Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Insiden klamidia trakomatis meningkat secara drastis dalam 10
tahun terakhir. Klamidia trakomatis merupakan salah satu penyebab
penyakit menular seksual yang paling sering di dunia, dan mungkin
merupakan penyakit menular seksual dengan prevalensi paling tinggi di
Amerika Serikat. Lebih kurang 4 juta kasus infeksi klamidia trakomatis
dijumpai setiap tahun. Biasanya bersifat asimptomatis (60-80%
menginfeksi wanita dan 10% menginfeksi pria). Pada tahun 1994
komplikasi yang disebabkan oleh infeksi klamidia trakomatis yang tidak
diobati telah menelan biaya sangat besar di Amerika Serikat.
Klamidia trakomatis adalah suatu mikroorganisme obligat
intraseluler yang memiliki dinding sel yang sama dengan bakteri gram
negatif. Klamidia trakomatis diklasifikasikan sebagai bakteri yang
mengandung deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA),
mereka membelah dengan cara binary fussion, tetapi seperti virus, mereka
berkembang secara intraseluler.Seperti gonorrhea, penjalaran klamidia
trakomatis pada saluran urogenital dimulai dari serviks ataupun uretra ke
atas, dan infeksi klamidia dapat menimbulkan "cacat" (sequelle) yang
serius terutama pada perempuan, karena infeksi klamidia yang ascending
dari saluran genitalia dapat menyebabkan kolonisasi bakteri di
endometrium dan mukosa tuba falopii. Gejala klinis dari penyakit
inflamasi panggul pada wanita sering bersifat asimptomatis. Bentuk sub-
klinis dari infeksi klamidia trakomatis pada saluran genital bagian atas
sering timbul dengan kurangnya pendeteksian dan pengobatan dini, dan
perjalanan penyakitnya menimbulkan infeksi akut maupun kronis sehingga
dapat menyebabkan kehamilan ektopik dan infertilitas.
Akhir-akhir ini terjadi peningkatan kejadian kehamilan ektopik di
beberapa negara Eropa dan Amerika. Selama dua dekade terakhir insiden

1
kehamilan ektopik juga semakin bertambah di banyak negara berkembang.
Dia Amerika Serikat ditemukan kehamilan ektopik sebesar 2 kasus dalam
100 kehamilan, dan lebih dari 95% kehamilan ektopik adalah kehamilan
tuba, yang sering diakibatkan kerusakan tuba setelah satu atau lebih
penyakit radang panggul (PID). PID menyebabkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik sebanyak 5-8 kali. Salah satu kuman penyebab
kehamilan ektopik adalah klamidia trakomatis. Selain klamidia trakomatis,
terdapat pula beberapa mikroba lainnya yang dapat menjadi penyebab
kehamilan ektopik. Kepustakaan lain menunjukkan sebagian besar
kehamilan ektopik merupakan komplikasi jangka panjang akibat infeksi
klamidia trakomatis kronik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi klamidia trakomatis ?
2. Bagaimana etiologi penyakit klamidia trakomatis ?
3. Bagaimana manifestasi klinik penyakit klamidia trakomatis ?
4. Bagaimana penatalaksanaan penyakit klamidia trakomatis ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik penyakit klamidia trakomatis ?
6. Bagaimana komplikasi penyakit klamidia trakomatis ?
7. Bagaimana askep penyakit klamidia trakomatis ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang penyakit klamidia
trakomatis dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan klamidia trakomatis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisiklamidia trakomatis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologiklamidia trakomatis
c. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinisklamidia
trakomatis

2
d. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaanpenunjangklamidia
trakomatis
e. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaanmedis dan
keperawatan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi klamidia trakomatis
g. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan klamidia
trakomatis

D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
klamidia trakomatis
2. Bagi pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara
perawatan pasien dengan penyakit klamidia trakomatis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Klamidia berasal dari kata chlamidia, sejenis organisme mikroskopik
yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, saluran indung telur,
dan saluran kencing. Organisme ini dapat menetap selama bertahun-tahun
dalam tubuh seseorang serta akan merusak organ reproduksi penderita
dengan atau tanpa merasakan gejala apapun. Penyakit ini merupakan salah
satu penyakit menular seksual yang paling umum di seluruh dunia.
Chlamidia trachomatis hanya ditemukan pada manusia serta dapat
merusak alat reproduksi manusia dan menyeabkan penyakit mata. Cara
penularan klamidia melalui hubunan seksual secara vaginal, anal, ataupun
oral.
(Manuaba,1998)
Infeksi klamidia yang tidak diobati mengembangkan gejala penyakit
radang panggul. Pasca infeki kerusakan tuba bertanggung jawab untuk
30% sampai 40% kasus infertilitas perempuan. Selain itu, wanita yang
pernah menderita penyakit radang panggul adalah 6 sampai 10 kali lebih
mungkin untuk mengembangkan ektopik (tuba) kehamilan dibandingkan
dengan mereka yang tidak, serta 40% sampai 50% dari kehamilan ektopik
dapat dikaitkan dengan penyakit radang panggul sebelumnya.
(Manuaba, 1999)
Klamidia trakomatis adalah satu dari 4 spesies (termasuk klamidia
puerorum, klamidia psittaci, dan klamidia pneumonia) dalam genus
Klamidia. Klamidia trakomatis dapat dibedakan dalam 18 serovars (variasi
serologis). Serovar A,B,Ba dan C dihubungkan dengan trakoma (penyakit
mata yang serius yang dapat menyebabkan kebutaan), serovars D-K
dihubungkan dengan infeksi saluran genital, dan L1-L2 dihubungkan
dengan penyakit Limfogranula venereum(LGV).

