Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT

OTITIS EKSTERNA DIFUSA

Disusun Oleh:

Vega NH

1361050055

Dosen Pembimbing:

dr.Lina Marlina, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri, sulit dibedakan dengan radang yang disebabkan oleh jamur, alergi atau virus. Otitis
eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina,
periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada
furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna.

Otitis eksterna dapat menyerang semua kelompok umur, lebih banyak ditemukan pada
pasien pediatric dan dewasa muda, dengan insidensi tertinggi terjadi pada usia 7-12 tahun. Hasil
studi epidemiologi dari Amerika Serikat selama 12 bulan pada pasien dengan usia 5-64 tahun
dan meningkat pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Hal ini terjadi akibat komorbid yang
menyertai, dan juga alat bantu dengar yang dapat menyebabkan trauma pada liang telinga.

Tidak ada perbedaan pada laki-laki maupun perempuan, tidak terkait ras. Meskipun
begitu, dikatakan pula terdapat beberapa kelompok ras yang memiliki liang telinga yang sempit,
sehingga memudahkan terjadinya obstruksi dan infeksi.

Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di liang telinga yang biasanya
normalatau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara
yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.

Faktor lain penyebab otitis eksterna adalah trauma lokal dan alergi. Faktor
inimenyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dariepitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi
dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41%),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).

Keluhan yang biasa diraskaan pasien adalah rasa sakit didalam telinga, rasa penuh pada
telinga, rasa gatal dan terjadi penurunan pendengaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Embriologi Telinga Luar1


Secara embriologi, selama minggu keenam masa gestasi, terjadi kondensasi
mesoderem dari percabangan pertama dan kedua, membentuk enam hillocks dari His.
Tiga cabang pertama hillocks dibentuk dari cabang pertama dan cabang kedua yang
memberikan kontribusi pada tiga cabang terakhir.

Gambar 2.1 Pembagian Auricula

Cabang pertama: hillocks pertama (tragus), hillocks kedua (krus heliks), dan
hillocks ketiga (heliks). Cabang kedua: hillocks keempat (antiheliks), hillocks kelima
(antitragus), dan hillocks keenam (lobula).
Pada minggu ketujuh, pembentukan kartilago terus berlanjut. Pada minggu kedua
belas, aurikula dibentuk oleh fusi dari hillocks dan minggu keduapuluh sudah mencapai
bentuk seperti dewasa, walaupun baru mencapai ukuran menjadi seukuran dewasa sampai
usia 9 tahun. Konka dibentuk oleh tiga area yang memisahkan bakal pertama
(ektoderem):
1. Bagian tengah dari bakal pertama: kavum konka
2. Bagian atas dari bakal pertama: simba konka
3. Bagian bawah dari bakal pertama: incisor intertragus
Selama minggu kedelapan masa gestasi, permukaan ektoderem pada ujung bagian
atas (dorsal) dari bakal faringeal pertama menebal. Kepadatan inti epitelium ini terus
berlanjut menuju telinga tengah. Secara simultan, kavum konka melekuk ke dalam
membentuk sepertiga luar liang telinga. Pada awal minggu keduapuluh, inti ini mulai
teresobsi dan menembus keluar membentuk liang. Sisa bagian terdalam dari ektoderem
menjadi bagian superfisial dari membran timpani. Pembentukan sempurna dari liang ini
terjadi pada minggu kedua puluh delapan. Saat lahir, liang telinga membentuk tulang
(osifikasi) dan ukuran dewasa. Proses osifikasi ini baru sempurna pada usia 3 tahun dan
mencapai ukuran dewasa pada usia 9 tahun.

2.2.Anatomi dan Fisiologi Telinga1,2

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke
struktur – struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga
sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang
telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira
2,5-3cm. Batas-batas liang telinga adalah anterior: fossa mandibula, kelenjar parotis;
posterior: mastoid; superior: resesus epitimpani (medial), kavitas cranial (lateral);
inferior: kelenjar parotis. Sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut.Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga. Pada dua
pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Gambar 2.2 Anatomi Telinga Luar

Serumen adalah hasil produksi kelanjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit
yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan normal, serumen terdapat di sepertiga
luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya
lunak, tetapi kadang-kadang kering. Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan
keadaan lingkungan.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan tampak oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida
(membran Shrapnell) dan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida
hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian
dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel saluran napas. Pars tensa memiliki
satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang
bergerak dari arah membran timpani menuju ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang
saat mengunyah. Walaupun tidak memiliki efek anti bakteri atau anti jamur, serumen
memiliki efek proteksi, mengikat kotoran, menyebarkan aroma yang tidak disenangi
serangga sehingga serangga enggan masuk ke liang telinga.
2.3.Definisi Otitis Eksterna2,3
Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
oleh bakteri, sulit dibedakan dengan radang yang disebabkan oleh jamur, alergi atau
virus. Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat
menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga
terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis
eksterna.

