Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PATOLOGI SPONDYLOLISTESIS DAN SPONDYLOARTHROSIS

Spondylolistesis

A. Definisi spondylolistesis
Spondilolistesis berasal dari bahasa Yunani, yakni spondylo (vertebrata)
dan olisthesis (slip), jadi secara harfiah berarti vertebrata yang bergeser.
Spondilolistesis adalah subluksasi ke depan dari satu korpus vertebrata
terhadap korpus vertebrata lain dibawahnya. Hal ini terjadi karena adanya
defek antara sendi pacet superior dan inferior (pars interartikularis).
Spondilolistesis lumbal adalah suatu kondisi di mana salah satu ruas tulang
belakang bergeser dari tempatnya. Jika pergeseran terlalu banyak, tulang
akan menekan saraf, menyebabkan rasa sakit. Tulang punggung bawah yang
paling terpengaruh.

Gambar 2.1 spondilolistesis lumbal


B. Klasifikasi
Spondilolistesis dibagi atas lima kelompok:
1. Dysplastic
Dijumpai kelainan kongenital pada sakrum bagian atas atau neral arch
L5. Permukaan sakrum superior biasanya bulat (rounded) dan kadang
disertai dengan spina bifida

9
2. Isthmic
Tipe ini disebabkan oleh karena adanya lesi pada pars interartikularis.
Tipe ini merupakan tipe spondilolistesis yang paling sering. Tipe ini
mempunyai tiga sub:
- Lytic: ditemukan pemisahan (separation) dari pars, terjadi karena
fatique fracture dan paling sering ditemukan pada usia dibawah 50
tahun
- Elongated pars interarticularis: terjadi oleh karena mikro fraktur dan
tanpa pemisahan pars
- Acute pars fracture: terjadi setelah suatu trauma yang hebat
3. Degenerative
Secara patologis dijumpai proses degenerasi. Lebih sering terjadi pada
level L4-L5 daripada L5-S1. Ditemukan pada usia sesudah 40 tahun.
Pada wanita terjadi empat kali lebih sering dibandingkan pria. Pada
kulit hitam terjadi tiga kali lebih sering dibandingkan kulit putih.
4. Traumatic
Tipe ini terjadinya bersifat skunder terhadap suatu proses trauma pada
vertebrata yang menyebabkan fraktur pada sebagian pars
interartikularis. Tipe ini terjadi sesudah periode satu minggu atau lebih
dari trauma. Acute pars fracture tidak termasuk tipe ini.
5. Pathologis
Pada tipe ini terjadi penipisan atau destruksi pada pars interartikularis,
pedikel, pacet dan terjadi pergeseran vertebrata. Tipe ini mempunyai
dua sub tipe:
- Generalized: gambaran patologis bersifat umum. Beberapa penyakit
yang berhubungan dengan tipe ini: Paget’s disease, hyperthyroidism,
osteopetrosis dan sifilis.
- Lokal: gambaran patologis bersifat lokal. Tipe ini terjadi oleh
karena infeksi lokal, tumor atau proses destruksi lainnya

10
C. Etiologi
Etiologi spondilolistesis sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Konsep
umum masih terfokus pada faktor predisposisi yakni konginetal dan trauma.
Kondisi ini paling sering disebabkan oleh faktor bawaan atau degeneratif atau
terkait dengan kegiatan atletik yang menyebabkan fraktur stres (spondylolysis)
dari tulang belakang. Sangat jarang bahwa hal itu terjadi karena fraktur akut
dari pukulan tiba-tiba

D. Gejala klinis
Low back pain adalah gejala yang umum ditemukan pada spondilolistesis.
Dapat juga ditemukan sciatic pain dari bokong ke bagian posterior kaki. Hal
ini diikuti dengan terbatasnya gerakan kaki.
 Rasa nyeri kronis di punggung bawah, lebih buruk dengan
hiperekstensi (backward bending).
 Ketegangan dari otot hamstring.
 Kadang-kadang, kekakuan punggung bawah.
 Spasme otot dari otot-otot di bagian belakang.
 Nyeri, mati rasa, atau kelemahan yang mempengaruhi satu atau kedua
ekstremitas bawah hanya jika selip menyebabkan tekanan pada saraf
dari sumsum tulang belakang ke kaki.

