Bab III Acc Elin
Bab III Acc Elin
DESKRIPSI PROSES
38
39
Gas alam keluar dari Mercury Guard Chamber pada tekanan 14,7 kg/cm2
dan temperatur 32oC. Sebelum memasuki tahap penghilangan sulfur, gas harus
dinaikan tekanan dan temperaturnya agar memenuhi kondisi operasi pada proses
desulfurisasi. Gas dikompresi oleh Feed Gas Compressor (102-J) dari tekanan
14,7 kg/cm2 menjadi 43 kg/cm2 dan temperaturnya menjadi 146oC. Kompresor ini
digerakkan oleh turbin uap dengan penggerak steam bertekanan 41 kg/cm2
(medium steam). Feed Gas Compressor dilengkapi dengan kick back system yang
berfungsi untuk mendinginkan dan merecycle kembali gas alam ke Feed Gas
Compressor (102-J) pada laju operasi kurang dari 100%. Setelah melalui tahap
kompresi, gas alam dilewatkan terlebih dahulu di Feed Preheat Coil Primary
Reformer untuk dinaikan temperaturnya menjadi 399oC.
41
3.2.1.3. Desulfurisasi
Sulfur yang terkandung dalam gas alam merupakan racun bagi katalis di
Primary Reformer dan Secondary Reformer. Penghilangan sulfur terjadi di
Cobalt-Moly Hidrotreater (101-D) dan ZnO Guard Chamber (108-D).
Tahap desulfurisasi diawali dengan mengubah sulfur organik menjadi
sulfur anorganik dengan cara mereaksikan gas alam yang mengandung sulfur
(RSH) dengan gas hidrogen di dalam Cobalt-Moly Hidrotreater (101-D). Gas
hidrogen (H2) sebagai reaktan diperoleh dari recycle gas sintesa. Hidrotreater
terdiri dari 2 buah packed bed berisi katalis cobalt-molybdenum sebanyak 28,3
m3. Gas masuk pada tekanan 41 kg/cm2 dan temperatur 399oC. Reaksi yang
terjadi pada hydrotreater adalah :
Co-Mo
RSH + H2 → RH + H2 S
399o C ; 41 kg/cm2
Adapun reaksi samping yang terjadi akibat kadar CO2 yang melebihi 5%,
reaksi tersebut bersifat eksotermis dan panas yang dihasilkan mampu merusak
katalis.
CO2 + H2 → CO + H2 O
←
CO + 3H2 → CH4 + H2 O
←
Gas keluar pada tekanan 41 kg/cm2 dan temperatur 399oC dan kemudian
masuk ke ZnO Guard Chamber (108-D) yang berisi katalis ZnO sebanyak 28,3
m3. Disini terjadi reaksi antara H2S dan ZnO sebagai berikut :
H2 S + ZnO → ZnS ↓ +H2 O
399o C ; 41 kg/cm2
Gas keluar dari ZnO Guard Chamber pada tekanan 39 kg/cm2 dan
temperatur 371oC. Di dalam ZnO Guard Chamber dilengkapi dengan sulfur
analyzer untuk mengetahui kadar sulfur yang mungkin lolos sedangkan kadar
sulfur yang diperbolehkan keluar dari ZnO Guard Chamber sebesar 0,01 ppmv.
3.2.2. Proses Pembuatan Gas Sintesa
3.2.2.1. Proses Steam Reforming
Proses steam reforming adalah suatu proses yang mengubah gas alam
menjadi gas sintesa dengan cara mereaksikan gas alam dengan steam dan dibantu
oleh katalis nikel oksida (NiO). Proses ini terjadi di Primary Reformer (101-B)
dan Secondary Reformer (103-D).
42
Gas yang bereaksi dalam tube katalis akan keluar melalui bagian bawah
tube dan disatukan dalam sebuah pipa besar untuk masing-masing baris yang
disebut bottom header dan riser. Dari riser, gas dikirim ke Secondary Reformer
43
(103-D) melalui suatu pipa besar yang disebut transfer line yang menghubungkan
aliran Primary Reformer (101-B) dan ke inlet gas proses Secondary Reformer
(103-D). Temperatur gas keluar 799oC dan tekanan 37 kg/cm2. Untuk melindungi
transfer line, dipasang jacket water sebagai pendingin. Gas metana yang lolos
dari primary reformer sebesar 12% mol dry basis.