2.4.Etiologi Otitis Eksterna3,4,5,6


Penyebab tersering otitis eksterna adalah bakteri. Penyebab lainnya termasuk
jamur dan juga eksema. Hasil studi mengatakan bahwa 91% kasus otitis eksterna
disebabkan oleh bakteri, dan 40% kasus disebabkan oleh agen penyebab lainnya. Bakteri
tersering adalah Pseudomonas (38% dari semua kasus), Staphylococcus dan bakteri
anaerob dan gram negative.
Otomikosis atau otitis eksterna yang disebabkan oleh infeksi jamur dapat
disebabkan oleh penggunaan jangga panjang dari antibiotic ataupun keadaan liang telinga
yang terlalu lembab. Penyebab tersering dari infeksi jamur adalah Aspergillus (80-90%)
yang diikuti oleh Candida. Keadaan ini ditandai dengan filament hifa panjang berwarna
putih yang tumbuh pada permukaan kulit. Selain otorea, eritem dan edem pada liang
telinga juga sering ditemukan. Dalam keadaan yang berat maka jaringan lunak dapat
mengalami stenosis. Infeksi dapat menyebar dan bermanifestasi sebagai perubahan selulit
kulit yang melibatkan konka dan tragus.
Otitis eksterna kronik biasanya terjadi akibat pengobatan otitis eksterna akut yang
tidak tuntas. Seringkali disebabkan oleh manipulasi liang telinga akibat membersihkan
ataupun kebiasaan mengorek-ngorek telinga. Sehingga dapat terjadi respon inflamasi
derajat ringan yang menimbulkan rasa gatal. Kulit akan menebal dan liang telinga dapat
mengalami stenosis.
Liang telinga memiliki pertahanan khusus. Serumen menghasilkan lapisan asam
yang mengandung lisozim dan zat lainnya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
dan jamur. Serumen bersifat hidrofobik dan dapat mencegah penetrasi air ke kulit dan
menyebabkan maserasi. Jumlah serumen yang sedikit dapat mencetuskan terjadinya
infeksi, namun serumen yang terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya obstruksi,
retensi air dan debris, dan infeksi. Ketika, pertahanan ini terganggu ataupun epitel liang
telinga mengalami kerusakan dapat menyebabkan terjadinya otitis eksterna.
Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH di liang
telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun.
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.
Terdapat pula faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna lainnya sesuai tabel.

Tabel 2.1 Faktor Predisposisi Otitis Externa

2.5.Patofisiologi4,6,7
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkandan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersihkapas
telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati
dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh
adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalamliang
telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dangelap pada
liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteridan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan
eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi
pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkanperubahan rasa
nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/ nanah yang
bisa menumpuk dalam liang telinga (meatusakustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas
(41%), streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) danbakteroides (11%). Infeksi
pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
 Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis
akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
 Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa
sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.

2.6.Manifestasi Klinis6,7,8
a. Rasa sakit didalam telinga
Rasa sakit yang dirasakan dapat bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat, serta berdenyut.pada suatu penelitian multisenter yang melibatkan 239
pasien yang dilakukan oleh Cassisi dkk, rasa sakit yang hebat 20%, sedang 27%,
ringan 36% dan tidak ada rasa sakit 17%. Meskipun rasa sakit sering merupakan
gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan.
Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan
yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan
tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun
telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit
dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat
dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

b. Rasa penuh pada telinga


Merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan
sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.

c. Rasa gatal
Merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang hebat 9%, sedang 23%,
ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada kebanyakan penderita rasa gatal
disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu
etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.

d. Penurunan pendengaran
Keluhan ini mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema
kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progresif
pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif.30 Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan
obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi:


1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat
positif
3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif.

