MODUL IV
KONTUR
KELOMPOK 4A
APRILIANTI (1306369283)
AJRUDDIN AKHMAD P (1306405534)
IKA ALAM SARI (1306369472)
KHASRI THAMRIN PRIATAMA (1306369245)
RULLY LESMANA (1306369195)
4.1 Tujuan
a. Menentukan perbedaan ketingggian antar titik, serta menentukan jarak antar titik yang
telah ditentukan.
b. Mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada
diatasnya, baik berupa alami maupun buatan manusia.
c. Memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran situasi
dengan kondisi lapangan yang dipakai.
d. Melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di
permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu.
4.2 Peralatan
a. Digital Theodolit Sokkia DT.620 1 buah
b. Rambu Ukur 1 buah
c. Meteran 1 buah
d. Patok 6 buah
e. Payung 1 buah
f. Statif 1 buah
g. Unting-unting 1 buah
Gambar 1. Pembentukan Garis Kontur dengan membuat proyeksi tegak garis perpotongan
bidang mendatar dengan permukaan bumi.
Berikut contoh interval kontur yang umum digunakan sesuai bentuk permukaan
tanah dan skala peta yang digunakan.
Tabel 1. interval kontur berdasarkan skala dan bentuk medan
Skala Bentuk muka tanah Interval Kontur
1:1000 Datar 0.2 – 0.5 m
dan Bergelombang 0.5 – 1.0 m
lebih besar Berbukit 1.0 – 2.0 m
1:1000 Datar 0.2 – 1.5 m
s/d Bergelombang 1.0 – 2.0 m
1: 10000 Berbukit 2.0 – 3.0 m
1:10000 Datar 1.0 – 3.0 m
dan Bergelombang 2.0 – 5.0 m
lebih kecil Berbukit 5.0 – 10.0 m
Bergunung 10.0 – 50.0 m
Ada tiga metode yang dipakai untuk menentukan garis kontur, yaitu:
1. Metode Langsung
Ketinggian yang diingkan langsung ditentukan di lapangan dengan bantuan
alat sipat datar atau waterpass, jarak yang ditentukan dengan jarak optis yaitu (BA-
BB) x Garis kontur didapat dengan menghubungkan titik-titik yang bersangkutan.
2. Metode Tidak Langsung
Dengan metode ini ketinggian tanah diambil secara acak. Interval kontur yang
diinginkan didapat dengan cara interpolasi.
3. Metode Kotak (Raster)
Metode ini sangat diperlukan untuk pekerjaan dimana medannya relatif datar
dan terbuka. Biasanya ditetapkan untuk pembuatan lapangan terbang.
Penggambaran garis kontur ditentukan oleh elevasi titik yang bersangkutan
dimana pasa pelaksanaan di lapangan, benang atas, benang tengah dan benang bawah
dilakukan bersama-sama dengan pembacaan sudut pesawat Theodolit. Elevasi suatu titik
ditentukan terhadap bidang persamaan tersebut adalah bidang nivo yang berhimpit
dengan bidang permukaan laut rata-rata atau bidang Geodoid atau Men Sea Level.
Pada daerah yang berhimpit dipermukaan bumi, bidang nivo ini dianggap bidang
datar, tetapi untuk bidang yang luas yang meliputi seluruh bidang bumi. Oleh karena itu
dua titik yang tidak terletak pada satu bidang datar, terletak pada bidang yang sama.
