A. PENDAHULUAN
2
B. LAPORAN KASUS
a. IDENTITAS PASIEN
b. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bibir mencong ke kanan
c. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5oC
3
Pernafasaan : 20 x/menit
Berat badan : 52 Kg
b) Status Psikiatri
o Perasaan hati : Normal
o Proses berpikir : dalam batas normal
o Kecerdasan : Sesuai tingkat pendidikan
o Memori : Baik
o Psikomotor : Tenang
4
c) Status Neurologis
GCS : E4M6V5
1) Kepala
o Bentuk : Normocephal
o Penonjolan :-
o Posisi : Normal
o Pulsasi :-
2) Leher
o Sikap : Normal
o Pergerakan : dalam batas normal
o Kaku kuduk : Tidak ada
3) Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif TidakDilakukan
N. II ( Optikus )
5
- Refleks konsensiul + +
- Refleks akomodasi + +
3. Gerakan bola mata
- Paresis ke arah - -
N.V (Trigeminus)
Sensibilitas wajah + +
Menggigit terganggu terganggu
Mengunyah terganggu terganggu
Refleks masseter + +
Refleks kornea + +
N. VII ( Fasialis )
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
6
N. X ( Vagus )
N.XI (Assesorius)
N.XII ( Hipoglosus )
Artikulasi Terganggu
7
4) Badan dan anggota gerak
a. Badan
c) Sensibilitas :
b. Anggota gerak
a) Ekstremitas
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Tidak ada Tidak ada
Tonus Otot Normal Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 5 5
Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Tidak ada Tidak ada
Tonus Otot Normal Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 5 5
8
Refleks
Klonus - -
Hoffman Tromer - -
9
c. Sensibilitas
Eksteroseptif
o Taktil : dalam batas normal
o Nyeri : dalam batas normal
o Suhu : dalam batas normal
Proprioseptif :
o Rasa Sikap : dalam batas normal
o Rasa nyeri dalam : dalam batas normal
Fungsi kortikal
o Rasa diskriminasi : dalam batas normal
o Stereognosis : dalam batas normal
c) Gerakan-gerakan abnormal :
o Tremor :-
o Athetosis :-
o Mioklonus :-
o Khorea :-
d) Alat vegetatif :
o Miksi : Lancar
o Defekasi : Lancar
o Ereksi : Tidak dievaluasi
5) Fungsi Luhur :
o Memori : baik
10
o Fungsi bahasa : baik
o Visuospasial : baik
o Praksia : baik
o Kalkulasi : baik
d. RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun datang dengan keluhan mulut
mencong ke kanan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan dirasakan muncul tiba-tiba dan
membuat pasien merasa sulit mengunyah dan menelan makanan. Lima hari
SMRS pasien memiliki riwayat sakit Mumps. Nyeri kepala (-). Mual (-), muntah
(-), demam (-), riwayat trauma sebelumnya (-), gangguan pendengaran (-), mata
kering (-), gangguan pengecapan (-). BAB biasa, dan BAK lancar.
Pembengkakan di daerah submandibular kiri dan kanan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
KEADAAN UMUM
Kesadaran Compos mentis
Tensi 120/80 mmHg
Nadi 84 x/menit
Pernapasan 22 x/menit
Suhu 36,5oC
Berat badan 52 kg
STATUS NEUROLOGIS
GCS E4 M6 V5
Koordinasi dan keseimbangan Normal
KEKUATAN MOTORIK
5 5
5 5
11
e. ASSESSMENT (DIAGNOSA KERJA)
A. Non Medikamentosa:
o Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan
yang diberikan.
o Kompres air hangat pada bagian yang sakit +/- 20 menit
o Massage wajah.
o Dianjurkan untuk menjalani fisioterapi.
o Mata ditutup saat tidur
B. Medikamentosa :
o Isoprunasin Syr 3 X 1 cth (250mg)
o Metilprednisolon 3 x 16 mg tapering off
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-SCAN : Tidak ada kelainan
HB : 13,1 g%
Leukosit : 15.600 /mm3
Trombosit : 492.000 /mm3
Ht : 39,9 %
h. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
12
i. FOLLOW UP
Tanggal 16.11.2017
S : Kelemahan wajah sebelah kanan (+), kelemahan anggota gerak (-), nyeri
kepala (-), mual muntah (-), penurunan kesadaran (-)
Status neurologis
5 5
- Sensorik : dalam batas normal
- Refleks fisiologis : + +
+ +
- Refleks patologis : tidak ditemukan
A : Bell’s palsy
Konsul fisioterapi
Tanggal 30.11.2017
13
Tekanan darah : 120/70 mmHg Respirasi : 20x/menit
Status neurologis
5 5
- Sensorik : dalam batas normal
- Refleks fisiologis : + +
+ +
- Refleks patologis : tidak ditemukan
A : Bell’s palsy (dengan perbaikan)
14
C. ANALISA KASUS
15
mengalami gangguan karena mempunyai perjalanan yang panjang dan berkelok-
kelok, berada di dalam saluran tulang yang sempit dan kaku.2,3
1. Saraf fasialis propius: yaitu saraf fasialis yang murni untuk mempersarafi
otot-otot ekspresi wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian
posterior dan stapedius di telinga tengah.
2. Saraf intermediet (pars intermedius wisberg), yaitu subdivisi saraf yang
lebih tipis yang membawa saraf aferen otonom, eferen otonom, aferen
somatis
- Aferen otonom: mengantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga depan
lidah. Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah dihantar melalui
saraf lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum dan
kemudian ke nukleus traktus solitarius.
- Eferen otonom (parasimpatik eferen): datang dari nukleus salivatorius
superior. Terletak di kaudal nukleus. Satu kelompok akson dari nukleus
ini, berpisah dari saraf fasilalis pada tingkat ganglion genikulatum dan
diperjalanannya akan bercabang dua yaitu ke glandula lakrimalis dan
glandula mukosa nasal. Kelompok akson lain akan berjalan terus ke kaudal
dan menyertai korda timpani serta saraf lingualis ke ganglion
submandibularis. Dari sana, impuls berjalan ke glandula sublingualis dan
submandibularis, dimana impuls merangsang salivasi.
- Aferen somatik: rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba)
dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh saraf trigeminus.
Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf atau tumpang
tindih) ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna, dan
bagian luar membran timpani.
Inti motorik saraf VII terletak di pons. Serabutnya mengitari saraf VI, dan
keluar di bagian lateral pons. Saraf intermedius keluar di permukaan lateral pons
di antara saraf VII dan saraf VIII. Ketiga saraf ini bersama-sama memasuki
meatus akustikus internus. Di dalam meatus ini, saraf fasialis dan intermediet
berpisah dari saraf VIII dan terus ke lateral dalam kanalis fasialis, kemudian ke
atas ke tingkat ganglion genikulatum. Pada ujung akhir kanalis , saraf fasialis
meninggalkan kranium melalui foramen stilomastoideus. Dari titik ini, serat
16
motorik menyebar di atas wajah. Dalam melakukan penyebaran itu, beberapa
melubangi glandula parotis.2,3
Segmen labirin terletak antara akhir kanal akustik internus dan ganglion
genikulatum, panjang segmen ini 2-4 milimeter. Segmen timpani (segmen
vertikal), terletak di antara bagian distal ganglion genikulatum dan berjalan ke
arah posterior telinga tengah, kemudian naik ke arah tingkap lonjong (venestra
ovalis) dan stapes, lalu turun kemudian terletak sejajar dengan kanal
semisirkularis horizontal. Panjang segmen ini kira-kira 12 milimeter.2,3
Segmen mastoid ( segmen vertikal) mulai dari dinding medial dan superior
kavum timpani. Perubahan posisi dari segman timpani menjadi segmen mastoid,
disebut segman piramidal atau genu eksterna. Bagian ini merupakan bagian paling
posterior dari saraf VII, sehingga mudah terkena trauma pada saat operasi.
17
Gambar 2. Persarafan Nervus VI.3
18
Bell‘s Palsy sendiri merupakan sebuah kelainan yang digambarkan dengan
kelumpuhan N.VII perifer (unilateral). Sifatnya idiopatik, akut dan tidak disertai
gangguan neurologis lain. Berdasarkan penyebab Bell‘s palsy masih belum
diketahui dengan pasti namun ada beberapa hipotesis yang berkembang seperti
infeksi pada Herpes Simpleks Virus yang menyebabkan inflamasi pada ganglion
genikulatum, penyakit autoimun, penyakit mikrovaskuler dan juga dikaitkan
dengan paparan udara dingin.3,4
Terdapat beberapa teori yang telah dikemukakan, yaitu teori iskemik
vaskuler dan teori infeksi virus, teori kombinasi.
Teori iskemik vaskuler. Teori ini dikemukakan oleh Mc. Groven pada
tahun 1955 yang menyatakan bahwa adanya ketidakstabilan otonomik
dengan respon simpatis yang berlebihan. Hal ini menyebabkan spasme
pada arteriol dan statis pada vena di bagian bawah kanalis spinalis.
Vasospasme ini menyebabkan iskemik dan terjadinya oedem. Hgasilnya
adalah paralisis flaksid perifer dari semua otot yang melayani ekspresi
wajah.3,4
Teori infeksi virus. Teori ini menyatakan bahwa beberapa penyebab
infeksi yang dapat ditemukan pada kasus saraf fasialis adalah otitis media,
meningitis bakteri, penyakit limfe, infeksi HIV, dan lainnya. Pada tahun
1972 Mc Cromick menyebutkan bahwa pada fase laten HSV tipe 1 pada
ganglion genikulatum dapat mengalami reaktivasi saat daya tahan tubuh
19
menurun. Adanya reaktivasi infeksi ini menyebabkan terjadinya reaksi
inflamasi dan edema saraf fasialis, sehingga saraf terjepit dan terejadi
kematian sel saraf karena sel saraf tidak mendapatkan suplai oksigen yang
cukup.3,4
Teori kombinasi, teori ini dikemukakan oleh Zalvan yang menyatakan
bahwa kemungkinan Bell’s palsy disebabkan oleh suatu infeksi atau
reaktivitas virus Herpes Simpleks dan merupakan reaksi imunologis
sekunder atau karena proses vaskuler sehingga menyebabkan inflamasi
dan penekanan saraf perifer ipsilateral.3,4
21
wajah. Manifestasi dari deformitas ini dapat berupa inkompetensi oral,
epifora dan hidung tersumbat.
Regenerasi sensorik inkomplit Manifestasinya dapat berupa disgeusia,
ageusia atau disesthesia.
Regenerasi Aberrant Selama regenerasi dan perbaikan saraf fasialis, ada
beberapa serabut saraf yang tidak menyambung pada jalurnya tapi
menyambung dengan serabut saraf yang ada didekatnya. Regenerasi
aberrant ini dapat menyebabkan terjadinya gerakan involunter yang
mengikuti gerakan volunter (sinkinesis)
D. KESIMPULAN
22
asimetri otot wajah yang ringan sekitar 10% dan 5% penyembuhan dengan gejala
sisa berat.
23
DAFTAR PUSTAKA
24