Makna Dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba: Article
Makna Dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba: Article
net/publication/42362135
Article
Source: OAI
CITATIONS
1 author:
Roswita Silalahi
University of Sumatera Utara
5 PUBLICATIONS 8 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Roswita Silalahi on 20 June 2016.
Makna dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba (Roswita Silalahi) 7
Pembinaan dan pengembangan bahasa‐ ini sebagai alat komunikasi, terutama ketika
bahasa daerah sangat penting karena di bahasa tersebut digunakan oleh generasi muda.
samping sebagai pemerkaya kebudayaan Oleh karena itu perlu terus diadakan penelitian
nasional, nilai‐nilai kebudayaan tradisional juga semantik BBT, dalam hal ini dibatasi pada
diungkapkan di dalam bahasa‐bahasa daerah. kajian semantik leksikal, semantik kalimat, serta
Konsep kebudayaan tradisional hanya dapat makna dan konteks.
dimengerti melalui ungkapan bahasa daerah Dalam penelitian makna dan konteks
masyarakatnya (Sibarani 2003:1). Karenanya, bahasa Batak Toba ini, diterapkan teori Saeed
bahasa daerah harus tetap dipelihara, dibina dalam bukunya Semantics (2000).
agar tetap dapat berkembang. Tambahan pula
bahwa melalui pasal 36, bab XV, Undang‐ 1.1 Masalah dan Tujuan
Undang Dasar 1945 jelas mengatakan bahwa Artikel ini membahas tentang
bahasa‐bahasa daerah itu akan tetap dihormati bagaimana makna dan konteks dalam bahasa
dan dipelihara. Salah satu upaya melestarikan Batak Toba.
eksistensi bahasa‐bahasa daerah itu adalah
dengan cara melakukan kajian tentang bahasa‐ 1.2 Tinjauan Pustaka
bahasa tersebut. Kajian yang simultan tentang Odgen dan Richards dalam bukunya
bahasa‐bahasa daerah itu dapat ‘The Meaning of Meaning’ (Odgen dalam Palmer
menyebarluaskan informasi tentang bahasa‐ 1977:3) membicarakan makna dengan panjang
bahasa daerah tersebut ke berbagai komunitas lebar dan mampu mendaftarkan 22 batasan
di dunia. Dengan berkembangnya bahasa‐ makna yang berbeda.
bahasa daerah, maka budaya etnis penutur Fries membagi makna atas 2 bagian yaitu
tersebut akan dikenal dan kemungkinan makna linguistik dan makna sosial (kultural)
pengkajian serta pengembangan budaya dan selanjutnya membagi makna linguistik atas
masyarakat penutur bahasa tersebut akan lebih 2 bagian pula yaitu makna leksikal dan makna
cepat dilakukan. struktural. (Fries dalam Tarigan 1987:21).
Suku Batak terdiri atas lima subsuku Sibarani (2003:6) menuliskan pembagian makna
yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak yaitu: makna leksikal dan makna gramatikal
Simalungun, Batak Pakpak Dairi, dan Batak serta makna denotatif dan makna asosiatif,
Angkola Mandailing. Tiap‐tiap subsuku itu tematik, interpretatif, dan idiomatik.
memiliki bahasanya sendiri, yang disebut Dapatlah disimpulkan bahwa semantik
dengan bahasa Batak Toba, Batak Karo, Batak adalah kajian makna bahasa pada tataran
Simalungun, Batak Pakpak Dairi, dan Batak bahasa yang memiliki makna, yaitu kata dan
Angkola‐Mandailing. kalimat. Jadi sesuai dengan yang dikajinya,
Dalam pemakaian sehari‐hari, istilah Batak semantik terdiri dari semantik kata (semantik
sering hanya berasosiasi dengan Batak Toba, leksikal) dan semantik kalimat (semantik
baik untuk menyebutkan bahasa maupun komposisional). Makna semantik adalah makna
sukunya. Anggapan itu sebenarnya kurang yang didasarkan pada makna bahasa atau
tepat karena istilah Batak merupakan milik makna komposisional.
kelima subsuku tersebut di atas. Pragmatik adalah syarat‐syarat yang
Bahasa Batak Toba, selanjutnya mengakibatkan serasi‐tidaknya pemakaian
disingkat BBT, terutama yang digunakan di bahasa dalam komunikasi (Kridalaksana
kabupaten Tapanuli Utara dan kabupaten Toba 1983:137). Yule (1996:3) mengatakan bahwa
Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Di samping pragmatik adalah kajian tentang makna yang
digunakan di kabupaten tersebut, bahasa itu dikomunikasikan oleh pembicara (atau penulis)
digunakan oleh sesama suku Batak Toba yang dan diinterpretasikan oleh pendengar (atau
tinggal di daerah lain. Namun, tidak dapat pembaca). Menurut Yule, pragmatik meliputi
disangkal bahwa sering terjadi kendala‐kendala kajian empat bidang, yaitu: (1) Pragmatik lebih
makna (semantis) di dalam penggunaan bahasa banyak melibatkan analisis terhadap apa yang
8 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Mei 2005: 7‐18
dimaksudkan pembicara dengan ujaran‐ Dari keterangan di atas dapat dilihat
ujarannya daripada makna kata atau frasa itu bahwa bahasa bermakna bila berada dalam
sendiri. Karenanya pragmatik adalah kajian konteks, baik konteks linguistik atau lazim
tentang makna pembicara; (2) Kajian pragmatik dikenal konteks struktur bahasa maupun
meliputi interpretasi tentang bagaimana konteks nirlinguistik (lepas dari/tanpa struktur
interpretasi makna pada konteks tertentu dan bahasa), yakni konteks situasi penggunaan
bagaimana pula bagian konteks mempengaruhi bahasa. Sebagaimana disebut di atas, bahwa
ujaran‐ujarannya; tentang bagaimana pembicara kajian makna bahasa yang menitikberatkan
menyusun apa yang akan disampaikannya pada konteks bahasa disebut semantik bahasa;
kepada petutur, di mana, bilamana, dan pada sedangkan yang menitikberatkan pada situasi
situasi yang bagaimana. Dalam hal ini penggunaan bahasa disebut pragmatik.