Menurut Senturia HB (1980) :Eritema kulit, sekret yang kehijau-hijauan dan edema kulit
liang telingamerupakan tanda-tanda klasik dari otitis diffusa akuta. Bau busuk dari sekret
tidak terjadi. Otitis eksterna diffusa dapat dibagi atas 3 stadium yaitu :
1. “Pre Inflammatory“
2. Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat)
3. Radang kronik

2.7.Diagnosis9
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang meliputi.
Pada Anamnesis, pasien mungkin melaporkan gejala seperti otalgia, rasa penuh
ditelinga, gatal, sekret, awalnya debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau tetapi dengan
cepat menjadi bernanah dan berbau busuk, penurunan pendengaran, tinnitus, demam
namun jarang, gejala bilateral namun jarang.
Rasa sakit di dalam telinga atau otalgia bisa bervariasi dari yang hanya berupa
rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang
dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak
sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa
kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium,
sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit
yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga. Gatal juga merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa
gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan
suatu otitis eksterna akut.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna.
Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif
pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-
obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara.
Pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan. Biasanya temuan pemeriksaan fisik dapat
mencakup sebagai berikut: Nyeri tekan tragus, eritematosa dan edema saluran auditori
eksternal, discharge purulen, eczema dari daun telinga, adenopati periauricular dan
servikal, demam namun jarang.
Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya,
termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang mastoid,
sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX
(glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.

2.8.Penatalaksanaan10,11
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga
dapatmenghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian,
biasanyaperlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga
mengandungobat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon
kasadisisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita
harusmeneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari.Dalam
48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambahbesar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap
Pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik sepertiglikol propilen yang telah
diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2%dan perak nitrat 5% bersifat
bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liangtelinga. Setelah reaksi peradangan
berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70%untuk membuat liang telinga bersih dan
kering. Terapi sistemik hanyadipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaankepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya diperlukan jika
dicurigai danyaperikondritis atau kondritis pada tulang rawan telinga.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yangmungkin
terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinyapasien harus
menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakanalkohol encer secara
rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agartidak menggaruk /
membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.

2.9.Prognosis4
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh dengan
cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering otitis eksterna dapat dengan mudah diobati
dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yangmungkin memerlukan
perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka
panjang atau serius.
BAB III

LAPORAN KASUS

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 23 tahun
c. Alamat : Cawang
d. Pekerjaan : Mahasiswa
e. Pendidikan terakhir : SMA
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Status : Menikah

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama : Terasa penuh pada telinga kiri
b. Keluhan Tambahan : Telinga kiri nyeri

3. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke Poli THT RSU UKI dengan keluhan telinga penuh pada telinga kiri
sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengeluh nyeri pada telinga kiri, nyeri dirasakan
terus menerus satu setengah bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh pernah keluar cairan dari
telinga kiri. Cairan tersebut bening dan tidak berbau. Pasien sudah berobat ke dokter dan
keluhan berkurang. Batuk disangkal, pilek disangkal, demam disangkal. Pasien memiliki
kebiasaan membersihkan telinga menggunakan cotton bud dan juga kuku jarinya. Riwayat
penyakit hipertensi disangkal, diabetes melitus disangkal, alergi disangkal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat diabetes
melitus, hipertensi dan alergi disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat diabetes melitus, hipertensi dan alergi disangkal.

6. Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS

a. Keadaan umum : Tampak sakit ringan


b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg
d. Frekuensi nadi : 80 kali/menit
e. Frekuensi napas : 17 kali/menit
f. Suhu : 37,1oC
g. Kepala : Normocephali
h. Mata : CA -/-, SI -/-
i. Leher : KGB tidak teraba teraba membesar
j. Mata : Konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
k. Thorak :
 Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Bising nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

 Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari di Linea Mid-clavicularis Sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung dalam batas normal,tidak terdapat bunyi jantung
tambahan
l. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Auskultasi : BU (+) 5x/menit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
m. Ekstremitas
Reflex fisiologis : +/+
Reflex patologis : -/-
Oedem tungkai : -/-
Akral hangat : +/+
Sianosis : -/-
n. Integumen : kulit sawo matang, urtikaria (-)

STATUS LOKALIS THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Bentuk Normotia Normotia

Trauma Tidak ada Tidak ada

Infeksi Tidak ada Tidak ada

Daun telinga Nyeri tekan tragus Tidak ada Ada nyeri

(auricula) Tumor Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada


Auricula assesoris Tidak ada Tidak ada

Pre auricula Abses Tidak ada Tidak ada

Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Pembengkakan Tidak ada Tidak ada

