Anda di halaman 1dari 4

DAKRIOADENITIS

A. Definisi
Dakrioadenitis merupakan peradangan pada kelenjar lakrimal. Kondisi ini langka terjadi,
dapat bersifat unilateral maupun bilateral, paling sering terlihat pada anak sebagai komplikasi
parotitis, infeksi virus Epstein-Barr, campak, atau influenza. Pada dewasa berhubungan dengan
gonore. Dakrioadenitis dapat berjalan akut ataupun kronik, yang keduanya dapat disebabkan oleh
suatu proses infeksi atau penyakit sistemik lainnya (Said et al., 2017)

B. Epidemiologi
Dakrioadenitis terjadi pada 1 : 10.000 kasus oftalmologi, dengan onset berjalan akut,
subakut, ataupun kronik. Kondisi ini jarang sekali terjadi, dan kelompok usia yang biasanya
terkena adalah anak-anak dan dewasa muda, namun bisa juga terjadi pada segala kelompok usia
(Charlotte and Ankit, 2012).

C. Patofisiologi
Patofisiologinya masih belum jelas, namun beberapa ahli mengemukakan bahwa proses
infeksinya dapat terjadi melalui penyebaran kuman yang berawal di konjungtiva yang menuju ke
duktus lakrimalis dan menuju ke kelenjar lakrimalis. Beberapa penyebab utama dari proses
infeksi terbagi menjadi 3 , yaitu :
1. Viral (penyebab utama)
Mumps (penyebab tersering, terutama pada anak-anak), Epstein-Barr virus, Herpes
zoster, Mononucleosis, Cytomegalovirus, Echoviruses, Coxsackievirus A
Pada anak dapat terlihat sebagai komplikasi dari kelenjar air liur, campak, dan influenza
(Drancourt, Pankert, and Hoffart, 2017).
2. Bakterial
Staphylococcus aureus and Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,
Chlamydia trachomatis, Mycobacterium leprae, Mycobacterium tuberculosis, Borrelia
burgdorferi (Wald, 2012).
3. Fungal (jarang)
Histoplasmosis, Blastomycosis, aktinomises, nokardiosissporotrikosis (AAO, 2017)
Pada penyakit sistemik yang memungkinkan terjadinya dakrioadenitis adalah :
1.Sarkoidosis
2.Graves disease
3.Sjögren syndrome
4.Orbital inflammatory syndrome
5.Benign lymphoepithelial lesion

Dakrioadenitis Akut
Pada dakrioadenitis akut sering ditemukan pembesaran kelenjar air mata di dalam
palpebra superior , hal ini dapat ditemukan apabila kelopak mata atas dieversi , maka akan
kelihatan tonjolan dari kelenjar air mata yang mengalami proses inflamasi (Charlotte and Ankit,
2012).
Gejala Klinis :
Pada perabaan karena ini merupakan suatu proses yang akut maka biasanya akan ditemukan
nyeri di daerah glandula lakrimal yaitu di bagian depan temporal atas rongga orbita disertai
dengan kelopak mata yang bengkak, konjungtiva kemotik dengan sekret. Pada infeksi akan
terlihat bila mata bergerak akan terasa nyeri dengan pembesaran kelenjar preaurikel. Bila
kelopak mata dibalik tampak pembengkakan berwarna merah (Charlotte and Ankit, 2012).
Diagnosis Banding :
1. Hordeolum internum  biasanya lebih kecil dan melingkar
2. Abses kelopak mata  terdapat fluktuasi
3. Selulitis orbita  biasanya berkaitan dengan penurunan pergerakan mata. Dapat dibedakan
dengan melakukan biopsy kelenjar lakrimal (Jane and Lorraine, 2011).

Dakrioadenitis kronik
Pada darkrioadenitis kronis gejala klinisnya lebih baik daripada yang akut. Gejala hampir
sama dengan fase akut hanya pada fase ini tidak didapatkan nyeri. Umumnya tidak ditemukan
nyeri, ada pembesaran kelenjar namun mobile, tanda-tanda ocular minimal, ptosis bisa
ditemukan, dapat ditemukan sindroma mata kering (AIMU, 2017)
Diagnosis bandingnya :
1. Periostitis dari kelopak mata atas  sangat jarang terjadi
2. Lipodermoid  tidak ada tanda-tanda inflamasi (AIMU, 2017)

Gambar : Tampak eritema dan odema pada kedua mata

Gambar : Tampak kelenjar lakrimalis yang odema pada eversi

D. Pengobatan
Pengobatan konservatif dengan kompres hangat, suportif dengan antibiotik sistemik dan
bila terlihat abses maka dilakukan insisi. Bila disebabkan oleh radang menahun maka diberikan
pengobatan yang sesuai.
Dakrioadenitis Akut :
– Dakrioadenitis viral : Biasanya sembuh sendiri (self limiting) dan tidak memerlukan
pengobatan khusus. Terapi suportif seperti NSAID mungkin dibutuhkan untuk mengatasi
inflamasi.
– Dakrioadenitis bakterial : Antibiotik spektrum luas (Board-spectrum) seperti golongan
sefalosporin, bisa diberikan tanpa menunggu hasil kultur.
– Dakrioadenitis Fungal : diobati dengan obat anti-fungal (AIMU, 2017).
Dakrioadenitis Kronik :
Pada dakrioadenitis kronik, penyakit sistemik yang mendasari harus diobati, bisa disesuaikan
dengan bantuan biopsi kelenjar lakrimal (AIMU, 2017).

E. Prognosis dan Komplikasi


Dakrioadenitis dapat menyebabkan fistula pada kelenjar lakrimal.
- Ad vitam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap proses kehidupan : dubia ad bonam
- Ad functionam, menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau fungsi manusia
dalam melakukan tugasnya : dubia ad bonam
- Ad sanationam, menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total sehingga dapat beraktivitas
seperti biasa : dubia ad bonam (Jane and Lorraine, 2011).

Anda mungkin juga menyukai