Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang


banyak menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan
yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium
yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk menjadi
tumor ganas atau kanker. Perjalanan penyakit yang sillent killer atau secara
diam diam menyebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa
dirinya sudah terserang kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista
sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat
merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft,
atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
abdomen dari epithelium ovarium. Menurut para ahli Kista ovarium
merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008). Kista ovarium
juga dapat menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium. Untuk
mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka
seharusnya dilakukan pendeteksian dini kanker ovarium dengan
pemeriksaan yang lebih lengkap. Sehingga dengan ini pencegahan terjadinya
keganasan dapat dilakukan.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut
atau kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai
kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista
yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan
penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.

Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui


tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi
oleh cairan atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral
dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan yang
lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak.
Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen,
dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan intraabdomen yang

1
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu
tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.

Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai organ


reproduksi khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya
terdapat masalah yang patut untuk diperhatikan. Masalah tersebut adalah
kista ovarium, potensinya dapat menyerang kaum wanita pada umumnya.
Namun pada hegemoni sekarang ini kaum wanita kurang atau bahkan tidak
memperhatikan hal-hal yang berkaitan sehingga resiko timbul kista ovarium
menjadi tinggi. Demikian juga etiologi dari kista ovarium juga sangat erat
dengan aktifitas sehari-hari menjadi faktor pendukung kerentanan individu
terkena kista ovarium. Resiko yang paling ditakuti dari Kista Ovarium yaitu
mengalami degenerasi keganasan, disamping itu bisa mengalami torsi atau
terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi.
Sehingga Kista Ovarium memerlukan penanganan yang profesional dan
multi disiplin
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-
rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,4 per 100.000). Insiden di Amerika
Selatan (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka
kejadian di Asia dan Afrika (WHO, 2010). Asia angka kejadian Kista
Ovarium semakin tinggi pada tahun 2010 sebanyak 60.113 penderita yang
meninggal 21.004 orang dan masih menderita sebanyak 39.109
(http://juwitamrm. blogspot.com/2012/12/kti_27.html), diakses tanggal 30
Agustus 2015). Di indonesia 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan
oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta
penyakit sistem reproduksi misalnya kista ovarium. (Depkes RI, 2011)
Asal usul penyebab timbulnya Kista Ovarium belum ada jawabannya
secara pasti. Diduga terjadinya gangguan pembentukan hormon pada
hipotalamus, hipofise atau ovarium itu sendiri merupakan faktor penyebab
terjadinya Kista Ovarium. Kista indung telur/ovarium timbul dari folikel
yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi (gagalnya folikel berovulasi).

2
Pengetahuan adalah hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2007).
Perlunya masyarakat mengetahui tentang kista ovarium adalah agar tidak
berubah ketingkat lanjut artau terlambat menangani serta bagi wanita berusia
20-50 tahun rutin memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kista
ovarium agar dapat diberikan penanganan cepat dan tepat.( Maharani, 2008).
Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non
neoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberikan
gejala/keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm
diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau
kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan
secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil sikap untuk
menunggu selama 2-3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan
dapat dipertimbangkan untuk pengobatan operatif. Tindakan operasi pada
tumor yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan
reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor

Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih banyak


bagaimana asuhan keperawatan yang diberikam pada penderita kistoma
ovari.

1.2 Runmusan masalah

1.2.1 Apa pengertian kista ovarium?

1.2.2 Apa saja jenis- jenis kista ovarium?

1.2.3 Bagaimana penanganan kista ovarium?

1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan kista ovarium?

3
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan


pada klien dengan kista ovari

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kista ovari

2. Mampu menemukan masalah keperawatan pada klien dengan kista ovari

3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovari

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kista ovari

5. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan


kista ovari

6. Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat serta dapat


mencari solusinya.

7. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk


narasi.