Abses Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada

Retro auricula Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Pembesaran Tidak ada Tidak ada pembesaran


kelenjar pembesaran

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Infra auricula Pembesaran Tidak ada Tidak ada pembesaran


kelenjar parotis pembesaran

Liang Telinga Lapang Lapang

Liang telinga Epidermis Merah muda Hiperemis

Sekret Tidak ada Tidak ada

Serumen Tidak ada Tidak ada

Kelainan Lain Tidak ada Tidak ada

Intak Intak Intak

Membran Warna Putih mutiara Putih mutiara


Timpani
Refleks Cahaya Ada Ada

Posisi Tidak ada retraksi Tidak ada retraksi


Kelainan Lain Tidak ada Tidak ada

Tes Pendengaran

Tes garpu tala Rinne (+) (-)

Schwabach Sama dengan Memanjang


pemeriksa

Weber Lateralisasi ke kiri

Hidung

KELAINAN DEXTRA SINISTRA

Bentuk Simetris

Deformitas Tidak ada Tidak ada

Hidung luar Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Krepitasi Tidak ada Tidak ada

Hidung Dalam

KELAINAN DEKSTRA SINISTRA

Vestibulum Nasi Furunkel Tidak ada Tidak ada

Hiperemis Tidak ada Tidak ada

Cavum Lapang Lapang

Cavum nasi Mukosa Merah muda Merah muda

Konka inferior Ukuran Eutrofi Eutrofi


Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Konka media Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Meatus media & Sekret Tidak ada Tidak ada


inferior

Septum Deviasi Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi

Sinus paranasal

KELAINAN DEKSTRA SINISTRA

Sinus Maksilaris Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Sinus Frontalis Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Orofaring dan mulut

KELAINAN DEKSTRA SINISTRA

Tonsil Ukuran T1 T1

Kripta Tidak melebar Tidak melebar

Detritus Tidak ada Tidak ada

Perlekatan Tidak ada Tidak ada

Permukaan Licin Licin


Faring Massa Tidak ada Tidak ada

Warna Merah muda Merah muda

Perlekatan Tidak ada Tidak ada

Gigi Dalam batas normal Dalam batas normal

Gusi Dalam batas normal Dalam batas normal

Lidah Dalam batas normal Dalam batas normal

Kelenjar liur Dalam batas normal Dalam batas normal

Kelainan Lain Tidak ada Tidak ada

7. Diagnosis kerja : Otitis Eksterna Difus Auricula Sinistra


8. Diagnosa Banding : Otitis Eksterna Sirkumskripta
9. Tatalaksana:
Non-medikamentosa:
 Menjaga kebersihan telinga
 Jangan sering mengorek telinga (cotton bud dan kuku jari)
 Menghindari masuknya air ke dalam telinga
 Minum obat teratur
 Kontrol ke dokter jika keluhan masih ada

Medikamentosa:
 Antibiotik Topikal  otopain
 Analgetik  asam mefenamat

10. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : Ad bonam
 Quo ad Functionam : Ad bonam
 Quo ad sanationam : Ad bonam
DAFTAR PUSTAKA

1. Imanto, Mukhlis. 2015. Radang Telinga Luar. 202 Jurnal Kesehatan, 2015: 6(2): 201-210.

2. Sander, Robert. 2001. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention.

American Family Physician, 2001: 63(5): 927-937.

3. Soepardi, Eflaty Arsyad, Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2017. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorokan Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

4. Waitzman, Ariel. Otitis Externa. Diunduh dari

https://emedicine.medscape.com/article/994550-overview#a5 pada tanggal 13 Maret 2018.

5. Rosenfeld, Ricard, Lance, Rowena, Theodore dkk. Original Research Clinical Practice

Guideline: Acute otitis externa. Otolaryngology–Head and Neck Surgery, 2006: 134 (4S): 5-

23.

6. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saringdengan Salep

Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Diunduh dari www.usudigitallibrary.com

pada tanggal 13 Maret 2018.

7. Kartika, Henny. 2008. Otitis Eksterna. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/modules.php&id.

Pada tanggal 13 Maret 2018.

8. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Diunduh dari

http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm. pada tanggal 13 Maret 2018.

9. Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan

Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar.

10. Carr, MM. 2000. Otitis Eksterna.


Diunduh dari http://www.icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna. htm. pada

tanggal 13 Maret 2018.

11. Ardan, Juliarti, Satwika, et al. 2008, Sinopsis Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.

Diunduh dari http://www.THTUB.pdf.co.id. pada tanggal 13 Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai