Anda di halaman 1dari 14

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Kinandya Naudifta
No. Rekam Medis : 00965784
Usia : 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Gunung Wetan RT/RW 5/1 Jatilawang
Pekerjaan :-
Tgl Masuk : 24 September 2015
Tgl periksa : 29 September 2015
Ruang rawat : Kenanga

II. ANAMNESA
1. Diambil dari :
Ibu pasien (alloanamnesis) pada tanggal 29 September 2015.
2. Keluhan Utama :
Nyeri karena tersiram air panas di dada, perut, dan paha kiri
3. Keluhan Tambahan :
Kulit di dada, perut dan paha kiri mengelupas,
4. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien seorang anak perempuan berusia 1 tahun rujukan dari
Puskesmas Jatilawang dibawa ke IGD RS Prof. Dr. Margono Soekarjo
pada tanggal 24 September 2015 oleh keluarganya dengan keluhan
nyeri karena tersiram air panas di dada, perut, dan paha kiri. Nyeri ini
dikarenakan pasien menyenggol gelas yang berisi air panas dan
akhirnmya mengenai tubuh pasien, peristiwa ini terjadi 2 jam sebelum
masuk RSMS. Keluarga pasien juga mengeluhkan kulit pasien di
bagian dada, perut, dan paha kiri mengelupas serta kemerahan.

5. Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Riwayat keluhan yang sama : disangkal
b. Riwayat berobat alternatif : disangkal
c. Riwayat mondok di rumah sakit : disangkal
d. Riwayat trauma : disangkal
e. Riwayat kencing manis : disangkal
f. Riwayat penyakit jantung dan hipertensi : disangkal
g. Riwayat penyakit ginjal : disangkal
h. Riwayat alergi obat : disangkal

6. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dan memiliki
riwayat tumor
a. Riwayat kencing manis : disangkal
b. Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
c. Riwayat penyakit jantung : disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Sedang, kesakitan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital Sign
Tekanan Darah :-
Nadi : 124 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37.10C
4. BB/TB : 8 kg/70 cm
a. Status Generalis
Kepala : mesochepal, rambut hitam, distribusi rambut merata,
rambut tidak mudah dicabut,
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik, pupil bulat
isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+) normal, ptosis (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), discharge (-) rhinorhea (-), rhinoragia
(-),
Telinga : simetris, discharge (-), otorhea (-), otorhagia (-),
Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor dan hiperemis,
Leher : kelenjar limfe tidak membesar,
Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris, jejas (+) ketinggalan gerak (-), retraksi
interkostal (-)
Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri, NT (+)
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : SD vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, jejas (+)
Palpasi : Ictus Cordis teraba SIC IV 2 jari lateral LMCS,
NT (+)
Perkusi : Batas Kanan Atas : SIC II LPSD
Batas Kiri Atas : SIC II LPSS
Batas Kanan Bawah : SIC IV LPSD
Batas Kiri Bawah : SIC IV 2 jari lateral LMCS

Auskultasi : S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)


Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (+), tanda peradangan (-),
venektasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : supel, pembesaran organ hepar/lien (-), NT (+)
Ekstremitas
Superior : akral hangat, jejas -/-, edema -/-, sianosis -/-,
deformitas -/-, nyeri tekan -/-
Inferior : akral hangat, jejas -/+, edema -/-, sianosis -/-,
deformitas -/+, nyeri tekan -/+

b. Status Lokalis
Regio Thorak dan Abdomen
Inspeksi :
- tampak sebuah luka bakar di bagian thorak dan abdomen dengan
ukuran 10x20 cm.
- bentuk tidak teratur, permukaan luka licin berwarna pucat
kemerahan.
- Tepi tidak rata, batas tegas. Di sekitar luka terdapat kulit melepuh.
Palpasi : nyeri tekan (+)
Regio Extrimitas Inferior
Inspeksi :

- tampak sebuah luka bakar di paha kiri bagian antero-medial


dengan ukuran 5x15 cm.
- bentuk tidak teratur, permukaan luka licin berwarna pucat
kemerahan.
- Tepi tidak rata, batas tegas. Di sekitar luka terdapat kulit melepuh.
Palpasi : nyeri tekan (+)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium 24/9/2015

Pemeriksaan Nilai Kesimpulan


Hemoglobin 12.3 g/dl Normal
Leukosit 10810 u/L Normal
Hematokrit 34 % Normal
Eritrosit 4.6juta g/uL Normal
Trombosit 298.000 /uL Normal
V. DIAGNOSIS
Combustio Grade IIA ± 20%