4
Klamidia trakomatis adalah bakteri obligat intraseluler yang
menginfeksiurethra dan serviks. Serviks adalah tempat yang paling sering
terinfeksi denganKlamidia trakomatis. Klamidia bukan merupakan
penyebab vaginitis, tetapi dapatmengerosi daerah serviks, sehingga dapat
menyebabkan keluarnya cairanmukopurulen. Cairan ini mungkin dianggap
pasien berasal dari vagina. Neonatusyang lahir dari wanita yang terinfeksi
dengan Klamidia memiliki risiko untukterjadinya inclusion conjungtivitis
saat persalinan. 25 sampai dengan 50% daribayi yang terpapar akan
terkena konjungtivitis pada 2 minggu pertama setelahlahir, dan 10 sampai
dengan 20 % akan berlanjut ke pneumonia dalam 3 sampai 4bulan setelah
lahir jika tidak diobati dengan segera. Infeksi Klamidia pada
awalkehamilan telah dihubungkan dengan terjadinya persalinan prematur,
ketubanpecah dini. Meningkatnya angka kejadian late - onset endometritis
yang terjadisetelah persalinan pervaginam, dan infeksi panggul yang berat
setelah operasisesar dapat terjadi ketika infeksi Klamidia di diagnosis pada
pemeriksaan prenatalawal.
Klamidia Trachomatis merupakan organisme kedua terbanyak
dariinfeksi menular seksual yang ditemukan pada sebagian besar wanita,
dan paling banyak ditemukan pada wanita dibawah usia 25 tahun.
Dikarenakan banyak darikasus infeksi ini merupakan infeksi yang
asimptomatik atau tanpa gejala,diperlukan pemeriksaan rutin pada wanita
yang sudah aktif secara seksual yangberusia dibawah 25 tahun dan mereka
yang memiliki resiko.Wanita yang dikatakan memiliki risiko terhadap
infeksi klamidiatrachomatis adalah wanita yang berganti-ganti pasangan
seksual ataupunmempunyai pasangan sesual baru, pekerja seksual,
mengunakan kondom secaratidak konsisten, memiliki riwayat infeksi
menular seksual lainnya, sebelumnyapernah terinfeksi chlamydia ataupun
gonorrhea.
Klamidia trachomatis merupakan parasit intraseluler obligate
yangbergantung pada sel lain untuk hidupnya. Parasit ini menyebabkan
infeksi padaepitel kolumnar. Gejala yang muncul diakibatkan karena

5
peradangan padakelenjar endocervical, yang menghasilkan duh yang
mukopurulenta ataupun duhsekresi dari endoservical. Jika terinfeksi,
jaringan endocervical biasanya akanmembengkak dan kemerahan.
Seringkali diikuti dengan urethritis atau infeksi alatkelamin bawah lainnya,
sehingga sering dijumpainya adanya nyeri ketikaberkemih.

B. Etiologi
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Bakteri ini ditularkan oleh penderita melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan kondom. Penularan chlamydia bisa melalui seks oral, anal,
vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin. Selain itu, chlamydia
juga bisa menular melalui alat bantu seks yang tidak dilapisi dengan
kondom atau tidak dicuci sampai bersih setelah digunakan.
Berhubungan seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan,
dapat meningkatkan risiko terjangkit chlamydia.
(Manuaba, 1999)
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
chlamydia adalah:
1. Pernah mengidap penyakit menular seksual.
2. Memiliki lebih dari satu pasangan seksual/berganti-ganti pasangan.
3. Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
4. Aktif secara seksual sebelum usia 18 tahun.
Chlamydia tidak menular melalui beberapa hal berikut ini:
1. Pelukan
2. Dudukan toilet
3. Menggunakan peralatan makan yang sama dengan penderita
4. Berbagi handuk dengan penderita
5. Ciuman
6. Berenang di kolam renang yang sama
7. Mandi di kamar mandi yang sama

6
Ibu penderita chlamydia bisa menularkan infeksi pada bayi yang
dilahirkannya dan menyebabkan mata menjadi bengkak dan mengeluarkan
cairan atau yang disebut dengan konjungtivitis. Oleh karena itu, ketika
merencanakan kehamilan atau pada saat awal kehamilan, pastikan Anda
tidak sedang mengalami infeksi ini dan jika positif, obati secepat mungkin.
(Nugroho, 2012)