1.4 Manfaat

1. Mampu memahami konsep dasar kista ovarium


2. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada kista ovarium
1.5 Sistematika penulisan
1. Bab 1 Pendahuluan Terdiri Dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Sistematika Penulisan.
2. Bab 2 Tinjuan Pustaka Terdiri Dari:
a. Konsep Dasar Kista Ovarium meliputi: Pengertian, Etiologi,
Patofisiologi, Manifestasi klinik, Klasifikasi, Komplikasi,
Pemeriksaan penunjang, Penatalaksanaan
3. Bab 3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium
meliputi: Pengkajian Perumusan Diagnosa, Perencanaan.
4. Bab 4 Penutup Terdiri Dari: Kesimpulan, Saran

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kista adalah kantong berisi cairan,kista seperti balon berisi air,dapat


tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam – macam ( Jacoeb 2007)

Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada


indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini di bungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk oleh lapisan terluar dari ovarium ( Agusfarly
2008)

Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebih atau abnormal


pada ovarium yang berbentuk seperti kantong. Kista ofarium secara
fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan
siklus menstruasi.( Lowdermilk 2005)

2.2 Anatomi Fisiologi

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan dibelakang


tuba falopii. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira – kira setinggi spina iliaka anterior superior, dan
ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi,
ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog)
dengan testis pada pria. Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah
almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi
dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki
konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan
ovarium licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur
folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. ovarium
terdiri dari dua bagian :

1. Korteks ovarii
a. Mengandung folikel primordial
b. Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf
c. Terdapat korpus luteum dan albicantes

5
2. Medulla ovarii
a. Terdapat pembuluh darah dan limfe
b. Terdapat serat saraf
Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormone. Saat lahir, ovarium wanita normal
mengandung sangat banyak ovum primodial (primitive). Diantara
interval sebelum masa suburnya (umumnya setiap bulan), satu atau
lebih ovum matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesteron
emdan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.

2.3 Etiologi

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab, penyebab inilah yang


nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium, tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium . pada saat normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat
siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur.

Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga


menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista. Cairan
yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar akibat dari
pelukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa
kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan
gigi. Kista jenis ini disebut kista Dermoid.Penyebab dari kista belum
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor pemicu yaitu :

2.3.1 Gaya hidup tidak sehat.


Diantaranya;

1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat


2. Zat tambahan pada makanan
3. Kurang olah raga
4. Merokok dan konsumsi alcohol
5. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
6. Sering stress

6
2.3.2 Faktor genetic.

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu


kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab
tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen ,
polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen
pemicu kanker.

2.4 Manifestasi Klinis

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam


waktu yang lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;

a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut;

a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di dalam rongga
perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

2.5 Klasifikasi

kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium


ovarium. Dan di bagi menjadi dua, yaitu :
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan
progesteron diantaranya ialah :
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.

7
b. Kista fungsional
1) kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
rupture atau folikel yang tidak matang direasorbsi cairan
folikuler diantaranya siklus menstruasi. Banyak terjadi pada
wanita menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG,
terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena meningkatnya kadar
LH yang menyebabkan hiperstimuli ovarium
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma sirosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
b. Kistadenoma ovari musinosum: asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu terutama yang pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen yang lain
c. Kistodenoma ovari serosum: berasal dari epitel permukaan
ovarium (Germinal ovarium)
d. Kista endrometreid: belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
e. Kista dermoid: tumor bersal dari sel telur melalui proses
patogenesis. Pada kehamilan yang di jumpai dengan kista ovarium
ini memerlukan tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut
(pada kehamilan 15 minggu) karena dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan
abortus, kematian dalam rahim. ( Nurarif dan Kusuma, 2015)

2.6 Komplikasi

Salah satu bahaya yang ditakuti ialah kista tersebut menjadi ganas.
Sekalipun tidak semua kista mudah berubah manjadi ganas. Berdasarkan
kajian teoritik, kista fungsional yang sering tejadi dan sangat jarang menjadi
ganas. Sebaliknya kista denoma yang jarang terjadi tetapi mudah menjadi
ganas pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun. Bahaya lain dari
kista adalah terpuntir. Kejadian ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat
dan memerlukan tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai pecah

8
Dalam jangka waktu tertentu, kista terus tumbuh hingga diameter
mencapai puluhan sentimeter. Sebenarnya tidak ada patokan mengenai
ukuran besarnya kista sehingga berpotensi untuk pecahnya kista dapat
menyebabkan pembuluh darah menjadi rusak dan menimbulkan terjadinya
perdarahan yang dapat berakibat fatal

2.7 Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil


yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih.
Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin
(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan
sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel

9
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endoderm
al, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari
endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya
terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti
terlihat dalam sonogram.

