.
Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu laki-laki
yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya, pasien memanggil
perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak
mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h. Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j. Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar
pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu
dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri
Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.

6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan dan minum
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
Pasien BAB 1x/hr, BAK ±4x/hr, secara mandiri
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
d. Berpakain dan berhias
Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain
e. Istiraht dan tidur
Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami
gannguan tidur
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C
(2 x 1), Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2 x 1)

7. MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain

8. ASPEK MEDIS
a. Diagnosa medis : Skisofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab

B. ANALISA DATA
NO
DATA

MASALAH
1.

2.

3.

DS :
- Pasien mengatakan melihat bayangan hantu laki-laki yang
ingin memeluknya
DO :
- Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang berhasil
karena putus obat
- Pasien takut
DS :
- Pasien mengatakan merasa lemah
- Pasien mengatakan lelah untuk beraktifitas
DO :
- Penampilan kurang Rapi
- Rambut jarang disisir
- Gigi tampak kotor dan bau
- Kuku kaki kotor
DS :
- Pasien mengatakan sendiri pada malam hari
- Pasien mengatakan kesepian pada malam hari
DO :
- Pasien tampak sedih dan murung

Gangguan persepsi sensorik : halusinasi penglihatan


Defisit perawatan diri

Isolasi sosial
C. POHON MASALAH

Masalah utama Perubahan persepsi sensorik :


halusinasi penglihatan

Isolasi Sosial Defisit


perawatan diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

KRITERIA EVALUASI

INTERVENSI

RASIONAL
1

Gangguan persepsi sensorik : halusinasi penglihatan.


DS :
- Pasien mengatakan melihat bayangan hantu laki-laki
DO :
- Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang berhasil
karena putus obat

TUM
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 hari, pasien dapat
mengontrol halusinasi.
TUK
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

2. Pasien dapat mengenal halusinasinya

3. Pasien dapat mengontrol halusinasinya

4. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik


- Ekpresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, dan mau
mengutarakan masalah yang dihadapinya.
- Pasien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya
halusinasi

- Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi

- Pasien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk


mencegah halusinasi

1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.


(Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan nama, tanyakan nama
pasien, buat kontrak, tanyakan perasaan pasien.

2.1.Adakan kontak secara sering dan singkat


2.2.Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya.
2.3.Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan dan beri
kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2.4.Diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk
menghadapi halusinasi
3.1. Identifikasi cara yang dilakukan jika terjadi halusinasi
3.2.Diskusikan caramengontrol halusinasi
3.3.Bantu pasien memilih cara yang sudah diajarkan
3.4.Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih
3.5.Jika berhasil beri pujian
4.1.Diskusikan dengan pasien manfaat dan kerugian tidak minum
obat
4.2.Pantau pasien saat penggunaan obat
4.3.Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar
4.4.Diskusikan akibat berhenti minum obat

1. Dengan adanya hubungan saling percaya menjadi dasar


interaksi perawat dengan pasien

2.1.Agar mengetahui perilaku yang pasien lakukan


2.2.Agar mengetahui perilaku yang pasien lakukan
2.3.Agar mengetahui apa yang dirasakan pasien

3. Agar dapat mengetahui tindakan yang dilakukan dalam


mengontrol halusinasinya

4.1. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang fungsi obat

4.2. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang fungsi obat


4.3 Meningkatkan semangat agar bisa mempraktekkan apa yang
sudah diajarkan
2.

Defisit pearawatan diri

TUM
pasien dapat mandiri dalam perawatan diri
TUK :
1. Pasien dapt membina hubungan saling percaya dengan
perawat

2. Pasien mengetahui pentingnya perawatan diri

3. Pasien mengetahui cara-cara melakukann perawatan diri

4. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan


perawat

5. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri

- menunjukkan tnada-tanda percaya kepada perawat :


Wajah cerah, tersenyum
Mau berkenalan
Ada kontak mata

- Pasien dapat menyebutkan :