pragmatik diartikan kajian tentang makna Deiksis adalah hal atau fungsi
kontekstual; (3) Pendekatan yang menyelidiki menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata tunjuk,
bagaimana pendengar membuat arti terhadap promina, ketakrifan, dsb. mempunyai fuungsi
apa yang didengar agar sesuai dengan makna deiksis (Kridalaksana, 1983:32).
yang ingin disampaikan pembicara. Studi ini Crystal (1989) mengemukakan bahwa setiap
menyelidiki bagaimana sesuatu yang tidak bahasa mempunyai seperangkat leksem yang
diucapkan tetapi merupakan bagian dapat ditafsirkan dengan mengacu pada posisi
komunikasi. Pragmatik adalah kajian tentang pembicara di dalam konteks ruang dan waktu.
sesuatu yang tidak tertulis (atau diucapkan), Deiksis adalah ciri‐ciri bahasa yang mengacu
tetapi berpengaruh pada komunikasi; (4) secara langsung kepada karakteristik personal
Perspektif ini menimbulkan pertanyaan temporal atau lokasional. Saeed (2000)
bagaimana menentukan arti terhadap apa yang membicarakan deiksis, yaitu alat untuk
diujarkan dan yang tidak diujarkan. Jawaban mengacu pembicara di dalam situasi ruang atau
mendasar adalah pada nosi jarak. Hubungan tempat, persona, dan sosial yang dimiliki oleh
yang dekat, apakah secara fisik, sosial, atau setiap bahasa. Levinson kemudian
konseptual membuat pengalaman yang sama. menambahkan dua kategori deiksis, yaitu
Asumsi tentang berapa dekat jarak pembicara deiksis waktu dan deiksis wacana.
dan pendengar menentukan berapa banyak Nababan (1987) mengkategorikan deiksis atas
yang perlu diucapkan. Pragmatik adalah kajian lima jenis, yaitu deiksis orang, tempat, waktu,
ekspresi hubungan jarak. wacana, dan sosial.
Konteks dapat digunakan untuk Dari berbagai pengertian tersebut,
menyusun dan menafsirkan makna karena dapat dikatakan bahwa deiksis adalah kata atau
secara alamiah penutur bahasa berbahasa dalam kelompok kata yang menunjukkan atau
konteks. Konteks dapat membantu kita dalam mengacu kepada kata atau kelompok kata yang
memaknai atau memahami makna yang sebelumnya atau sesudahnya yang terdapat
tertuang dalam bahasa. Secara umum, konteks dalam tuturan berdasarkan ciri‐ciri konteksnya;
yang dimaksudkan adalah konteks linguistik dan hanya dapat dipahami di dalam kaitannya
dan konteks nonlinguistik. Konteks yang dengan konteksnya berupa karakteristik
pertama, konteks linguistik, dapat muncul baik personal, temporal, lokasional, wacana, dan
sebelum maupun sesudah kata, frasa, kalimat sosial.
atau teks atau konteks yang berhubungan
dengan konteks tuturan. Sementara itu pada
konteks kedua, yakni konteks nonlinguistik, 1.3 Metode Pengumpulan Data dan Metode
dapat berupa latar belakang sosial, budaya, Analisis
situasi, dan sebagainya membantu kita dalam Penulis menerapkan metode
memahami makna kata atau frasa tertentu. pengamatan untuk data tertulis dengan
Konteks juga dibedakan dari segi konteks fisik, mencatat dan menduplikasi dan metode
psikologi, epistemik. wawancara untuk data lisan. Jadi ada dua jenis
Makna dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba (Roswita Silalahi) 9
sumber data, yaitu data tertulis dan data lisan. sangat dipengaruhi, misalnya oleh hubungan
Data tertulis diambil dari buku‐buku berbahasa antara ujaran atau kalimat dengan konteks
Batak Toba dan data lisan diperoleh dari para situasi tempat kalimat itu terungkapkan.
informan, yang memenuhi persyaratan yaitu: (i) John I Saeed (2000:18) mengatakan
penutur asli; (ii) umur antara 45‐60 tahun; (iii) bahwa makna semantik adalah makna yang
masih normal alat ucapnya; (iv) belum pindah didasarkan pada makna bahasa atau
atau menetap di daerah lain untuk waktu lama; komposisional, sedangkan makna pragmatik
(v) sehat jasmani dan rohani; (vi) memiliki merupakan makna yang disusun dan
pengetahuan yang luas tentang bahasa dan ditafsirkan melalui konteks. Konsep pemakaian
kebudayaan Batak Toba. bahasa dibatasi sebagai segala sesuatu yang
Metode analisis yang diterapkan adalah berada di luar teks atau pemakaian bahasa.
metode deskriptif dan metode analisis Kedua jenis makna ini juga didapati dalam
komponen dengan tehnik urai untuk bahasa Batak Toba.
mendeskripsikan dan menguraikan makna dan Contoh makna semantik:
konteks dalam bahasa Batak Toba. 1. Unang parsigundal horbonghi!
jangan menunggang kerbauku‐itu
2. MAKNA SEMANTIK DAN MAKNA ‘Jangan tunggangi kerbauku itu’
PRAGMATIK 2. Aha ma boi diula ibana?