C. Manifestasi Klinik
Pada klamidia, gejala yang sering dijumpai pada penderita
penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning,
disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing.
Chlamidia dikenal sebagai silent epidemi karena pada wanita, hal
tersebut mungkin tidak menimbulkan gejala dan dapat tidak terdeteksi
selama berbulan-bulan atau tahunan. Pada wanita yang terkena infeksi
klamidia pada leher rahim (cervicitis) merupakan penyakit menular
seksual yang tidak bergejala (asimtomatik) pada sekitar 50-70% dan kira-
kira setengahnya akan mengembangkan penyakit radang panggul (PRP).
PRP dapat menyebabkan munculnya jaringan parut didalam organ-organ
reproduksi yang kemudian dapat menimbulkan komplikasi yang serius
bagi wanita seperti nyeri panggul kronis, kehamilan ektopik (tuba),
kesulitan menjadi hamil, dan komplikasi kehamilan lain yang berbahaya.
Sedangkan pada pria 50% kasus, gejala yang ditimbulkan berupa
radang uretra (uretritis). Klamidia juga berpotensi menyebabkan prostatitis
(peradangan pada kelenjar prostat), ini kemungkinan kontaminasi dari
uretritis. Gejala yang dirasakan, rasa nyeri atau rasa panas ketika buang air
kecil, testikel bengkak atau lembut, demam, serta keluar kotoran yang
tidak biasa dari penis. Gejala lain, keluarnya cairan yang umumnya kurang
kental dan lebih ringan dalam warna dibandingkan pada penyakit gonore.
Klamidia dapat juga menyebabkan penyakit mata, yang biasa
disebut konjungtivitis klamidia. Infeksi dapat menyebar dari mata ke mata
oleh jari, memakai kain atau handuk bersamaan ataupun batuk dan bersin.

7
Selain itu, chlamydia trachomatis juga merupakan penyebab
lymphogranuloma venereum, infeksi kelenjar getah bening dan limfatik.
Biasanya gejala yang ditimbulkan berupa ulserasi genital serta
pembengkakan getah bening di selangkangan tetapi kemungkinan juga
akan muncul sebagai proktitis (radang anus), demam ataupun
pembengkakan kelenjar getah bening lain diwilayah lain dari tubuh.
Klamidia dapat naik ke saluran tuba sehingga dapat menyebabkan
penyakit radang panggul, yang dapat menyebar ke rongga perut. Penyakit
radang panggul dapat menimbulkan demam serta sakit perut. Dengan
pengobatan antibiotik yang cepat dan tepat serta istirahat di tempat tidur,
kebanyakan radang panggul dapat benar-benar sembuh. Jika terlambat atau
sampai tidak diobati radang panggul dapat menyebabkan luka disaluran
tuba. Sehingga dapat menyumbat tuba falopi dan menyebabkan
kemandulan atau kehamilan ektopik.
(Nugroho, 2012)
Masa inkubasi dari infeksi klamidia adalah 7-12 hari, masa klinis
klamidia sampai muncul gejala adalah 1-3 minggu. Sekitar 25 % pada pria
dan sebagian besar pada wanita bersifat asimtomatis. Masa laten timbul 2-
14 hari setelah infeksi. Hampir sama dengan N gonorrhea masa
inkubasinya 0 - 2 minggu, sehingga menjadi diagnosis banding dari
klamidia untuk terjadinya konjungtivitis pada bayi baru lahir. Jika sudah
terinfeksi penderita dapat mengidap penyakit ini selama berbulan-bulan
bahkan bertahun- tahun tanpa mengetahuinya.
Manifestasi klinik untuk infeksi klamidia pada perempuan dapat
berupa sindroma urethral akut (uretritis), bartolinitis, servisitis, infeksi
saluran genital bagian atas (endometritis, salfingo-oophoritis, atau
penyakit radang panggul), dan perihepatitis (sindroma Fitz-Hugh-
Curtis)atau peradangan pada kapsul hati. Kehamilan ektopik juga dapat
terjadi oleh karena infeksi klamidia, yang biasanya didahului dengan
penyakit radang panggul. Gejala tergantung dari lokasi infeksinya. Infeksi
dari urethra dan saluran genital bagian bawah dapat menyebabkan disuria,

8
duh vagina yang abnormal, atau perdarahan post koital. Pada saluran
genital bagian atas (endometritis, atau salphingitis, kehamilan ektopik)
dapat menimbulkan gejala seperti perdarahan rahim yang tidak teratur dan
abdominal atau pelvic discomfort.
Sebagian besar penderita chlamydia tidak merasakan gejala apa
pun saat awal tertular penyakit ini. Namun setelah 1 sampai 3 pekan,
biasanya gejala baru akan muncul. Meskipun sudah muncul, gejala
chlamydia seringkali diabaikan karena biasanya tidak parah dan segera
berlalu. Gejala yang dialami oleh pria berbeda dengan wanita. Satu-
satunya gejala yang bisa dialami oleh keduanya adalah rasa sakit ketika
buang air kecil.
Setengah dari pria penderita chlamydia tidak merasakan gejala
penyakit ini, dan sisanya lagi mengalaminya. Gejala yang muncul bisa
berupa rasa sakit pada testikel, sensasi terbakar atau gatal pada saat
berkemih, dan keluarnya cairan berwarna putih kental atau encer dari
ujung penis. Infeksi masih terjadi dan bisa ditularkan walau gejala yang
dialami sudah hilang.
Sedangkan pada wanita, persentase yang tidak mengalami gejala
adalah sekitar 70 persen, dan sisanya yaitu 30 persen mengalami gejala.
Gejala yang muncul dapat berupa perdarahan ketika atau setelah selesai
melakukan hubungan seks dan keluarnya cairan yang tidak biasa dari
vagina. Selain itu, ada juga yang mengalami menstruasi lebih berat dari
biasanya, perdarahan di antara masa menstruasi, dan rasa sakit pada perut
bagian bawah.
Chlamydia tidak hanya menginfeksi alat kelamin, tapi bisa juga
menjangkiti mata dan menyebabkan terjadinya konjungtivitis jika cairan
vagina atau sperma yang terinfeksi terkena mata. Mata yang terinfeksi akan
terasa perih, bengkak, teriritasi, dan mengeluarkan cairan. Anus juga bisa
terinfeksi dan menyebabkan perdarahan, keluar cairan, serta rasa sakit dan
tidak nyaman.