Penyebab tidak merawat diri, Manfaat menjaga perawatan diri,
Tanda-tanda bersih dan rapih
- Pasien menyebutkan frekuensi menjaga dan pasien dapat
menjelaskan cara perawatan diri :Frekuensi gosok gigi, Frekuensi
berhias/berdandan, Frekuensi gunting kuku

- Pasien mempraktekkan perawatan diri dengan bantuan oleh


perawat :
Gosok gigi, Berhias/berdandan, Gunting kuku
- pasien melaksanakan praktek perawatan diri secara mandiri :
Gosok gigi bangun pagi dan sesudah makan, Berhias/berdandan
sehabis mandi, Gunting kuku setelah mulai panjang
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.
(Sapa pasien dengan ramah, perkenalkan nama, tanyakan nama
pasien, buat kontrak, tanyakan perasaan pasien

2. Diskusikan dengan pasien penyebab pasien tidak merawat diri,


manfaat menjaga perawatan diri, tanda-tanda perawatan diri yang
baik

3.1.Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama mandi,


gosok gigi, keramas, berpakaian, berhias, gunting kuku
3.2.Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar
3.3.Berikan pujian positif
3.1.Bantu pasien saat perawatan diri mandi, gosok gigi, keramas,
ganti pakaian, berhias, gunting kuku
3.2.Beri pujian setelah pasien melaksanakan perawatan diri
5.1.Pantau pasien dalam melaksanakan perawatan diri mandi, gosok
gigi, keramas, ganti pakaian, berhias, gunting kuku
5.2.Beri pujian saat pasien melaksanakan perawatan diri secara
mandiri

1. Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan


klien.

2. Membantu pasien agar mengerti apa itu kebersihan diri dengan


penjelasan-penjelasan yang singkat dan mudah dimengerti

3. Mengetahui potensi pengetahuan klien tentang kebersihan


diri membantu pasien untuk mengerti mengenai kebersihan diri

4. Mendorong motivasi pasien dalam merawat dirinya


5. Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam merawat dirinya.

E. Implementasi Keperawatan
DX

JAM, HARI/ TANGGAL

IMPLEMENTASI

EVALUASI
1.
2.