Apa P bisa dikerjakan dia
Semantik adalah studi tentang makna ‘Apa yang bisa dia kerjakan?
bahasa. Begitu banyak makna yang dapat Contoh makna pragmatik:
ditemukan di mana‐mana sehingga perlu 1. Situasi: Satu keluarga sedang menonton TV
ditegaskan bahwa hanya makna yang di ruang keluarga. Lalu si ayah
dikomunikasikan melalui bahasa yang berkata kepada putrinya:
dipelajari dalam semantik. Sayangnya, makna Adong do pe tes ta?
mencakup berbagai aspek bahasa, dan belum Ada masih teh kita
ada kesepakatan apakah yang dimaksud ‘Masih ada teh kita ?’
dengan makna atau bagaimana makna
dideskripsikan. Tidak ditemukan kesepakatan Bentuknya pertanyaan, tetapi maknanya adalah
tentang pengertian makna karena makna dilihat menyuruh putrinya mengambilkan teh untuk
dari pandangan yang berbeda‐beda. Pendekatan sang ayah.
referensial melihat makna kata sebagai objek
yang dituju oleh kata itu. Pandangan konseptual 2.Situasi: Ada pesta adat perkawinan di gedung.
menganggap makna kata merupakan konsep, Ketika kedua belah pihak akan
ide, gagasan yang berhubungan dengan kata memulai perundingan, lalu protokol
itu. Teori komponensial berpendapat bahwa akan mengatakan kepada ibu‐ibu:
makna kata terdiri dari sejumlah fitur semantik Mardemban jolo hamu inang
Secara umum semantik dapat Bersirih dulu kamu ibu
didefinisikan sebagai kajian makna dalam ‘Silakan para ibu bersirih’
bahasa atau kajian makna kebahasaan. Kajian
makna bahasa tentu dapat dila kukan dari Makna kalimat di atas bukanlah menyuruh para
berbagai segi, misalnya, ahli filsafat akan ibu untuk bersirih, tetapi supaya tenang dan
mengkaji makna bahasa dari segi hubungan diam.
antara kata dengan benda atau peristiwa di
alam semesta. Ahli bahasa akan mengkaji 3.Situasi: Si ibu, seorang janda, melihat anak
makna dari segi, misalnya, bagaimana makna lajangnya masih duduk‐duduk
dibentuk menurut struktur atau tata bahasa. bermalas‐malasan di rumah dalam
Sementara itu, kajian makna bahasa dalam keadaan sehat, belum berangkat
kaitannya dengan tindak komunikasi lisan akan menjalankan tugas sebagai supir
10 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Mei 2005: 7‐18
penumpang umum mobilnya sendiri. /tu son / di san/ tu san menunjukkan tempat atau
Mobil masih belum dibereskan, parkir lokasi.
di depan rumah. Lalu si ibu berkata
pada anaknya: Contoh:
Ndang mardalan motor i? 1. Lehon jolo surat on tu ibana
Tak jalan motor itu Beri dulu surat ini kepada dia
‘Tak berjalankah mobil itu?’ ‘Berikan dulu surat ini kepadanya’
Makna kalimat di atas bukanlah bertanya si 2. On do dohononku: ”Burju‐burju hamu
anak, tetapi menyuruh anaknya agar segera marsikkola”
bekerja membawa mobil, mencari penumpang. ini P katakan ku baik‐baik kalian bersekolah
‘Inilah pesanku: “Baik‐baik kalian belajar”
3. DEIKSIS 3. Manganma jo hita di lapo on
Deiksis adalah kata atau kelompok kata Makanlah dulu kita di kedai ini
yang mengacu kepada kata atau kelompok kata ‘Mari makan dulu kita di kedai ini’
yang sebelumnya atau sesudahnya, di dalam 4. Beta tu lapo an
tuturan berdasarkan ciri‐ciri konteksnya, yang Ayo ke kedai itu
hanya dapat dipahami dalam konteksnya, ‘Ayo ke kedai itu’
berupa karakteristik personal, temporal, 5. Di jabu an do nasida marpungu
lokasional, wacana, dan sosial. Pembahasan Di rumah itu P mereka berkumpul
deiksis di sini disesuaikan dengan jenis deiksis ‘Mereka berkumpul di rumah itu’
yang terdapat dalam buku Saeed (2000) yaitu 6. Di son ma jolo ho satongkin
tentang deiksis tempat atau spasial, persona, Di sini P dulu kau sebentar
dan sosial dalam bahasa Batak Toba. ‘Kau tunggu dulu sebentar di sini’
7. Di son do anon hita marrapot
3.1 Deiksis Tempat Di sini P nanti kita berrapat
Pembicara menempati titik referensi: ‘Kita nanti rapat di sini’
sesuatu yang dekat dengannya dideskripsikan 8. Di san do nasida paimahon hita
dengan on / di son / tu son ‘ini / di sini / ke sini’, Di sana P mereka menunggu kita
sesuatu yang jauh darinya dideskripsikan ‘Mereka menunggu kita di sana’
dengan an / di san / di si/ tu san / di sadui / ‘itu / di 9 Boasa dang togihononmuna ibana tu son?