9
Pada perempuan :

1. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
2. Menimbulkan keluhan keputihan yang disertai nyeri pada saat
BAK dan adanya mukopurulen dan perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual
3. Penularan tidak disadari, karena kebanyakan perempuan yang terinfeksi
tidak merasakan gejala
4. Pasien biasanya datang dengan stadium lanjut
5. Rasa sakit setelah melakukan hubungan seksual

Pada laki-laki :

1. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
2. Keluar cairan di uretra berupa lender yang jernih samapi keruh terdapat
bercak pada celana dalam terutama pada pagi hari
3. Pelvisnya bengkak karena terjadi Epedidimitis

D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan klamidia
a. Untuk infeksi chlamidia trachomatis pengobatannya dengan
memberikan terapi antibiotik.
b. Centers for Disease Control ( CDC-US ) menyediakan pedoman
untuk perawatan berikut :
1) Doxycycline 100mg dua kali sehari selama 7-14 hari
2) Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal
3) Tetrasiklin

10
4) Eritromisin
(Manuaba, 1998)
Pengobatan terhadap infeksi klamidia diberikan ketika infeksi ini telah
terdiagnosis atau dicurigai. Pengobatan juga melibatkan partner seksual
pasien. Pengobatan yang efektif dan murah untuk infeksi genital
klamidia telah tersedia untuk setiap gejala klinis yang umum.Pada suatu
penelitian randomized controlledntrial (RCT), efikasi pengobatan 7 hari
dengan doksisiklin adalah sama dengan pengobatan dengan azitromisin
dosis tunggal. Keduanya memiliki angka kesembuhan lebih dari 95%
pada pria dan wanita yang tidak hamil. Pada ibu hamil yang terinfeksi
klamidia, dari Chohrane Review pada 11 penelitian mengenai
pengobatan infeksi klamidia pada kehamilan, amoksisilin memiliki
efektifitas yang sama dengan eritomisin.
a. Pada wanita yang tidak hamil
1) Azitomisin 1 gram per oral dalam dosis tunggal (keamanan pada
masa hamil atau menyusui tidak dijamin), atau
2) Doksisiklin 100 mg per oral 2 kali/hari selama 7 hari (di
kontraindikasikan selama kehamilan)
b. Alternatif bagi wanita yang tidak hamil
1) Eritromisin 500 mg per oral 4 kali/hari selama 7 hari, atau
2) Ofloksasin 300 mg per oral 2 kali/hari selama 7 hari (kontra
indikasi selama hamil dan menyusui), atau
3) Levofloksasin 500 mg per oral setiap hari selama 7 hari
c. Untuk wanita hamil
1) Eritromisin 500 mg per oral 4 kali/hari selama 7 hari, atau
2) Amoksisilin 500 mg 3 kali/hari selama 7 hari

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Sarankan abstinensia selama masa pengobatan hingga dinyatakan
pulih betul melalui pemeriksaan pada saat kontrol sekitar 5-7 hari
pasca pengobatan azitromisin, atau bila menggunakan pilihan

11
antibiotik lainnya, maka kontrol setelah pengo a batan selesai, dan
lanjutkan abstinensia hingga minimal 7 hari pasca pengobatan
selesai untuk mengoptimalkan pemulihan dan menghindari reinfeksi
b. Pastikan pasangan penderita turut diperiksa untuk mendeteksi
penularan, dan agar mendapatkan terapi, sehingga menghindari re-
infeksi atau ping-pong phenomenon
c. Edukasi untuk menghindari hubungan seksual berisiko setelah
dinyatakan pulih, minimal gunakan kondom dengan benar, dan
utamakan hubungan seksual monogamis

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pada klamidia umumnya tidak memberikan gejala. Sekitar 75%
wanita dan 50% pria yang terinfeksi tidak memiliki gejala. Pengujian
dapat dilakukan dengan alat tes ke vagina, penis, anua, leher rahim, dan
atau tenggorokan. Beberapan dokter menggunakan tes urin untuk
mendiagnosis klamidia.
Adapun tes untuk mendiagnosis klamidia yang saat ini merupakan
menjadi andalan, seperti Nucleic acid amplification tests ( NAAT ), seperti
pada polymerase chain reaction ( PCR ), transcription mediated
amplification ( TMA ) serta DNA strand displacement amplification
(SDA). NAAT untuk klamidia dapat dilakukan dengan cara mengambil
spesimen yang diambil dari leher rahim pada perempuan sedangkan untuk
pria diambil spesimen dari uretra.
Wanita yang aktif berhubungan seksual dan tidak dalam kondisi
hamil, skrining dianjurkan pada wanita yang berusia dibawah 25 tahun
serta wanita yang beresiko terinfeksi.
( Nugroho, 2012 )
Diagnosis berdasarkan anamnesa, riwayat penyakit, dan
pemeriksaan fisik, infeksi klamidia sukar dibedakan dengan gonorrhea
karena gejala dari kedua penyakit ini sama dan penyakit ini dapat timbul

12
bersamaan meskipun jarang. Cara yang paling dipercaya untuk
mengetahui infeksi klamidia adalah melalui pemeriksaan laboratorium.
Pada prinsipnya, penegakan diagnosis infeksi klamidia trakomatis
sama seperti infeksi mikroorganisme lainnya, tetapi karena gejala serta
gambaran klinis infeksi ini tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan tes yang sekarang tersedia termasuk kultur sel,
deteksi antigen, deteksi asam nukleat, pemeriksaan serologi.
Baku emas untuk pemeriksaan infeksi klamidia trakomatis adalah
kultur dari swab yang didapat dari endoserviks pada wanita atau uretra
pada pria.Ini merupakan metode tradisional untuk diagnosis laboratorium
dan tetap sebagai metode pilihan untuk spesimen medikolegal dimana
sensitifitas diperkirakan 80- 90% dan spesifitasnya 100%, dibiakkan pada
sel-sel Mc.coy yaitu sel-sel fibroblas tikus (L-cel). Tetapi hambatan dari
metode pemeriksaan kultur ini adalah waktu yang dibutuhkan lebih lama,
dan berkembangnya tes non cultured based. Namun tes non cultured -
based, termasuk tes deteksi antigen dan nonamplfied nucleicacid
hybridization seperti Direct Fluoresent Antibodi (DFA), dengan tehnik ini
Clamidia bebas ekstra seluler yang disebut badan elementer (BE) dapat
ditemukan. Cara ini tidak dapat membedakan antara organisme mati atau
hidup. Mempunyai kemampuan terbatas karena kegagalan untuk
mendeteksi beberapa bagian penting dari infeksi klamidia, tetapi memiliki
keuntungan tidak membutuhkan biakan sel jaringan dan hasilnya dapat
diketahui dalam 30 menit.
Pemeriksaan yang lebih baru dan mendeteksi DNA atau RNA
spesifik terhadap klamidia trakomatis (termasuk PCR, ligase chain
reaction, dan RNAtranscription - mediated amplification) lebih sensitif
daripada generasi pertama tes non culture based. Sensitifitasnya kurang
dibandingkan dengan metode kultur yaitu 70-80% dan spesifitasnya 99%.
Sensitifitas sedikit lebih rendah ketika tes yang baru ini digunakan pada
spesimen urin dibandingkan pada specimen endoserviks.

13
Infeksi klamidia trachomatis dapat dideteksi melalui pemeriksaan
laboratorium dengan memeriksa antibodi Ig G anti chlamydia trachomatis
dalam serum secara ELISA. Cara ini memiliki efektifitas yang cukup baik,
tidak invasif dan memerlukan biaya yang lebih sedikit.
Pemeriksaan serologi untuk mendiagnosa infeksi klamidia
sekarang ini dilakukan secara rutin sebagi alat pendeteksi tidak invasif
yang dapat mengindentifikasi infeksi akut dan kronis. Infeksi awal
klamidia terlihat dari dominasi respon IgM (muncul dalam 2-4 minggu)
diikuti IgG dan IgA ( 6-8 minggu). Pada fase akut infeksi chlamydia
antibodi IgM biasanya menghilang dalam 2-6 bulan, diikuti peningkatan
antobodi IgG yang naik secara cepat dan menurun secara lambat ketika
antibodi IgA muncul secara cepat. Antibodi IgM digunakan sebagai
indikasi adanya infeksi akut, antibodi IgA sebagai petanda infeksi kronis,
dimana akan menurun ke titer terendah ketika pengobatan adekuat
diberikan. Reinfeksi ditandai dengan peningkatan secara cepat titer
antibodi IgG dan tidak didapatkan IgM. Peningkatan 4 kali dari batas
normal nilai antibodi IgG mengindikasikan pasien infeksi kronis yang
berkelanjutan ataupun infeksi sistemik. Infeksi akut: titer Ig M >1 dan atau
peningkatan 4 kali lipat atau penurunan titer Ig G, Infeksi Kronis : titer Ig
Gtetap tinggi > 1:256.
Pada laboratorium dengan fasilitas terbatas , sebagai pedoman
infeksi klamidia trakomatis pada pria memberi gejala berupa sekret uretra
seropurulen atau mukopurulen serta ditemukan sel PMN > 5 perlapangan
pandang dan tidak ditemukan diplokokus gram negatif intra atau eksra
seluler pada pemeriksaan hapusan sekret uretra. Sedangkan pada wanita
adanya sekret serviks seropurulen atau mukopurulen dan sel PMN > 30
perlapangan pandang serta tidak ditemukan kuman diplokokus gram
negatif intra ataupun ekstra seluler pada sediaan hapusan.
F. Komplikasi