E. Pengobatan
1. Non operative
Pengobatan untuk spondilolistesis umumnya konservative. Pengobatan non
operative diindikasikan untuk semua pasien tanpa defisit neurologis atau defisit
neurologis yang stabil. Hal ini dapat merupakan pengurangan berat badan,
stretching exercise, pemakaian brace, pemakain obat anti inflamasi. Hal
terpenting dalam manajemen pengobatan spondilolistesis adalah motivasi
pasien.

11
2. operative
Pasien dengan defisit neurologis atau pain yang mengganggu aktifitas, yang
gagal dengan non operative manajemen diindikasikan untuk operasi. Bila
radiologis tidak stabil atau terjadi progresivitas slip dengan serial x-ray
disarankan untuk operasi stabilisasi

F. Prognosis
spondylolistesis sendiri biasanya tidak sembuh-sembuh, tapi latihan dan
pemeliharaan yang tepat pada punggung (mengangkat yang tepat, postur, dll)
dapat membantu meminimalkan atau mengatasi gejala. Kadang-kadang,
dalam kasus-kasus slip parah, operasi untuk menstabilkan segmen mungkin
diperlukan.

Spondyloarthrosis

A. Definisi spondyloarthrosis
Spondyloarthrosis lumbalis adalah suatu patologi yang diawali degenerasi
pada discus dan kemudian menyusul facets. Segment yang sering terkena
biasanya pada segment lumbal bawah yaitu pada segment L5, S1 dan L4,
L5 patologi pada regio ini mudah terjadi karena beban yang paling berat
pada lumbal bawah terutama pada posisi lumbal back ward, disamping itu
juga disebabkan oleh mobilitas yang sangat tinggi pada L4, L5 dan L5,S1.

12
Gambar 2.2 spondyloarthrosis

B. Patologi spondyloarthrosis
Degenerasi sendi lumbal tersebut disebabkan karena seiring dengan
bertambahnya usia, kemampuan diskus menyerap air berkurang yang
akan menyebabkan kandungan air dan matriks di diskus menurun
kelenturan dan daya shock absorbernyapun menurun. Awalnya diskus
mengandung air + 82 – 90 %, tetapi dengan bertambahnya usia, kadar air
berkurang menjadi 65%, sehingga diskus menjadi tipis, rapuh, mengeras
dan terjadi keretakan. Akibat adanya degenerasi diskus , menyebabkan
fungsi diskus sebagai shock absorber pembagi tekanan berkurang bahkan
hilang. Tekanan yang seharusnya diterima oleh discus kemudian diterima
oleh sendi (facets). Pembebanan yang berlebihan pada facets
menyebabkan jarak antar facets akan menyempit, kemudian akan
mengakibatkan pengelupasan dari rawan sendi (chondrium) yang diikuti
oleh adanya penebalan tulang subchondral dan timbul osteofit pada tepi
facets. Osteofit ini akan menekan atau mengiritasi otot-otot disekitar nya,
ligament, capsul, radiks sampai dengan isi dari foramen intervertebralis
Bersamaan dengan ini akan terjadi hydrops yang dapat menyebabkan
penekanan pada radiks dan penurunan lumen dari foramen intervertebralis
sehingga menyebabkan nyeri. Akibat dari degenerasi diskus tersebut,

13
dimana diskus menjadi tipis, rapuh dan mengeras mengakibatkan pula
tekanan pada korpus meningkat sehingga timbul osteofit pada tepi
korpus yang dapat mengiritasi duramater dan dapat menimbulkan
nyeri. Selain itu jaringan ikat seperti ligament dan capsul ligament
menjadi kendor sehingga hipermobile, apabila terjadi pergerakan dari
lumbal akan menimbulkan iritasi jaringan, kemudian cidera, karena
cidera terjadi inflamasi, manifestasi dari inflamasi yang timbul adalah
adanya nyeri.

14

Anda mungkin juga menyukai