sana / di situ / ke situ / di sana’. Di samping Kenapa tidak diajak kamu dia ke sini?
pembagian lokalisasi, penggunaannya harus ‘Mengapa dia tidak kalian ajak ke sini?’
dikalkulasi oleh partisipan pada konteks yang 10. Boan anggimi tu sadui marmeam
tepat, misalnya seberapa luas atau besar lokasi Bawa adikmu ke sana bermain
atau tempat dapat disebut dengan on / di son / tu ‘Bawa adikmu bermain‐main ke sana’
son/ , an / di si /di san / tu san /di sadui tergantung 11. Nungnga loja hami tu san tu son mangalului
konteks: pembicara dapat memakai kata on / di baju na
son mengacu kepada negara, kota, ruangan, dan Sudah capek kami ke sana ke mari mencari
lain‐lain, malah boleh saja tidak mengacu ke baju nya
lokasi langsung, tetapi hanya lokasi di dalam ‘Kami sudah capek ke sana ke mari mencari
peta; juga dapat mengacu ke objek abstrak bajunya’
seperti kata dan lain‐lain. Kata on / an sebagai 12. Tarleleng do au di si paimahon
kata penunjuk yang biasanya didahului atau Agak lama P aku di situ menunggu
mendahului nomina; sedangkan kata di son /di si ‘Saya agak lama di situ menunggu’
3.2 Deiksis Persona kelompok kata peran atau peserta dalam
Deiksis persona adalah kata atau peristiwa berbahasa. Dalam BBT, sistem
kelompok kata yang mengacu kepada kata atau gramatikal deiksis lainnya adalah peranan
Makna dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba (Roswita Silalahi) 11
partisipan: pembicara, pendengar, dan yang (nasida sebagai kata ganti orang ketiga
lain, yang digramatikalisasi dengan pronomina tunggal yang halus, kepada seseorang
atau kata ganti, sebagai berikut: yang dihormati baik dari sisi tutur,
maupun jabatannya)
Au, iba sebagai kata ganti orang pertama 9. Unang dongani hamu nasida
tunggal. Jangan kawani kalian mereka
Hami sebagai kata ganti orang pertama jamak. ‘Jangan kalian temani mereka’
Ho sebagai kata ganti orang kedua tunggal. 10. Andigan nasida ro?
Hamu sebagai kata ganti orang kedua tunggal, Kapan mereka datang?
lebih formal. ‘Kapan mereka datang?
Hamu sebagai kata ganti orang kedua jamak.
Ibana sebagai kata ganti orang ketiga tunggal. 3.3 Deiksis Sosial
Nasida sebagai kata ganti orang ketiga tunggal, Sistem pronomina beberapa bahasa
lebih formal. secara gramatikal memberi informasi tentang
Nasida sebagai kata ganti orang ketiga jamak. identitas sosial atau hubungan partisipan dalam
pembicaraan, yang disebut dengan deiksis
Contoh: sosial (Levinson dalam Saeed 2000:179). Hal ini
1. Au do na ro tu jabum nantoari terlihat jelas pada beberapa bahasa Indo‐
Aku P yang datang ke rumahmu semalam Eropah, membedakan pronominal
‘Aku datang ke rumahmu semalam’ ‘biasa/umum’ dengan ‘sopan/khusus’ seperti tu
2. Tarleleng do iba di si paimahon / vous dalam bahasa Perancis, tu / usted dalam
Agak lama P aku di situ menunggu bahasa Spanyol dan du / sie dalam bahasa
‘Saya agak lama di situ menunggu’ Jerman. Penutur bahasa‐bahasa tersebut sepakat
mengungkapkan perhitungan mereka tentang
3. Marborngin do ho di jabu ni tulangmi? sebutan kepada yang relatif ‘dekat’ atau ‘jauh/
Bermalam P kau di rumah pamanmu? formal’ terhadap petuturnya. Beberapa bahasa
‘Apakah kau menginap di rumah di Asia juga mempunyai sistem untuk
pamanmu? menggramatikalisasi hubungan sosial seperti
4. Santabi, taruhon hamu jolo tandok on bahasa Jepang, Korea, Bali.
Maaf, antar kamu dulu sumpit pandan ini Dalam bahasa Batak Toba, dikenal
‘Maaf, tolong antarkan dulu sumpit pronomina hamu ‘kamu’ dan nasida ‘beliau’
pandan ini’ kepada seseorang yang disegani, dihormati,
(dalam hal ini meminta tolong secara halus dituakan baik dari segi tutur, umur maupun
kepada orang kedua tunggal yang jabatannya.
dihormati tuturnya)
5. Hami pe mamboan barangmi haduan Hamu ‘kata ganti orang kedua tunggal yang
Kami P membawa barangmu besok lusa digunakan kepada: lae, bao, tulang, Nantulang,
‘Kami membawa barangmu besok lusa’ mertua, hela, parumaen (oleh mertua laki‐laki),
6. Unang gabusihamu dirimuna anggi boru, Haha doli, dan seseorang yang lebih
Jangan bohongi kalian diri kalian tua dan disegani.