14
a. Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke i atau beberapa sendi,
dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga
pergerakannya menjadi terbatas.
b. Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-
bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau
nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya
(sindroma artritis-dermatitis).
c. Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis)
d. Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang
menyerupai kelainan kandung empedu.
e. Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi
masa penyembuhan untuk artritiss atau endokarditis berlangsung
lambat.
(Manuaba, 1998)
f. Penyakit radang panggul
g. Kemandulan
h. Kehamilan di luar kandungan
i. Infeksi mata berat
j. Radang paru-paru pada bayi baru lahir
k. Memudahkan penularan HIV
(Manuaba, 1999)
Meskipun umumnya orang yang menderita klamidia tidak
menunjukkangejala, manifestasi paling sering pada penyakit ini adalah
adanya suatu reaksilokal peradangan pada mukosa yang dihubungkan
dengan keputihan, uretritispada pria, vaginitis, servisitis pada wanita.
Pada wanita dengan infeksi klamidiayang tidak diobati dapat
menyebabkan penyakit radang panggul, dengansequealae termasuk
infertilitas, kehamilan ektopik dan radang panggulkronik.
Klamidia merupakan satu dari beberapa penyebab infeksi radang
pangguldan infertilitas pada wanita. Setiap episode tunggal dari penyakit
radang panggul,risiko untuk terjadinya infertilitas faktor tuba adalah 11%.

15
Setiap episode berikutakan meningkatkan risiko 2 - 3 kali lipat. Wanita
yang memiliki riwayat penyakitradang panggul mengalami peningkatan
risiko untuk terjadinya kehamilan tubasebesar 7 - l0 kali lipat. Pada l5%
wanita yang menderita infeksi radang panggul,nyeri abdomen yang kronik
merupakan gejala klinik jangka panjang yang banyakdihubungkan dengan
adanya perlekatan pada ovarium dan tuba falopii di ronggapelvis. Pada
pasangan subfertil, infeksi klamidia bertanggung jawab untukterjadinya
sekitar 50% infertilitas faktor tuba. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada pasien - pasien dengan tes klamidia positif
memilikirisiko untuk terjadinya infertilitas faktor tuba, dan kehamilan
ektopik lebih tinggidibandingkan dengan pasien - pasien dengan tes
Klamidia negatif.
Infertilitas merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi
akibatinfeksi klamidia, dimana infertilitas adalah ketidak mampuan
menghasilkanpembuahan setelah selama satu tahun melakukan hubungan
seksual tanpapenghalang . Jika sebelumnya tidak pernah ada kehamilan,
maka dikategorikansebagai infertilitas primer, sedangkan jika sebelumnya
telah terjadi kehamilan,maka dikategorikan sebagai infertilitas sekunder.
Bagi pasangan yang mencobamelalukan pembuahan maka sekitar 50%
wanita akan mengalami kehamilandalam 3 bulan, dan 75% akan hamil
dalam 6 bulan, dan 85% akan hamil dalamsatu tahun.
Infertilitas merupakan suatu kondisi yang umum terjadi, ini terjadi
padasekitar 10-15% pasangan pada usia produktif. Sebagai catatan,
meskipun tanpaterapi apapun, separuhwanita infertil akan mengalami
kehamilan pada tahunkedua. Sehingga banyak pasangan lebih tepat untuk
dikategorikan sebagisubinfertil daripada infertil, dimana dapat terjadi
pembuahan secara alamiah,namun memerlukan waktu yang lebih lama.
Namun pada wanita dengan usiadiatas 40 tahun angka kehamilan pada
tahun kedua relatif tidak bertambah. Padaumumnya semua sepakat untuk
memulai evaluasi infertilitas setelah satu tahunpasangan tidak dapat
menghasilkan pembuahan.

16
Disisi lain, sama halnya dengan infeksi menular seksual lain,
infeksi padaibu memiliki dampak terhadap janin yang dapat tertular
melalui jalan lahir. Padainfeksi oleh karena klamidia trakomatis, dapat
menyebabkan konjungtivitis danpneumonia. Pada banyak kasus
konjunctivitis yang disebabkan oleh klamidiamerupakan penyakit yang
self limiting dan tidak menimbulkan komplikasi jangkapanjang pada mata.
Keadaan ini didapatkan pada jenis - jenis klamidia yang ada dinegara -
negara maju, sedangkan di negara – Negara berkembang, seperti
Nepal,ada beberapa jenis klamidia yang dapat menyebabkan kebutaan
(trakoma).
Pneumonia pada neonatus yang disebabkan klamidia dapat
menimbulkan dampakyang serius. Untungnya bila pneumonia telah
terdiagnosis lebih awal, pengobatandengan antibiotik efektif untuk
mengontrol infeksi.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata.
a. Tanggal wawancara
b. Tanggal MRS.
c. Nama,
d. umur jenis kelamin
e. Suku / bangsaagama,
f. Pendidikanpekerjaan,
g. status perkawinan,
h. Alamat,
i. Penanggung jawab.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu : gatal-gatal pada kemaluan dan
adanya keputihan.
b. Riwayat penyakit sekarang : nyeri pada bagian pelvis, nyeri
saat buang air kecil.
c. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada penyakit yang
berhubungan dengan klamidia

3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi

18
1) Adanya keputihan
2) Adanya bercak-bercak keputihan pada celana dalam.
3) Kulit kelamin berwarna kemerah-merahan.

b. Palpasi
Kelenjer inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan
dan bengkak. Pasien diperiksa untuk adanya nyeri tekan abdominal
dan rahim. Mulut dan tenggorokan untuk mencari tanda peradangan
atau eksudat.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan rasa terbakar,
bau atau gatal-gatal akibat infeksi.
2. Ansietas berhubungan dengan lamanya penyembuhan penyakit dan
gejala yang muncul.
3. Kelelahan berhubungan dengan disfungsi seksual (penurunan libido,
depresi) rasa penolakan oleh seksual pasangan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan penularan penyakit yang terpajan.