Reaksi yang terjadi di dalam Primary Reformer bersifat sangat
endotermis. Panas yang dibutuhkan, disuplai dari panas pembakaran fuel gas di
luar tube katalis. Pembakaran dilakukan secara vertikal dari bagian atas di antara
barisan tube. Terdapat 10 baris burner yang masing-masing terdiri dari 20 burner.
Reaksi pembakaran tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2 O(g) ∆H = −191,7 kkal/mol
←
Oksigen (O2) yang digunakan untuk pembakaran diperoleh dari udara. Gas
buang hasil pembakaran (flue gas) dihisap oleh induced draft fan (ID fan) sampai
tekanan reformer menjadi vakum, sehingga api dapat mencapai bagian bawah
tube katalis. Flue gas yang terhisap melewati koil-koil terlebih dahulu. Kemudian
flue gas keluar melalui cerobong dengan temperatur maksimal 200oC.
Gas keluaran Primary Reformer (101-B) dengan temperature 799oC dan
tekanan 37 kg/cm2 masuk ke dalam Secondary Reformer (103-D) bersama dengan
udara melalui bagian atas Reformer namun dalam saluran yang terpisah. Udara
yang akan dimasukkan ke dalam Secondary Reformer, sebelumnya dilewatkan
sebuah filter udara agar terbebas dari debu dan partikel padat yang terkandung di
dalam udara. Kemudian udara dikompresi menggunakan Air Compressor (101-J)
lalu diinjeksikan medium steam dan selanjutnya dipanaskan di dalam koil di seksi
konveksi Primary Reformer, sehingga udara masuk Secondary Reformer pada
temperatur 454oC dan tekanan 36 kg/cm2. Udara yang masuk ke Secondary
Reformer juga berfungsi sebagai pensuplai gas nitrogen (N2), maka perbandingan
udara dan gas alam harus diatur supaya gas H2 dan N2 yang keluar mempunyai
perbandingan yang tepat untuk umpan Ammonia Converter (105-D) yaitu 3 : 1.
Secondary Reformer terbagi atas 2 bagian, yaitu bagian atas yang disebut
mixing zone atau combustion zone dan bagian bawah yang disebut reaction zone.
Fungsi Secondary Reformer adalah melanjutkan reaksi reforming. Reaksi yang
terjadi sama dengan reaksi di Primary Reformer (101-B), tetapi panas yang
44
diperlukan diperoleh dari pembakaran langsung gas dengan udara di mixing zone.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2 O(g) ∆H = −191,7 kkal/mol
←
Panas yang dihasilkan dari reaksi pembakaran ini digunakan untuk reaksi
reforming dalam bed katalis di reaction zone. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
NiO
CH4(g) + H2 O(g) → CO(g) + 3H2(g) ∆H = +49,3 kkal/mol
←
31 kg/cm2 ; 1000o C
NiO
CO(g) + H2 O(g) → CO2(g) + H2(g) ∆H = −9,8 kkal/mol
←
31 kg/cm2 ; 1000o C
Kadar gas metana yang keluar dari Secondary Reformer (103-D) ini
tinggal 0,5%. Gas sintesa yang keluar dari Secondary Reformer (103-D) dengan
temperatur 1000oC, dimanfaatkan untuk memproduksi steam bertekanan tinggi
(109 kg/cm2) di Primary Waste Heat Boiler (101-CA/CB) dan di Secondary
Waste Heat Exchanger (102-C), sehingga temperatur gas keluar turun menjadi
371oC dengan tekanan 31 kg/cm2.
3.2.2.2. Proses Shift Conversion
Untuk memproduksi urea, diperlukan bahan baku NH3 dan gas CO2,
karena itu gas CO yang ada perlu diubah menjadi gas CO2. Shift Converter (104-
D) adalah alat yang berfungsi untuk mengkonversi gas CO menjadi gas CO2. Shift
Converter (104-D) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu High Temperature Shift
Converter (HTSC) dan Low Temperature Shift Converter (LTSC). Katalis yang
digunakan di HTSC adalah Fe-Cr dengan volume 54,9 m3. Gas sintesa masuk ke
HTSC pada tekanan 31 kg/cm2 dan temperatur 371oC. Reaksi yang terjadi di
HTSC sebagai berikut :
Fe-Cr
CO(g) + H2 O(g) → CO2(g) + H2(g) ∆H = −9,8 kkal/mol
←
31 kg/cm2 ; 371o C
terlebih dahulu untuk membangkitkan steam di Primary Shift Effluent WHB (103-
C) dan untuk memanaskan gas umpan Methanator (106-D) di Methanator Feed
Heater (104-C) kemudian dilewatkan di Condensat Drum (117-F) untuk
dipisahkan kondensatnya. Temperatur gas turun menjadi 241oC dengan kadar CO
3,4%.