‘Jangan kalian bohongi diri kalian’ Nasida ‘kata ganti orang ketiga tunggal bila yang
7. Lehon jolo panggu on tu ibana dimaksud adalah: lae, bao, tulang, Nantulang,
Berikan dulu cangkul ini kepada dia mertua, anggi boru, hela.
‘Berikan dulu cangkul ini kepadanya’
8. Borhat do nasida tu Kalimantan nuaeng Lae ‘ipar’ (bagi ego laki‐laki—istilah kekerabatan
Pergi P beliau ke Kalimantan sekarang bagi laki‐laki) yaitu suami saudari, putra
‘Beliau berangkat ke Kalimantan saudari‐ayah, putra saudara‐ibu, mertua laki‐
sekarang’ laki putra, mertua laki‐laki putri, saudara istri,
laki‐laki marga lain.
12 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Mei 2005: 7‐18
dasar dunia yang diciptakan oleh
Amang Bao (bagi ego perempuan—istilah pengembangan realisasi wacananya.
kekerabatan bagi laki‐laki) yaitu suami saudari‐ Saeed (2000) menuliskan bahwa banyak
suami, mertua laki‐laki putri. referensi tergantung pada konteks, bersama
dengan pertimbangan si penutur dan petutur.
Inang Bao (bagi ego laki‐laki—istilah Ekspresi deiktik juga telah dipelajari secara luas
kekerabatan bagi perempuan) yaitu istri dan tergantung pada konteks sebagai bagian
saudara‐istri, mertua perempuan putra. khusus bahasa. Clark mengajukan contoh short
hands ‘bentuk singkat’ sebagai referensi. Lebih
Tulang ‘paman’—saudara ibu jelasnya, terlihat dari kalimat‐kalimat dalam
bahasa Batak Toba di bawah ini.
Nantulang ‘tante’—istri saudara‐ibu
Contoh:
Anggi boru (bagi ego laki‐laki—istilah 1. Tuhor jo bintang i
kekerabatan bagi perempuan ) yaitu istri adik Beli dulu bintang itu
laki‐laki. ‘Beli dulu bir bintang itu’
Haha doli (bagi ego perempuan—istilah Situasi: Ada acara pesta adat batak, si penutur
kekerabatan bagi laki‐laki) yaitu abang suami. menyuruh petutur membeli bir merk bintang.
Tetapi cukup mengatakannya dengan bintang
Hela ‘menantu laki‐laki’. saja, sebagai bentuk singkatnya, karena Situasi,
tempat, sudah sesuai serta penutur dan petutur
Parumaen’menantu perempuan’ paham maksudnya.
4. REFERENSI DAN KONTEKS 2. Tajaloma dekke sian hula‐hula
Kita mintalah ikan dari hula‐hula
Referensi adalah hubungan antara referen ‘Mari kita terima ikan mas dari hula‐hula’
(unsur luar bahasa yang dirujuk oleh unsur ( hula‐hula ‘marga dari pihak istri’)
bahasa) dengan lambang yang dipakai untuk
mewakilinya (Kridalaksana 1983:144). Situasi: Pada suatu pesta adat, rombongan hula‐
Lyons dalam Brown&Yule (1996) mengatakan hula membawa ikan mas yang ‘di arsik’,
bahwa hubungan yang ada antara kata‐kata dan masakan khas ikan mas untuk adat, dan ikan itu
barang‐barang adalah hubungan referensi. tidak dipotong, utuh per ekor dan harus
Referensi yang berhasil tergantung kepada diserahkan dulu dengan menghadapkannya ke
bagaimana pendengar mengidentifikasikan pihak penerima yaitu boru ‘marga yang
referen yang dimaksudkan penutur, mengawini putri’, dengan jumlah ganjil. Cukup
berdasarkan ungkapan referensial yang dipakai, dengan bentuk singkat dekke, tetapi masyarakat
dengan tujuan memehami pesan bahasa yang Batak paham akan apa yang dimaksudkan.
berlangsung. Anggapan adanya pengalaman Bentuk singkat ini terkadang dikelompokkan ke
umum yang sama mengenai dunia, adat dalam kelompok retorikal (sistem dan
kebiasaan budaya, kesadaran akan konteks dan penyelidikan mengenai alat‐alat stilistis ragam
kebiasaan‐kebiasaan komunikatif merupakan bahasa resmi), metonimi (pemakaian nama
sebagian dari ciri‐ciri yang relevan. Pendengar untuk benda lain yang berasosiasi atau yang
sendiri umumnya juga akan menganggap menjadi attributnya), dan sinekdoki (bentuk
bahwa penutur bekerja dengan anggapan‐ referensi di mana sebagian digunakan untuk
anggapan itu dan akan mendasarkan menyatakan keseluruhan).