VI. PENATALAKSANAAN IGD


Terapi Medikamentosa
a. IVFD RL 5 jam I = 320 cc = 21tpm (makro), 16 jam II = 320 cc =
7tpm (makro)
b. Inj Ampicillin 3x300 mg
c. Inj Gentamicin 2x20 mg
d. Kompres tutup luka menggunakan kassa dengan NaCl 0,9%
e. Paracetamol Syr 3x2/3 cth
Terapi Non Medikamentosa
a. Rawat inap bedah plastik
b. Observasi tanda vital
c. Edukasi :
Pasien dan keluarga pasien diberikan pemahaman mengenai
thermal injuries dan kemungkinan komplikasinya. Pasien diminta
untuk meminimalisasi aktifitas, merawat dan menjaga kebersihan
luka. Posisi menyusui miring 45 derajat agar tidak tersedak.

X. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionum : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Dokumentasi
DASAR TEORI
Derajat kedalaman luka dan hitung luas luka (Reed, 2005)
1. Derajat I (superficial)
Luka bakar derajat 1 umumnya eritematous dan nyeri. Contoh yang sering
terjadi yaitu sunburn akibat paparan ultraviolet. Luka bakar ini melibatkan
bagian luar epidermis sehingga tidak menimbulkan masalah kehilangan
cairan karena epidermis yang masih intak dan tidak terbentuk blister. Derajat
ini bisa pulih tanpa skar dalam 4 hingga 5 hari.
2. Derajat II (partial-thickness)
a. Derajat IIa (superficial partial-thickness)
Luka bakar ini melibatkan kerusakan pada sebagian dermis lapisan atas
sehingga kulit tampak merah, nyeri dan disertai blister. Permukaan licin
dan biasanya dapat pulih dengan skar minimal 7 hingga 10 hari. Pada
orang yang berkulit gelap akan kehilangan melanin sehingga terjadi
hipopigmentasi pada penyembuhannya.
b. Derajat IIb (deep partial-thickness)
Luka bakar ini melibatkan lebih dari 50% ketebalan dermis, tampak
putih pucat, terdapat kerusakan neurovascular sehingga rasa nyeri juga
berkurang. Luka derajat ini biasanya membutuhkan waktu 2 hingga 3
minggu penyembuhan.. Luka bakar derajat ini sulit dibedakan dengan
derajat III karena sering menimbulkan skar yang parah dan risiko
kontraktur.
3. Derajat III (full-thickness)
Merupakan luka bakar dengan derajat paling parah. Tampak putih, berlilin,
halus, tidak berdarah atau tidak menunjukkan adanya capillary refill. Luka
bakar ini umumnya tidak nyeri karena telah merusak saraf di dermis secara
total. Pasien dengan luka bakar derajat ini memiliki risiko besar terhadap
infeksi dan dehidrasi berat.
4. Derajat IV
Klasifikasi derajat IV tidak umum digunakan, pada derajat ini terjadi
kerusakan yang melibatkan struktur-struktur yang lebih dalam seperti tendon,
saraf, otot, tulang. Derajat IV biasanya terjadi akibat sengatan listrik.
Menghitung luas luka
Selain klasifikasi kedalaman luka bakar juga diperlukan perhitungan mengenai
luas luka bakar yang biasa disebut total body surface area (TBSA). Perhitungan
TBSA menggunakan rule of 9’s untuk orang dewasa. Perhitungan menggunakan
rule of 9’s sebagai berikut:

Gambar 1. Perhitungan TBSA menggunakan rule of 9’s


Perhitungan TBSA untuk anak biasanya tidak menggunakan rule of 9’s melainkan
menggunakan metode Lund-Browder. Metode ini mengestimasi luka lebih akurat
tidak hanya luas luka tapi juga juga derajat di tiap bagian (Alharbi et al, 2012).
Gambar 2. Perbandingan rule of 9’s (A) dan metode Lund-Browder (B).