Selanjutnya gas sintesa memasuki Low Temperature Shift Converter
(LTSC). LTSC ini berfungsi untuk memperbesar konversi karena bekerja dalam
temperatur yang lebih rendah dari HTSC. Katalis yang digunakan adalah Cu-
ZnO-Alumina dengan volume 66 m3. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Cu-ZnO-Al
CO(g) + H2 O(g) → CO2(g) + H2(g) ∆H = −9,8 kkal/mol
←
31 𝑘𝑔/𝑐𝑚2 ; 241C
Gas keluar dari LTSC dengan tekanan 29 kg/cm2 dan temperatur 254oC.
Kemudian gas diturunkan temperaturnya dengan melewatkan di tiga exchanger
yaitu di Converter Effluent Cooler (1114-CA/CB), CO2Gas Stripper Reboiler
(1105-C) dan CO2 Stripper Condensat Reboiler (1113-C) lalu dilewatkan di Raw
Gas Separator (102-F) untuk dipisahkan dari kondensatnya. Temperatur gas turun
menjadi 127oC dengan tekanan 27,5 kg/cm2 dan selanjutnya dikirim ke unit
pemurnian gas sintesa.
Reaksi absorbsi ini adalah reaksi eksotermis. Gas yang keluar dari bagian
atas CO2 absorber diharapkan memiliki kadar CO2 dibawah 0,1%volume.
47
Temperatur gas ini sebesar 71oC dan tekanan 27,1 kg/cm2. Larutan yang telah
banyak mengandung CO2 (larutan rich benfield) keluar dari dasar absorber pada
tekanan 25,7 kg/cm2 dan temperatur 123oC. Karena larutan rich benfield masih
mempunyai tekanan yang besar, maka tekanan ini dimanfaatkan untuk
menggerakan turbin hidrolik Carbonat Circulation Pump (1107-JA) kemudian
mengalir menuju bagian atas CO2 stripper pada tekanan 3,7 kg/cm2 dan
temperatur 114oC.
CO2 Stripper (1102-E) terdiri dari tiga buah packed bed berisi tumpukan
slotted ring. Untuk proses stripping, digunakan low pressure steam dari tiga buah
reboiler, yaitu CO2 Gas Stripper Reboiler (1105-C), CO2 Stripper Condensat
Reboiler (1113-C) dan CO2 Stripper Steam Reboiler (1111-C). Dengan tekanan
0,7 kg/cm2 dan temperatur 135oC dan dorongan steam ke atas, maka gas CO2
dalam larutan rich benfield akan terpisah. Reaksi yang terjadi merupakan
kebalikan reaksi absorbs, yaitu:
2KHCO3 (l) → K2CO3 (l) + CO2 (g) + H2O (l)
←
0,63kg/cm2 ; 117o C
Setelah melewati bed 2, larutan ditampung dalam trap out pan pertama,
dimana sebagian larutan dikeluarkan sebagai larutan semilean benfield yang
menuju ke bagian tengah menara absorber, dan sebagian lagi mengalir menuju
bed 3 lalu ditampung di trap out pan kedua untuk dialirkan ke reboiler 1105-C
dan 1111-C. Steam yang terbentuk, dimasukan ke bagian bawah CO2 stripper,
sedangkan steam dari reboiler 1113-C dan motive steam untuk ejector berasal dari
trap out pan di atas bed 1.
Larutan lean benfield yang keluar dari dasar CO2 stripper dialirkan ke
puncak menara absorber, sedangkan gas CO2 keluar dari puncak CO2 stripper.