identifikasi referen yang dimaksudkan pada Contoh bentuk sinekdoki:
tafsiran ungkapan (atau tanda) bahasa yang Situasi: Terjadi gempa di suatu kabupaten,
konsisten dengan ciri‐ciri yang merupakan misalnya di daerah kabupaten Tapanuli Utara,
Makna dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba (Roswita Silalahi) 13
sehingga hampir seluruh penduduk kabupaten dahulu orang‐orang yang turut dalam peristiwa
mengungsi, tetapi diucapkan dengan kata saluat bahasa (sesuai pendapat Firth). Dengan
’sekampung/sedesa’ saja, mewakili satu membuat generalisasi atas peristiwa‐peristiwa
kabupaten. bahasa, ia memisahkan dan meringkas peranan‐
Na saluat on mangungsi alani lalo peranan penutur dan petutur. Pengetahuan
Yang sekampung mengungsi karena gempa tentang penutur pada peristiwa komunikatif
‘Seisi kampung/desa mengungsi karena tertentu memungkinkan penganalisis
gempa’ membayangkan apa yang mungkin akan
dikatakan oleh penutur tersebut. Pengetahuan
Deskripsi nonformal Referensi tentang petutur, lebih lanjut, justru membatasi
Manusia berbicara tentang objek fisik, ekspektasi (harapan) penganalisis. Jadi, jika kita
wujud abstrak, tempat, negara, peristiwa yang mempunyai pengetahuan tentang penutur dan
terjadi pada waktu lampau, saat ini, dan yang petutur, ekspektasi kita akan berbeda mengenai
diprediksi terjadi pada hari yang akan datang. macam bahasa yang akan diucapkannya, baik
Mereka yang berbicara tentang hal‐hal yang berkenaan dengan bentuk maupun isi. Jika
mungkin kalau dunia ini berbeda atau selanjutnya kita tahu apa yang dibicarakan
dibayangkan berbeda, juga tentang fiksi, dan (topik), mendapat informasi tentang latar yaitu
lain‐lain yang tidak pernah ada. berdasar situasi peristiwa pada tempat dan
Referensi sebagai ekspresi yang digunakan waktu, dan berdasarkan hubungan‐hubungan
dalam ujaran suatu bahasa adalah apa yang fisik orang‐orang yang berinteraksi berkenaan
penutur sedang bicarakan ketika menggunakan dengan sikap tubuh, gerakan tangan, dan air
ekspresi itu dalam ujaran, misalnya si penutur muka, hal itu semua akan membatasi ekspektasi
merujuk pada wujud, peristiwa dan waktu kita.
tertentu dalam dunia nyata dan waktu ketika Hymes menambahkan ciri‐ciri konteks
penutur mengujarkannya. Jadi meliputi ciri‐ciri berskala besar seperti saluran,
referensi/perujukan adalah sesuatu yang kode, bentuk pesan, dan peristiwa. Dalam
penutur lakukan dan sangat berhubungan erat resensi‐resensi kemudian beliau menambahkan
dengan makna penutur. lagi ciri‐ciri lain, seperti kunci dan tujuan
sebagai hasil peristiwa komunikatif.
Ada tiga peranan pengetahuan yang
diestimasi agar komunikasi dapat berjalan
5. PENGETAHUAN SEBAGAI KONTEKS dengan baik, yaitu:
a. melalui konteks fisik
Pengetahuan tentang sesuatu konteks b. karena pengetahuan itu sudah
dalam berkomunikasi merupakan hal yang disebutkan sebelumnya
mutlak harus dimiliki oleh penutur dan petutur. c. pengetahuan itu sudah diketahui
Penutur harus mampu menaksir atau menduga sebagai latar belakang dan
bahwa dia memiliki referensi yang sama dengan pengetahuan umum
petutur tentang topik pembicaraan. Apabila Wacana dapat juga sebagai konteks.
mereka memiliki referensi yang berbeda, akan Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap
terjadi kegagalan berkomunikasi. Saeed dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau
(2000:180) mengatakan bahwa seorang penutur klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang
harus mampu mengestimasi referensi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan
diketahui petutur tentang wujud (entity) yang akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau
sedang dikomunikasikan. tertulis (Tarigan, 1993:27). Partisipan akan
Hymes dalam Brown&Yule (1996:38) mengalami kesulitan untuk memahami kalimat
mulai memerinci cirri‐ciri konteks yang Si Anna do mambaen i , karena wacana yang
mungkin relevan dengan identifikasi tipe menjadi konteks pengetahuan diisolasi, namun
peristiwa bahasa dengan cara menangani lebih apabila wacana kalimat tersebut diberikan
14 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Mei 2005: 7‐18
lengkap, penutur dan petutur akan dapat Kata male pada kalimat di atas, di respon
memahaminya, seperti berikut ini. dengan beta tu lapo an, menunjukkan bahwa
A: Ise do mangaloppa lappet on? latar belakang pemahaman mereka tentang
Siapa P memasak lepat ini makna kata male dan tu lapo an sama yang
‘Siapa yang memasak lepat ini?’ merupakan inferensi bahwa kata tu lapo an
B: Si Anna do mambaen i bermakna dapat makanan.
Si Anna P membuat itu
‘Si Anna yang masak itu’ 6. INFERENSI
Jelaslah, pengetahuan sebagai konteks memang
merupakan keharusan demi keberhasilan Yang dimaksud dengan inferensi ialah
komunikasi. setiap kesimpulan yang dapat digambarkan dari
Di samping latar belakang pengetahuan satu kalimat atau ujaran. Adakalanya
sebagai konteks yang sangat diperlukan, seperti penganalisis wacana, seperti pendengar, tidak
yang diterangkan di atas, Saeed (2000) dapat langsung memahami arti yang
menambahkan bahwa setiap komunitas harus dimaksudkan penutur ketika mengucapkan
memiliki latar belakang pengetahuan yang sama ujaran, sering ia harus mengandalkan usaha
tentang sesuatu masalah yang dibicarakan, agar menarik kesimpulan untuk dapat menafsirkan
terjalin interaksi dalam berkomunikasi. Setiap ujaran‐ujaran atau hubungan antar‐ujaran.
komunitas memiliki cara tersendiri dalam Inferensi‐inferensi seperti itu ternyata
menyatakan pendapatnya, ada yang langsung bermacam‐macam. Mungkin kita dapat menarik
dan ada pula secara tidak langsung. Berikut ini kesimpulan tertentu melalui inferensi deduktif
beberapa contoh yang tidak langsung. atau bentuk inferens yang agak longgar.
A: Male au Seperti apa yang dituliskan dalam sub‐
Lapar aku bab sebelumnya, setiap perikutan adalah
‘Aku lapar’ inferensi, tetapi tidak setiap inferensi dapat
b: Na hepeng on dikatakan sebagai perikutan. Implikatur yang
Nah uang ini tergolong inferensi adalah yang berbeda dengan
‘Terima uang ini’ perikutan. Inferensi ini dapat dikatakan sebagai
pengetahuan tentang sejauh mana si petutur
Dari dialog di atas disimpulkan bahwa latar dapat mengerti akan ujaran si penutur dalam
belakang pengetahuan membuat pemahaman konteks percakapan tertentu. Inferensi dan
adanya hubungan ‘lapar’ dengan ‘uang’, karena anafora berkaitan, di mana anafora merupakan
uang dapat dipertukarkan dengan makanan di bagian inferensi. Anafora adalah (1)
kedai; walau di kamus tidak terdapat hubungan pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaksis
makna seperti itu. Saeed (2000) menambahkan pada larik‐larik atau kalimat‐kalimat yang
bahwa ujaran yang dipahami dengan berurutan untuk memperoleh efek tertentu; (2)
melakukan inferensi adalah latar belakang hal atau fungsi menunjuk kembali kepada
pengetahuan sebagai konteks, yang berguna sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya
untuk memahami komunikasi antara penutur dalam wacana (yang disebut anteseden) dengan
dan petutur. pengulangan atau dengan substitusi
Contoh: (Kridalaksana 1983:10).
A: Nga male au bah Berikut contoh inferensi dan anafora dalam
Sudah lapar aku bah bahasa Inggris:
‘Aku sudah lapar’ a. I felt down a hole yesterday. The hole was very
B: Beta tu lapo an deep.
Ayo ke kedai itu b. I looked into the room. The ceiling was very
‘Mari kita ke kedai itu’ high.
c. John went walking out at noon. The park was
beautiful
Makna dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba (Roswita Silalahi) 15
Penutur dan petutur di atas sudah mengetahui 5.Kajian semantik sangat penting dalam
makna referensi yang memakai kata the. penelitian bahasa Batak Toba dan bahasa
Pengetahuan dan latar belakang pengetahuan lainnya karena peranan makna sangat besar
penutur dan petuturlah yang memungkinkan dalam penentuan unsur‐unsur linguistik dan
dapat terjadi inferensi. dalam fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.
Contoh dalam BBT: 6.Makna semantik dan makna pragmatik sering
1. A: Nungnga dilehon ho hepeng i tu dipergunakan dalam BBT, walaupun suku
nantulangmi? Batak bertendensi lebih suka berterus terang,
Sudah diberikan kau uang itu kepada ternyata masih banyak kalimat dengan makna
nantulang‐mu pragmatik.
‘Sudah kau berikan uang itu sama 7. Deiksis ada tiga macam yaitu deiksis tempat,
nantulangmu?’ persona, dan deiksis sosial.
B: Ndang mulak dope nantulang i 8. Pemahaman tentang referensi dan konteks,
Tidak pulang belum nantulang itu pengetahuan sebagai konteks, inferensi, sangat
‘Nantulang itu belum pulang’ diperlukan, terbukti dari banyaknya tindak
Inferensinya ialah B belum memberikan uang komunikasi yang memerlukan pengetahuan
itu kepada nantulangnya. tentang hal‐hal tersebut di atas demi
suksesnya suatu komunikasi .
2. A: So huboto di dia jabu nasida
Tidak kutahu di mana rumah mereka DAFTAR PUSTAKA
‘Aku tak tahu di mana rumah mereka’
B: Huaruhon pe ho tu si Allan, Keith. 1986. Linguistic Meaning. London:
Kuantar pun kau ke sana Routledge and Kegan Paul.
‘Kau akan kuantar ke rumah itu’ Allan, Keith. 2001. Natural Language Semantics.
Oxford: Blackwell.
Inferensinya ialah B mengantarkannya ke Alwi, Hasan. 1992. Modalitas Dalam Bahasa
rumah mereka. Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1999. Tata Bahasa Baku Bahasa
7. KESIMPULAN Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Austin. 1965. How to Do Things with Words.
1.Kajian semantik sangat penting dalam Cambridge: Harvard University Press.
penelitian bahasa Batak Toba dan bahasa Baldinger, Kurt. 1980. Semantic Theory: Towards a
lainnya karena peranan makna sangat besar Modern Semantics. Oxford: Basil
dalam penentuan unsur‐unsur linguistik dan Blackwell.
dalam fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Brown, G. 1996. Discourse Analysis. Cambridge:
2.Makna semantik dan makna pragmatik sering Cambridge University Press.
dipergunakan dalam BBT, walaupun suku Brown and Yule. 1983. Analisis Wacana.