Selasa, 18 Juni 2013


08.00
10.00

Rabu, 19 Juni 2013


08.00
Kamis, 20 Juni 2013
08.00
Rabu, 19 Juni 2013
14.00
Kamis, 20 Juni 2013
08.30
SP 1
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya Christiany Porong, bisa di panggil Titie
adalah mahasiswa Keperawatan yang praktek di RS ini selama 3
hari dan ini adalah hari peratama saya praktek disini. Nama anda ?
dan senang dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R, dipanggil rina
P : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena ses disini ingin membantu
Nn. R untuk memberikan solusi dari masalah Nn. R
PS : iya ses, tadi malam di kamar mandi saya melihat bayangan laki-
laki yang ingin memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-bincang sebentar ? Nn. R
mau ? Nn. R mau didalam atau diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang-binang tentang halusinasi
penglihatan yang Nn. R alami. Maunya berapa lama ?
PS : 20 menit ses
Fase Kerja
P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu adalah halusinasi. Nn. R tau
apa itu halusinasi ?
PS : tidak ses
P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn. R lihat tapi tidak nyata.
Halusinasi ada 5 macam, pendengaran, penglihatan, perabaan,
penciuman, pengecapan. Yang Nn. R alami saat ini adalah
halusinasi penglihatan. Tapi ses akan memberikan Nn. R cara untuk
mengatasinya agar sembuh. Nn. R maukan ?
PS : mau ses
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan ses akan mengajarkan cara
yang pertama yaitu dengan menghardik. Kalau Nn. R melihat
bayangan itu lagi, Nn. R harus mengatakan “Pergi, kamu tidak
nyata” sambil menutup mata. Apa Nn. R sudah mengerti ?
PS : iya, saya mengerti ses
P : kalau begitu coba ulangi yang saya katakan tadi sambil
mempragakannya
PS : “pergi, kamu tidak nyata” (sambil menutup mata)
P : Bagus, sekarang Nn. R sudah mengerti cara menghardik jika
bayangan-bayangan itu datang lagi. Bagaimana perasaan Nn. R
sekarang setelah mengetahui bagaimana cara menghardik
halusinasi?
PS : saya senang ses
P : kalau begitu Nn. R bisa mempraktekkannya dalam jadwal
kegiatan Nn. R yang akan di buat oleh perawat
PS : Iya ses
Fase Terminasi
P : Sepertinya waktu kita sudah habis yah, nanti kita lanjutkan
sebentar dan ses akan mengajarkan Nn. R cara yang kedua. Nn. R
bisa jam 10 sebentar ?
PS : iya ses
P : maunya dimana diluar atau di dalam sini ?
PS : disini saja ses
P : baiklah kalau begitu kita ketemuan ditempat ini pada jam 10 yah.
Sampai ketemu sebentar
SP 2
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : selamat siang Nn. R
PS : selamat siang ses
P : bagaimana perasaan hari ini ? apakah Nn. R masih melihat
bayangan itu? Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan berbincang-
bincang sedikit yah. Mau Nn. R berapa lama ?
PS : iya ses, 20 menit
P : maunya dimana ? disini saja atau di tempat lain?
PS : disini saja
Fase Kerja
P : cara yang kedua untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Nn. R melihat
bayangan lagi Nn. R bisa bercakap-cakap dengan orang lain seperti
“tolong saya melihat bayangan, mari kita berakap-cakap”. Nn. R
mengerti kan ?
PS : iya ses
P : coba Nn. R ulagi apa yang ses katakan tadi?
PS : (mengulangi sambil memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R mampu melakukannya.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R setelahm saat latihan tadi?
PS : senang ses
P : bagaimana kalau latihan bercakap-cakap kita masukkan dalam
daftar kegiatan harian ? maunya jam berapa ?
PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses
P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga bisa mempragakan saat melihat
bayangan itu lagi
PS : iya ses
P : sepertinya waktu kita sudah selesai, nanti ses datang besok pagi
lagi untuk mengajarkan cara yang ketiga. Kita jumpa disini lagi jam
8 yah
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu, sampai bertemu besok lagi
SP 3
Bina hubungan saling percaya.
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R, masih ingat dengan saya ?
PS : selamat pagi ses, iya ses Titie
P : bagaimana perasaan hari ini ? Apakah Nn. R masih melihat
bayangan ?
PS : iya ses
P : apakah Nn. R sudah pakai 2 cara yang kita latih sebelumnya ?
PS : iya ses
P : bagus, kalau begitu sesuai janji kita kemarin kita akan belajar
cara yang ketiga yaitu kegiatan terjadwal. Mau dimana kita bicara ?
PS : disini saja ses
P : mau berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ?
PS : iya ses
Fase Kerja
P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. R lakukan ?
PS : mandi, menyanyi, ibadah, bermain bersama, makan,
P : wah banyak sekali kegiatannya yah. Bagaimana kalau kita latih 2
kegiatan hari ini ? sekarang Nn. R menyanyi setelah itu berdoa yah.
Nn. R bisa kan ?
PS : iya ses, (sambil memperagakan)
P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa memperagakannya. Kegiatan ini
bisa Nn. R lakukan agar mencegah bayangan tersebut muncul.
PS : iya ses
Fase terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah bercakap-cakap cara yang
ketiga ?
PS : senang ses
P : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara yang sudah kita belajar untuk
mencegah bayangan tersebut.
PS : menyebutkan (menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita masukkan dalam kegiatan jadwal harian
Nn. R yahh. Bagaimana kalau besok kita belajar cara keempat cara
mencegah halusinasi yaitu dengan menggunakan obat yang baik.
Bagaimana kalau jam 8 ?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini lagi yah, sampai jumpa besok lagi yah
SP4
Membina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R
PS : selamat pagi ses
P : bagaimana perasaan Nn. R hari ini ? apakah bayangannya masih
muncul lagi ? apakah Nn. R memakai ketiga cara yang kita
diskusikan pada hari sebelumnya ?
PS : iya ses
P : apakah pagi ini Nn. R sudah minum obat ?
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita mendiskusikan obat-obat yang
Nn. R minum ? kita akan mendiskusikan 20 menit saja yah di
tempat ini
PS : iya ses
Fase Kerja
P : Nn. R minum obat sangatlah penting supaya bayangan yang Nn.
R lihat dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang diminum?
PS : ada 4 ses
P : iya warna yang putih (THP) 2 kali sehari jamnya 7 pagi dan 7
malam, gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HLP) 2 kali sehari jamnya sama gunanya untuk
pikiran biar tenang dan yang kuning untuk daya tahan tubuh biar
Nn. R tidak sakit.
PS : iya ses
P : Kalau bayangan sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti dikonsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Nn. R
akan kambuh dan sulit mengembalikan kekeadaan yang semula.
PS : iya ses
P : Kalau obat habis Nn. R bsia minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. Nn. R harus minum obat teratur dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya.
PS : iya ses
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah kita bercakap-cakap tentang
obat?
PS : senang ses
P : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah bayangannya?
PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R masih ingat. Mari kita masukan jadwal
minum obat pada kegiatan harian Nn. R .
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu yah karena waktu kita sudah habis.
Nanti kita bertemu lagi lain waktu. Selamat siang Nn. R

SP1
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P: Selamat Pagi. Kenalkan nama saya Christiany Porong
mahasiswa Poltekkes Jurusan Keperawatan yang praktek di RS ini
selama 3 hari mulai dari hari ini sampai tanggal 20 Juni 2013. Nama
Nona siapa ? Senang dipanggil sapa ?
PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama panggilan Rina.
P : Bagaimana perasaan R saat ini ? R sudah mandi dan gosok
gigi ?
PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi, tidak ada sikat gigi
P : baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
kebersihan diri tujuannya untuk R dapat mengetahui jenis-jenis
kebersihan diri, sehingga tidak terserang penyakit. Pertama yaitu
mandi. Sebelum diajarkan Berapa lama kita berbicara ? 20 menit ya
? Mau dimana ? disini aja ya di ruang tengah. Setuju ?
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
P : Berapa kali R mandi dalam sehari? Menurut R apa
kegunaannya mandi ? Menurut R apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak
merawat diri dengan baik seperti apa ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi, alasannya tidak ada
sikat gigi, agar gigi bersih mulut bau.
P : Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri terutama gigi
masalah apa menurut R yang bisa muncul ?
PS : gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan mengajarkan cara gosok gigi
yang benar sesuai janji kita 20 menit. Baiklah caranya . Pertama,
kumur-kumur dengan air bersih. Lalu oleskan pasta gigi ke sikat
gigi. Gosok gigi dengan sikat gigi dari atas ke bawah beberapa kali,
lalu gosok kesisi depan gigi sampai kebelakang gigi, depan gigi dan
bagian dalam gigi, tengah-tengah gigi juga. Lalu buang busa atau
cairan dari gosok gigi tadi. Dan terakhir kumur-kumur 2-3x. Apa R
bisa mengerti? Coba di praktekkan kembali ?

PS : R dapat mempraktekkan kembali.


P : Bagus, baiklah kegiatan menggosok gigi kita masukkan ke
jadwal kegiatan harian,setelah makan pagi dan makan siang jam 8
pagi dan jam 2 siang. Setuju ?
PS : iya suster.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan R saat berbincang-bincang tadi, coba R
jelaskan dan mempraktekkan kembali cara menggosok gigi dengan
benar. R dapat melakukannya dengan baik, baiklah pertemuan kita
sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang lagi tentang
jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan perawatan diri yang
kedua dan ketiga yaitu berdandan/berhias dengan gunting kuku.
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja?”
di mana R mau berbincang-bincang dengan saya besok?
PS : disini saja ses
P : Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di
ruangan tengah ini lagi ?selamat pagi sampai jumpa besok.
SP 2
Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
Fase orientasi
P :Selamat Pagi R masih ingat dengan saya?
PS : Masih suster Titie
P : Benar, Bagaimana perasaannya hari ini ? masih ingat dengan
yang kemarin R lakukan? sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini
R akan melakukan perawatan diri yang kedua yaitu
berdandan/berhias sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita
akan melakukannya selama 20 menit, kesepakatan kita kemarin Kita
akan melakukannya di ruang tengah, Agar tubuh tetap terawat
apakah setuju ?
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
P : Sebelum kita lanjut , coba R perlihatkan kepada saya
bagaimana cara menggosok gigi sesuai yang kemarin dijelaskan dan
dipraktekkan ?
PS : pasien dapat mempraktekkan dengan benar
P : Hebat, R dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari
kita mempraktekkannya perawatan diri yang kedua
berdandan/berhias. Caranya siapkan sisir, bedak, dan kaca. sisir
rambut, kemudian mulai berdandan sesuai yang dinginkan. Ketiga
menggunting kuku kaki, caranya siapkan alat gunting kuku,
kemudian gunting kuku dari ibu jari samapi jari kelinci. bagaimana
masih bisa ???
PS : R dapat mempraktekkannya meskipun masih malu.
P : Bagus... R dapat mempraktekkan dengan baik..bagaimana kalau
kegiatan di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?apabila kuku
R mulai panjang.
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan setelah kita berbincang-bincang tadi?
Apa-apa perawatan yang telah dilakukan ?
PS : iya suster, menggosok gigi, berdandan/berhias dan
menggunting kuku.
P : bagus, nah R sudah dapat mempraktekkan 3 perawatan diri
yang telah diajarkan, Baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Nanti
kita bertemu lagi di lain waktu karena ses sudah selesai praktek
disini yah
08.20
S : Pasien mengatakan mengerti cara menghardik halusinasi

O : Pasien sudah melakukan apa yang diajarkan

A : halusinasi mulai teratasi

P : latihan menghardik halusinasi 2x sehari


10.30
S : Pasien Mengatakan Mengerti Cara Bercakap-Cakap Dengan
Orang Lain

O : Pasien Sudah Melakukan Apa Yang Diajarkan

A : Masalah Teratasi, Sp2 Bisa Dilakukan Secara Mandiri

P : Lanjutkan Intervensi Berikutnya


08.30
S : Pasien Mengatakan Dapat Melakukan Aktifitas Terjadwal Sesuai
Kegiatan

O : Pasien Sepakat Dengan Rencana Kegiatan, Pasien Kooperatif,


Pasien Tenang

A : Sp3 Sudah Mampu Dilakukan Pasien Secara Mandiri

P : Lanjutkan Intervensi Selanjutnya

08.20
S : Pasien Mengatakan Mengerti Tentang Penggunaan Obat

O : Pasien Dapat Minum Obat Secara Teratur, Pasien Tampak


Tenang

A : Sp4 sudah bisa dilakukan pasien secara mandiri

P : Anjurkan untuk minum obat teratur


14.20
S : Pasien masih mengatakan merasa lemah

O : Pakaian masih belum rapih, Gigi kotor, Kuku masih panjang

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan


08.50
S : Pasien megatakan bajunya masih belum rapih, Pasien
mengatakan kukunya sudah bersih
O : Baju masih belum rapih, Gigi kotor, Kuku pendek

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi keperawatan

Diposting oleh Konny Liane Rako di 16.13


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda mungkin juga menyukai