Uap air yang terkandung dalam gas ini cukup tinggi sebesar 45%, sehingga
sebelum masuk ke unit urea perlu dikurangi kadar uap airnya. Maka gas
dimasukan ke CO2 Stripper Overhead Condensor (1110-C) untuk diturunkan
temperaturnya, kemudian dipisahkan kondensatnya di CO2 Stripper Reflux Drum
(1103-F). Kondensat ini dimasukan ke bagian atas CO2 stripper menggunakan
CO2 Stripper Reflux Pump (1108-J) sedangkan gas CO2 yang keluar siap dikirim
ke unit urea.
48
menjadi 41oC dan dilewatkan di Synthesis Gas Compressor Interstage Chiller (129-C)
sehingga temperaturnya turun menjadi 8oC. Lalu dilewatkan di Synthesis Gas
Compressor First Stage Separator (105-F) untuk dipisahkan kondensatnya.
Gas keluaran separator dimasukan ke HP case bersama dengan recycle gas dari
Ammonia Converter dan keluar dengan tekanan 151,2 kg/cm2 dengan temperaturnya
66oC. Gas ini mengandung ammonia karena bercampur dengan recycle gas dari
Ammonia Converter. Gas sintesa dari HP case diturunkan temperaturnya di Synthesis
Gas Compressor After Cooler (124-C), Feed And Recycle Gas First Stage Chiller (117-
C), Feed And Recycle Gas Second Stage Chiller (118-C), Feed And Recycle Gas Third
Stage Chiller (119-C) dan Ammonia Converter Feed Gas And Recycle Exchanger (120-
C) sehingga temperaturnya turun menjadi -23oC. Pada temperatur -23oC, komponen
ammonia akan mencair dalam Secondary Ammonia Separator (106-F). Disini ammonia
terpisah dari gas sintesa sehingga kadar ammonia dalam gas sintesa turun dari 9%
menjadi 2% mol dan selanjutnya ammonia dialirkan ke seksi pemurnian ammonia.
Sedangkan gas sintesa dinaikan temperaturnya di Ammonia Converter Feed Gas And
Recycle Exchanger (120-C) dan di Ammonia Converter Feed Effluent Exchanger (121-
C) sehingga temperaturnya naik menjadi 141oC.
Gas sintesa masuk ke Ammonia Converter (105-D) dari bagian atas dan bagian
bawah Converter. Ammonia Converter terdiri dari empat buah bed katalis promoted
iron dengan ukuran (1,5 – 3) mm, dipisahkan oleh ruang antar bed untuk keperluan
quenching. Dinding Ammonia Converter dibuat rangkap dengan ruang antara yang
disebut anulus.
Gas umpan yang masuk dari bagian bawah, mengalir dalam anulus menuju ke
puncak converter sambil menyerap panas hasil reaksi sintesis ammonia di dalam bed
dan masuk dalam bed katalis melalui shell exchanger. Selanjutnya gas mengalir pada
tiap-tiap bed katalis, sedangkan aliran dari atas converter digunakan untuk keperluan
quenching sebelum gas masuk ke bed selanjutnya. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
promoted iron
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ∆H = −92,44 kJ/mol
←
147,6 kg/cm2 ; 450o C
Reaksi tersebut bersifat eksotermis dan konversi yang dicapai saat kesetimbangan
adalah 14,7%, dengan adanya quenching berulang maka temperatur dapat dikontrol
sehingga konversi dapat optimal.
Gas hasil reaksi keluar dari bed keempat melalui pipa di tengah converter dan
naik ke puncak converter. Temperatur gas ini sebesar 284oC dengan tekanan 142
50
kg/cm2. Panas gas ini dimanfaatkan untuk pembentukan steam di Ammonia Converter
Effluent BFW Exchanger (123-C) dan dilewatkan di Ammonia Converter Feed Effluent
Exchanger (121-C) sehingga temperaturnya turun menjadi 43oC. Untuk mengurangi
kadar inert seperti CH4 dan Ar, sebagian gas di purging di Purge Gas Separator (108-
F) yang sebelumnya telah diturunkan temperaturnya di Purge Gas Chiller (125-C)
kemudian gas di recycle melalui HP Case Synthesis Gas And Recycle Compressor
(103-J). Tujuan pengurangan kadar inert supaya tidak merubah kesetimbangan reaksi
maupun meracuni katalis.