10
2.8 Patway

Degenerasi infeksi cairan

Cystoma ovari pembesaran ovarium Nyeri

histerektomi

kurang pengetahuan luka insisi bedah

diskontinuitas jaringan
cemas
Resiko
infeksi

11
2.9 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dan Diagnostik Kista Ovarium adalah :

1. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan


kemungkinan adanya kanker / kista
2. Ultrasound / scan CT : membantu mengidentifikasi ukuran / lokasi
massa.
3. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, pendarahan, perubahan,
endometrial
4. Hitung darah lengkap
5. Foto rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. (
Nurarif dan Kusuma, 2015 :160)

2.10 Penatalaksanaan

Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui


tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan / fisiologis pada pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29 tahun daan yang lebih
muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan
paska operatif setelah pembedahan untuk mengangkut kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu
tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat.
Pengangkatan ovarium saat operasi harus diperiksa untuk
menentukan ganas atau tidak, apabila terjadi keganasan maka ditangani
sesuai dengan tindakan kanker ovarium atau biasa disebut staging
laparatomy
Perawatan Pasca Bedah
a. Perawatan luka insisi/pasca operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain :
1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca
operasi.
2) Klien harus mandi shower bila memungkinkan.
3) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari Selama
masa pasca operasi sampai ibu diperbolehkan pulang/dirujuk.
4) Luka mengeluarkan cairan atau tembus kepakaian, pembalutan
luka harus diulang sebab bila tidak kemungkinan luka terbuka.

12
5) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus yang
sesuai dan tidak lengket.
6) Pembalutan dilakukan dengan tekhnik aseptik.
b. Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi,
maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi
hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ lainnya.
Cairan yang diperlukan biasanya dekstrose 5-10%, garam fisiologis
dan ranger laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung
pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kira - kira 20 tetes per
menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan tranfusi darah
atau packed-cell sesuai dengan kebutuhan.
c. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral
sebenarnya pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan pada
6 – 10 jam pasca bedah berupa air putih atau air teh yang jumlahnya
dapat di naikkan pada hari pertama dan kedua pasca bedah.
Setelah cairan infus dihentikan, berikan makanan bubur saring,
minuman air, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap
diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makanan biasa.
Sejak boleh minum pada hari pertama, obat - obatan sudah boleh
diberikan peroral.
Pemberian makanan rutin tersebut di atas akan berubah bila dijumpai
komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya kembung
pada perut dan peristaltik usus yang kurang sempurna.
d. Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih
dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut
dapat diberikan obat - obatan anti sakit dan penenang seperti
suntikan intramuskuler (IM) pethidin dengan dosis 100 - 150 mg
atau morpin sebanyak 10 - 15 mg atau secara perinfus atau obat
- obatan lainnya. Dengan pemberian obat–obatan di atas penderita
yang kurang tenang dan gelisah akan merasa lebih tentram.
e. Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu
jalannya penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi bergantung
pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang
mungkin dijumpai secara psikologis hal ini memberikan pula
kepercayaan pula pada klien bahwa ia mulai sembuh. Perubahan

13
gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada penderita atau
keluarganya yang menungguinya.
Miring kekanan dan ke kiri sudah dapat dimulai 6-10 jam setelah
penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari ke dua penderita
dapat di duduk selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-
dalam lalu menghembuskannya desertai batuk-batuk kecil yang
gunanya untuk melongarkan pernapasan sekaligus memberikan
kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian
posisi tidur terlentang diubah menjadi setengah duduk (Posisi semi
fowler).
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosisi dan emboli.
Sebaliknya bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi
penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap
serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan.
f. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
nyaman pada penderita dan menyebabkan pendarahan. Karena itu
dianjurkan pemasangan kateter tetap (Balon kateter) yang terpasang 24
- 48 jam atau lebih lama lagi, tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita. Dengan cara ini urine dapat ditampung dan diukur dalam
kantong plastik secara periodik. Bila tidak dipasangi kateter yang tetap,
dianjurkan untuk melakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca
operasi kecuali bila penderita dapat berkemih sendiri sebanyak 100 cc.
g. Pemberian Obat-obatan
1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda disetiap
institut, bahkan satu institut pun masing - masing dokter
mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.
2) Obat-obat pencegah perut kembung
Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar
kerja saluran pencernaan dapat diberikan obat-obatan secara
suntikan dan peroral.
3) Obat-obatan lainnya
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan robaransia, obat anti inflamasi atau bahkan
tranfusi darah pada penderita yang anemis

