PENDAHULUAN
1
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu
tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
2
Pengetahuan adalah hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2007).
Perlunya masyarakat mengetahui tentang kista ovarium adalah agar tidak
berubah ketingkat lanjut artau terlambat menangani serta bagi wanita berusia
20-50 tahun rutin memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kista
ovarium agar dapat diberikan penanganan cepat dan tepat.( Maharani, 2008).
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non
neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm
diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau
kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan
secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk
menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan
dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif. Tindakan operasi pada
tumor yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan
reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor
3
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. Korteks ovarii
a. Mengandung folikel primordial
b. Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf
c. Terdapat korpus luteum dan albicantes
5
2. Medulla ovarii
a. Terdapat pembuluh darah dan limfe
b. Terdapat serat saraf
Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormone. Saat lahir, ovarium wanita normal
mengandung sangat banyak ovum primodial (primitive). Diantara
interval sebelum masa suburnya (umumnya setiap bulan), satu atau
lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesteron
emdan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.
2.3 Etiologi
6
2.3.2 Faktor genetic.
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di dalam rongga
perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
2.5 Klasifikasi
7
b. Kista fungsional
1) kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
rupture atau folikel yang tidak matang direasorbsi cairan
folikuler diantaranya siklus menstruasi. Banyak terjadi pada
wanita menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG,
terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena meningkatnya kadar
LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma sirosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
b. Kistadenoma ovari musinosum: asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu terutama yang pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen yang lain
c. Kistodenoma ovari serosum: berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium)
d. Kista endrometreid: belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
e. Kista dermoid: tumor bersal dari sel telur melalui proses
patogenesis. Pada kehamilan yang di jumpai dengan kista ovarium
ini memerlukan tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut
(pada kehamilan 15 minggu) karena dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan
abortus, kematian dalam rahim. ( Nurarif dan Kusuma, 2015)
2.6 Komplikasi
Salah satu bahaya yang ditakuti ialah kista tersebut menjadi ganas.
Sekalipun tidak semua kista mudah berubah manjadi ganas. Berdasarkan
kajian teoritik, kista fungsional yang sering tejadi dan sangat jarang menjadi
ganas. Sebaliknya kista denoma yang jarang terjadi tetapi mudah menjadi
ganas pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun. Bahaya lain dari
kista adalah terpuntir. Kejadian ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat
dan memerlukan tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai pecah
8
Dalam jangka waktu tertentu, kista terus tumbuh hingga diameter
mencapai puluhan sentimeter. Sebenarnya tidak ada patokan mengenai
ukuran besarnya kista sehingga berpotensi untuk pecahnya kista dapat
menyebabkan pembuluh darah menjadi rusak dan menimbulkan terjadinya
perdarahan yang dapat berakibat fatal
2.7 Patofisiologi
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
9
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endoderm
al, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari
endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya
terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti
terlihat dalam sonogram.
10
2.8 Patway
histerektomi
diskontinuitas jaringan
cemas
Resiko
infeksi
11
2.9 Pemeriksaan Penunjang
2.10 Penatalaksanaan
12
5) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus yang
sesuai dan tidak lengket.
6) Pembalutan dilakukan dengan tekhnik aseptik.
b. Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,
maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi
hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ lainnya.
Cairan yang diperlukan biasanya dekstrose 5-10%, garam fisiologis
dan ranger laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung
pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kira - kira 20 tetes per
menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan tranfusi darah
atau packed-cell sesuai dengan kebutuhan.
c. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral
sebenarnya pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan pada
6 – 10 jam pasca bedah berupa air putih atau air teh yang jumlahnya
dapat di naikkan pada hari pertama dan kedua pasca bedah.
Setelah cairan infus dihentikan, berikan makanan bubur saring,
minuman air, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap
diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makanan biasa.
Sejak boleh minum pada hari pertama, obat - obatan sudah boleh
diberikan peroral.
Pemberian makanan rutin tersebut di atas akan berubah bila dijumpai
komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya kembung
pada perut dan peristaltik usus yang kurang sempurna.
d. Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih
dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut
dapat diberikan obat - obatan anti sakit dan penenang seperti
suntikan intramuskuler (IM) pethidin dengan dosis 100 - 150 mg
atau morpin sebanyak 10 - 15 mg atau secara perinfus atau obat
- obatan lainnya. Dengan pemberian obat–obatan di atas penderita
yang kurang tenang dan gelisah akan merasa lebih tentram.
e. Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi bergantung
pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang
mungkin dijumpai secara psikologis hal ini memberikan pula
kepercayaan pula pada klien bahwa ia mulai sembuh. Perubahan
13
gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada penderita atau
keluarganya yang menungguinya.