Batak bertendensi lebih suka berterus terang, (Terjemahan) Jakarta: Gramedia Pustaka
ternyata masih banyak kalimat dengan makna Utama.
pragmatik. Chaer Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta:
3.Deiksis ada tiga macam yaitu deiksis tempat, Rineka Cipta.
persona dan deiksis sosial. ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 2002. Semantik Bahasa Indonesia.
4.Pemahaman tentang referensi dan konteks, Jakarta: Rineka Cipta.
pengetahuan sebagai konteks, inferensi, sangat Cruse, D.Alan. 1991. Lexical Semantics.
diperlukan, terbukti dari banyaknya tindak Cambridge: Cambridge University Press.
komunikasi yang memerlukan pengetahuan Crystal, Dound. 1986. The Cambridge Encyclopedia
tentang hal‐hal tersebut di atas demi of Language.
suksesnya suatu komunikasi.
16 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Mei 2005: 7‐18
Faller, Martina T. 2002. Semantics and Pragmatics Purba, Artilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia.
of Evidentials in Cuzco Quechea. Disertasi Medan: USU Press.
(Tidak diterbitkan). Saeed, John. 2000. Semantics. Oxford: Blackwell
Filmoere. 1997. Pragmatic and Description of Publishers Ltd.
Discourse. Munchen: Willhem Fink Sandayana, W dan Aziz, A. 2003. Semantics.
Verlag. Jakarta: Universitas Terbuka (Modul 1‐
Fromkin V. Et al. 1983. An Introduction to 6).
Language. Sydney: Holt, Rinehart and Saragih, Amrin. 2003. Bahasa Dalam Konteks
Winston. Sosial. Medan: PPs USU.
Halin, Amran. 1976. Bahasa dan Pembangunan Saussure, Ferdinanad de. 1974. Course in General
Bangsa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Linguistics. New York: McGraw Hill Book.
Pengembangan Bahasa. Seaton, Brean. 1992. A Hand Book of English
Halliday, M.A.K. 1975. Learning How to Mean: Teaching: Term and Practice.
Explorations in the Development of Sibarani, Robert. 2003. Semantik Bahasa Batak
Language. London: Edward Arnold. Toba. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1978. Language as Social Semiotic: Sibarani , Robert. 1997. Sintaksis Bahasa Batak
The Social Interpretation of Language and Toba. Medan: USU Press.
Meaning. London: Edward Arnold. Simatupang, Maurits D.S. 2000. Pengantar Teori
Harimurti Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Terjemahan. Jakarta: Dirjen Dikti
Jakarta: Gramedia. Depdiknas.
Kamus Besar bahasa Indonesia, ed.kedua. 1995. Sinaga, Richard. 1994. Kamus Batak Toba – Bahasa
Jakarta: Depdikbud. Indonesia. Jakarta: Dian Utama.
Kaswanti, Purwo Bambang.2000. Deiksis dalam Siregar, Bahren Umar. 2002. Pemerolehan Tindak
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tutur dan Siasat Kesantunaan: Suatu
Katz Jerrold J. 1972. Semantic Theory. New York: Ancangan Teoritis. Audio Kultura No.2
Harper & Row. Tahun I Agustus. Medan: USU Press.
Kearns, Keith. 2000. Semantics. New York: Soemarmo, Marmo. 1988. Pragmatik dan
Macmillan. Perkembangan Mutahirnya. Dalam
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Dardjowidjojo, S. (ed.), PELLBA I (hal.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 157‐215). Jakarta: Lembaga Bahasa
Leech Geoffrey. 1993. Prinsip‐prinsip Pragmatik UNIKA Atmajaya.
(Terjemahan). Jakarta: Universitas Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik. Yogyakarta:
Indonesia. Duta Wacana Universitas.
Lyons, John. 1977. Linguistic Semantics. ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis
Cambridge: Cambridge University Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
Press. Universitas.
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran
Penerapannya. Jakarta: Departemen P&K. Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Palmer. 1977. Semantics: A New Outlina. ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 1993. Pengajaran Wacana.
Cambridge: Cambridge University Bandung: Angkasa.
Press. Verhaar J.W.M. 1978. Pengantar Linguistik.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Yogyakarta: Gajah Mada University
Rineka Cipta. Press.
Purba, Antilan. 2000. Semantics. Oxford: ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 2001. Asas‐Asas Linguistik
Blackwell. Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
Palmer, F.R. 1977. Semantics: A New Outline. University Press.
Great Britain: Cambridge University Wahab Abdul. 1995. Teori Semantik. Surabaya:
Press. Airlangga University Press.
Makna dan Konteks Dalam Bahasa Batak Toba (Roswita Silalahi) 17
Warneck J. 2001. Kamus Batak Toba Indonesia.
Medan: Bina Media.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar‐Dasar
Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule, George. 2000. Pragmatics. New York:
Oxford University Press.
18 ENGLONESIAN: Jurnal Ilmiah Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 1, Mei 2005: 7‐18