14
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
 Aktivitas/istirahat
- Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas,
berkeringat malam.
- Kelemahan atau keletihan.
- Keterbatasan (dalam berpartisipasi terhadap latihan).
 Sirkulasi
- Palpilasi, nyeri dada,perubahan tekanan darah.
 Eliminasi
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses,nyeri pada defekasi.
- Perubahan buang air kecil: nyeri saat berkemih, nematuri,sering
berkemih.
- Perubahan pada bising usus: distensi abdomen.
 Integritas ego
- Faktor stress (pekerjaan,keuangan,perubahan peran), cara mengatasi
stress (keyakinan,merokok,minum alkohol dan lain-lain).
- Masalah dalam perubahan dalam penampilan: pembedahan, bentuk
tubuh.
- Menyangkal, menarik diri, marah.
 Makanan / cairan
- Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif ,
bahan pengawet.
- Anorexsia, mual-muntah.
- Intoleransi makanan.
- Perubahan berat badan.
- Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
 Neurosensory
- Pusing, sinkope.
 Nyeri
- Derajat nyeri (ketidak nyamanan ringan sampai dengan derajat).
 Pernapasan
- Merokok, pemajanan abses.
 Keamanan
- Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama,
berlebihan,demam,ruam kulit / ulserasi.
 Seksualitas
- Perubahan pada tingkat kepuasan.
 Interaksi social

15
- Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat
perkawinan, masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
 Penyuluhan / pembelajaran
- Riwayat penyakit pada keluarga, riwayat pengobatan, pengobatan
sebelumnya atau operasi.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada tumor


2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan luka opersi yang kurang
adekuat

3.3 Rencana/ intervensi keperawatan

Preoperatif
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada tumor.

Tujuan
Setelah diberi tindakan keperawatan nyeri berkurang sampai hilang sama
sekali.

Kriteria hasil
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi
- Kaji tingkat dan intensitas nyeri.
Rasional : mengidentifikasi lingkup masalah
- Atur posisi senyaman mungkin.
Rasional : menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri.
- Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi.
Rasional : merelaksasi otot-otot tubuh.
- Kolaborasi untuk pemberian terapi analgesic.
Rasional : mengurangi atau memblokir rangsangan nyeri.

b. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

Tujuan
Setelah 1x24 jam diberi tindakan,gangguan rasa nyaman cemas berkurang.

Kriteria hasil
Klien tidak bertanya-tanya, ikut serta dalam program pengobatan.

Intervensi
- Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien.

16
Rasional : mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai
pedoman tindakan selanjutnya.
- Berikan kesempatan tentang apa yang klien rasakan.
Rasional : memberikan minat dan memperbaiki kesalahan konsep.
- Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan
dengan penyakitnya.
Rasional : informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga
klien tahu.
- Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
Rasional : hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat
kecemasan klien.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan luka opersi yang kurang
adekuat

Tujuan
Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi.

Kriteria hasil
Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar.

Intervensi
- Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya.
Rasional : deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat.
- Lakukan perawatan luka operasi secara aseptic dan anti septik.
Rasional : menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna.
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.
Rasional : membunuh mikroorganisme secara rasional.

3.4 Evaluasi

Preoperative
- Nyeri berkurang sampai hilang sama sekali.
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan
mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
- Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi perubahan
pada citra tubuh.
Pasca operasi
- Nyeri hilang atau teratasi.
- Perwatan diri terpenuhi.
- Infeksi luka opersi tidak terjadi.
- Tidak terjadi kontipasi.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang berbentuk


didalam ovarium. Tiap wanita memiliki dua indung telur (ovarium),
satu di bagian kanan dan satu lagi di kiri Rahim. Ovarium yang
berukuran sebesar biji kenari ini merupakan bagian dari system
reproduksi wanita. Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista,
yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium
normal, folikel graft, atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat
timbul akibat pertumbuhan abdomen dari ephithelium ovarium.
Pada seabagian besar kanker ovarium berbentuk tumor kistik
(kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker
ginekologi.
Kista ovarium dibagi ke dalam dua jenis utama, salah satunya
adalah kista fungsional. Kista fungsional muncul sebagai bagian dari
siklus menstruasi. Kista yang tergolong umum terjadi ini tidak
berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya. Jenis kista yang kedua
adalah kista patologis. Berbeda dengan jenis kista fungsional, kista
patologis mengandung sel abnormal. Pada sebagian kecil kasusnya, sel
abnormal tersebut bersifat kanker.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak
terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat,
kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menakan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang kista ovarium.


Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan oleh
karena itu kami mohon saran yang membangun. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

18

Anda mungkin juga menyukai