Miring kekanan dan ke kiri sudah dapat dimulai 6-10 jam setelah
penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari ke dua penderita
dapat di duduk selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-
dalam lalu menghembuskannya desertai batuk-batuk kecil yang
gunanya untuk melongarkan pernapasan sekaligus memberikan
kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian
posisi tidur terlentang diubah menjadi setengah duduk (Posisi semi
fowler).
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosisi dan emboli.
Sebaliknya bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi
penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap
serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan.
f. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
nyaman pada penderita dan menyebabkan pendarahan. Karena itu
dianjurkan pemasangan kateter tetap (Balon kateter) yang terpasang 24
- 48 jam atau lebih lama lagi, tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita. Dengan cara ini urine dapat ditampung dan diukur dalam
kantong plastik secara periodik. Bila tidak dipasangi kateter yang tetap,
dianjurkan untuk melakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca
operasi kecuali bila penderita dapat berkemih sendiri sebanyak 100 cc.
g. Pemberian Obat-obatan
1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda disetiap
institut, bahkan satu institut pun masing - masing dokter
mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.
2) Obat-obat pencegah perut kembung
Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar
kerja saluran pencernaan dapat diberikan obat-obatan secara
suntikan dan peroral.
3) Obat-obatan lainnya
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan robaransia, obat anti inflamasi atau bahkan
tranfusi darah pada penderita yang anemis
14
BAB III
3.1 Pengkajian
Aktivitas/istirahat
- Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas,
berkeringat malam.
- Kelemahan atau keletihan.
- Keterbatasan (dalam berpartisipasi terhadap latihan).
Sirkulasi
- Palpilasi, nyeri dada,perubahan tekanan darah.
Eliminasi
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses,nyeri pada defekasi.
- Perubahan buang air kecil: nyeri saat berkemih, nematuri,sering
berkemih.
- Perubahan pada bising usus: distensi abdomen.
Integritas ego
- Faktor stress (pekerjaan,keuangan,perubahan peran), cara mengatasi
stress (keyakinan,merokok,minum alkohol dan lain-lain).
- Masalah dalam perubahan dalam penampilan: pembedahan, bentuk
tubuh.
- Menyangkal, menarik diri, marah.
Makanan / cairan
- Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif ,
bahan pengawet.
- Anorexsia, mual-muntah.
- Intoleransi makanan.
- Perubahan berat badan.
- Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
Neurosensory
- Pusing, sinkope.
Nyeri
- Derajat nyeri (ketidak nyamanan ringan sampai dengan derajat).
Pernapasan
- Merokok, pemajanan abses.
Keamanan
- Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama,
berlebihan,demam,ruam kulit / ulserasi.
Seksualitas
- Perubahan pada tingkat kepuasan.
Interaksi social
15
- Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat
perkawinan, masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
Penyuluhan / pembelajaran
- Riwayat penyakit pada keluarga, riwayat pengobatan, pengobatan
sebelumnya atau operasi.
Preoperatif
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada tumor.
Tujuan
Setelah diberi tindakan keperawatan nyeri berkurang sampai hilang sama
sekali.
Kriteria hasil
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi
- Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
Rasional : mengidentifikasi lingkup masalah
- Atur posisi senyaman mungkin.
Rasional : menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri.
- Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.
Rasional : merelaksasi otot-otot tubuh.
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesic.
Rasional : mengurangi atau memblokir rangsangan nyeri.
Tujuan
Setelah 1x24 jam diberi tindakan,gangguan rasa nyaman cemas berkurang.
Kriteria hasil
Klien tidak bertanya-tanya, ikut serta dalam program pengobatan.
Intervensi
- Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.
16
Rasional : mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai
pedoman tindakan selanjutnya.
- Berikan kesempatan tentang apa yang klien rasakan.
Rasional : memberikan minat dan memperbaiki kesalahan konsep.
- Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan
dengan penyakitnya.
Rasional : informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga
klien tahu.
- Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
Rasional : hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat
kecemasan klien.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan luka opersi yang kurang
adekuat
Tujuan
Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi.
Kriteria hasil
Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar.
Intervensi
- Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya.
Rasional : deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat.
- Lakukan perawatan luka operasi secara aseptic dan anti septik.
Rasional : menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna.
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.
Rasional : membunuh mikroorganisme secara rasional.
3.4 Evaluasi
Preoperative
- Nyeri berkurang sampai hilang sama sekali.
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan
mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
- Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi perubahan
pada citra tubuh.
Pasca operasi
- Nyeri hilang atau teratasi.
- Perwatan diri terpenuhi.
- Infeksi luka opersi tidak terjadi.
- Tidak terjadi kontipasi.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
18