Pada gambar berikut ditunjukkan jenis-jenis garis kontur:
Gambar 3. Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
Gambar 4. Garis kontur pada daerah sangat curam
KANTEK
5 10 15 20 25
4 9 14 19 24
3 8 13 18 23 BP3
2 7 12 17 22
Letak 1 6 11 16 21
Theodolite
KANTEK
5 10 15 20 25
4 9 14 19 24
BP3
3 8 13 18 23
2 7 12 17 22
1 6 11 16 21
Benchmark = titik 1
Tinggi alat = 1.4 m = 140 cm
Tabel 2. Data Pengamatan
Titik BA (cm) BT(cm) BB(cm) VA HA
1 0 140 0 90° 90°
2 131.9 130.5 129 90° 90°
3 134 131 128 90° 90°
4 127.5 123 118,5 90° 90°
5 118.5 112.5 106.5 90° 90°
6 147.5 145.5 143.5 90° 0°
7 132 130 128 90° 45°
8 127.4 124.3 120.5 90° 63.44°
9 122 117 112 90° 71.57°
10 117 110 104 90° 75.96°
11 135.5 132.5 129.5 90° 0°
12 127 123.5 120.5 90° 26.57°
13 121.2 117.2 112.8 90° 45°
14 116 110 105 90° 56.31°
15 107 101.5 95 90° 63.44°
16 128.8 124.2 119.8 90° 0°
17 124 119.2 114.5 90° 18.44
18 121.3 115.2 110.8 90° 33.69°
19 121.5 115.1 108.5 90° 45°
20 112 104.5 97 90° 53.13°
21 124 118.5 112.5 90° 0°
22 123.5 117.5 111.5 90° 14.04°
23 125 118.5 110.5 90° 25.57°
24 122.2 114.8 107.2 90° 36.87°
25 110.5 102 93.5 90° 45°
Pengolahan Data
∆H = Tinggi alat – BT , dengan tinggi alat sebesar 140 cm
d optis = (BA-BB) × 100
d = √𝑥 2 + 𝑦 2 , dengan titik 1 sebagai titik acuan
𝑑 𝑜𝑝𝑡𝑖𝑠− 𝑑
% kesalahan relatif = | |×100%
𝑑
1 0 0 0 0 0.0
2 9.5 0 300 290 300.0 3.45%
3 9 0 600 600 600.0 0.00%
4 17 0 900 900 900.0 0.00%
5 27.5 0 1200 1200 1200.0 0.00%
6 - 5.5 300 0 400 300.0 25.00%
7 10 300 300 400 424.3 6.07%
8 15.7 300 600 690 670.8 2.78%
9 23 300 900 1000 948.7 5.13%
10 30 300 1200 1300 1236.9 4.85%
11 7.5 600 0 600 600.0 0.00%
12 16.5 600 300 650 670.8 3.20%
13 22.8 600 600 840 848.5 1.02%
14 30 600 900 1100 1081.7 1.67%
15 38.5 600 1200 1200 1341.6 11.80%
16 15.8 900 0 900 900.0 0.00%
17 20.8 900 300 950 948.7 0.14%
18 24.8 900 600 1050 1081.7 3.02%
19 24.9 900 900 1300 1272.8 2.09%
20 35.5 900 1200 1500 1500.0 0.00%
21 21.5 1200 0 1150 1200.0 4.35%
22 22.5 1200 300 1200 1236.9 3.08%
23 21.5 1200 600 1450 1341.6 7.47%
24 25.2 1200 900 1500 1500.0 0.00%
25 38 1200 1200 1700 1697.1 0.17%
∆ = 44 cm
Peta Kontur
4.6 Analisis
a. Analisis Percobaan
Percobaan Modul IV berjudul “Kontur” yang memiliki 4 (empat) tujuan diantaranya
yaitu menentukan perbedaan ketingggian antar titik; menentukan jarak antar titik yang
telah ditentukan; mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu
yang ada diatasnya, baik berupa alami maupun buatan manusia; memilih cara yang tepat
dalam menentukan kerangka dasar pengukuran situasi dengan kondisi lapangan yang
dipakai; dan melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di
permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu.
Sebelum praktikum dimulai, praktikan mengambil alat-alat yang dibutuhkan
seperti, theodolit, statif, unting-unting, meteran, rambu ukur dan juga patok. Percobaan ini,
dilakukan di lapangan BP3 Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Metode yang digunakan
dalam percobaan “Kontur” adalah metode grid. Metode Grid merupakan metode dengan
membuat bujur sangkar dengan ukuran tertentu. Kotak-kotak bujur sangkar tersebut dibuat
dengan perpotongan garis-garis teratur dengan menggunakan jarak tertentu dari arah
vertikal dan horizontal. Pada percobaaan ini bujur sangkar dibuat sebesar 3x3 m. Tujuan
grid adalah untuk memudahkan penunjukkan letak sebuah titik.
Pertama-tama, percobaan dilakukan dengan menentukan benchmark sebagai titik
acuan dan juga meletakkan theodolit. Kemudian membuat sketsa lapangan dengan luas 12
x12 meter dan dibuat menjadi 25 titik penembakan dengan jarak antar titik 3 m. Setelah
sketsa selesai dibuat, pasang theodolit diatas statif kemudian diatur hingga gelembung nivo
berada ditengah-tengah lingkaran untuk menunjukkan bahwa theodolit sudah datar
terhadap permukaan tanah. Kemudian mencatat tinggi alat dari dasar tanah (TA) dan
mengatur nilai VA hingga sebesar 90°00’00”.
Meletakkan rambu di titik 5 yang menjadi titik acuan sudut horizontal (sudutnya 0°)
yang dibidik dari titik 1. Selanjutnya meletakkan rambu pada titik 25, kemudian arahkan
theodolit pada titik 25 dan setelah itu bidik dan fokuskan terhadap rambu menggunakan
sekrup pengatur fokus sehingga sudut HA yang diperoleh sebesar 45°00’00” untuk
memastikan akurasi pemetaan sketsa. Kemudian meletakkan rambu pada titik 21 dan
arahkan theodolit pada titik 21. Setelah itu bidik dan fokuskan terhadap rambu menggunakan
sekrup pengatur fokus sehingga sudut HA yang diperoleh sebesar 90°00’00” untuk
memastikan bahwa titik tersebut lurus dengan theodolit. Membaca dan mencatat benang
atas, benang tengah dan benang bawah yang terlihat pada rambu pada titik yang dibidik.
Melakukan hal yang sama pada titik 25, 24 dan seterusnya sampai titik 2.
b. Analisis Hasil
Berdasarkan hasil percobaan, maka praktikan melakukan pengolahan data untuk
dapat mencapai tujuan pada percobaan ini. Data yang diperoleh yaitu nilai Benang Atas
(BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB) pada 24 titik dan titik 1 sebagai titik
acuan. Setelah dilakukan pengolahan data maka praktikan memperoleh data baru yaitu
berupa perbedaan ketinggian setiap titik terhadap titik acuan (∆H) yang diperoleh dari hasil
tinggi alat (TA) dikurangi Benang Tengah (BT). Selain itu juga diperoleh jarak optis (doptis)
yang kemudian dibandingkan dengan jarak pengukuran di lapangan (d) sehingga diperoleh
kesalahan relatif pada percobaan ini. Berikut adalah tabel hasil pengolahan data:
Dari hasil pengolahan data diatas maka diperoleh perbedaan ketinggian yaitu
ketinggian paling tinggi adalah pada titik 15 sebesar 38.5cm dan ketinggian paling rendah
pada titik 6 sebesar -5.5cm dengan titik 1 sebagai titik acuan. Sehingga nilai jangkauan dari
tititk tertinggi sampai titik terendah sebesar 44 cm. Setelah semua perbedaan tinggi pada
setiap titik diperoleh maka praktikan menggambarkan peta kontur. Berikut adalah peta
kontur dari hasil praktikum Ilmu Ukur Tanah yang berjudul “Kontur” di lapangan BP3
Fakultas Teknik Universitas Indonesia :
Garis-garis kontur tidak akan saling berpotongan. Pada daerah yang curam garis
kontur akan lebih rapat dan pada daerah yang landai akan lebih jarang. Garis kontur
berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi kecuali pada kawah. Dari
peta kontur diatas maka dapat disimpulkan bahwa lapangan BP3 memiliki kontur yang
landai dikarenakan pada interval yang relatif kecil peta kontur memiliki garis kontur yang
cukup jarang. Pada peta kontur diatas, pada garis ketinggian di titik 9 dan 9.5 tidak ada
garis kontur. Hal tersebut dikarenakan kondisi lapangan yang cukup landai.
Kontur adalah sebuah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
berketinggian sama dari permukaan laut. Garis kontur disajikan diatas peta untuk
memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah, juga untuk memberikan
informasi slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang permukaan tanah
terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill)
permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis proyek atau bangunan.
c. Analisis Kesalahan
Ketika melakukan praktikum pasti akan terjadi sebuah kesalahan.. Kesalahan
tersebut dapat diketahui ketika penulis memperoleh kesalahan relatif yaitu dengan
membandingkan hasil teori dengan praktikum. Besarnya kesalahan relatif yang terjadi
dapat disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berikut ini:
Kesalahan mata dalam membaca Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan
Benang Bawah (BB) pada theodolit. Hal tersebut dapat mempengaruhi hasil peta
kontur dan juga terdapat adanya kesalahan relatif. Seperti yang kita ketahui bahwa BA
dan BB digunakan untuk mencari jarak antar titik, ketika terjadi kesalahan pembacaan
maka akan mempengaruhi jarak sehingga tidak sesuai dengan jarak sesungguhnya.
Ketika terjadi kesalahan dalam membaca BT maka dapat mempengaruhi hasil nilai
ketinggian titik yang diukur. Solusinya agar tidak terjadi kesalahan mata yaitu
menggunakan fokus untuk mengurangi kesalahan paralaks.
Pemegangan rambu yang tidak tegak, sehingga data yang diperoleh kurang tepat yang
akan mempengaruhi ketinggian pada titik tersebut. Solusinya yaitu observer memberi
petunjuk pada pemegang rambu.
Jarak antar patok yang tidak tepat 3 meter sehingga hasilnya tidak sama dengan teori.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh meteran yang kurang ditarik atau meteran kendur.
Solusinya yaitu meteran ditarik lebih keras dan dilakukan secara bertahap.
Suhu udara yang cukup panas dapat mempengaruhi konsentrasi praktikan ketika
melakukan percobaan sehingga kurang fokus ketika melakukan pembacaan theodolit.
Walau sudah memakai payung untuk memayungi theodolit yang fungsinya agar
lensanya tidak rusak dan juga memayungi observer, tetap saja ketika praktikum
berlangsung semakin lama dan semakin panas cuacanya fokus praktikan lama
kelamaan akan menurun. Untuk itu, perlu adanya pergantian bagi yang menjadi
observer dan yang memegang rambu ukur.
4.7 Kesimpulan
1) Ketinggian paling tinggi adalah pada titik 15 sebesar 38.5cm dan ketinggian paling
rendah pada titik 6 sebesar -5.5cm dengan titik 1 sebagai titik acuan. Sehingga nilai
jangkauan dari tititk tertinggi sampai titik terendah sebesar 44 cm.
2) Untuk melakukaan pemetaan situasi atau pembuatan peta kontur digunakan metode grid.
Metode Grid merupakan metode dengan membuat bujur sangkar dengan ukuran tertentu.
Kotak-kotak bujur sangkar tersebut dibuat dengan perpotongan garis-garis teratur dengan
menggunakan jarak tertentu dari arah vertikal dan horizontal. Pada percobaaan ini bujur
sangkar dibuat sebesar 3x3 m. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukkan letak
sebuah titik.
3) Lapangan BP3 Fakultas Teknik Universitas Indonesia memiliki kontur cukup landai.
Tergambar dengan peta kontur yang memiliki garis kontur yang lebih jarang walau pada
interval yang cukup kecil yaitu 1.
4.8 Referensi
Laboratorium Survey dan Pemetaan.Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Depok: Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
http://202.67.224.136/pdimage/85/2256085_alw20.jpg (pada tanggal 11 April 2015, pukul
22.00)
https://geoinsight.wordpress.com/2010/04/04/pemetaan-kontur-dan-pemodelan-spasial-tiga-
dimensi-dengan-surfer/ (pada tanggal 11 April 2015, pukul 22.05)
http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-1451.html (pada tanggal 11 April 2015, pukul
22.10)
LAMPIRAN