3.2.5. Proses Pemisahan dan Pemurnian Produk
Adanya produk ammonia dalam aliran recycle gas akan mempengaruhi
kesetimbangan reaksi sehingga konversi ammonia akan berkurang, oleh karena itu
ammonia yang ada perlu dipisahkan dari recycle gas. Pemisahan dilakukan dengan
mengembunkan ammonia melewati Feed And Recycle Gas First Stage Chiller (117-C),
Feed And Recycle Gas Second Stage Chiller (118-C), Feed And Recycle Gas Third
Stage Chiller (119-C).
Mula-mula gas diturunkan temperaturnya dengan cooling water di Synthesis Gas
Compressor After Cooler (124-C), kemudian aliran dibagi menjadi dua, aliran pertama
dilewatkan di chiller 117-C dan 118-C, sedangkan aliran kedua diturunkan
temperaturnya di Ammonia Converter Feed Gas And Recycle Exchanger (120-C) yang
sekaligus pemanas gas umpan Ammonia Converter (105-D). Kedua aliran bergabung
menuju chiller 119-C. Temperatur gas keluar dari 119-C yaitu -23oC dengan tekanan
151,2 kg/cm2.
Selanjutnya gas dimasukan ke Secondary Ammonia Separator (106-F) untuk
memisahkan ammonia cair dari gas sintesa. Gas sintesa kemudian dinaikan
temperaturnya di 120-C dan 121-C lalu dikirim ke Ammonia Converter (105-D),
sedangkan ammonia cairnya dikirim ke Primary Ammonia Separator (107-F).
Dalam Primary Ammonia Separator ini juga ada penambahan sebagian kecil
ammonia cair dari Purge Gas Separator (108-F). Tekanan di 107-F yaitu 17,2 kg/cm2
sehingga gas inert yang masih ada, akan keluar dari bagian atas separator dan dikirim
ke fuel gas system. Ammonia cair keluar melalui bagian bawah separator 107-F
menuju ke Third Stage Refrigerant Flash Drum (112-F) dan Second Stage Refrigerant
Flash Drum (111-F).
Pemisahan kandungan inert dalam ammonia juga dilakukan dengan cara flashing
dalam tiga buah flash drum yaitu First Stage Refrigerant Flash Drum (110-F) pada
51
tekanan 6 kg/cm2, Second Stage Refrigerant Flash Drum (111-F) pada tekanan 2,3
kg/cm2 dan Third Stage Refrigerant Flash Drum (112-F) pada tekanan 0,04 kg/cm2.
Uap yang terbentuk dikompresi di Refrigerant Compressor (105-J) sehingga tekanan
menjadi 2,3 kg/cm2. Uap ammonia dari LP Case Refrigerant Compressor, Flash Drum
111-F dan Flash Drum 110-F diumpankan ke HP Case Refrigerant Compressor. Keluar
dari HP Case Refrigerant Compressor, gas sudah bertekanan 17,9 kg/cm2 yang
selanjutnya diturunkan temperaturnya di Refrigerant Condensor (127-C) dan
dipisahkan di Refrigerant Receiver (109-F).
Dalam Refrigerant Receiver, pada tekanan 16,5 kg/cm2 kandungan inert dan
sedikit ammonia akan menguap dan menuju ke Flash Gas Chiller (126-C). Di dalam
Flash Gas Chiller, ammonia yang menguap dapat terkondensasi kemudian
dikembalikan ke Flash Drum 110-F, sedangkan gas inertnya akan dikirim ke fuel gas
system.
Sebagian ammonia cair dari refrigerant receiver dikembalikan ke Flash Drum
110-F dan sebagian lagi dipompa dengan Hot Ammonia Product Pump (125-J) menuju
ke unit urea pada tekanan 20 kg/cm2 dan temperatur 30oC. Sedangkan ammonia yang
tertampung di flash drum 110-F dan 111-F digunakan sebagai pendingin chiller –
chiller 117-C, 118-C, 119-C, 125-C, 126-C, dan 129-C. Ammonia cair keluaran dari
flash drum 110-F dan 111-F ditampung di 112-F. Dari 112-F sebagian besar ammonia
dipompa menggunakan Cold Ammonia Product Pump (124-J) menuju ke ammonia
storage pada tekanan 3,7 kg/cm2 dan temperatur -33oC.
3.3. Diagram Alir Proses Pembuatan Ammonia
Diagram alir proses pembuatan ammonia PT Pupuk Kujang dapat dilihat pada
Gambar 3.