19
D. INTERVENSI

Diagnosa Kriteria dan


No Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Gangguan rasa NOC NIC
nyamannyeri 1. Pain level Pain Management
berhubungan 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan rasa 3. Comport level secara komprehensip
terbakar, bau atau Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
gatal-gatal akibat 1. Mampumengontrol karakteristik, durasi,
infeksi. nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitasdan factor
nyeri, mampu presipitasi.
Definisi : merasa
menggunakan tehnik 2. Observasi reaksi nonverbal
kurang senang,
nonfarmakologi dari ketidaknyamanan.
lega, dan sempurna
untuk mengurangi 3. Gunakan tehnik komunikasi
dalam dimensi
nyeri, mencari terapeutik untuk mengetahui
fisik,
bantuan). pengalaman nyeri pasien.
psikospiritual,
2. Melaporkan bhwa 4. Kaji kultur yang
lingkungan, dan
nyeri berkurang mempengaruhi respon nyeri.
sosial.
dengan 5. Evaluasi pengalaman nyeri
Batasan
menggunakan masa lampau.
Karakteristik
management nyeri. 6. Evaluasi bersama pasien dan
a. Ansietas
3. Mampu mengenali tim kesehatan lai tentang
b. Menangis
skala nyeri 0 – 10 ketidakefektifan kontrol
c. Gangguan
4. Menyatakan rasa nyeri masa lampau.
pola tidur
nyaman setelah nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga
d. Takut
berkurang. untuk mencari dan

20
e. Ketidaknyam menemukan dukungan.
anan untuk 8. Control lingkungan yang
rileks dapat mempengaruhi nyeri
f. Iritabilitas seperti suhu ruangan,
g. Merintih pencahayaan dan kebisingan.
h. Melaporkan 9. Kurangi factor presipitasi
merasa nyeri.
dingin 10. Pilih dan lakukan
i. Melaporkan penanganan nyeri
merasa panas (farmakologi, non
j. Melaporkan farmakologi dan inter
merasa tidak personal)
nyaman 11. Kaji tipe dn sumber nyeri
Faktor yang untuk menentukan
Berhubungan intervensi.
a. Gejala terkait 12. Ajarkan tentang teknik non
penyakit farmakologi.
b. Sumber yang 13. Berikan analgetik untuk
tidak adekuat mengurangi nyeri.
c. Kurang 14. Evaluasi keefektifan
pengendalian kontrol nyeri.
lingkungan 15. Tingkatkan istirahat.
d. Kurang 16. Kolaborasikan dengan
privasi dokter jika ada keluhan dan
e. Kurang tindakan nyeri tidak
kontrol berhasil.
situasi Analgesic
f. Stimulasi Administration
lingkungan 17. Tentukan lokasi,
mengganggu. karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum

21
pemberan obat.
18. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi.
19. Cek riwayat alergi.
20. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu.
21. Tentukan pilihan analgesik
tipe dan berat nyeri.
22. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian , dan dosis
optimal.
23. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur.
24. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali.
25. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat.
26. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala.
2. Ansietas NOC NIC
1. Anxiety level Anxiety Reduction
berhubungan
(penurunan kecemasan)
2. Sosial Anxiety level
dengan 1. Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil
lamanya penyemb menenangkan
1. Klien mampu
uhan penyakit dan 2. Nyatakan dengan jelas
mengidentifikasi dan
gejala yang harapan terhadap pelaku

22
muncul. mengungkapkan pasien
Definisi : gejala cemas 3. Jelaskan semua prosedur dan
Perasaan tidak 2. Mengidentifikasi apa yang dirasakan selama
nyaman atau mengungkapkan dan prosedur
kekawatiran yang menunjukkan teknik 4. Pahami perspektif pasien
samar disertai untuk mengontrol terhadap situasi stres
respon autonom cemas 5. Temani pasien untuk
(sumber sering kali 3. Vital sign dalam memberikan keamanan dan
tidak spesifik atau batas normal mengurangi takut
tidak diketahui oleh 4. Postur tubuh, 6. Dorong keluarga untuk
individu) ; perasaan ekspresi wajah, menemani anak
takkut yang bahasa tubuh dan 7. Dengarkan dengan penuh
disebabkan oleh tingkat aktivitas perhatian
antisipasi terhadap menunjukkan 8. Identifikasi tingkat
bahaya. Hal ini berkurangnya kecemasan
merupakan isyarat kecemasan 9. Bantu pasien mengenal
kewaspadaan yang situasi yang menimbulkan
memperingatkan kecemasan
individu akan 10. Dorong pasien untuk
adanya bahaya dan mengungkapkan perasaan,
kemampuan ketakutan, persepsi
individu untuk 11. Instruksikan pasien
bertindak menggunakan teknik
menghadapi relaksasi
ancaman. 12. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