Penanganan fase akut luka bakar anak


Penanganan luka bakar berdasarkan ceklis Advance Trauma Life Support (ATLS)
pada primary survey.
1. Airway. Pada keadaan tertentu seperti kebakaran rumah/indoor, zat kimia,
bisa menyebabkan gangguan di saluran respirasi akibat inflamasi dan edema.
Apabila ditemukan adanya stridor, serak, luka bakar perioral atau perinasal,
tanda-tanda rambut hidung, bulu mata atau alis yang terbakar perlu
diantisipasi dengan pemasangan intubasi. Edema mungkin tidak muncul
hingga 48 jam pertama setelah kejadian, apabila penolong menunggu hingga
muncul tanda-tanda gangguan airway, menyebabkan intubasi menjadi
semakin sulit dilakukan (Reed, 2005).
2. Breathing. Semua pasien korban kebakaran indoor harus dievaluasi adanya
keracunan karbon monoksida dan diberikan oksigen 100%.
3. Circulation. Waspada adanya gangguan vaskular serta monitor tekanan darah
dan denyut jantung.
4. Disability. Periksa apakah ada gangguan lain sepreti fraktur dan deformitas,
trauma abdomen dan defisit neurologis.
5. Exposure. Seluruh bagian tubuh pasien harus terekspose, semua pakaian
atau kain yang menempel harus di lepaskan termasuk di daerah orifisium.
6. Fluid resuscitation. Pemberian cairan intravena harus segera dilakukan pada
kulit yang intak. Jika perlu, dapat dilakukan pemasangan kateter pada daerah
yang terbakar. Luka bakar TBSA 15-20% akan menyebabkan syok
hipofolemi jika tidak diresusitasi dengan baik dengan kristaloid. Cairan yang
direkomendasikal pada 24 jam pertama yaitu isotonic Ringer Lactat.
Resusitasi dengan volume besar perlu diberikan karena hanya 20-30% cairan
isotonic yang mengisi intravascular.
Perhitungan pemberian cairan 24 jam pertama untuk pediatrik menggunakan
formula Parkland: 4 ml x TBSA x BB dalam Kg. setengah dari hasil
diberikan 8 jam pertama, setengah sisanya diberikan 16 jam kedua. Anak
dengan berat badan kurang dari 20 kg dapat mengalami hipoglikemik dan
perlu mendapatkan Dextrose 5% seiring dengan resusitasi cairan. Anak
dengan luka bakar juga berisiko mengalami hipotermia, sehingga diperlukan
pemberian cairan resusitasi yang dihangatkan.
Selain menggunakan formula Parkland, bisa juga digunakan formula
Modified Brooke untuk dewasa, dan formula Shriners-Cincinnati atau
Galveston untuk anak (Pham, 2008).
Pada penilaian sekunder, poin-poin diarahkan sebagai penilaian luka bakar
spesifik seperti (Alharbi et al., 2012):
1. Mencari mekanisme luka
2. Waktu terjadinya peristiwa
3. Adanya tanda-tanda kekerasan.
4. Berat badan dan tinggi badan
5. Kemungknan adananya intoksikasi karbonmonoksida.
6. Facial burns. Dilakukan pemeriksaan kornea dan telinga pada kasus trauma
ledakan.

Tabel 1. Estimasi pemberian cairan resusitasi dalam 24 jam pertama (Pham, 2008)
Formula Cairan Volume 24 Cara
jam pertama pemberian
Dewasa Parkland Ringer 4 ml/kg/ 8 jam, 16
Laktat %luka jam
Modified Ringer 2 ml/kg/ 8 jam, 16
Brooke Laktat %luka jam
Anak Shriners- Ringer 4 ml/kg/% 8 jam, 16
Cincinnati Laktat + luka + 1500 jam
NaHCO3 ml/m2 BSA
50meQ
Shriners- Ringer 4 ml/kg/% 8 jam
Cincinnati Laktat, luka + 1500 pertama
(young Albumin ml/m2 BSA 8 jam kedua
pediatric) 5% dalam 8 jam ketiga
Ringer
Laktat
Galveston Ringer 5000 ml/ m2 8 jam, 16
Laktat luka + 2000 jam
ml/ m2 BSA

Selain cairan resusitasi pada anak diberikan tambahan cairan maintenance tiap
jam nya berdasarkan formula Parkland (Hettiaratchy, 2004)
1. Tambahan 4 ml/kg untuk 10 kg pertama berat badan anak.
2. Tambahan 2 ml/kg untuk 10 kg kedua berat badan anak.
3. Tambahan 1 ml/kg untuk berat badan > 20 kg berikutnya.

Standar indikasi masuk rawat pada luka bakar


a. derajat 2 lebih dari 15% pada dewasa dan lebih dari 10% pada anak
b. derajat 2 pada muka, tangan, kaki dan perineum
c. derajat 3 lebih dari 2% pada orang dewasa dan setiap derajat 3 pada anak
d. luka bakar yang disertai trauma visera, tulang dan jalan nafas

PEMBAHASAN

Derajat kedalaman luka dan hitung luas luka


Berdasarkan diagnosis masuk IGD, derajat kedalaman luka dan luas luka sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Reed, 2005 dalam buku Emergency
Management of Pediatric Burns.
a. Derajat IIa (superficial partial-thickness)
Luka bakar ini melibatkan kerusakan pada sebagian dermis lapisan atas
sehingga kulit tampak merah, nyeri dan disertai blister. Permukaan licin
dan biasanya dapat pulih dengan skar minimal 7 hingga 10 hari. Pada
orang yang berkulit gelap akan kehilangan melanin sehingga terjadi
hipopigmentasi pada penyembuhannya.
b. Berdasarkan inspeksi pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada
pasien, dapat diukur luas permukaan menggunakan lund and browder
chart untuk anak 1 tahun:
Badan bagian depan : 13 %
Paha kiri : 3,5 %
Total 16,5 %

Penanganan fase akut luka bakar anak


Berdasarkan penanganan pasien di IGD kurang tepat pada bagian penggantian
cairan,
Penatalaksanaan IGD
Terapi Medikamentosa
a. IVFD RL 5 jam I = 320 cc = 21tpm (makro), 16 jam II = 320 cc = 7tpm
(makro)
b. Inj Ampicillin 3x300 mg
c. Inj Gentamicin 2x20 mg
d. Kompres tutup luka menggunakan kassa dengan NaCl 0,9%
e. Paracetamol Syr 3x2/3 cth

Terapi Non Medikamentosa


a. Rawat inap bedah plastik
b. Observasi tanda vital
c. Edukasi :
Pasien dan keluarga pasien diberikan pemahaman mengenai thermal
injuries dan kemungkinan komplikasinya. Pasien diminta untuk
meminimalisasi aktifitas, merawat dan menjaga kebersihan luka. Posisi
menyusui miring 45 derajat agar tidak tersedak.

Tabel 1. Estimasi pemberian cairan resusitasi dalam 24 jam pertama (Pham, 2008)

Formula Cairan Volume 24 Cara


jam pertama pemberian
Dewasa Parkland Ringer 4 ml/kg/ 8 jam, 16
Laktat %luka jam
Modified Ringer 2 ml/kg/ 8 jam, 16
Brooke Laktat %luka jam
Anak Shriners- Ringer 4 ml/kg/% 8 jam, 16
Cincinnati Laktat + luka + 1500 jam
NaHCO3 ml/m2 BSA
50meQ
Shriners- Ringer 4 ml/kg/% 8 jam
Cincinnati Laktat, luka + 1500 pertama
(young Albumin ml/m2 BSA 8 jam kedua
pediatric) 5% dalam 8 jam ketiga
Ringer
Laktat
Galveston Ringer 5000 ml/ m2 8 jam, 16
Laktat luka + 2000 jam
ml/ m2 BSA

Luas Luka Bakar = ± 0,0275 m2


Estimasi pemberian cairan resusitasi dalam 24 jam pertama menggunakan RL dan
Albumin 5% dalam RL
= 4 ml/kg/% luka + 1500 ml/m2 BSA
= (4x8x16,5)+(1500x0,0275)
= 528 + 41,25
= 569,25 cc
= 570 cc/hari (tiap 8 jam = 190 cc = 63 tpm) (makro)
8 jam I = 190 cc = 63 tpm
8 jam II = 190 cc = 63 tpm
8 jam III = 190 cc = 63 tpm

Selain cairan resusitasi pada anak diberikan tambaan cairan maintenance tiap jam
nya berdasarkan formula Parkland (Hettiaratchy, 2004)
1. Tambahan 4 ml/kg untuk 10 kg pertama berat badan anak.
2. Tambahan 2 ml/kg untuk 10 kg kedua berat badan anak.
3. Tambahan 1 ml/kg untuk berat badan > 20 kg berikutnya.
Maintenance = 4 ml/kg x 8 kg = 32 ml/jam = 11 tpm (makro)
DAFTAR PUSTAKA

Alharbi Z., Andrzej P., Rolf D., Sven R., Gerrit G., Jens K., et al. 2012. Treatment of
burns in the first 24 hours: simple and practical guide by answering 10 questions
in a step-by-step form. World Journal of Emergency Surgery. 7:13
Grunwald TB, Garner WL. Acute Burns Plast Reconstr Surg. 2008(121):311.
Hettiaratchy S., Papini R. 2004. Initial Management of a Major Burn: II—assessment and
resuscitation. BMJ : British Medical Journal, 329(7457), 101–103.
Pham TN., Cancio LC., Gibran NS. 2008. American Burn Association Practice
Guidelines Burn Shock Resuscitation. Journal of Burn Care & Research. 257-266
Pham TN., Cancio LC., Gibran NS. 2008. American Burn Association Practice
Guidelines Burn Shock Resuscitation. Journal of Burn Care & Research. 257-266
Reed JL., Wendy JP. 2005. Emergency Management of Pediatric Burns. Pediatric
Emergency Care. Lippincott Williams & Wilkins 21(2):118-129

Anda mungkin juga menyukai