Anda di halaman 1dari 5

SEDIMENTASI

JERON RUMLUS

2014-64-011

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

HUBUNGAN DENSITAS DENGAN SEDIMEN

- Fluida adalah zat yang mudah berubah bentuk tergantung massa jenis fluida itu sendiri.
Udara, air, dan zat yang adalah zat yang dapat menjadi media dalam transportasi
sedimen. Sifat fisik dasar cairan adalah kerapatan dan viskositas. Perbedaan dalam sifat-
sifat ini dapat mempengaruhi kemampuan cairan untuk mengikis dan mentransportasi
sedimen. Pergerakan pada material terjadi disebabkan oleh gravitasi, tapi yang lebih
umum adalah karena hasil dari aliran air, udara, es atau campuran padat (dense mixtures)
sedimen dan air.
- Interaksi material sedimen dengan media transportasi menghasilkan struktur sedimen,
beberapa struktur sedimen berkaitan dengan pembentukan bentuk lapisan (bedform)
dalam aliran sedangkan yang lain adalah erosi. Struktur sedimen ini terawetkan dalam
batuan dan menyediakan rekaman proses yang terjadi pada waktu pengendapannya. Jika
proses fisik terjadinya struktur ini di dalam lingkungan modern dapat diketahui, dan jika
batuan sedimen diinterpretasikan berdasarkan kesamaan prosesnya, maka mungkin untuk
mengetahui lingkungan pengendapannya. Perubahan bentuk butir yang disebabkan oleh
aliran fuilda terhadap bentuk dan ukuran butir (grain)
- HUBUNGAN VELOSITAS DENGAN SEDIMEN DAN VISKOSITAS
Viskositas menyatakan kemampuan fluida untuk mengalir. Fluida dengan viskositas yang
lebih tinggi (atau lebih kental) akan mengalir lebih lambat daripada yang viskositanya
rendah (lebih encer). Sama dengan densitas viskositas juga akan menurun seiring dengan
bertambahnya temperatur atau viskositas akan naik jika temperatur turun. Menurut Boggs
(2006) viskoistas ini memegang peranan penting dalam mempengaruhi turbulensi air,
dimana meningkatnya viskositas akan menaikan turbulensi arus. Menurunnya tubulensi
juga akan menambah kemampuan air dalam mengerosi dan meng’entrain’
sedimen.Viskositas dinyatakan sebagai nisbah shear stress (t, shearing force/satuan luas)
terhadap laju deformasi (du/dy) yang ditimbulkan oleh geseran itu

- Roundness, Shape, dan Sphericity Sedimen


Bentuk kerikil (batuan) secara konvensional telah dijelaskan berdasarkan skema yang
dirancang oleh Zingg (1935). Pengukuran rasio antara panjang, lebar, dan ketebalan
digunakan untuk mendefinisikan empat kelas: spherical (equant), oblate (piringan atau
tabular), blade, dan prolate (rol). Bentuk dari kerikil (batuan) dikontrol dengan dua hal
yaitu asal-usul batuan dan sejarah kemudian. Same (1966) mengusulkan kriteria khusus
untuk membedakan sampel krikil fluvial (sungai) dan sampel kerikil littoral (pesisir)
menggunakan kombinasi bentuk (shape) dan kebulatan (roundness).
Bentuk partikel sedimen (kerikil, pasir, lumpur, dan tanah liat) pada dasarnya adalah
bentuk geometris. Bentuk geometris partikel tergantung pada dua konsep yang berbeda: 
Panjang relatif dari penyadapan partikel sepanjang tiga sumbu tegak lurus A, B, dan C,
sesuai dengan tiga sumbu ortogonal X, Y, dan Z (sphericity)  Ketajaman atau roundness
dari sudut dan tepi Kebulatan partikel dipengaruhi erosi, transportasi, dan pola
pengendapan. Partikel "datar" akan melakukan perjalanan dengan cara yang berbeda
dengan partikel "bola".

- Porosity dan Permeability Sedimen


Sebuah batuan sedimen terdiri dari butiran-butiran, matriks, semen, dan poripori.
Butiran-butiran itu adalah partikel detrital yang umumnya membentuk kerangka sedimen.
Matrix adalah detritus halus yang terdapat dalam kerangka.

Dalam hal asal-usul porositas dapat berupa primer (pengendapan) atau sekunder (pasca
pengendapan)
A) Porositas primer terbagi atas tiga jenis  intergranular atau interparticle - ruang pori
yang ada antara atau di antara kerangka butiran-butiran, seperti partikel silisiklastik
dan butiran-butiran karbonat (ooids, fosil, dan lain-lain l)  intergranular atau
intraparticle - ruang pori dalam partikel, seperti gigi berlubang pada fosil dan ruang
terbuka di dalam mineral tanah liat (clay), dan  intercrystalline - ruang pori antara
bentuk kristal kimia, seperti di dalam Dolomit

B) Porositas sekunder mencakup  hancuran porositas yang disebabkan oleh pemutusan


semen atau butiranbutiran kerangka metastabil (feldspar, fragmen batuan) pada
batuan sedimen silisiklastik atau peleburan semen, fosil, kerangka kristal, dan lain-
lain pada karbonat atau pembentukan batu kimia lainnya  intercrystalline porositas
muncul dari ruang pori dalam semen atau di antara mineral autigenik lainnya, dan 
fraktur porositas, karena patahan dari setiap jenis batuan oleh kekuatan tektonik atau
proses lain seperti pemadatan dan pengeringan.
Besaran Porositas Biasanya porositas berkisar antara 5% - 40% dan dalam
prakteknya berkisar 10% - 20% saja. Porositas 5% disebut porositas tipis (marginal
porosity) dan umumnya bersifat nonkomersial. Secara teoritis porositas maksimum
47,6% yang berlaku untuk porositas intergranular. Besar porositas ditentukan dengan
berbagai cara yaitu:
 Di labolatorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hukum boyle: gas
digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volume pori tersebut.
 Dari log listrik, log sonik dan log radioaktif.
 Dari log kecepatan pemboran
 Dari perkiraan dan pemeriksaan secara mikroskop.
 Dari hilangnya inti pemboran.
 Skala Visual Pemerian Porositas

Di lapangan bisa kita dapatkan perkiraan secara visual dengan menggunakan peraga
visual. Penentuan ini bersifat semi kuantitatif dan dipergunakan suatu skala sebagai
berikut:  0 – 5% dapat diabaikan (negligible)  5 -10% buruk (poor)  10 -15%
cukup (fair)  15 -20% baik (good)  20 – 25% sangat baik (very good)  25%
istimewa (excellent)

Anda mungkin juga menyukai