3. Kelelahan NOC NIC


berhubungan 1. Endurance Energy management
1. Observasi adanya
dengan disfungsi 2. Concertasion
pembatasan klien dalam
seksual (penurunan 3. Energy

23
libido, depresi) rasa conservation melakukan aktivitas
penolakan oleh 4. Nutritional status 2. Dorong anak untuk
seksual pasangan. energy mengungkapkan
Definisi : Kriteria Hasil : perasaan terhadap
Rasa letih luar 1. Memverbalisasikan keterbatasan
biasa dan peningkatan energy 3. Kaji adanya faktor yang
penurunan dan merasa lebih menyebabkan kelelahan
kapasitas kerja fisik baik 4. Monitor nutrisi dan
dan jiwa pada 2. Menjelaskan sumber energy yang
tingkat yang penggunaan energy adekuat
biasanya secara untuk mengatasi 5. Monitor pasien akan
terus menerus. kelelahan adanya kelelahan fisik
3. Kecemasan menurun dan emosi secara
4. Glukosa darah berlebihan
adekuat 6. Monitor respon
5. Kualitas hidup kardiovaskuler terhadap
meningkat aktivitas
6. Istirahat cukup 7. Monitor pola tidur dan
7. Mempertahankan lamanya tidur / istirahat
kemampuan untuk pasien
berkonsentrasi 8. Dukung pasien dan
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan, berhubungan
dengan perubahan hidup
yang disebabkan
keletihan
9. Bantu aktivitas sehari
hari sesuai dengan
kebutuhan
10. Tingkatkan tirah

24
baring dan pembatasan
aktivitas
11. Konsultasi dengan
ahli gizi untuk
meningkatkan asupan
makanan yang berenergi
tinggi
4. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan 1. Immune status Infection control (kontrol
dengan penularan 2. Knowledge : infeksi )
penyakit yang infection control 1. Pantau tanda-tanda vital
terpajan. 3. Risk control perhatikan peningkaan suhu
Definisi : Kriteria Hasil : 2. Observasi penyatuan luka,
Mengalami 1. Klien bebas dari karakter drainase, adanya
peningkatan resiko tanda dan gejala inflamasi
terserang infeksi 3. Observasi penyatuan luka,
organisme patogen 2. Mendeskripsikan karakter drainase, adanya
prosespenularan inflamasi
penakit, factor yang 4. Pantau pernafasan, bunyi
mempengaruhi nafas, pertahankan kepala
penularan serta tempat tidur tinggi 35-45,
penatalaksanaannya bantu pasien untuk
3. Menunjukkan membalik, batuk dan nafas
kemampuan untuk dalam, bantu dengan
mencegah timbulnya spirometer insentif, meniup
infeksi botol.
4. Jumlah leukosit 5. Observasi terhadap
dalam batas normal tanda/gejala peritonitis,
5. Menunjukkan misalnya: demam,
perilaku hidup sehat peningkatan nyeri, distensi
abdomen

25
6. Pertahankan luka aseptik.
Pertahankan balutan kering
7. Gunakan bebat mintgomery
untuk mengamankan
balutan, bila diindikasikan.
8. Kultur terhadap kecurigaan
drainase/sekresi, kultur baik
dari bagian tengah dan tepi
luar luka dan dapatkan kultur
anaerobik sesuai indikasi.
9. Lakukan irigasi luka sesuai
kebutuhan
10. Kolaborasi dengan
dokter untuk obat-obatan
antibiotik, mis : Cefazoline.

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Chlamydia Trachomatis merupakan penyebab infeksi genital non
spesifik yang terbanyak sekarang ini dibandingkan dengan organisma lain,
baik di negara maju maupun negara berkembang. Diperlukan
indentifikasi/diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dan tepat dalam
usaha memutus mata rantai penularan dalam masyarakat dan mencegah
sequele jangka panjang.
Penyakit ini juga dapat menyerang bayi hal itu di karenakan
ditularkan oleh ibu bayi tersebut. Penyakit ini ditularkan dengan cara
seksual
Penyakit ini juga banyak menyerang orang – orang yang suka
menggonta ganti pasangan seks, melakuakan hubungan seks yang tidak
sehat, serta laki – laki atau perempuan yang biasa memakai jasa PSK

B. Saran
Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah:
1. Abstensia ( tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra
seksual yang diketahui menderita penyakit ini ).
2. Hindari oral seks dengan pasangan yang positif chlamydia
karenainfeksiini dapat ditularkan melalui rongga mulut.
3. Chlamydia tak jarang pula bisa di tularkan lewat liang dubur jika
melakukan sodomi dan disarankan perilaku tersebut tidak
dilakukan.
4. Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini sebaiknya
menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti – ganti
pasangan seksual atau menggunakan kondom).

27
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta: Arcan

Nugroho, Taufan, Verra scorviani.2012. Mengupas Tuntas 9 Jenis PMS.


Yogyakarta: Nuha Medika

Tim Penyusun.2015. Diagnosa NANDA [NIC &NOC].Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai